Catatan Gus Dur
Catatan Gus Dur
TERANG YANG
TAK KUNJUNG
TERBIT
REDAKSI
Editorial ........................ 2
Daftar isi ................................ 3
Introduksi
Makassar ; Pasca Gerakan 30 September 4-7
Reportase
Dari Polisi ke Tahanan Politik 8-10
Jakaria: Jangan Lagi Ada Peristiwa Seperti Ini 12-14
Elegi Perempuan Gerwani 15-18
Kronika .................................................. 20
Reportase
Saya Tak Tahu, Saya Hanya Bujang Sekolah 22-23
Korban Pelanggaran HAM Butuh Keadilan Sejarah 24-27
Opini ari 20
18
Janu
18
ANG
NG Y
Wawancara Khusus Ja
nu
ari
20
18
G
YAN G
ANG JUN G
TERA KUNJUNG
TAK IT
TERB
TERK KUN YANNG
TA RBIT
Melihat dari Sisi Kemanusiaan 31-32 NG
TE ANG NJU
TERK KUT
TA RBI
YA UNG
Tokoh
TE
NG NJ
ERA KU
T AK IT
T ERB
Salawati Daud 33-34 T
anBayarnn
Desain Sampul
P
e ik ssa 30
i K lit ka an er
lis Po Maerak mb
Puisi ........................................................ 39
Po n G epte
ri na S
Daaha
T
ca
as
rP
sa 30 r
as an e
ak k b
M era tem
G ep
Peraya Riuh
S
Hasanuddin; Brigjen Solichin G.P. Sedangkan dari Aksi Mahasiswa Indonesia) konsulat Sulawesi.
pihak PKI dan ormasnya di Makassar lebih memilih Rapiuddin Hamarung selaku Ketua Umum HMI
diam dan tidak menyatakan sikap apapun tentang Cab. Ujung Pandang disepakati menjadi Ketua
G30S. Ketegangan politik antara simpatisan G30S KAMI dan Jusuf Kalla sebagai sekretaris jenderal.
dengan ormas anti-PKI mulai terasa di Makassar. Dalam merumuskan aksi-aksi mahasiswa
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut pada selanjutnya, rumah Jusuf Kalla di Jl. Andalas No. 2
tanggal 7 Oktober 1965 Walikota Makassar Dg. menjadi tempat pertemuan terutama dari HMI dan
Patompo melarang siapa saja untuk mengadakan KAMI.
rapat tanpa mempunyai izin. Pada 10 Oktober 1965 para demonstran
Menghadapi kekacauan diberbagai daerah, mulai melakukan penjarahan di toko-toko atau
Presiden Soekarno menyatakan ketidaksetujuan- rumah milik orang-orang Tionghoa, karena adanya
nya terhadap G30S dan menunjuk kepada Mayjen anggapan bahwa semua orang-orang Tionghoa
Pranoto Roksosamodro sebagai aspek militer adalah komunis. Tak hanya itu, orang-orang
administratif sedangkan aspek teknis masalah pendatang dari Jawa pun juga dianggap sebagai
keamanan dan ketertiban diserahkan kepada komunis. Pengrusakan rumah-rumah terjadi di
Mayjen Soeharto. Soeharto kemudian melembaga- Balang Boddang Makassar yang merupakan daerah
kan wewenang yang diberikan dengan membentuk pemukiman orang-orang Jawa. Kasman dan grup
KOPKAMTIB (Komando Pemulihan Keamanan dan keseniannya dituduh PKI lalu dikejar-kejar massa,
Ketertiban) pada 10 Oktober 1965, yang tugas semua harta bendanya ikut dihancurkan oleh
pokoknya memulihkan keamanan dan ketertiban demonstran anti-PKI.
sebagai akibat peristiwa G30S. Untuk wilayah Dalam mengantisipasi keadaan, pihak
Sulawesi Selatan dan Tenggara sendiri dipimpin Peperda Sulselra mengeluarkan kebijakan
oleh Brigjen Solichin G.P sebagai Peperda “mengamankan” seluruh anggota PKI dan
(Penguasa Perang Daerah). simpatisannya dari amukan massa di seluruh
Gerakan anti komunis mulai berkembang wilayah Sulawesi Selatan. Melalui birokrasi dari
beberapa hari setelahnya. Massa anti PKI dari Kodam XIV Hasanuddin “pengamanan” dilakukan
berbagai organisasi masyarakat dan mahasiswa bagi mereka yang dianggap anggota PKI dan
yang mengutuk G30S terus berlangsung. Sejak simpatisannya. Cak Gun, ia ditangkap pada malam
bulan Oktober secara terorganisir aksi-aksi hari di rumahnya dengan cara dikepung
pengrusakan berlangsung di Makassar dengan sekelompok orang tidak dikenal dan langsung
sasaran kantor dan gedung-gedung milik PKI dan dibawa ke kantor Kodim.
simpatisannya, terutama kantor CC PKI di Jalan Kasus lain dialami oleh Jhonli, mahasiswa
Bulu Kunyi. Mahasiswa Makassar juga ikut Universitas Hasanuddin (UNHAS) dan anggota
merespon dengan membentuk KAMI (Kesatuan
‘‘
putusan TAP MPRS tentang pembubaran PKI
beserta ormas-ormasnya dari pusat sampai
daerah.
Dalam periode penangkapan anggota PKI
dan simpatisannya secara besar-besaran di
seluruh Indonesia, daerah Indonesia Timur
tidaklah sebesar dan seberingas di Jawa,
Sumatera ataupun Bali. Para demonstran
mengejar-ngejar anggota PKI dan simpatisannya,
tidak langsung dibunuh ditempat namun
diserahkan kepada pihak Kodam walaupun pada
beberapa kasus terjadi pembunuhan.
Peristiwa ini merembes sampai jauh ke
berbagai daerah. Di Kab. Takalar ada sebuah desa
yang dicap sebagai markas PKI, mereka dianggap
oleh tentara untuk berangkat ke Malino demi demikian karena kebanyakan dari mereka
menghindari tindakan-tindakan demonstran anti- menerima cangkul pemberian dari partai.
PKI. Mereka kemudian dikembalikan pada akhir Kericuhan terbesar terjadi di Kab. Bone,
Desember ke Penjara Karebosi. Dalam penanganan penangkapan dan pembunuhan lebih banyak lagi,
selanjutnya beberapa dari mereka dibebaskan namun referensi yang kurang tidak dapat
namun dengan syarat wajib lapor dua kali seminggu memastikan jumlah mereka yang ditangkap.
di kelurahan. Hampir disetiap kabupaten di Sulawesi Selatan
Aksi-aksi mahasiswa terus berlanjut. terjadi kekacauan akibat peristiwa ini.
Demontrasi terbesar mahasiswa dilakukan pada Penangkapan anggota PKI dan
tanggal 27 Januari 1966 dengan menyerbu dan simpatisannya masih terus berlanjut. Jumlah
merebut gedung konsulat RRT (Republik Rakyat tahanan anggota PKI dan simpatisannya yang
Tiongkok) di Jl. Chairil Anwar. Pada 8 Maret 1966 ditahan tidak diketahui dengan pasti.
bertempat di Lapangan Segitiga Makassar, ribuan Berdasarkan laporan jumlah tahanan G30S pada
mahasiswa, pelajar dan sukarelawan mengadakan 16 Februari 1968, terdapat 198 orang yang
rapat siaga. Setelahnya mereka mengadakan pawai ditangkap, baik dari kalangan sipil maupun
keliling Makassar dan menyebarkan pamflet Tritura militer.
(Tiga Tuntutan Rakyat); pembubaran PKI dan Jika berdasarkan pada jumlah tahanan
ormasnya, perombakan Kabinet Dwikora dan Kamp. Pengasingan Moncongloe yang dibuka
turunkan harga sembako. pada tahun 1969 terdapat 911 tahanan politik
Dengan adanya Supersemar (Surat Perintah (tapol), terdiri atas 52 perempuan dan 859 laki-
Sebelas Maret), Mayjen Soeharto membubarkan PKI laki. Dan jika berdasarkan pada laporan
pada 12 Maret 1966 melalui Ketetapan MPRS No. Pemerintah Kotamadya Makassar pada tahun
XXV/MPRS/1966. Sementara di Makassar pada 1985 tentang bekas tahanan G30S di wilayah
tanggal 16 Maret 1966 kembali diadakan rapat Kotamadya Dati II berjumlah 2.353 orang. Selain
akbar di lapangan Karebosi yang dihadiri oleh itu, masih terdapat tempat penahanan bagi para
Panglima Dejahit madjajah Askari, Panglima Kodam tapol ditempat lain; Penjara Karebosi, Penjara
Brigdjen Solichin G.P, Gubernur Sulsel Bridgjen A. Maros, Penjara di Gunung Sari, Rumah Tahanan
Rifai, dan Walikota Makassar Major M. Dg. Patompo. Militer (RTM) yang jumlah tahanan pastinya tidak
Rapat akbar dilanjutkan dengan membacakan diketahui. (*)
C a t a t a n K a k i J a n u a r i 2 0 1 8 7
Reportase
S epasang mata tertuju pada badan jalan. Di ikut Sekolah Kepolisian lanjutan di Jalan Somba
sepanjang kiri dan kanan dapat dilihat berdiri Opu Makassar bersama teman-temannya dari
jejeran bangunan perumahan, baik yang kepolisian. Proses pendidikan di sekolah tersebut
sudah rampung maupun yang sedang dalam proses untuk memperoleh kenaikan pangkat. Salah
pengerjaan. Para pengembang mulai mengerjakan seorang bekas guru Soetoyo yang namanya tidak
pembangunan diantara kebun singkong dan diingatnya lagi, terlibat PKI. Dia juga tidak
rumpun bambu di Kawasan Mamminasata'. mengerti tentang semua yang dituduhkan padanya.
Wilayah yang berada antara perbatasan Maros - Hanya karena dekat dan pernah berkunjung ke
Gowa ini, telah dijadikan kawasan penyangga rumah gurunya tersebut, akhirnya dia ikut dituduh
akibat pesatnya perkembangan pembangunan Kota terlibat PKI dan harus menyandang status tapol.
Makassar. “Saya inikan polisi, namanya polisi ya pasti dekat
Kawasan ini lebih dikenal dengan nama dengan masyakarat”, ujar Soetoyo.
Moncongloe. Selain itu, dulunya juga dikenal Dia menjelaskan bahwa, dia tidak banyak
dengan sebutan “Tanah Merah”. Sebelum para tahu soal PKI. Saat di tahanan mereka diperiksa
tahanan politik (tapol) didatangkan untuk menjadi dengan cara disudutkan dan terkadang dipaksa
pekerja rodi, kawasan ini merupakan hutan mengaku terlibat PKI. “Saya tidak mau ngaku,
perbukitan. Tidak banyak yang tahu mengenai itulah kadangkala dipukul” ujarnya. Beberapa kali
kisah para tapol, karena belum banyak sumber diperiksa dia tetap tidak mengaku dan tidak
informasi mengenai cerita salah satu kamp pernah menandatangani berita acara pemeriksaan.
pengasingan para tahanan politik G30S ini . Pria kelahiran Madiun September 1944 ini
“Itu rumah Soemiran”, kata seorang warga awalnya ditahan ke Komando Kota Besar
yang sedang mandi di sumur dekat masjid tua (KOMTABES) Makassar. Tidak berselang lama
sambil menunjukkan salah satu rumah yang kemudian dipindahkan ke Staf Komando Daerah
nampak sepi kepada tim Catatan Kaki. Soemiran Kepolisian (SKOMDAK). Karena SKOMDAK
adalah salah satu tapol Orde Baru yang dituduh mengalami kebakaran, para tahanan dikembalikan
terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI). Dia ke KOMTABES.
ditahan pada tahun 1967 di Rumah Tahanan Setelah tahun 1969 semua tahanan
Militer (RTM) dan dibebaskan pada tahun 1979. kemudian dipindahkan dan disatukan ke Rumah
Setelah dibebaskan dari RTM, dia memilih Tahanan Militer (RTM) Makassar. Hingga di RTM
mengikuti program transmigrasi khusus tapol dan pemeriksaan tetap berlangsung dan kekerasan
menetap di Moncongloe. Sampai saat kami fisik tetap dialaminya. Proses pemeriksaan para
bertandang, istri dan dua anak perempuannya tahanan biasanya ditangani oleh dua sampai tiga
masih menempati rumah peninggalan Soemiran orang. Saat pemeriksaan berlangsung mereka
yang meninggal dunia dua tahun silam. Karena diinterogasi oleh satu orang, sisanya hanya ikut
‘‘
penjara makanan diatur sepenuhnya oleh petugas hektar ya terima saja”
dan dibagikan langsung kepada para tahanan.
Jadwal makan pun tidak teratur, serta jatah
makanannya tidak cukup untuk memenuhi standar peninggalan para tapol sipil, mereka mulai
gizi, hanya ada nasi sedikit ditambah sayur menggarap kebun-kebun dibawah kendali Militer
kangkung. (Komandan DENPOM). Untuk tempat tinggal
Pembagian jatah makanan kemudian sementara, mereka menempati barak-barak bekas
berubah, yang sebelumnya masih diatur dan tapol sipil, sebelum dipindah ke rumah-rumah
dibagikan langsung oleh petugas. Para tahanan yang mereka bangun.
memasak sendiri dengan diberi jatah beras satu Walaupun belum bebas sepenuhnya,
kaleng susu per hari. Sementara sayur masih diatur Soetoyo dan kawan-kawannya merasakan sedikit
dan dibagikan dari petugas RTM. ”Sayur masih kebebasan dibandingkan saat masih di Penjara
diatur jadi satu dari (petugas) RTM, tapi sudah RTM. Menurutnya rata-rata tahanan merasakan
masak sendiri-sendiri, sayurnya ya sayur kebebasan, karena diperbolehkan kemana saja
kangkung”, tambahnya. selama di Moncongloe walaupun tetap dalam
pengawasan ketat dan belum terlepas dari
statusnya sebagai tapol.
Awal kebebasan, haknya juga Hampir setahun berkebun di Moncongloe
masih di-kebiri dan menempati barak-barak. Sekitar tahun 1978
barulah dia dibebaskan. Waktu itu ada kebijakan
Pada akhir tahun 1977 Soetoyo dan para tahanan dari pemerintah yang disampaikan melalui
dari kalangan ABRI dipindahkan ke Kamp Sutomo selaku Komandan DENPOM kepada para
Moncongloe, satu tahun sebelum kamp tapol. Para tahanan diberi pilihan untuk pulang ke
pengasingan bagi orang-orang yang terlibat PKI ini daerah masing-masing atau ikut program
resmi ditutup. Kamp pengasingan Moncongloe ini transmigrasi khusus dan tinggal menetap di
dibuka tahun 1969 untuk para tapol dari kalangan Moncongloe. Kebanyakan tahanan yang
sipil. Untuk mengurangi biaya Negara dalam merupakan asli Jawa memutuskan untuk tinggal
mengurusi tapol, mereka dipaksa untuk memenuhi dan menetap, sementara yang berasal dari daerah
kebutuhan sendiri dengan merambah hasil-hasil sekitar Sulawesi rata-rata memutuskan pulang ke
hutan dan juga berkebun . Sedangkan untuk kampung halaman. “Terus saya ikut mendaftar itu.
tahanan dari kalangan ABRI dipenjara di RTM Ya orang yang tinggal di sini memang ikut
Makassar, sebelum dibawa ke Moncongloe dan mendaftar program transmigrasi”, katanya.
dibebaskan. Mereka yang memutuskan untuk tinggal
Tapol ABRI yang didatangkan dari RTM ke dan menetap di Moncongloe diberi lahan seluas
Moncongloe berjumlah 30 KK. Saat kedatangan satu hektar dan satu rumah pondok untuk
mereka, para tahanan dari kalangan sipil sudah memulai hidup baru. Menurut Soegio awal
tidak ada, namun barak, gereja, masjid, aula dan pertemuan membahas persoalan pembagian lahan.
pos jaga masih ada saat itu . Soetoyo tidak banyak Komandan DENPOM menyampaikan bahwa para
mengetahui soal kondisi tapol sipil, karena saat bekas tahanan militer akan diberi lahan seluas dua
dipindahkan ke Moncongloe para tahanan sipil hektar, namun saat pengurusan administrasi yang
telah dibebaskan secara bertahap. “Saat saya tertera dalam sertifikat hanya seluas satu hektar.
kesini, orang-orang tahanan sipil sudah bebas”, “Menurut komandan dua hektar, tapi yang di sini
ujarnya sambil mengingat masa kelam itu. nyatanya hanya satu hektar. Yang satu hektar tidak
Mereka dipindahkan ke Moncongloe dan tahu kemana. Yang namanya tahanan kan trauma,
diperintahkan untuk berkebun. Dengan dikasi satu hektar ya terima saja”, tambahnya.
bermodalkan peralatan pertanian sederhana Karena para tahanan masih dalam trauma, maka
seperti cangkul, arit dan peralatan lain dari segala keputusan diterima begitu saja.
Pembagian jatah lahan untuk satu hektar yang diterimanya, kehidupan sehari-hari, maka
para tahanan ABRI di Moncongloe karena selain masih dalam Soetoyo bertani singkong dan juga
berbeda dengan daerah tekanan psikologi (trauma), para beternak kambing.
transmigrasi khusus lainnya, tapol lebih berfokus bekerja demi
misalnya saja mereka para menata secara perlahan Selain itu keuangan Soetoyo mulai
tahanan sipil yang kehidupannya. Selain satu hektar terbantu setelah menikah. Istrinya
diberangkatkan ke Nanga-nanga, lahan, mereka diberi satu unit berjualan nasi kuning keliling ke
Kendari. Para Tapol yang traktor untuk digunakan Home base – home base AD.
mendaftar masing-masing menggarap lahan secara bersama. Dengan pekerjaan itu, secara
mendapat lahan seluas dua Masing-masing hanya bisa perlahan dia dan istrinya mulai
hektar. Hal ini dipertegas melalui menggunakan traktor untuk membangun keluarga dan
keterangan Rukiah yang menggarap seperempat hektar. menghidupi 4 orang anak.
merupakan salah satu bekas tapol Jika sudah melebihi maka mereka Walaupun pada akhirnya harus
yang ikut transmigrasi ke Nanga- harus bayar sewa kepada menjual setengah hektar lahannya
nanga. Komandan. untuk membiayai sekolah anak-
anaknya.
Menurutnya, para tapol sipil dari Kebijakan itu membuat mereka
Kamp pengasingan Moncongloe kesulitan untuk cepat menggarap Dia tetap berharap dan menunggu
yang diikutkan trasmigrasi lahan pertanian. Ditambah tidak tindakan dari pemerintah agar
khusus ke Nanga-nanga, Kendari, ada biaya untuk menyewa traktor, hak-haknya sebagai orang yang
mendapat masing-masing tanah maka lebih baik memilih bekerja pernah mengabdi sebagai aparat
seluas dua hektar per orang. sama secara kelompok dalam Negara itu dikembalikan. Karena
“Disana itu setelah kita buka menggarap lahan dengan dia telah ditahan selama sepuluh
lahan, saya dapat tanah dua menggunakan cangkul dan tahun tanpa pernah melalui
hektar dan suami saya juga dua peralatan sederhana lainnya. proses hukum dan tidak ada vonis
hektar”, lugasnya. Jika tahanan bersalah. “apa ini tidak ada
yang berangkat ke Nanga-nanga Sejak masa itulah Soetoyo dan kelanjutan, apa tidak ada
sepasang suami istri, maka para bekas tahanan Politik yang pembela-pembela hukum, ya kita
mereka mendapat empat hektar, menetap di Moncongloe, berusaha masih nunggu adanya perbaikan”
suami dan istri masing-masing untuk bertahan hidup dengan ujar lulusan Kepolisian Mojokerto
mendapat dua hektar. bertani. Biaya hidup sebesar Rp. itu. (*)
9.000- /bulan selama dua tahun
Soetoyo saat itu tidak banyak yang diberi oleh Pemerintah tidak
mempermasalahkan soal lahan cukup untuk memenuhi
Jakaria: Jangan
Ada Lagi Peristiwa
Seperti Ini
Oleh : Jude Al Ginger
Elegi Perempuan
Gerwani
Oleh : Petunia
Cita-cita revolusioner
Saat Rukiah di kantor polisi, pada menelusuri perumahan penduduk kembali pada berhamburan
28 Oktober 1965, dari kejauhan di belakang”, tuturnya. Setelah bersembunyi di perumahan
sudah terdengar teriakan-teriakan situasi sudah aman Rukiah dan warga. Rukiah berucap “saya
ratusan demonstran yang ingin mereka yang mengamankan diri sebenarnya sudah hampir putus
menyerbu kantor polisi. Para kembali lagi ke kantor polisi. asa karena saya punya bayi baru
petugas yang berjumlah belasan satu Minggu”.
tidak dapat menahan demonstran Pada 2 November 1965, Rukiah
menerobos masuk. dibawa ke rumah bersalin. Rukiah sendiri ditempatkan di
Setelah melahirkan anak kantin dan bersembunyi di dalam
Mereka yang mengamankan diri keduanya, dua hari setelahnya dia lemari pengap tanpa udara,
di kantor polisi pada dijemput lagi petugas ke kantor lemari dilempari batu dan
berhamburan berlarian melom- polisi untuk diamankan “yang dipukul dengan sekop oleh
pati pagar. Rukiah mendengar penting istilahnya diamankan”, demonstran “saya hampir
cerita dari sekitar bahwa yang Rukiah menambahkan. pingsan”, kata dia. Rukiah
dicari perempuan hamil dan mengenali salah seorang diantara
punya tahi lalat di dahi, pimpinan Saat Hari Pahlawan 10 November demonstran, Ia adalah keluarga
Gerwani kata mereka. “Saya ini 1965 kembali terjadi dua kali dari suaminya yang antipati
kan perut besar jadi saya lari penyerbuan. Mereka yang terhadap Rukiah dan tergabung
keluar lewat pagar kawat mengamankan diri disana dalam Pemuda Ansor.
Pelarian ke Jawa
Pada tahun 1968 saat gejolak harus mengetahui
Ketakukan akan ditahan lagi, revolusi membuncah di kota ini dan sebagainya, padahal kita
Rukiah lebih memilih untuk Paris, militer di Jawa kembali kan sama sekali tidak tahu”, kata
merantau ke Surabaya dengan melakukan “pembersihan” Rukiah.
membawa anak keduanya. Karena anggota PKI dan simpatisannya
merasa khawatir akan setelah terjadinya peristiwa Blitar. Rukiah bercerita tentang seorang
membahayakan nyawa anaknya, Rukiah kembali ditangkap pada polisi wanita yang baik padanya,
dia menitipkan anak pertamanya tahun itu juga. Penangkapannya Sumarmi Suharko namanya.
ke neneknya. Seraya berpesan dikenal dengan istilah “samber Sumarmi itu membawakan
“ibu tenang saja, kalo mereka raga”. makanan, pakaian, sepatu, dan
menanyakan saya, bilang saja saya mainan untuk anaknya. Dengan
meninggalkan Makassar entah Sebelum dimasukkan ke dalam sel adanya rencana pemindahan
kemana”, kata Rukiah. Dia juga tahanan, para tapol dipukuli dan tahanan lagi, Rukiah takut
berpesan pada adiknya, “dek kalo ditendang hingga terjerambab, itu anaknya akan mendapat siksaan
ada sampai apa-apa, ada yang cari hanya perkenalan menurut dari petugas. Dia juga tidak mau
saya tolong selamatkan ibu”, petugas militer.“Pada saat anaknya hidup dalam dunia yang
tambahnya. penyiksaan petugas menyalakan ia rasakan.
radio tape keras-keras sehingga
Rukiah juga berpamitan pada teriakan para tapol tidak Rukiah memutuskan untuk
suaminya yang masih ditahan terdengar sampai keluar”, kenang memberikan anaknya ke
“saya mau meninggalkan kota Rukiah saat diwawancarai tim Sumarmi. “bu ini anak saya, saya
demi keamanan anak saya, jiwa CaKa. serahkan kepada ibu untuk ibu
saya merasa terganggu dengan mengambil sebagai anaknya
tekanan-tekanan dari Dalam proses introgasi, petugas sendiri, jangan anggap anak saya
masyarakat”, ucap Rukiah ke akan berhenti melakukan dan sepenuhnya hidupnya, saya
suaminya. “Oke yang penting bisa penyiksaan jika telah mendapat serahkan kepada ibu”, tulis
jaga diri, tidak usah pikirkan saya jawaban sesuai keinginan mereka, Rukiah dalam suratnya.
disini nanti tidak lama juga saya yaitu para tahanan terlibat
akan menyusul”, Rukiah dengan G30S. Para tahanan Semenjak ditangkap tahun 1968,
menirukan ucapan suami pasrah saja mengatakan kalo Rukiah dalam penahanannya
kepadanya. Demi memenuhi mereka terlibat. Ini dikarenakan telah dipindahkan berkali-kali.
kebutuhan hidupnya disana dia sudah tidak sanggup menahan Terakhir sempat ditahan di
menjual motor Vespa miliknya siksaan dari petugas “Jadi kalo Penjara Sidoarjo sampai dibawa
sekaligus sebagai ongkos kapal kita bohong dia akan percaya, kembali ke Makassar pada tahun
pemberangkatan. harus mengetahui tentang G30S, 1972.
Kehidupan di Nanga-nanga
P ag
ar K
awa
t
Dap
ur U
umm
Bara
aki
kW
-L
Laki
arak
anit
B
a
Paga
alai
Aula/B
Ruang
r Kaw
eja
Ger
at
Pos Yandu
Masjid
Jala
n se
tapa
k
Pos Keamanan
Jalan
U
Ilustrasi Denah Kamp Pengasingan Moncongloe
(Sumber ; Hasil ilustrasi berdasarkan observasi tim CaKa dan keterangan langsung bekas tanahan politik)
Bekas Kamp Pengasingan Moncongloe berada di Dusun Moncongloe, Desa Paccelekang, Kec. Pattallassang Kab. Gowa.
Tidak ada lagi peninggalan bangunan barak-barak, yang tersisa dan masih dapat di temui diantaranya bangunan
masjid, gereja, pos yandu (dulunya pos keamanan).
Ketiga bangunan yang tersisa dalam kondisi telah direnovasi, dan masih digunakan oleh masyarkat sekitar sampai hari ini.
1922
PKI mulai masuk dan menanamkan
pengaruhnya, melakukan propaganda
serta menyebarluaskan program-
programnya melalui media yang
sudah dikuasainya yaitu “Pemberita
Makassar”.
1950
Permulaan musim Paceklik Petani
Sulawesi Selatan karena iklim yang
1961
tidak menentu. Keadaan ini Diangkatnya 34 Anggota DPR-GR
berlangsung lama dan menyebabkan Sulawesi Selatan yang didominasi
kerugian yang besar bagi seluruh
oleh orang-orang militer yang
lapisan masyarakat Sulawesi Selatan.
Anti-Komunis.
1951
Pemberontakan DI/TII meletus di 1960
Sulawesi Selatan yang dipimpin
oleh Kahar Muzakkar. Kodam XIV Hasanuddin mulai mengawasi
Pemberontakan ini menjadi salah propaganda Komunis di Sulawesi Selatan,
satu faktor terjadinya musim sehingga Panglima Kolonel Inf. M. Jusuf
paceklik para petani. melarang semua aktivitas PKI di wilayah
yurisdikasinya. Pemerintah juga membuat
aturan agar setiap kegiatan PKI harus
1952 dilaporkan kepada Kepala Daerah, Bupati
Beberapa partai politik membentuk atau Walikota.
organisasi buruh, diantaranya Masyumi
dengan SBI, PNI dengan HIMBI, PSI
dengan GOBI, sementara PKI dengan
SOBSI. Ini menjadi awal terjadinya 1957
pemogokan buruh besar-besaran di Para Perwira militer mencetuskan Permesta
Sulawesi Selatan. Masalah yang menjadi (Pemberontakan setengah hati) dengan
tuntutan yaitu kenaikan upah, memberlakukan pemerintahan darurat militer
pemberhentian, hadiah lebaran, dan di Sulawesi Selatan.
jaminan kesehatan.
1954 1955
Seksi Comite (SC) PKI Sulawesi Selatan Panglima Warouw (Komandan Tentara dan
diubah menjadi Central Comite (CC) PKI Teritorium (TT) VII/Indonesia Timur)
untuk wilayah Sulawesi dan Maluku yang menyusun organisasi OPI X dengan mengangkat
berpusat di Makassar. Tujuan Mayor M Saleh Lahade sebagai perwira
pengubahan ini adalah kosentrasi penanggungjawabnya. Hal ini dilakukan untuk
perekrutan anggota sebanyak-banyaknya. mengatasi perekonomian yang kian buruk untuk
tetap bisa membiayai operasi militer di Sulawesi
Selatan. Hal ini juga yang menjadi awal
kepercayaan diri perwira Sulawesi Selatan
untuk mencetuskan Permesta dan otonomi
daerah
1984
Moncongloe diserahkan kepada pemerintah
daerah Maros dan Gowa sebagai wilayah
1963 administratif.
“Ketidaktahuannya mengenai
PKI, serta pembelaannya tidak
dapat menyelamatkan dia dari
status Tapol”
Saya ditanya “Kau kenal dengan orang ini (polisi menyebutkan nama orang yang terlibat PKI).”, Saya
bilang tidak kenal. “Masa' kamu tidak kenal? (menirukan si pemeriksa). Disitu tetap dipaksa, saya
dipukul pake palu-palu karet, di belakang kepala (sambil dua tangannya memegang kepala menirukan
saat diperiksa waktu itu) sampai kepala bengkak saya rasa. Sekitar dua tiga jam (diintrogasi) disuruh
kembali ke rumah. Setelah satu minggu baru saya ditahan di penjara.
‘‘
Tidak ada yang spesial isi dalam rumah bulan, itulah yang menjadi tumpuan
Rabai. Di dalam tidak ada kamarnya, hidupnya. Kadang kala jika belum Kini Tata' Rabai
hanya ada dinding papan setengah badan gajian, untuk makan sehari-hari bersama seorang
yang membatasi antar ruangan. betapa sulit. Dia pun kerap mendapat
Tempatnya tidur besi yang sudah bantuan dari tetangga. Tetangga Rabai istri dan anak
karatan dengan dapur seadanya. Di cukup baik, mereka kadang datang semata
ruang depan terdapat TV, itu pun sudah membawakan beras, ataupun wayangnya,
rusak. singkong.
tinggal di atas
Pasca bebas sebagai tahanan politik pada Keluarganya memang terdaftar lahan yang bukan
tahun 1972, Tata Rabai tidak lagi bekerja sebagai rumah tangga miskin di miliknya.
sebagai bujang sekolah di SD 66. Dia Kecamatan Moncongloe. Rabai harus
bertahan hidup dengan bekerja sebagai bekerja sendiri, istrinya juga sudah
tukang batu dan berkebun untuk menua dan anak perempuan satu-
menghidupi keluarganya. Usianya sudah satunya mengalami kebutaan sejak
lanjut. Dia memutuskan untuk tidak lagi kecil. Kini Rabai tetap ber juang untuk
keluarganya. (*)
‘‘
dipakai oleh sisa-sisa generasi yang telah lama menjadi rahasia
penguasa orde baru mengamini umum. Peristiwa 65 ini jelas-jelas Jika ada kesalahan
oposisi-binner. Misalnya, kalau masih coba disembunyikan masa lalu, yah
bukan Pro Orba, ya PKI. bahkan dilupakan begitu saja, Negara harus minta
Apa yang terjadi dimasa lalu padahal ada ratusan, ribuan,
memang harus menjadi bahkan jutaan korban yang telah maaf. Karena jelas-
perhatian. Mengingat bahwa merasakan kekejian masa lalu ini. jelas Negara terlibat
setelah peristiwa 30 September “Jika ada kesalahan masa lalu, yah di sini”
banyak sekali orang-orang yang Negara harus minta maaf. Karena
ditangkap, dipenjarakan, dibunuh jelas-jelas Negara terlibat di sini.”
tanpa diadili sama sekali. Mereka tutur Pemimpin Redaksi majalah
bertahan hidup dengan susah Tempo tersebut.
payah bertahun-tahun di pulau
buru dan kamp-kamp Budi juga menambahkan bahwa,
pengasingan lainnya. ketika kasus ini dibuka secara
Memang jika kita memerhatikan, adalah majalah Tempo yang di harus ambil posisi itu. Sering
bahwa informasi mengenai kasus beberapa edisi liputannya sekali sih kita pada posisi yang
kasus pelanggaran HAM mengangkat persoalan peristiwa harus melawan pandangan
khususnya kasus 65, masih tersebut. Tempo juga beberapa mayoritas orang, karena kita
dikuasai media Nasional. Media kali menerbitkan buku biografi mengnggap apa yang kita yakini
lokal masih belum begitu tertarik tokoh-tokoh kiri Indonesia yang itu benar jadi selalu begitu,
mengangkat persoalan-persoalan seperti disembunyikan dari selama itu tidak dilakukan dengan
semacam ini. Maka dari itu sejarah, mulai dari biografi D.N sembarang, basisnya harus
sangat dibutuhkan kerja dari Aidit, Syam Kamarusaman, Nyoto argumentative, harus
penggiat-penggiat HAM untuk dan tokoh kiri lainnnya. penegakannya pada perlindungan
mengangkat persoalan ini tidak hak asasi manusia. Kalau yang
hanya pada aras Nasional, tapi Berikut ini pernyataan mas Budi sekarang relevan anti korupsi, itu
upaya penyelesaian kasus ini terkait peran media juga termasuk adalah sifat yang harus diambil.
harus kita dorong bersama pers mahasiswa mengenai kasus Apalagi ini pers mahasiswa itu
melalui aras lokal. Mengingat pelanggaran HAM ini. harus membuat orang berfikir
juga bahwa hampir diseluruh “Disitu media menurut saya rasa lagi tentang sikap yang diambil
wilayah NKRI terdapat korban, sangat pas untuk selama ini sudah benar atau tidak,
baik yang dibantai, maupun yg membicarakannya secara terbuka atau sebenarnya mereka hanya
hanya dipenjara tanpa proses tentang apapun. Dan kita selalu ikut arus orang banyak. Kita harus
hukum. kalau media yang menjaga mendidik orang untuk berfikir
posisinya akan selalu membela terbuka. Di kantor kebetulan ada
Sudah banyak media yang berani yang lemah, memberikan suara pameran grafis, ada satu kutipan
membicarakan persoalan kepada orang yang tidak yg menurut saya relevan, itu
peristiwa 65/66 ini. Tidak tersuarakan. Jadi walaupun stiker di lipat gitu, jadi kalau itu
terkecuali media yang secara mayoritas orang mengganggap ini kebuka baru kebaca, berbunyi
aktif ikut memberi kontribusi membahayakan posisi mereka, Pikiran akan berfungsi hanya
dalam usaha menarasikan kalau kita mengganggap justru kalau terbuka,
sejarah yang berdarah itu, yang benar itu yang kecil kita
Sejumlah Mahasiswa berbagai kalangan melakukan aksi di depan Istana Bogor pasca peristiwa G30S
(Sumber Foto : gettyimages.com)
“Yang paling berkepentingan akan masa depan adalah kami (mahasiswa), oleh karena itu
penentuan masa depan yang tidak terlepas dari keadaan kini adalah juga hak dan kewajiban
kami. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa menyertai perjalanan bangsa Indonesia.”
-Poin Keempat Petisi 24 Oktober Dema UI, 1973
Hari yang lain, suasana kampus masih sama. sejarah pergerakan yang sangat progresif - namun
Kuliah, kantin, nongkrong, tidur di sekret, berulang juga penuh dengan konflik internal - masih belum
dan terus berulang, sampai tak terasa ternyata memberikan pendidikan yang memadai bagi
tahun baru sudah di depan mata. Ah, dengan penguasa semenjak gerakan reformasi.
berakhirnya tahun 2017 ini, maka genap sudah 52 Di Indonesia, pergerakan mahasiswa selalu
tahun sejak aksi heroik 'mahasiswa' dalam memiliki peran dalam berbagai momen perubahan
mengebiri kekuasaan rezim Soekarno. Namun, sosial dan politik. Khususnya pada momen
setelah melalui 52 tahun yang penuh dengan pergerakan mahasiswa angkatan '66, generasi
berbagai dialektika, penguasa bukannya menjadi mahasiswa yang berandil besar dalam
lebih maju dalam berdemokrasi, penggulingan rezim Soekarno di tahun 1967. Bisa
gelagat mereka hari ini malah semakin 'sakit'. dikatakan bahwa pada periode ini lah sejarah
Dengan kondisi mereka yang sedang sakit tentang pergerakan mahasiswa di Negara
ini, mereka terus memperkuat hegemoni mereka, Indonesia dimulai dan merupakan dasar berbagai
mencoba menularkan penyakitnya kepada pergerakan mahasiswa setelahnya. Semangat
masyarakat. Mahasiswa sendiri, yang merupakan perjuangan angkatan '66 ini terus kita warisi
bagian dari masyarakat, memiliki waktu luang yang sampai sekarang. Entah berasal dari cerita
relatif besar serta kelompok yang berkecimpung mengenai momen- momen pergerakan mereka
dalam dunia intelektual. Mereka juga memiliki ketika pada masa penggulingan rezim, atau melalui
Wawancara Khusus
Langit
Terbuka
Luas
Kenapa
TIDAK
Pikiranmu
“Enam Lima” adalah ingatan kelam untuk negara pelanggaran hak asas ini. Organisasi yang berkedok
ini. Tahun yang terbentuk oleh perang ideologi dan Nasionalis Medan menjadi anjing penjaga dalam
pemegang trofi adalah fasisme. Jutaan korban jiwa pelestarian status quo fasisme. Organisasi yang
melayang secara paksa, menuntut keadilan atas makan dan besar dari uang rampokan pengusaha
bentuk genosida negara. Diskriminasi, pelecehan Cina yang ingin tetap hidup. Entah premanisme
dan trauma menghantui keluarga korban hingga seperti inikah yang memang diinginkan Wakil
sekarang. Barang siapa yang mencoba mencari Presiden Jusuf Kalla dalam ceramahnya di
kebenaran atas peristiwa “Enam Lima”, lekaslah Musyawarah Pemuda Pancasila.
belajar untuk tahan terhadap intimidasi, karena Walaupun dengan kebanggaan heroik
setiap ingatan dipaksakan terendap untuk tidak pelaku eksekutor, dalam beberapa segmen
gemercik lagi. Ada sebuah ajaran yang dilarang di menyatakan penyesalan dan kesadaran bahwa
negara ini. Ajaran itu bernama Komunisme. yang mereka lakukan di masa lalu adalah suatu hal
Jhosua Oppenheimer lewat karyanya yang tidak manusiawi. Membawa kembali aktor ke
berjudul “The Act Of Killing” akan membawa kita dalam narasi masa lalu , kembali mengunjungi
kembali mengungkit ingatan masa kelam genosida beberapa tempat yang menjadi lokasi penjagalan.
di Indonesia. Film bergenre dokumenter ini Hal ini menjadi refleksi peristiwa masa lalu yang
mengambil sudut pandang eksekutor pernah dilakukannya. Namun para eksekutor
pembantaian. Adalah Anwar Kongo yang menjadi dikuatkan dengan pembelaan berkedok
tokoh preman bioskop. Masa muda Anwar yang Nasionalisme atau jihad memperjuangkan agama.
kelam memaksanya untuk terlibat dalam agenda Film ini menjadi wajib bagi anak yang lahir
besar pemberangusan kaum komunis. Mabuk di era TV hitam putih. Era yang melalui TV dengan
menjadi stimulant Anwar ketika mengeksekusi. siaran ketika tanggal 30 September muncul
Seni pembunuhan seperti penggunaan kawat Pengkhianatan G30S/PKI (1984). Hegemoni yang
untuk melilit leher sampai penebasan yang dilakukan melalui media telah meracuni pikiran.
membabibuta dipraktekkannya. Usai menonton film ini, kita akan mendapat serum
Pemuda Pancasila menjadi organisasi untuk racun yang telah ditanamkan ke otak.
masyarakat yang sangat bertanggungjawab atas
Dialita
Menyanyikan Semangat Di Masa Kelam
Oleh: Veraya An Riuh
Hanya semangat yang ku ingat ketika seseorang menjalani rutinitas. Sebuah lagu penyemangat,
bercerita tentang album ini. Dialita “Dunia Milik Cholil berhasil membuat bunyi – bunyian yang
Kita” adalah sebuah album yang bercerita tentang menyenangkan dalam lagu ini.
perlawanan dengan ingatan yang dipaksa hilang. Sisir tanah, Frau dan Lintan Gradittya
Suatu pelanggaran hak asasi yang secara kolektif mampu menyulap “Di Kaki –kaki Tangkuban
dan sadar direkonstruksi dalam pikiran kita Perahu” menjadi sebuah kolaborasi petikan gitar
melalui buku pelajaran sekolah. Sebuah dan alunan piano bertemu menjadi satu lewat
kebohongan sejarah mencekoki pikirankita. cerita perjuangan petani melawan pemerintah.
Paduan suara Dialita datang bercerita tentang Ladang tempat mereka bertani menyatukan tekad
kisah lama menagih keadilan. Mengingatkan kita dan harapan aturan yang mensejahterakan dimasa
bahwa kita pernah memiliki kekuatan yang sangat depan. Lagu ini membawa kita ke sawah bersama
besar. petani yang dibelai angin.
Album ini berisi sepuluh lagu yang akan “Padi untuk India” adalah lagu yang berisi
memanjakan telinga pendengarnya. Bukan hanya catatan sejarah. Pada tahun 1946, India mengalami
sekedar nyanyian biasa, beberapa musisi yang krisis pangan. Indonesia kemudian berinisiatif
tidak asing mengiringi paduan suara ini. Adalah memberikan bantuan pangan kepada India Sebagai
Frau, Cholil Mahmud, Sisir Tanah, Nadya Hatta & bentuk solidaritas negara yang dijajah. Sisir tanah
Prihatmoko Catur, Kroncongan Agawe Santoso dan memberikan sentuhan kebahagian yang berlebih.
Lintang Radittya. Beberapa musisi ini turut andil Senyuman tidak terelakkan saat mendengar lagu
dalam mengkomposisi kembali lantunan lagu ini. Keriangan ketika membantu seseorang berada
dalam album ini. Lagu ini juga dikumpulkan dalam jiwa lagu ini.
dengan pelik dari ingatan para paduan suara Eks Sebuah lagu berbahasa Spanyol meyelip
tahanan politik. dalam album ini. Kita pasti mengingat GANEFO
Kita per tama akan dijemput oleh “Ujian” sebagai sebuah olimpiade tandingan pada saat
yang di aransemen oleh Frau. Menyanyikan lagu olimpiade mencampur adukkan antara politik
sedih dengan kobaran semangat suatu keyakinan dengan olahraga. Indonesia kala itu menjadi tuan
akan selalu bangkit. Sangat sulit mendengarnya rumah penghelatan GANEFO pertama. Sisir tanah
tanpa menjatuhkan air mata. Lagu ini melukiskan sukses mengiringi lagu “Viva Ganefo”.
kondisi di balik jeruji besi yang penuh cobaan, Album ini sedikit banyak bercerita tentang sejarah
bagaimana mungkin tahanan politik “Enam Lima” dari masa kelam Indonesia. Pada akhirnya saya
menjalaninya tanpa kegetiran. Sebuah keyakinan dengan penuh semangat mengucapkan selamat
yang membuat mereka kuat menghadapi menikmati sebuah bayangan dari masa kelam yang
diskriminasi. menagih, mengajak menari di pasca-reformasi
Nuansa ciri khas Cholil dalam bermusik yang berstatus membebaskan hak setiap individu
sangat kental dalam lagu “Salam Harapan”. Lagu tapi melarang asupan pengetahuan tentang
untuk seorang kawan yang akan menjalani hari. Marxisme, Leninisme, dan Komunisme.
Pendengar mendengar sebuah harapan ketika akan
Resensi Buku
Kita telah menikmati demokrasi meskipun reot- Moncongloe: dari hutan menjadi kamp
pincang di sana-sini. Berakhirnya rezim Orde Baru pengasingan tahanan politik; bab IV tahanan
Soeharto semakin memperpanjang daftar politik di Moncongloe; bab V pembebasan tahanan
kekuasaan yang jatuh pada akhir abad ke 20 tahun politik; serta kesimpulan dan saran.
Masehi di Nusantara. Para kaum reformis Dalam mengumpulkan data, Taufik menggunakan
khususnya sejarawan dan para aktivis HAM mulai metode wawancara dengan eks tapol, petugas
berani membuka sandiwara Soeharto saat masih inherab baik militer maupun sipil, keluarga eks
berkuasa. tapol, dan keluarga petugas. Sedangakan dari
sumber tertulis data diambil dari arsip, dokumen
Semasa tahun 1965 hingga runtuhnya kekuasaan dan kepustakaan.
Orde Baru, rakyat terus di paksakan dengan
sejarah tunggal. Gaetano Mosca, jurnalis handal Tahun 1965-1966 adalah masa penangkapan
asal Milan menyebutnya sebagai The Ruling Class, secara besar-besaran, basis penangkapan hampir
seolah-olah sejarah adalah sejarah bagi para di seluruh provinsi Sulawesi-Selatan, Sulawesi-
pemenang. Adalah hal yang merisaukan karena Tenggara dan Sulawesi-Barat. Banyaknya anggota
tidak akan ada cacat dalam alur sejarah seperti itu. PKI dan simpatisannya yang tertangkap tak cukup
Pemenang akan merasa dan terasa sebagai patriot menampung mereka di tempat tahanan. Dalam
yang telah menyelamatkan bangsa, patriot ala mengurangi biaya yang besar untuk para tapol
fasis! (tahanan politik), pemerintah membuat kebijakan
untuk mendirikan kamp pengasingan. Di Sulawesi,
Dengan menghindar dari sejarah tunggal, para Moncongloe kemudian menjadi daerah yang
kaum reformis mulai mengancam dalam buku- terpilih sebagai tempat pengasingan tapol yang
buku tentang sisi yang dianggap terlarang oleh dibangun pada tahun 1969. Moncongloe berada di
para Soehartois. Sejarah pembantaian anggota daerah perbatasan Maros dan Gowa, sekitar 16 Km
Partai Komunis Indonesia (PKI) dan simpatisannya dari ibukota Makassar. Daerah ini kemudian
mulai di reka ulang. Usaha ini bukan hanya dikenal pula dengan nama “Tanah Merah”.
berdasar pada kebencian terhadap Soeharto.
Namun lebih kepada mengenai hak-hak manusia Dalam kamp pengasingan Moncongloe, para tapol
yang telah terampas dan dilupakan. Demikian pula kemudian diberikan “pembinaan” mental dan fisik.
buku ini adalah usaha untuk membalikkan klaim Penuturan kisah-kisah para tapol menunjukkan
negara Orde Baru dari bangsa tanpa sejarah ke adanya eksploitasi tenaga kerja dalam jumlah yang
bangsa dengan sejarahnya sendiri. Buku ini ingin besar dan waktu yang cukup lama. Kerja wajib
terhindar dari sejarah tunggal yang dikonstruksi adalah rutinitas sehari-hari para tapol, apel pada
oleh antek-antek Orde Baru. pukul 06.00, berangkat kerja hingga pukul 18.00 di
selingi istirahat sejenak pada siang hari. Setelahnya
Buku ini merupakan tesis Taufik sekaligus anti- diberlakukan lagi apel malam, para tapol diperiksa,
tesis bagi narasi Orbais dalam penyelesaiannya dihitung satu persatu.
sebagai mahasiswa Ilmu Sejarah dalam program
studi Antropologi Universitas Hasanuddin. Tesis Tenaga tapol juga dikerahkan untuk mengurus
berjudul “Komunitas Tahanan Politik PKI kebun petugas, mereka bekerja tanpa diberikan
Moncongloe Sulawesi Selatan: Kontrol Negara yang makan, bahkan apabila tidak memenuhi target
Berlapis (1969-1977)”. Dalam buku ini di bagi akan mendapat pukulan. Dalam memenuhi hasrat
dalam beberapa bagian, yakni bab I pendahuluan; petugas, kemudian dibentuk regu yang meliputi
bab II kemunculan dan perkembangan PKI di regu pembuka lahan, penebang pohon, pengergaji,
Sulawesi Selatan; bab III pencari batu dan penebang bambu.