Anda di halaman 1dari 9

Diterbitkan Oleh:

Jurusan
Model Pembelajaran dan Prinsip Bermain Pencak Silat Untuk Anak Pendidikan
Prasekolah Olahraga
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Fakultas Ilmu Keolahragaan
Volume 5, Nomor 1, April 2008 Universitas Negeri Yogyakarta

DIMENSI KREATIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI


DI SEKOLAH

Oleh Hari Amirullah Rachman


Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract jaman kejayaannya pada tahun 70-an, namun merosot


sejak tahun 80-an. Di negara-negara Eropa, penjas
Every child is born with creative potential, but this
potential may be stifled if care is not taken to nurture mengalami krisis yang akut, bukan saja karena
and stimulate creativity. Creativity is the ability to see perubahan politik, tetapi juga karena faktor ekonomi.
things in a new and unusual sight, to see problems Krisis penjas sebenarnya tidak lepas dari krisis
that no one else may even realize exist, and then pendidikan secara keseluruhan, seperti di lansir oleh
come up with new, unusual, and effective solutions to banyak pakar. Hal ini karena penjas sendiri tidak lepas
these problems. Children like to try out different ways, dari kebijakan pendidikan secara umum. Menurut
experiment with different materials, and see what they Rusli (1999), dari kacamata pendidikan secara umum,
can do creatively. Finding different ways to exspressing krisis itu berakar pada konsep “adaptabilitas” yang
themselves physically satisfies the urge for creative rendah terhadap perubahan yang menimbulkan
action. But it must be their ways, their ides, and their kesenjangan yang diakibatkan oleh perubahan yang
accomplishment. Physical education gives children membangkitkan tantangan, yang dalam konteks
opportunity for exploratory and creative activity. keolahragaan berupa movement culture (budaya
Children need an opportunity to tray out their own ideas,
gerak) seperti dalam tulisan Crumm (1986). Hasil
solve some of their own movement problems and bring
kajian Coomb tentang krisis dunia dalam pendidikan
forth movement of their own origin. Teachers need to
terjadi kerana 4 faktor yaitu: (1) peningkatan aspirasi
take advantage of this drive by providing opportunity
pendidikan yang berkaitan dengan laju pertumbuhan
for the child to come up with his own movement ideas.
kependudukan, (2) langkanya sumberdaya pendukung
Kata kunci: Kreatifitas, pembelajaran pendidikan kegiatan, bukan saja sumberdaya manusia tetapi juga
jasmani anggaran biaya pendidikan yang terbatas, (3)
lambannya system pendidikan yang beradaptasi
PENDAHULUAN dengan perubahan, dan (4) tradisi dan system nilai
Dalam laporannya mengenai reinterpretasi hasil dalam lembaga yang menimbulkan terjadinnya inertia
kongres pendidikan jasmani (penjas) se-dunia, Rusli untuk bertahan terhadap pengaruh inovasi dari luar.
Lutan (1999) sebagai salah satu wakil Indonesia, Di Indonesia, posisi penjas sendiri berada pada
menyatakan terdapat kecenderungan bahwa penjas bagian yang tidak dianggap penting oleh sebagian
di seluruh dunia mengalami krisis global. Dalam besar masyarakat. Penjas dianggap hanya
kongres yang diikuti oleh wakil dari 80 negara tersebut mendatangkan kelelahan saja dibandingkan manfaat
dihasilkan “Agenda Berlin” sebagai jawaban terhadap lain yang lebih besar. Hal tersebut makin diperparah
krisis global penjas, dan agenda itu diharapkan dapat oleh minimnya jam pelajaran penjas di sekolah mulai
dijabarkan dalam kebijakan dan action di Negara dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Upaya
masing-masing. Dari persepektif sejarah, penjas penjas untuk meningkatkan kebugaran jasmani jelas
sebagai layanan profesi untuk kegiatan yang bersifat merupakan hal yang mustahil bila jam pelajaran hanya
mendidik di lingkungan pendidikan formal, mencapai sekitar 90 menit perminggu. Belum lagi dengan

JPJI, Volume 5, Nomor 1, April 2008 57


Hari Amirullah Rachman

struktur kurikulum yang lebih memihak pada olahraga merangsang pertumbuhan dan perkembangan fisik,
prestasi ketimbang pendidikan jasmani. Para pakar keterampilan motorik, keterampilan berfikir,
menyadari bahwa penjas saat ini terkesan banci, emosional, sosial, dan moral. Pembekalan
paling tidak dari istilah-istilah yang digunakan dalam pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina,
kurikulum. Aroma kecabangan masih tetap kental sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif
dalam kurikulum 2004 (KBK), materi-materi sepanjang hayat.
pembelajaran masih menggunakan nama cabang Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan
olahraga misalnya sepakbola, bolabasket dan bolavoli. sebagai suatu proses pembinaan manusia yang
Istilah-istilah tersebut seharusnya tidak lagi digunakan berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan
dalam kurikulum penjas 2004 kalau kita menginginkan Jasmani adalah sangat penting, yakni memberikan
penjas dapat dilaksanakan dengan benar. Istilah yang kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam
seharusnya digunakan untuk materi pelajaran aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,
diantaranya adalah “permainan” untuk mewakili bermain, dan aktivitas olahraga secara sistematis.
berbagai aktivitas permainan, “Akuatik” untuk aktivitas Hal tersebut merupakan media untuk mendorong
di air, aktivitas uji diri untuk senam dan seterusnya. perkembangan keterampilan motorik, kemampuan
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-
sesungguhnya di antara para “pakar” penjaspun nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-dan sosial),
sebenarnya terdapat ketidakseragaman persepsi serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara
mengenai penjas, atau tidak menghiraukan hal-hal untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan
yang sebenarnya memiliki esensi yang dalam, yang seimbang. Melalui pembelajaran Pendidikan
meskipun hanya sekedar istilah. Jasmani siswa akan memperolah pengalaman yang
Dari manfaatnya, tentu para pendidik dan erat kaitannya dengan kesan pribadi yang
masyarakat tidak meragukan bahwa penjas dapat menyenangkan, berbagai ungkapan kreatif, inovatif,
membentuk fisik yang sehat, pribadi yang kuat, keterampilan gerak, kesegaran jasmani, pola hidup
berdisiplin, sosial-emosional yang baik, serta sehat, pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak
menumbuhkan kreativitas. Melalui aktivitas jasmani manusia, juga akan dapat membentuk kepribadian
yang terprogram dengan baik berbagai tujuan yang positif.
pendidikan dapat dicapai misalnya penguasaan life Pendidikan Jasmani menekankan aspek
skill, tumbuhnya kreativitas dan lain-lain. Yang menjadi pendidikan yang bersifat menyeluruh (kesehatan,
masalah adalah mampukah guru menterjemahkannya kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis,
ke dalam proses pembelajaran sehingga manfaat yang stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran
begitu besar tersebut dapat dicapai oleh siswa. dan tindakan moral), yang merupakan tujuan
Tulisan ini merupakan refleksi dari kekhawatiran, pendidikan pada umumnya. Atau secara spesifik
sekaligus harapan bagi pendidikan jasmani untuk melalui pembelajaran pendidikan jasmani, siswa
memenuhi tugasnya sebagai bagian dari proses melakukan kegiatan berupa berupa permainan
pendidikan secara keseluruhan dalam membentuk (game), dan berolahraga (disesuaikan dengan
manusia Indonesia seutuhnya. pertumbuhan dan perkembangan anak). Meskipun
demikian unsur prestasi dan kompetisi juga terdapat
PENDIDIKAN JASMANI DAN di dalamnya dan dimanfaatkan sebagai alat
PENGEMBANGAN KREATIVITAS pendidikan. Tidak ada pendidikan yang tidak
mempunyai sasaran pedagogis, dan tidak ada
Peran dan Fungsi Pendidikan Jasmani pendidikan yang lengkap tanpa adanya Pendidikan
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan Jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani
melalui penyediaan pengalaman belajar kepada siswa adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan
berupa aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang
yang direncanakan secara sistematik guna searah perkembangan zaman.

58 JPJI, Volume 5, Nomor 1, April 2008


Dimensi Kreatif Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah

Dalam GBHN (1988), dinyatakankan bahwa bagi kita. Mengapa anak perlu diajarkan untuk
pendidikan dan pengembangan olahraga merupakan bergerak? Bukankah tanpa diajari bergerak anak akan
bagian dan upaya peningkatan kualitas manusia dengan sendirinya bergerak? Jawaban ini benar.
Indonesia yang ditujukan pada peningkatan kesehatan Namun, hal itu hanya berlaku untuk kemampuan yang
jasmani dan rohani seluruh masyarakat, pemupukan terkait dengan kematangan. Jika tiba saatnya, dan
watak, disiplin dan sportivitas serta pengembangan anak telah siap sesuai dengan tingkatan usianya,
prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa maka tanpa belajarpun dia dapat berjalan, berlari,
kebanggaan nasional. Sehubungan dengan itu perlu melompat dengan sendirinya. Keterampilan tersebut,
ditingkatkan pendidikan jasmani dan olahraga di termasuk ke dalam keterampilan yang dikuasai
lingkungan sekolah, pengembangan olahraga karena factor kematangan.
prestasi, upaya memasyarakatkan olahraga dan Sebaliknya, banyak keterampilan gerak yang
mengolahragakan masyarakat serta upaya dapat dikuasai dengan baik hanya dengan proses
menciptakan iklim yang lebih mendorong masyarakat belajar. Keterampilan suatu cabang olahraga misalnya,
untuk berpartisipasi serta bertanggungjawab dalam yang selanjutnya bermanfaat sebagai pengisi waktu
membina dan mengembangkan olahraga. luang, hanya akan dapat dikuasai dengan baik, bila
Penjelasan tersebut sesuai dengan tujuan dipelajari dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian,
pendidikan nasional yang bertujuan mencerdaskan anak akan mampu menggunakan tubuhnya secara
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia efisien, dan bahkan didasari pada pemahaman.
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa Dampak lebih lanjut adalah anak akan memiliki
kepada Tuhan Yang maha Esa, memiliki kesegaran kebiasaan dan keterampilan untuk mengisi waktu
jasmani dan rohani, budi pekerti luhur, pengetahuan luangnya, kelak keterampilan itu diharapkan akan
dan keterampilan yang mantap, rasa cinta tanah air dilakukan disepanjang hayatnya. Karena itu pula ia
Indonesia, memiliki kemampuan untuk membangun menjadi aktif, dan hal ini menyumbang antara lain
dirinya sendiri dan memiliki tanggungjawab bersama kepada perkembangan kebugaran jasmaninya.
atas upaya pembangunan bangsa dan Negara Perkembangan jasmani anak, tidak semata-mata
Indonesia. bergantung pada proses kematangan. Perkembangan
Dari uraian di atas jelas bahwa peran pendidikan itu juga dipengaruhi oleh pengalaman gerak mereka
jasmani sangat penting dalam mengubah watak baik ditinjau dari aspek kualitas maupun kuantitas
disiplin, sportivitas, kerjasama, melu handarbeni dan pengalaman itu. Anak harus memperoleh banyak
lain-lain. Hal ini menjelaskan mengenai fungsi kesempatan untuk bergerak dan bermain. Namun,
pendidikan jasmani bagi pembangunan manusia. kegiatan itu harus pula disertai bimbingan dan
Fungsi umum dari pendidikan jasmani adalah untuk dorongan serta pengawasan dari orang dewasa,
menunjang serta memungkinkan pertumbuhan termasuk orangtua dan guru. Melalui bimbingan itu
maupun perkembangan yang wajar dari siswa. Seperti anak akan mampu bergerak dengan penuh
halnya tujuan oendidikan umum, tujuan pendidikan kesenangan, efisien, serta terkontrol. Inilah salah satu
jasmani menyangkut tujuan fisik, sosial, emosional alas an mengapa disediakan pengalaman gerak
dan rekreasi. melalui pendidikan jasmani.
Secara sederhana, pendidikan jasmani merupakan Persoalan lainnya, yang lebih penting adalah
proses belajar untuk bergerak, dan belajar melalui belajar melalui gerak. Pernahkah terlintas dalam
gerak. Apa maksud pernyataan ini? Mudah dipahami, benak kita, bahwa dengan bergerak kita telah
selain belajar dan dididik melalui gerak untuk menciptakan suasana belajar? Belajar melalui
mencapai tujuan pengajaran, dalam pendidikan pengalaman gerak, untuk mencapai tujuan
jasmani, anak diajarkan untuk bergerak. Melalui pembelajaran, merupakan salah satu cirri unik dari
pengalaman itu akan terbentuk perubahan-perubahan pendidikan jasmani. Dalam pengertian yang lebih
dalam aspek jasmani dan rohaninya (Vannier & mendalam, proses pendidikan berlangsung melalui
Gallahue, 1978: 4). Pernyataan ini sepertinya aneh aktivitas jasmani, bermain dan kegiatan olahraga. Guru

JPJI, Volume 5, Nomor 1, April 2008 59


Hari Amirullah Rachman

dan siswa saling mempengaruhi dalam pergaulan yang berkembang dan berinteraksi dengan lingkungan.
bersifat mendidik. Melalui interaksi semacam itu, Sementara itu system emosional-kognitifnya
tujuan pembelajaran dan pendidikan dapat diwujudkan. berkembang melalui bermain, menirukan dan
Melalui proses belajar yang demikian, pendidikan pembacaan cerita. Sedangkan kecerdasan yang lebih
jasmani ingin mewujudkan fungsinya terhadap tinggi akan berkembang apabila anak dirawat dengan
perkembangan anak, sebuah perkembangan yang benar dengan memperhatikan kesehatan
seimbang, selaras dan harmonis, yang bersifat emosionalnya.
menyeluruh, sebab yang disasar bukan saja aspek Kreativitas bukanlah hadiah, melainkan
jasmaniah yang lazim dicakup dalam istilah kemampuan yang harus dikembangkan, dilatih dan
psikomotorik, namun juga perkembangan dipelihara, dan biasanya mereka yang kreatif akan
pengetahuan dan penalaran yang dicakup dalam berusaha selalu meningkatkan kreativitasnya melalui
istilah kemampuan kognitif. Selain itu dicapai pula berbagai upaya dengan menggunakan berbagai logika
perkembangan watak serta sifat-sifat kepribadiannya, berpikir dan berbuat. Mereka selalu menatap ke masa
yang tercakup dalam istilah perkembangan afektif. depan dan berpikir untuk orang lain. Orang yang kreatif
akan dengan mudah menghubungkan simpul-simpul
Peran dan Fungsi Kreativitas
peluang menjadi kenyataan. Mereka juga senantiasa
Kreativitas menunjuk kepada kemampuan
memikirkan hal-hal baru dan menerapkannya untuk
mewujudkan bentuk baru, struktur kognitif baru, dan
mengatasi masalah.
produk baru, yang mungkin bersifat fisik seperti
Karakteristik dari orang-orang yang kreatif biasanya
teknologi atau bersifat simbolik dan abstrak seperti
adalah; tidak pandai tetapi cerdas, selalu mempunyai
definisi, rumus, karya sastra atau lukisan. Berkreasi
ide yang baru, mempunyai imej diri yang positif, selalu
adalah memunculkan kejutan-kejutan efektif yang
termotivasi untuk mengatasi masalah, sensitif
misterius, karena datangnya ilham atau solusi begitu
terhadap lingkungan disekelilingnya, membuat banyak
cepat, tepat waktu, dan tidak dapat dipaksakan.
alternatif pemecahan masalah, fleksibel dan selalu
Sebagian besar dari kita sesungguhnya memiliki
melihat makna dan implikasi dari masalah yang akan
elemen-elemen kreativitas, masalahnya apakah
dipecahkan.
dikembangkan atau tidak. Karena sesungguhnya
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa
kreativitas dapat dibentuk atau dilatih (Treffinger,
sebenarnya pada diri manusia telah memiliki potensi
1984). Ahli lain mengatakan bahwa kreativitas
untuk kreatif, tinggal bagaimana manusia tersebut
merupakan kemampuan melihat suatu fenomena dari
dapat memunculkan potensi tersebut menjadi suatu
perspektif yang berbeda, kreatif merupakan gabungan
karya yang bermanfaat dan memiliki orisinalitas.
dari tiga kemampuan yang diselaraskan yaitu: (1)
kemampuan mensintesa dengan cara membangun Prasyarat Proses kreatif
hubungan yang tak lazim, (2) kemampuan analitis Kreativitas adalah kemampuan mewujudkan
dengan cara memberikan penilaian kritis untuk bentuk baru, struktur kognitif baru, dan produk baru,
memunculkan ide-ide baru, dan (3) Kemampuan yang mungkin bersifat fisikal seperti teknologi atau
pragmatis dengan cara mengubah ide menjadi bersifat simbolik dan abstrak seperti definisi, rumus,
kenyataan. Kemampuan-kemampuan tersebut telah karya sastra atau lukisan. Berkreasi adalah
terbentuk sebagai elemen yang dimiliki oleh semua memunculkan kejutan-kejutan efektif yang misterius,
orang, hanya saja apakah dapat dimanfaatkan karena datangnya ilham atau solusi begitu cepat,
menjadi suatu potensi kreatif atau tidak (Baron & tepat waktu, dan tidak dapat dipaksakan (Ward,
Harrington, 1981). 1974). Dalam menjelaskan proses kreatif, Arthur
Fungsi kreatif ini sebenarnya telah mulai Koestler dalam bukunya, The Art of Creativity, telah
berkembang sejak anak berusia 4 tahun, yang ditandai mengajukan teori berpikir bisosiatif sebagai cara
dengan berkembangnya struktur otak bagian bawah melukiskan proses kretaivitas. Jenis berpikir yang
hingga 80%, serta berkembangnya kecerdasan yang kreatif, divergen dan imajinatif, yang dibedakan dari
lebih tinggi. Pada fase ini fungsi motorik mulai berpikir konvergen, logis, analitis, sebagaimana

60 JPJI, Volume 5, Nomor 1, April 2008


Dimensi Kreatif Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah

menjadi tugas dan fungsi dari masing-masing belahan kreativitasnya melalui berbagai upaya dengan
otak, kanan dan kiri (Semiawan dkk, 2004: 47). menggunakan berbagai logika berpikir dan berbuat.
Menurut Koestler (1980), Mereka yang kreatif pada Mereka selalu menatap ke masa depan dan berpikir
umumnya memiliki kesamaan dan nampaknya untuk orang lain. Orang yang kreatif akan dengan
merupakan prasyarat munculnya kreativitas itu, antara mudah menghubungkan simpul-simpul peluang
lain sebagai berikut. Pertama, pengetahuan yang luas menjadi kenyataan. Mereka juga senantiasa
ihwal bidang yang dikuasainya, dan keinginan yang memikirkan hal-hal baru dan menerapkannya untuk
terus-menerus untuk mencari problem baru. Dengan mengatasi masalah, sedangkan Pendidikan Jasmani
kata lain, mereka berkelana menyeberang batas adalah proses pendidikan melalui penyediaan
pengetahuan yang dimilikinya. pengalaman belajar kepada siswa berupa aktivitas
Kedua, adanya sejumlah kualitas yang jasmani, bermain, dan berolahraga yang direncanakan
memungkinkan munculnya respon seperti rasa secara sistematik guna merangsang pertumbuhan
percaya diri, ceria, mandiri, kukuh pendirian, tidak dan perkembangan fisik, keterampilan motorik,
mengenal lelah, dan kesiapan mengambil risiko. keterampilan berfikir, emosional, sosial, dan moral.
Kualitas-kualitas demikian itu terbentuk karena Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk
kondisi yang kondusif sejak masa kanak-kanak. membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat
Dengan kata lain, orangtualah yang paling dahulu dan aktif sepanjang hayat. Dari uraian tersebut terlihat
bertanggung jawab untuk menanamkan benih-benih bahwa sebenarnya terdapat beberapa hal yang sangat
kreativitas itu. berkaitan antara pendidikan jasmani dan kreativitas
Ketiga, adanya kemampuan membagi diantaranya adalah pendidikan jasmani menyediakan
konsentrasi, menjauh dari cara berpikir konvensional, media bagi pengembangan kreativitas seperti
menggunakan kekuatan intuitif dan yang tidak merangsanag keterampilan berfikir, mengembangkan
tersadari untuk menyelesaikan masalah; dan tabah keterampilan sosial dan emosional. Yang menjadi
menanti (tidak segera mengakhiri suatu usaha). pertanyaan adalah bagaimana cara pendidikan
Keempat, adanya keinginan kuat untuk mencapai jasmani dapat meningkatkan kreativitas seseorang
keseimbangan saat menghadapi persoalan, sehingga melalui program yang dilaksanakan? Berdasarkan
dorongan internal untuk melakukan integrasi dan pertanyaan tersebut, berikut diuraikan mengenai
disintegrasi terhadap kemapanan yang ada akan pengembangan kreativitas melalui penjas.
senantiasa berakhir cemerlang.
Bermain sebagai Aktivitas Kreatif
Kita melihat bahwa secara kultural dan genetik
Bermain merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
beberapa orang cenderung lebih kreatif dari yang lain.
seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa
Sebut sajalah, orang kulit hitam Amerika dalam bidang
mempertimbangkan hasil akhir. Sebagai aktivitas
tarik suara dan olahraga, orang Cina dalam bisnis,
yang menyenangkan, bermain memberikan banyak
dan Jepang dalam kedisiplinannya. Namun,
manfaat bagi yang melakukannya. Dengan bermain,
sesungguhnya kapasitas untuk berkreasi itu
anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya,
merupakan karakteristik atau fitrah manusia yang
anak akan terus bermain selama permainan tersebut
memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Bukankah
menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti
masing-masing kita ini cenderung berperilaku berbeda
apabila permainan tersebut sudah tidak
dalam situasi tertentu.
menyenangkan. Dalam hal bermain ini anak
melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba,
PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI
dan mengenal hal-hal baru. Bagi anak, bermain adalah
PENDIDIKAN JASMANI suatu kegiatan yang serius, namun mengasyikkan.
Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa kreativitas Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh
merupakan kemampuan yang harus dikembangkan, anak, karena menyenangkan, dan bukan karena
dilatih dan dipelihara, dan biasanya mereka yang mengharapkan pujian atau mendapatkan hadiah.
kreatif akan berusaha selalu meningkatkan Bermain merupakan pekerjaan yang dilakukan setiap

JPJI, Volume 5, Nomor 1, April 2008 61


Hari Amirullah Rachman

hari oleh anak. dikembangkan diantaranya adalah kemampuan


Menurut beberapa pakar pendidikan, bermain mengambil keputusan, kemampuan menyelesaikan
merupakan landasan bagi perkembangan kesehatan masalah dan kemampuan melihat situasi permainan
anak (Roger &Sawyer, 1988; Rubin, Fein & dengan jeli.
Vandenberg, 1983). Melalui bermain anak
Pengembangan Perseptual Motorik
menunjukkan kepada kita bagaimana anak yang sehat
tumbuh dan berkembang. Bermain dapat membantu
Sebagai Dasar Pengembangan
anak dalam mengembangkan pengetahuan, Kreativitas.
bersosialisasi dan membentuk keterampilan motorik, Perseptual motorik merupakan istilah yang
serta membantu anak mengekspresikan digunakan untuk mengkaitkan antara fungsi kognitif
perasaannya. Sehingga sesungguhnya bermain dan keterampilan gerak (Thomas, Thomas, Lee, 1988:
merupakan landasan bagi program pengembangan 62). Sementara itu Barrow dan McGee (1976: 134)
yang baik bagi anak-anak. menyatakan bahwa perseptual motorik menunjuk
Anak-anak mempunyai kebutuhan dasar untuk kepada kemampuan individu untuk menerima,
bermain, yang dilakukan setiap hari ketika mereka menginterpretasikan dan memberikan reaksi dengan
tidak sedang tidur, makan atau kalau tidak dilarang tepat kepada sejumlah rangsangan yang datang
oleh orang yang lebih dewasa, baik di luar maupun di kepadanya, tidak hanya dari luar dirinya tetapi juga
dalam ruang. Kedua lingkungan bermain tersebut dari dalam. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa
mempunyai perbedaan yang signifikan sebagai arena konsep perseptual motorik menunjuk kepada
untuk bermain. Dibandingkan dengan tempat bermain pengambilan informasi yang di dapat untuk
di dalam ruang, tempat bermain di luar ruang menghasilkan perilaku motorik. Menurut Cohen
mempunyai kelebihan dalam memberikan aktivitas (Clifton, 1971: 33) perseptual motorik dibentuk oleh
yang lebih kompleks serta keleluasaan untuk bergerak dua sistem yaitu (1) sistem persepsi dan (2) sistem
dengan bebas. Material alamiah seperti air, pasir, indera. Kedua sistem ini tidak dapat dipisahkan,
tanah dan kayu juga memberikan pengalaman yang karena seseorang tak mungkin melakukan aktivitas
lebih variatif dalam pengembangan pengetahuannya. gerak tanpa persepsi dan sebaliknya, karenanya
Bermain yang merupakan salah satu model kedua sistem tersebut merupakan satu kesatuan
pembelajaran yang digunakan pada pendidikan sistem perseptual motorik.
jasmani dapat di desain sebagai aktivitas kreatif, Pentingkah kemampuan perseptual motorik ini bagi
karena pada dasarnya dengan bermain anak seseorang? Mengenai pentingnya kemampuan
melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya dan perseptual motorik ini, Gelman (1978), Holt (1975),
berupaya agar dalam melakukan permainan tersebut Rosenbloom (1975) menyatakan pengaruhnya
dapat memperoleh kesenangan tidak membosankan. terhadap perkembangan intelektual, sosial dan
Sebagai contoh, permainan Gobag Sodor yang emosional. Perseptual motorik mendorong seseorang
merupakan permainan yang membutuhkan aktivitas untuk mengeksplorasi pengetahuan dari
jasmani, memiliki persyaratan untuk dijadikan sebagai lingkungannya, untuk kemudian memformulasikannya
aktivitas kreatif. Untuk dapat melewati rintangan dari menjadi konsep yang diekspresikan kepada
garis awal sampai kembali ke garis awal memerlukan keterampilan gerak. Seorang anak yang bergerak
taktik dan strategi yang sesuai dengan kemampuan dengan mudah dan menampilkan tugas gerak yang
lawan bermainnya. Satu regu harus mampu membagi terampil cenderung mempunyai rasa percaya diri dan
anggotanya untuk dapat bekerjasama melewati mempunyai konsep diri yang positif. Sementara itu
penjaga di sepanjang garis yang dilalui, belum lagi Cratty (1967) berpendapat bahwa anak-anak yang
harus berkonsentrasi pada Sodor (pemain garis tidak dapat mengendalikan gerakannya dengan baik
tengah) yang biasanya mempunyai kemampuan memiliki konsep diri yang rendah dan seringkali
diatas rata-rata. Pada permainan ini beberapa mendapat kesulitan dalam menyesuaikan diri baik
kemampuan yang menjadi syarat kreatif dapat sosial maupun emosionalnya (Lazlo, Bairstow, 1985:

62 JPJI, Volume 5, Nomor 1, April 2008


Dimensi Kreatif Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah

5). Lebih jauh Kephart (Mathews, 1973: 196-197) sesuai dengan kenyataan seperti diuraikan pada
menyatakan bahwa anak-anak yang menunjukkan bagian terdahulu bahwa Fungsi kreatif ini sebenarnya
kesulitan dalam belajar di sekolah pada kelas 1 telah mulai berkembang sejak anak berusia 4 tahun,
sampai kelas 3 juga menunjukkan kesulitan dalam yang ditandai dengan berkembangnya struktur otak
per-kembangan perseptual motoriknya, dan kesulitan bagian bawah hingga 80%, serta berkembangnya
dalam persepsi motorik ini mempunyai hubungan kecerdasan yang lebih tinggi. Pada fase ini fungsi
yang mendasar dengan prestasi sekolah. Senada motorik mulai berkembang dan berinteraksi dengan
dengan pendapat sebelumnya, Thomas, Thomas dan lingkungan. Sementara itu system emosional-
Lee (1988: 62), mengemukakan pengaruh perseptual kognitifnya berkembang melalui bermain, menirukan
motorik pada fungsi kognitif, yaitu: (1) terdapat akibat dan pembacaan cerita. Sedangkan kecerdasan yang
dan keterkaitan langsung antara kemampuan persepsi lebih tinggi akan berkembang apabila anak dirawat
motorik dan prestasi akademik, (2) perseptual motorik dengan benar dengan memperhatikan kesehatan
melandasi kesiapan dan penampilan akademis. emosionalnya.
Sebagai contoh koordinasi mata tangan yang baik
Peran Guru Penjas dalam Pengembangan
merupakan pra-syarat untuk kemampuan menulis.
Sementara itu pendapat lain meyatakan bahwa,
Kreativitas
perkembangan perseptual motorik berkaitan erat Untuk dapat mengimplementasikan model
dengan berbagai keterampilan dasar atau kemampuan pembelajaran dengan menggunakan
yang diyakini mempunyai peran penting dalam mengembangkan kreativitas, diperlukan cara
membangun dasar yang kuat bagi tercapainya pencapaian program yang terencana dengan baik,
prestasi belajar yang tinggi (Siedentop, Herkowitz, terutama pada keterampilan guru untuk dapat
Rink, 1984: 81). melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
Menurut Rudolph Laban, kemampuan perseptual berbagai kombinasi model pembelajaran. Kemampuan
motorik seseorang dibentuk oleh: (1) pemahaman guru merupakan komponen penting dalam
tubuh (body awareness), (2) pemahaman ruang pembelajaran sebagai fasilitator dan motivator bagi
(spatial awareness), (3) kualitas gerak (qualities of anak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
movement), (4) hubungan dengan obyek diluar tubuh diharapkan. Joyce dan Showers dalam Griffin,
(relationships) (Wuest, Bucher, 1995: 98-107). Mitchell dan Oslin (1997: 228-229) mengidentifikasi
Pemahaman tubuh berkaitan dengan bagaimana empat keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh
tubuh melakukan gerak, pemahaman ruang berkaitan seorang guru, yaitu (1) kemampuan mentransfer, (2)
dengan dimana tubuh melakukan gerak, kualitas gerak ketekunan, (3) dapat memenuhi tuntutan kognitif
berkaitan dengan bagaimana tubuh melakukan gerak, dalam pembelajaran, dan (4) mempunyai fleksibilitas
sedangkan hubungan dengan obyek di luar tubuh terhadap inovasi.
berhubungan dengan siapa atau apa yang digerakkan Kemampuan mentransfer merupakan kemampuan
oleh tubuh. Senada dengan Rudolph Laban, Gallahue menyampaikan sesuatu yang telah diketahui dari satu
(1996: 332-336) menyatakan bahwa persepsi motorik situasi ke situasi lain. Hal ini penting karena membuat
dibentuk oleh: (1) pemahaman tubuh, (2) pemahaman perubahan dari satu situasi ke situasi lain bukanlah
ruang, (3) pemahaman arah, dan (4) pemahaman yang hal yang mudah. Guru atau pembina yang memiliki
berkaitan dengan waktu (timing). kemampuan mentransfer suatu metode ke metode
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa yang lain dengan menggunakan pendekatan yang
kemampuan perseptual motorik berpengaruh terhadap berbeda-beda akan dapat dengan mudah beradaptasi
perkembangan intelektual, sosial dan emosional. terhadap berbagai model pembelajaran, termasuk
Perseptual motorik mendorong seseorang untuk pengembangan kreativitas. Menyusun rencana
mengeksplorasi pengetahuan dari lingkungannya, pembelajaran juga termasuk kemampuan mentransfer
mampu mengendalikan tubuhnya terhadap obyek luar dari pengetahuan yang telah dimiliki guru kepada
dan memiliki kualitas gerak yang baik. Hal tersebut materi pembelajaran yang akan dilaksanakan siswa.

JPJI, Volume 5, Nomor 1, April 2008 63


Hari Amirullah Rachman

Dengan demikian keberhasilan pencapaian pembelajaran di tinjau dari aspek guru sebagai
pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan pelaksana model pembelajaran dengan tujuan
guru dalam mentransfer pengetahuan yang dimiliki pengembangan kreativitas.
kepada berbagai situasi pembelajaran.
Komponen kedua yang harus dimiliki seorang guru KESIMPULAN
adalah ketekunan. Sifat ini merupakan kunci Albert Einstein pernah mengatakan, “Imagination
keberhasilan yang sering menentukan apabila bakat is more important than knowledge.” Teknologi di
tidak diperhitungkan. Hal ini mengandung pengertian sekeliling kita ini pada mulanya sekadar imajinasi.
bahwa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran Burung-burung yang terbang di udara dan ikan-ikan
diperlukan bukan hanya kepandaian dan bakat saja, yang berenang di dasar samudra menghidupkan
tetapi lebih dari itu diperlukan ketekunan. Hal ini imajinasi para pendahulu kita, sehingga akhirnya
karena guru yang tekun biasanya juga pekerja keras, terciptalah Pesawat terbang dan kapal selam sebagai
ulet dan selalu ingin mencapai kemajuan. buah teknologi. Maka kita katakan, imajinasi lebih
Komponen ketiga adalah dapat memenuhi tuntutan penting dari pengetahuan.
kognitif dalam pembelajaran. Dalam memberikan Imajinasi adalah “upaya dan kekuatan”
materi pembelajaran, banyak guru atau pembina lebih membangun pencitraan mental suatu objek yang
menekankan pada teori dan melupakan aspek praktis belum pernah ada sebelumnya. “Upaya” menyiratkan
dalam mengajar yang justru dapat mengembangkan kesengajaan dan perencanaan, sedangkan “kekuatan”
kreativitas siswa. Kurikulum merupakan harga mati menyiratkan potensi-potensi internal manusia yang
yang harus diikuti sebagai pedoman dalam diberdayakan semaksimal mungkin, sehingga melejit
pembelajaran dengan metode yang tidak pernah dan berdaya. Bila tidak diberdayakan, maka potensi-
disesuaikan dengan karakteristik anak didik. potensi itu tidak akan tumbuh sebagai kekuatan.
Pembelajaran dilakukan hanya untuk memenuhi Terbukti, kreativitas pada sebagian orang menjadi
pencapaian kurikulum dan keterampilan motorik saja mandul, karena potensi yang dimilikinya mirip
tanpa menghiraukan perkembangan kemampuan sebatang besi karatan yang belum berwujud pisau
lainnya, misalnya kemampuan kreativitas anak. tajam sehingga tidak mampu mengiris-iris problem
Dengan memenuhi tuntutan kognitif dalam (Alwasilah, 2004). Dari pendapat tersebut dapat
pembelajaran, maka anak akan berkembang secara dikatakan bahwa sebenarnya setiap orang telah
seimbang, baik kognitif, afektif maupun mempunyai kesempatan untuk memberdayakan
psikomotornya. potensi yang ada pada diri masing-masing untuk
Komponen keempat adalah memiliki fleksibilitas berkembang sesuai dengan yang diinginkannya.
terhadap inovasi. Fleksibilitas merupakan keterbukaan Sayangnya mereka belum mempunyai “upaya” yang
untuk mempertimbangkan beberapa alternatif yang dapat dilakukan agar kekuatan atau potensi yang
ditawarkan. Fleksibel terhadap inovasi merupakan dimiliki diberdayakan semaksimal mungkin. “Kreatif”
aspek penting dalam pembelajaran dengan dengan merupakan kata kunci dari upaya yang dilakukan
tujuan pengembangan kraeativitas. Guru yang tadinya seseorang untuk dapat memberdayakan kekuatan
hanya berperan sebagai pemberi informasi akan atau potensi yang dimiliki seseorang.
beralih fungsi menjadi pemroses informasi. Hal ini Pendidikan jasmani melalui program yang
mengandung pengertian bahwa anak harus diberi dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah
kesempatan seluas-luasnya dalam proses merupakan media untuk mendorong perkembangan
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan apabila seorang keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan
guru mempunyai fleksibilitas yang tinggi terhadap dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-
inovasi serta kreatif dalam melaksanakan emosional-spiritual-dan sosial), serta pembiasaan pola
pembelajaran. hidup sehat yang bermuara untuk merangsang
Uraian mengenai keempat komponen di atas pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
merupakan salah satu cara pencapaian tujuan Melalui pembelajaran Pendidikan Jasmani siswa akan

64 JPJI, Volume 5, Nomor 1, April 2008


Dimensi Kreatif Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah

memperoleh pengalaman yang erat kaitannya dengan Laszlo, Judith I., Bairstow, Phillip J. (1985)
kesan pribadi yang menyenangkan, berbagai Perceptual-Mo-tor Behaviour: Deve-lopmental
Assessment and Therapy. London: Holt, Rinehart
ungkapan kreatif, inovatif, keterampilan gerak,
and Win-ston.
kesegaran jasmani, pola hidup sehat, pengetahuan
Mathews, Donald K. (1973). Measur-ement In
dan pemahaman terhadap gerak manusia, juga akan
Physical Edu-cation. 4th Edition. Phila-delphia:
dapat membentuk kepribadian yang positif.
W.B. Saun-ders Company.
Terbentuknya kreativitas tentu sangat tergantung
Rogers, C.S., & Sawyers, J.K. (1988). Play in the
dari potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak
lives of children. Washington, DC: National
serta bagaimana lingkungan dapat meningkatkan Association for the education of young Children.
serta memelihara kreativitas tersebut. Melalui penjas
Rubin, K.H., Fein, G.G., & Vandenberg, B. (1983).
yang dilakukan dengan pendekatan yang sesuai Play. In E.M. Hetherington (Ed) & P.H. Mussen
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak (Series Ed), Handbook of child psychology: Vol
diharapkan satu sisi dari upaya membangun kembali 4, Socialization, personality and social
jembatan antara pendidikan jasmani dan kreativitas development (pp.693-774). New York: Wiley.
dapat tercapai, sementara itu sisi lainnya dapat Siedentop, Daryl. 1994. Introduction to Physical
diupayakan melalui program-program lain yang Education, Fitness, and Sport. 2nd Edition.
memiliki tujuan sama untuk meningkatkan kreativitas Mountai View, California: Mayfield Pu-blishing
Company.
demi terwujudnya generasi mandiri yang mempunyai
keterampilan hidup memadai untuk masa depannya. Thomas, Jerry R., Thomas, Khaterine T., Lee, A. M.
(19880. Physical Education For Children:
Concepts Into Practice. Champaign, Il-linois:
DAFTAR PUSTAKA Human Kinetics Books.
Barron, Frank and David M. Harrington. (1981). Treffinger, Donald J. (19840).”Creative Problem-
“Creativity, Intelligence and Personality.” Solving for Teachers.” Lecture delivered to
ANNUAL REVIEW OF PSYCHOLOGY 32: 439- Project Interact Spring Conference, Radford, VA,
476. April.
Barrow, Harold M., McGee, Rosemary. (1976). A Ward, William C. (19740. “Creativity in Young
Practical Approach To Measure-ment In Children.” JOURNAL OF CREATIVE BEHAVIOR
Physical Education. 2nd Edition. Phila-delphia: Lea 8: 101-106.
and febiger.
Wuest, Deborah A., Bucher, Charles A. (1995)
Clifton, Marguerite A.. (1971). “Nature and Extent Foundations of Physical Education and Sport.
Of Profes-sional Preparation Ex-perience In St louis: Mosby Year Book Inc.
Perceptual-Motor Development”, Foundations
and Prac-tice In Perceptual motor Learning.
Washington: AAHPERD.
Cohen, L., Lawrence, Manion. (1983). A Guide To
Teaching Practice. 2 nd Edition. London:
Methuen.
Conny R. Semiawan, I Made Putrawan, TH. I.
Setiawan. (2004). Dimensi Kreatif dalam Filsafat
Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gallahue, David L. (1989). Under-standing Motor
Develop-ment: Infants, Children,
Adolescents.2nd Edition. Indianapolis, Indiana:
Benchmark Press, Inc.
Griffin, Linda L., Mitchell, Stephen A., Oslin, Judith L.
(1997). Teaching Sport Con-cepts and Skills:
A tac-tical Games Approach. Illinois.

JPJI, Volume 5, Nomor 1, April 2008 65

Anda mungkin juga menyukai