Jaminan sosial dapat diartikan secara luas dan dapat pula diartikan secara
sempit. Dalam pengertiannya yang luas jaminan sosial ini meliputi berbagai usaha
yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah. Usaha-usaha tersebut
sebagai berikut :
(Social Service).
bencana alam, lanjut usia, yatim piatu, penderita cacat, dan berbagai ketunaan
untuk masyarakat tenaga kerja yang merupakan inti tenaga pembangunan dan
kesejahteraan sosial”
UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dalam Pasal
“Suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
22
Sentanoe Kertonegoro, Op. cit., hal. 25
anak.” 23
adalah :
a. Sakit;
b. Hamil;
d. Hari tua;
e. Cacat;
g. Pengangguran.
dapat dijumpai dalam buku Iman Soepomo yang merumuskan bahwa “Jaminan
sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar
23
Ibid., hal. 29
24
Zaeni Asyhadie, Op.cit., hal. 105
kehendaknya.” 25
bahwa pengertian yang dikemukakan oleh beliau sangatlah “sempit” jauh dari apa
Sosial Tenaga Kerja, pengertian jaminan sosial tenaga kerja dirumuskan sebagai
berikut : “Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk bantuan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan
yang hilang atua berkunrang dalam pelayanan sebagai akibat peristiwa yang
dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, bersalin, hari tua, dan
meninggal dunia.”
25
Imam Soepomo, Loc. cit.
26
Zaeni Asyhadie, Loc.cit.
sumber daya manusia merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dengan
Undang Dasar 1945, diarahkan pada peningkatan harkat dan martabat manusia
dengan disertai berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu
produktivitas nasional.
diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja yang bersifat
Dasar 1945. Pada dasarnya program ini menekankan pada perlindungan bagi
Melihat keadaan seperti itu pengusaha harus memikul semua tanggung jawab
apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas
Sesuai dengan latar belakang terjadinya jaminan sosial tenaga kerja maka di
Jaminan Sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagai akibat penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang
dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari atua
dikembangkan bukan hanya bagi tenaga kerja sendiri. Tetapi juga bagi
luas, yang harus tetap dipelihara termasuk pada saat tenaga kerja kehilangan
sosial antara lain kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia dan hari tua.
27
Abdul Khakim, Op. cit., hal. 68
dan perlindungan, program jasmani sosial tenaga kerja merupakan kelanjutan dari
jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan
pemeliharaan kesehatan, (dan saat ini tidak diberlakukan lagi karena telah direvisi
Ketenagakerjaan).
Kerja.
Di samping itu, dikeluarkan juga suatu peraturan yang mewajibkan bagi setiap
perusahaan untuk melaporkan seluruh tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan
28
Ibid., hal. 69
masih dalam peningkatan kesejahteraan tenaga kerja bagi tenaga kerja maka
dikeluarkan pada saat itu Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang
Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) yang pada saat itu masih berbentuk
buruhnya dalam asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian, demikian pula
dalam program tabungan hari tua pada badan penyelenggara yaitu Perusahaan
Umum Asuransi Sosial. Tenaga kerja (Perum Astek) yang didirikan dengan
mewajibkan pengusaha untuk memberikan jaminan uang ganti rugi bila terjadi
dirasakan belum mengatur secara lengkap Jaminan Sosial Tenaga Kerja serta
Oleh sebab itu pada tanggal 17 Pebruari 1992 diubah dengan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang dengan
(JAMSOSTEK).
(tertanggung dalam istilah Asuransi) bukan pekerja atau buruh. Hal ini terkait
dengan lingkup perlindungan tidak hanya diberikan pada saat di dalam hubungan
kerja (saat menjadi pekerja/buruh) tetapi juga setelah berada di luar hubungan
kerja, misalnya karena pensiun atau dalam bentuk jaminan hari tua (JHT) selain
lingkup tersebut penggunaan istilah tenaga kerja dimaksudkan karena pihak yang
1. Peserta magang dan murid yang bekerja dalam rangka praktek pada
luasnya lingkup jaminan tersebut maka digunakan istilah tenaga kerja bukan
pekerja/buruh. 31
pemulihan kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja dan santunan
demikian bukan saja tenaga kerja akan tetapi juga peserta magang, murid/siswa,
yang sedang mengikuti praktek kerja, orang yang memborong pekerjaan dan
terlepas dari pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja tersebut. Menurut
31
Maimun, Op. cit., hal. 85
32
Ibid., hal. 69
kerja, demikian juga kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju ketempat kerja dan pulang kerumah menuju jalan yang biasa atau
wajar dilalui.
Kecelakaan kerja merupakan risiko yang sering dihadapi tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaan dan terjadi karena faktor ketidak sengajaan. Oleh karena itu
sudah sewajarnya apabila tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja itu
dan pada umumnya kecelakaan akan mengakibatkan dua hal berikut :33
2. Cacat atau tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang
mengalami pembatasan atau gangguan fisik atau mental yang bersifat tetap.
33
Zaeni Asyhadie, Op.cit., hal. 106
tubuh yang tidak bisa sembuh (atau tidak berfungsi lagi), ketidakmampuan
bekerja secara tetap atau total, dan mengakibatkan timbulnya risiko ekonomis bagi
penderitanya.
kecelakaan kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan terjadi.
yang paling ringan sampai yang paling berat, baik bagi pengusaha maupun bagi
pekerja/ buruh. 34
Kecelakaan kerja dapat dikelompokkan atas dua sebab utama yaitu sebab-
kerja dan kurang lengkapnya alat pengamanan. Untuk mengurangi kerugian pada
ada pada diri sendiri) pada individu seperti sikap ceroboh, tidak hati-hati,
mengantuk, pecandu alkohol atau obat bius seperti narkoba dan kurangnya
34
Ibid., hal. 107
b. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan pulang dari dan ketempat
kerja, sepanjang melalui perjalanan yang wajar dari biasa dilakukan setiap
hari.
c. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat lain dalam rangka tugas atau secara
pribadi.
d. Kecelakaan yang terjadi diluar jam kerja tetapi masih dalam waktu kerja
Selain yang termasuk kecelakaan kerja pada waktu kerja terdapat juga
kecelakaan kerja diluar waktu kerja yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
35
UU No. 3 tahun 1992, Jaminan Sosial Tenaga Kerja, (Sinar Grafika, 1992), hal. 12
Dalam kaitannya dengan kecelakaan kerja, ada suatu jenis kecelakaan yang
a. Kecelakaan yang terjadi pada waktu cuti, yaitu yang bersangkutan sedang
bebas dari urusan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Jika
kerja.
kerja untuk kepentingan pribadi. Contoh : pergi makan tidak dianggap sebagai
Jenis kecelakaan di atas tentunya tidak akan mendapatkan jaminan dari badan
penyelenggaraan.
36
Ibid, hal. 13
37
Anonim, (1994 : 4), dalam Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, hukum ketenagakerjaan
bidang hubungan kerja, Hal. 107
kecelakaan kerja adalah suatu peristiwa/kejadian baik itu terjadi pada waktu kerja
surat perintah maupun diluar waktu kerja atau pulang dari tempat kerja atau
sebaliknya atau timbulnya penyakit akibat hubungan kerja dan adanya kasus
2. Jaminan kematian
kerugian financial bagi mereka yang ditinggalkan. Kerugian ini dapat berupa
sakit serta biaya pemakanan. Oleh karena itu, dalam program Jaminan Sosial
ekawaktu dengan memberikan jaminan untuk jangka waktu tertentu saja, yaitu
tenaga kerja yang meninggal akibat kecelakaan kerja guna meringankan keluarga
dalam bentuk santunan kematian dan biaya pemakaman. Dari pengertian di atas
menunjukan bahwa tenaga kerja itu dipandang sebagai insan sosial yang perlu
38
Zaeni Asyhadie, Op.cit., hal. 122
yang masih aktif yang dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja serta
pada akhirnya dapat meningkatkan produksi baik dari segi kualitas maupun segi
kuantitas.
syarat tertentu.39
1. Program jaminan hari tua ini bersifat wajib. Sebab tanpa kewajiban yang
2. Program ini berjangka panjang karena memang dimaksudkan untuk hari tua
39
Ibid., hal. 114
agar jumlahnya cukup berarti untuk bekal hari tua, kecuali peserta yang
bersangkutan meninggal dunia atau cacat total tetap sebelum hari tua. 40
Kepesertaan jaminan hari tua bersifat wajib secara nasional bagi semua
khusus bagi pekerja/buruh dengan perjanjian kerja waktu tertentu yang harus
bekerja di perusahaannya lebih dari tiga bulan. Artinya kalau mereka bekerja
Karena jaminan hari tua sama dengan program tabungan hari tua, setiap
peserta akan memiliki rekening tersendiri pada badan penyelenggara. Selain itu,
program ini merupakan program berjangka panjang yang hanya dapat dibayarkan
kembali setelah mereka pensiun, kecuali kalau terjadi kematian, cacat total tetap,
jaminan hari tua dilakukan setelah masa tunggu enam bulan. Masa tunggu
Jaminan hari tua akan dibayarkan langsung oleh badan penyelenggara kepada
40
Ibid.
Jaminan Hari Tua (JHT) dibayar kepada tenaga kerja, secara sekaligus atau
berkala atau sebagian dan berkala berdasarkan pilihan tenaga kerja yang
bersangkutan karena :
b. Cacat total tetap setelah ditetapkan oleh Dokter walaupun belum 55 tahun.
Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari tua dibayar kepada
janda atau duda, atau anak yatim piatu. Besarnya jaminan hari tua adalah
kelangsungan biaya hidup sehari-hari tenaga kerja, keluarganya. Selain itu dalam
41
Ibid., hal. 116
42
Hardijan Rusli, Op. cit., hal. 139
usia 55 tahun dan telah mencapai ketentuan masa kepesertaan jaminan hari tua.
Maksudnya dalam hal ini apabila tenaga kerja telah bekerja di perusahaan di atas
lima tahun dapat menerima apabila tenaga kerja tersebut bekerja kembali
1. KPA/KPJ Asli
maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal. Oleh karena
pemeliharaan kesehatan. 43
43
Zaeni Asyhadie, Loc.cit.
kerja.
Tenaga kerja, suami atau istri yang sah, dan anak sebanyak-banyaknya 3 (tiga)
No. 3 Tahun 1992 dan Pasal 33 ayat (1) PP No. 14 Tahun 1993.
Dalam hal peserta memerlukan rawat jalan tingkat pertama, maka harus
diingini dan berada di wilayah tempat tinggal atau tempat kerja. Namun
pemeliharaan kesehatan.
ditetapkan.
meliputi:
Plus (DOEN Plus) atau generik (catatan : untuk penyakit kronis, obat
kesehatan tingkat pertama. Dalam hal diperlukan rawat jalan tingkat lanjutan
pelayanan.
akomodasi untuk keperluan ini menjadi beban peserta, atau tidak masuk
d. Apabila peserta mendapat resep obat, harus diambil di apotek yang sudah
Plus (DOEN Plus) atua genetik. (Cacatan Untuk penyakit kronis, obat
untuk obat di luar standar (DOEN Plus) selisih harga dibayar oleh peserta).
a. Peserta yang akan rawat inap harus membawa surat rujukan dari pelaksana
pelayanan kesehatan tingkat pertama atau surat rawat inap dari dokter poli
b. Dalam jangka waktu 2 kali 24 jam sejak mulai dirawat peserta harus
Plus (DOEN Plus) atua genetik (Catatan : untuk penyakit kronis, obat
peserta);
ICU/ICCU untuk setiap jenis penyakit (perkasus penyakit) dalam satu tahun.
Standar rawat inap untuk setiap peserta yang memerlukan pelayanan rawat
berikut :
dokter umum atau bidan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan tingkat
kurangnya 26 minggu.
5) Biaya persalinan di luar fasilitas yang ditunjuk untuk setiap anak pada
Plus (DOEN Plus) atau genetik, (Catatan : untuk penyakit kronis, obat
untuk obat di luar standar (DOEN Plus) selisih harga dibayar oleh peserta).
khusus bagi penyakit tertentu serta pemberian alat-alat organ tubuh agar dapat
dengar dan prothese anggota gerak yang dapat dilakukan di optik, balai
segera, yang apabila tidak dilakukan akan menyebabkan hal fatal bagi
penderita. 44
Gawat darurat ini dapat dilakukan pada semua peleyanan kesehatan dan
meliputi :
b) tindakan medik;
d) rawat inap.
dengan Manfaat yang lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
44
Ibid., hal. 117-124
Kesehatan (PPK);
dan
dengan kerja sama tersebut baru dapat dikatakan memberikan manfaat yang lebih
semua pekerjanya, baik laki-laki maupun perempuan yang terdiri dari suami atau
istri dan anak kandung, anak angkat, anak tiri yang berusia sampai 21 tahun,
orang anak. 46
45
Ibid.
46
Ibid., hal. 125
pelayanan sesuai standar pelayanan rawat jalan tingkat pertama. Dalam hal
diperlukan pemeriksaan tingkat lanjutan bagi tenaga kerja atau suami istri anak,
memberikan surat rujukan, dalam hal tenaga kerja atua suami atau isteri atau anak
Tenaga kerja, suami atau isteri atau anak yang memerlukan pelayanan gawat
pemeliharaan kesehatan dan dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari, terhitung
sejak mulai dirawat keluarga atau pihak lain menyerahkan pernyataan dari
perusahaan kepada rumah sakit tentang tenaga kerja yang bersangkutan masih
bekerja.
Biaya rawat inap ditanggung oleh badan penyelenggara paling lama 7 (tujuh)
hari sesuai dengan standar biaya yang telah ditetapkan (Pasal 41 ayat (3) PP 14
47
Hardijan Rusli, Op.cit., hal. 141
telah bekerja sama dengan tujuan agar setiap tenaga kerja yang telah
sebagia badan yang berwenang dalam pengarahan dan pembinaan tenaga kerja.
Depnaker sebagai wakil pemerintah mempunyai tugas antara lain meliputi hal-
48
Imam Soepomo, Op. cit., hal. 42
tersebut di atas yang dalam hal ini adalah depnaker masih dapat
dikatakan/terbilang belum efektif yang masih bersifat pasif atau masih bersifat
tenaga kerja oleh badan penyelenggara (PT. Jamsostek) dilakukan oleh yang
bertanggung jawab dalam bidang tenaga kerja (Menteri Tenaga Kerja). Dalam
(Persero) dan Perseroan Terbatas yang sebagian Sahamnya dimiliki oleh Negara
Di samping itu, laporan keuangan PT. Jamsostek yang diaudit oleh Badan
Pengawas dan Pembangunan (BPKP), bukan oleh kantor Akuntan Publik sebagai
Auditor Independen.
keluarganya hanya dapat terlaksana dengan baik apabila pemerintah dalam hal ini
terlindungi dan dengan demikian tercapai pulalah sekaligus tujuan nasional yaitu
Ada empat persoalan asuransi tenaga kerja yang ditawarkan oleh Jamsostek
gaji yang berbeda-beda. Untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) iuran sebesar
49
Zulaini Wahab, Jaminan Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia,
(Bandung: PT. Citra Aditya bakti, 2001), hal. 167
dengan rentang (3%) hingga 6% dari gaji karyawan yang dibebankan seluruhnya
(0,24%) hingga (1,74%) dari gaji karyawan. Untuk program Jaminan Kematian
pemungutan iuran, yakni UU No. 3 /1992 dan PP No. 15/1995. Hak pungut ini
bertemu dengan adanya kebutuhan perusahaan dan pekerja akan adanya asuransi
ideal jaminan sosial universal yang dibiayai oleh APBN dalam rangka
pelaksanaan amanat UUD 1945 Pasal 34 “Fakir miskin dan anak terlantar
untuk program jaminan sosial bagi masyarakat. Di Indonesia hal ini menemui
bagi pekerja. Indonesia dan Cina adalah salah satu dari sedikit Negara yang
50
Maimun, Op. cit., hal. 97
jaminan sosial merupakan salah satu program welfare state yang hanya
memberikan benefit standar minimum, suatu hal yang berbeda dengan yang
masalah akibat ketergantungan yang besar pada pihak regulator, terutama dalam
hal Law enforcement dan perbaikan beneft. Dalam penyelenggaraan jamina sosial
sebagai “wasit” dan regulator yang baik dalam penyelenggara jamssotek. Sebagai
dari para perusahaan untuk mengikuti perintah UU No. 3 tahun 1992, seperti
pelaporan jumlah pegawai dan gaji yang menyimpang dari jumlah semestinya,
yang sulit untuk ditindak secara tegas oleh badan penyelenggara karena
mestinya menjadi “wasit” yang baik justru makin memperkeruh situasi ini.
Dari segi peluang PT (Persero) Jamsostek, jumlah peserta dari tahun ke tahun
yang memang selama ini menjadi target pasar penyelenggaraan PT. Jamsostek.
dari sector formal saja masih, 12 juta (tahun 2000). Peluang pasar yang ada sangat
besar apalagi bila juga masuk ke lingkup sektor informal dengan jumlah pekerja
sektor informal ini yang sangat besar, sebanyak 62,35 juta orang Adanya prinsip
BUMN oleh UU No. 3 tahun 1992. Tidak adanya sikap yang tegas dari
praktek penawaran paket asuransi kesehatan oleh PT. Askes kepada perusahaan-
perusahaan menjadi anggota jamsostek, dan PP No. 14 Tahun 1993 pasal 2 ayat
pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Seharusnya ditarik garis yang tegas
kesehatan plus yang boleh ditawarkan oleh swasta atau PT. Askes yang dalam hal
ini berlaku sebagai perusahaan swasta, sehingga kedua jenis paket ini tidak perlu
(Persero) ASKES, ASABRI, dan TASPEN, jelas catatan prestasi keungan di atas
lebih baik. Oleh sebab itu peran pemerintah sebenarnya pada jaminan sosial
tenaga kerja pada kecelakaan kerja adalah mendaftarkan tenaga kerja kepada PT.
Jamsostek dan Departemen Tenaga Kerja untuk mendapatkan ganti rugi atas
51
Ibid, hal. 04