Anda di halaman 1dari 8

Tindakan Perawatan Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal di Poli

Gigi Puskesmas Pakusari dan RSUD Genteng Banyuwangi


Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
(Treatment of Pulp Disease and Periapical Tissue
in Dental Department of Pakusari Health Center and Genteng
Hospital Based on Gender and Ages)

Wulandari Fajrin, Catur Putri Kinasih


drg. Elyda Akhya, MIPH

Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember
Jalan Kalimantan No. 37, Jember 68121
e-mail : fajrinwulandari@gmail.com, caturputrikinasih@gmail.com

Abstract
Background: High number of visiting patient with pulp disease and periapical tissue. Aim: To obtain
the most used treatment of pulp disease and periapical tissue based on visit of dental patient at
Pakusari Health Center and Genteng Hospital in terms of gender and ages. Method: cross-sectional
descriptive study through visit data of patients coming to dentistry on April 30th – Mei 26th 2018.
Result: Treatment of pulp disease and periapical tissue based on patien’s gender and age.
Conclusion: Most treatment of pulp disease and periapical tissue is relief of pain whiches common
in women and range of age 26-35 years old.

Keywords: pulp disease, periapical tissue, relief of pain

Abstrak
Latar Belakang: Tingginya kunjungan pasien penyakit pulpa dan jaringan periapikal. Tujuan:
Mengetahui tindakan perawatan terbanyak penyakit pulpa dan kelainan periapikal di Poli Gigi
Puskesmas Pakusari dan RSUD Genteng berdasarkan jenis kelamin dan usia pasien. Metode: cross
sectional melaui data kunjungan pasien yang datang ke poli gigi pada tanggal 30 April – 26 Mei 2018.
Hasil: tindakan perawatan penyakit pulpa dan periapikal berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Kesimpulan: Tindakan perawatan penyakit pulpa dan jaringan periapikal terbanyak adalah relief of
pain (ROP) yaitu pada pasien perempuan dan kelompok usia 26-35 tahun.

Kata Kunci : penyakit pulpa, jaringan periapikal, relief of pain


Pendahuluan tingginya angka karies di Indonesia adalah
Kesehatan gigi dan mulut sering keterbatasan akses pelayanan kesehatan
kali menjadi prioritas yang kesekian bagi [2]. Puskesmas (pusat kesehatan
sebagian orang. Padahal, mulut merupakan masyarakat) merupakan ujung tombak
‘pintu gerbang’ bakteri sehingga dapat pelayanan kesehatan bagi masyarakat
mengganggu kesehatan gigi dan mulut karena cukup efektif membantu
bahkan kesehatan umum [1]. Sampai masyarakat dalam memberikan
sekarang tidak ada satu negara pun yang pertolongan pertama dengan standar
mengatakan memiliki anak bebas karies. pelayanan kesehatan, sedangkan rumah
Sebanyak 98% dari penduduk dunia sakit merupakan salah satu sub sistem
pernah mengalami karies. Kerusakan ini pelayanan Kesehatan Nasional secara
dapat ditemukan pada semua golongan menyeluruh yang berfungsi untuk
umur. Di Indonesia karies gigi masih memenuhi salah satu kebutuhan primer
menjadi masalah yang paling sering terjadi manusia, baik sebagai individu,
pada rongga mulut [2]. Nilai DMF-T masyarakat atau bangsa secara keseluruhan
masyarakat Indonesia masih sangat tinggi, guna meningkatkan hajat hidup yang
yakni 4,6% (460 elemen dengan penyakit utama yaitu kesehatan [3,4]. Pemerintah
pulpa) [1]. Di wilayah Jember, khususnya telah membuat strategi untuk mengatasi
di Poli Gigi Puskesmas Pakusari, karies permasalahan di atas dengan cara
yang menyebabkan penyakit pulpa dan meningkatkan upaya promotif dan
kelainan periapikal menduduki urutan preventif pelayanan kesehatan gigi dan
teratas dibandingkan dengan penyakit mulut dengan mendorong kemandirian
lainnya, yakni sebesa 49,5%. Begitu juga masyarakat, meningkatkan aksesibilitas
dengan Poli Gigi RSUD Genteng terhadap pelayanan kesehatan gigi dan
Banyuwangi, penyakit yang menduduki mulut yang berkualitas, meningkatkan
urutan teratas adalah penyakit pulpa dan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan
kelainan periapikal yakni sebesar 47%. mulut, dan meningkatkan peran serta
Data tersebut diambil saat penulis pemangku kepentingan /stakeholders
melaksanakan kegiatan PKL/ IKGM IV terkait pelayanan kesehatan gigi dan mulut
periode 30 April – 26 Mei 2018 di [5]. Berdasarkan paparan di atas, tujuan
Puskesmas Pakusari dan RSUD Genteng. penulisan artikel ini adalah untuk

Ramadhan (2016) menyatakan mengetahui bagaimana pelayanan penyakit

bahwa salah satu penyebab masalah


pulpa dan kelainan periapikal di Hasil
Poli Gigi Puskesmas Pakusari dan RSUD Hasil yang didapatkan dari
Genteng berdasarkan jenis kelamin dan pengamatan selama 4 minggu di Poli Gigi
usia pasien. Puskesmas Pakusari dan RSUD Genteng
disajikan dalam grafik berikut.
Metode
Berdasarkan jenisnya penelitian ini 45
termasuk deskriptif yaitu menggambarkan 40
35
bagaimana hubungan variabel-variabel yang
30
diteliti, juga menjelaskan karakteristik dari 25
sampel yang diteliti. Sedangkan berdasarkan 20
15
waktunya, penelitian ini bersifat cross
10
sectional karena peneliti melakukan 5
pengamatan dan pengukuran variabel pada 0

Data Berdasarkan…

Ekstraksi

PSA
Rujuk
Konsultasi
Medikasi

Ekstraksi CE
Tumpat
ROP

Odontektomi
satu waktu tertentu. Penelitian dilaksanakan
pada saat kegiatan PKL/ IKGM 4 periode
30 April – 26 Mei 2018 di Poli Gigi
Puskesmas Pakusari dan RSUD Genteng.
Sampel penelitian yang diamati adalah Gambar 1. Distribusi pasien penyakit pulpa dan
kelainan periapikal berdasarkan tindakan
pasien yang berkunjung ke Poli Gigi
Gambar di atas, berisi tentang
Puskesmas Pakusari dan RSUD Genteng
distribusi penyakit pulpa berdasarkan
dengan diagnosa penyakit pulpa dan
tindakan pelayanan kesehatan gilut. Grafik
kelainan periapikal, yakni sebanyak 140
tersebut menunjukkan bahwa tindakan
pasien dari total 288 pasien.
pelayanan kesgilut yang diberikan kepada
Variabel terikat dalam penelitian pasien penyakit pulpa terbanyak adalah
ini adalah pelayanan kesgilut terhadap Relief of Pain (ROP), diikuti oleh
pasien penyakit pulpa dan kelainan konsultasi, medikasi, ekstraksi, tumpatan,
periapikal. Variabel bebas dalam PSA, rujuk, odontektomi, dan ekstraksi
penelitian ini meliputi jenis kelamin dan menggunakan chlorethyle (CE). Data
usia pasien. mengenai distribusi pasien penyakit pulpa
berdasarkan jenis kelamin akan disajikan
dalam gambar di bawah ini.
30

25

20

15 Tindakan Berdasarkan Jenis


Kelamin L
10
Tindakan Berdasarkan Jenis
5 Kelamin P

Gambar 2. Distribusi tindakan pada pasien penyakit pulpa dan kelainan periapikal berdasarkan jenis kelamin

18

16

14 ROP
Konsul
12
Medikasi
10 Ekstraksi
Tumpatan
8
PSA
6 Rujuk

4 Odontektomi
Ekstraksi CE
2

0
0-5 6-11 12-16 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 >65

Gambar 3. Distribusi tindakan pada pasien penyakit pulpa dan kelainan periapikal berdasarkan usia

Gambar 2, menunjukkan bahwa pada pasien dengan kelompok usia 26 -35


tindakan terbanyak adalah Relief of pain tahun yakni sebanyak 17 pasien.
pada pasien perempuan yakni sebanyak 27
pasien. Gambar 3, menunjukkan bahwa Pembahasan
tindakan terbanyak adalah Relief of pain Pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di faskes strata pertama (Puskesmas
Pakusari) dan strata lanjutan (RSUD Tindakan ROP merupakan tindakan
Genteng) menunjukkan bahwa tindakan kedaruratan endodontik. Kedaruratan
ROP adalah tindakan terbanyak yang endodontik didefinisikan sebagai kondisi
dilakukan oleh dokter gigi untuk merawat yang berhubungan dengan rasa nyeri dan
penyakit pulpa pada pasien. Di Puskesmas atau bengkak yang membutuhkan
Pakusari maupun RSUD Genteng, diagnosis dan perawatan segera.
tindakan ROP dipilih sebagai perawatan Penanganan kedaruratan dilakukan untuk
penyakit pulpa terbanyak karena kondisi memberikan pertolongan terhadap gejala
pasien yang datang kebanyakan nyeri. Hal tersebut juga didorong oleh
mengeluhkan rasa sakit dan ngilu pada gigi komplikasi yang tak terduga, yang tidak
berlubang (kedaruratan endodontik), terkait dengan nyeri, tetapi memerlukan
sehingga perawatan yang dilakukan oleh perawatan sementara sampai perawatan
dokter gigi adalah menghilangkan keluhan definitif. Kedaruratan pada gigi vital dapat
tersebut dengan cara memberikan obat terjadi karena pulpitis akut, terbukanya
sedatif yakni eugenol kemudian gigi pulpa karena karies, cedera iatrogenik atau
ditumpat sementara. Pasien selanjutnya trauma, nyeri selama atau setelah
diminta datang kembali untuk melakukan perawatan pulpektomi [6].
kontrol, dan apabila saat kontrol keluhan Pasien perempuan yang menerima
tadi sudah tidak ada, maka dokter gigi tindakan ROP lebih banyak daripada laki –
akan melanjutkan tindakan berupa laki mungkin disebabkan oleh prevalensi
konsultasi, medikasi, ekstraksi, tumpatan, penyakit pulpa dan kelainan periapikal
PSA, rujuk, odontektomi, dan ekstraksi pada perempuan lebih tinggi daripada laki
menggunakan chlorethyle (CE). – laki. Pasien perempuan diketahui
Distribusi tindakan pada pasien memiliki laju aliran saliva lebih rendah
berdasarkan jenis kelamin (gambar 2) dari pada laki-laki sehingga peran protektif
menunjukkan bahwa tindakan terbanyak dalam rongga mulut juga menurun, hal ini
pada penyakit pulpa adalah ROP, dan dapat menyebabkan resiko karies pada
pasien perempuan lebih banyak perempuan menjadi lebih tinggi [7].
mendapatkan perawatan tersebut Distribusi tindakan pada pasien
dibandingkan dengan laki- laki. Hal ini berdasarkan kelompok usia (gambar 3)
sesuai dengan hasil RISKESDAS 2013 menunjukkan bahwa tindakan terbanyak
yang menyatakan bahwa jumlah pasien pada penyakit pulpa adalah ROP, dan
karies perempuan sebanyak 9,1%, pasien kelompok usia 25 – 36 tahun
sedangkan laki – laki sebanyak 7,1% [1]. merupakan kelompok usia tertinggi
dibandingkan dengan kelompok usia 2. Ramadhan, dkk. Hubungan Tingkat
lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan hasil Pengetahuan Kesehatan Gigi dan
Mulut terhadap Angka Karies Gigi
RISKESDAS 2013 yang menyatakan
di SMPN 1 Marahaban. Dentino
bahwa jumlah pasien karies di Indonesia Jurnal Kedokteran Gigi. Vol I. No
berdasarkan pengelompokan usia 2. September 2016

terbanyak adalah kelompok usia 45 – 54 3. Sanah, Nor. Pelaksanaan dan


tahun, diikuti dengan kelompok usia 35 – Fungsi Puskesmas dalam
44 tahun, dan 25 – 34 tahun [1]. Namun, Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Kesehatan Di Kecamatan Long
menurut WHO dalam Notohartojo (2015), Kali. E-journal Ilmu Pemerintahan.
usia anak – anak adalah di bawah usia 18 2017, 5 (1): 305-314
tahun, dewasa usia 35 – 44 tahun, dan
4. Erman, J. Pelayanan Kesehatan
lanjut usia di atas 60 tahun, sehingga Bagi Pasien BPJS di RSUD
kelompok usia dalam penelitian ini dan Kabupaten Siak Tahun 2016. JOM
FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017
dalam data RISKESDAS 2013
menunjukkan bahwa usia dewasa 5. Sakti, dkk. Rencana Aksi Nasional
menduduki jumlah tertinggi pada masalah Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut Tahun 2015 – 2019. 2016.
karies [8]. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian Indirawati (2010) yang 6. Santa, dkk. Penanganan
menyatakan bahwa prevalensi karies akan kedaruratan endodontik pada
pulpitis ireversibel (Emergency
meningkat sesuai dengan bertambahnya
endodontic treatment of
usia. Usia dewasa akan menunjukkan irreversible pulpitis). Makassar
jumlah lebih tinggi daripada usia anak, Dent J 2015; 4(5): 172-176
sedangkan jika dibandingkan dengan lanjut
7. Ferraro & Viera. Explaining
usia, usia dewasa akan menunjukkan Gender Differences in Caries: A
jumlah yang lebih banyak pula. Multifactorial Approach to a
Kesenjangan tersebut disebabkan karena Multifactorial Disease.
International Journal of Dentistry.
kasus karies pada pasien usia lanjut telah Volume 2010
berkembang menjadi kasus penyakit
periodontal [9]. 8. Notohartojo, dkk. Pemeriksaan
Karies Gigi pada Beberapa

DAFTAR PUSTAKA Kelompok Usia oleh Petugas

1. Kementrian Kesehatan Republik dengan Latar Belakang Berbeda di

Indonesia (Kemenkes) 2013. Provinsi Kalimantan Barat. Buletin


Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No.
4, Desember 2015 : 257-264
9. Indirawati, dkk. Status Kesehatan
gigi dan Mulut Ditinjau dari faktor
Individu Pengunjung Puskesmas
DKI Jakarta Tahun 2007.Bul
Penelit Kesehat. Vol 38, No. 2,
2010: 52 – 66

Anda mungkin juga menyukai