yang beredar di Sekolah Dasar di wilayah kabupaten Kulon Progo yang terindikasi
mengandung bahan tambahan pangan dengan dosis tidak memenuhi persyaratan dan bahan
berbahaya yang dilarang. Terdapat 22 jenis makanan (85 sampel) dan 18 jenis minuman
dengan 49 sampel jajanan yang beredar di kabupaten Kulon Progo. Jajanan mengandung
pengawet Na-benzoat dan asam sorbat TMS ada 4% terutama pada saus sebagai pelengkap
makanan dan mengandung pemanis sodium siklamat TMS 8%. Jajanan anak mengandung
boraks ada 3% dan formalin 1%. Ada korelasi antara tingkat pendidikan pedagang dengan
pengetahuan tentang bahan berbahaya dan penggunaan pemanis buatan. Faktor pengetahuan
yang kurang yang mendorong terdapatnya jajanan yang tidak memenuhi kriteria kualitas dan
membahayakan kesehatan.
Selain itu, pada tahun 2007 BPOM Kota Semarang melakukan penelitian terhadap
makanan jajanan anak sekolah. Dari jumlah 740 sekolah dasar yang ada diambil sampel
sebanyak 26 SD. Sampel di ambil sebanyak 196 produk makanan yang terdiri dari es lilin,
makanan ringan (snack) dan minuman ringan dalam kemasan. Hasilnya 103 sampel (52,55%)
tidak memenuhi syarat, dari sampel yang tidak memenuhi syarat ditemukan 8 sampel (7,76%)
mengandung rodamin dan metanil yellow, 42 sampel (40,77%) mengandung mikroba, 3
sampel (2,91%) mengandung formalin dan 50 sampel (48,60%) mengandung pemanis buatan
yaitu natrium siklamat (BPOM, 2008).
Pada penelitian tahun 2014 di Dusun Perampuan Barat Desa Perampuan Kecamatan
Labuapi Kabupaten Lombok Barat melakukan penelitian kepada ibu rumah tangga tentang
penggunaan MSG dalam masakan. Dari 80 orang sampel seluruhnya (100%) sampel tersebut
menambahkan MSG pada masakanya. Sebagian besar sampel yaitu 69 orang (86,25%) yang
menambahkan MSG ke dalam masakan sesuai dengan dosis optimum 0,1-0,8% dari volume
makanan. Kurangnya tingkat pengetahuan dari ibu rumah tangga dan kurangnya penyuluhan
petugas kesehatan menjadi penyebab utama dalam penggunaan MSG diatas ambang batas
penggunaannya dalam makanan.