Bab 123
Bab 123
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang
meliputi biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual yang timbul secara
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian
Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control
enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia (Holder, 2002).
potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak
1
dikendalikan. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat
tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang
2003).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kegawatdaruratan
B. Primary Survey
1. Pengkajian Airway
ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat
berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011).
endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada.
Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada
3
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau
3) Agitasi (hipoksia)
5) Sianosis
c. Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan
1) Muntahan
2) Perdarahan
4) Gigi palsu
5) Trauma wajah
d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien
terbuka.
e. Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang
sesuai indikasi :
4
1) Chin lift/jaw thrust
a) Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke
depan.Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk
memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.
b) Head Tilt
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat!
Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke
bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher
tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
c) Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan
sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas
5
2) Lakukan suction (jika tersedia)
Airway
4) Lakukan intubasi
6
b) Cross Finger
7
Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri
b. Chest thrust
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan
tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira
satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting
susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang,
lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing,
beri nafas buatan
c. Back blow (untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat.
Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5
kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang
garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)
8
2) Pengelolaan Jalan Nafas Secara Manual
a) Pemasangan Pipa (Tube)
Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa
orofaring digunakan untuk mempertahankan jalan nafas dan menahan
pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan
napas terutama pada pasien-pasien tidak sadar.
9
2. Pengkajian Breathing (Pernafasan)
dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak
open chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
lain
oksigenasi pasien.
pernafasan.
10
B. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika
perlu.
C. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut
oksigenasi:
2) Bag-Valve Masker
procedures
1) Inhaler
11
penyakit asma. INhaler bekerja dengan dihirup melalui hidung.
Hal tersebut bertujuan untuk merdakan sesak yang tiba tiba
terjadi dan butuh penanganan cepat yang sulit diredakan oleh
obat lnagsung. Inhaler bekerja langsung pada bronkus dan
melegakan saluran yang menyempit. SEhingga membuat udara
mudah masuk dan menyebbakan penderita tidak sesak napas
lagi
2) Tabung Oksigen
12
karena nebulizer mampu merubah obat cair menjadi kabut,
sehingga mudah diserap dan dihirup jauh ke dalam paru paru,
sehingga bagi penderita penyakit pernapasan, terapi dengan alat
tersebut dianggap cukup efektif dan membantu
4) Ambubag
13
6) Oksigen Cannula
Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan disini adalah volume
darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarahan sering menjadi permasalahan
utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah tulang femur
dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3–4 unit darah dan membuat
syok kelas III. Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah menggunakan
penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau ekstrimitas yang mengalami
pendarahan di atas level tubuh. Pemasangan bidai yang baik dapat menurunkan
14
pendarahan secara nyata dengan mengurangi gerakan dan meningkatkan pengaruh
tamponade otot sekitar patahan. Pada patah tulang terbuka, penggunaan balut
tekan steril umumnya dapat menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang
agresif merupakan hal penting disamping usaha menghentikan pendarahan
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
Pengkajian tentang volume darah dan kardiak output serta adanya perdarahan.
Status hemodinamik, warna kulit, nadi serta produksi urin
d) Regularity
(capillary refill).
15
4. Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
Pemeriksaan GCS
verbal
Spontan 4 Spontan
Verbal
Bergumam/mengoceh 5 Terorientasi
teratur
Motorik
16
Fleksi abnormal 3 Fleksi abnormal
Pada GCS nilai didapat dari membuka mata, verbal terbaik dan motorik
terbaik.
b. Pemeriksaan AVPU
iv. P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
merespon)
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien
diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting
17
selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam
b. Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien
luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak
6. Foley Cateter
Pemasangan foley cateter adalah untuk evaluasi cairan yang masuk. Input
cairan harus dievaluasi dari hasil output cairan urin. Output urine normal
7. Gastic Tube
18
untuk penderita yang mengalami fraktur basis crania atau diduga parah, jadi
Dapat dipasang untuk klien yang memiliki riwayat jantung ataupun pada
C. Secondary Survey
tanda vital. Peluang untuk membuat kesalahan dalam penialain pasien yang tidak
sadar atau cukup besar, sehingga diperlukan pemeriksaan teliti yang menyeluruh.
termasuk mencatat GCS bila belum dilakukan dalam survey primer. Pada
secondary survey ini juga dikerjakan foto rontgen dan pemeiksaan laboratorium.
pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia, dan cacat atau kondisi
2. Anamnesis harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan
keluarga
makanan
19
b. M : Medikasi/obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani
obatan herba
1) Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah dan
b. Pengkajian dada
20
1) Pernapasan : irama, kedalaman dan karakter pernapasan
4) Nadi femoralis
6) Bising usus
7) Distensi abdomen
spinker ani
d. Ekstremitas
2) Nyeri
21
4) Sensasi keempat anggota gerak
5) Warna kulit
d. Tulang belakang
3) Tanda-tanda perdarahan
4) Laserasi
5) Jejas
6) Luka
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan meliputi
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tidak dapat di duga sebelumnya serta penyakit lainnya (Krisanty, 2009). Primary
alergi, medikasi, pertinen medical history, last meal, even atau sering disebut
B. Saran
Sebagai seorang calon perawat yang nantinya akan bekerja di suatu institusi
Rumah Sakit tentunya kita dapat mengetahui mengenai konsep pengkajian pada
pasien gawat darurat dengan ABCDE). Kelompok mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca, karena manusia tidak ada yang sempurna, agar kelompok dapat
belajar lagi dalam penulisan makalah yang lebih baik. Atas kritik dan saran dari
23