Anda di halaman 1dari 35

BAB II

PENGATURAN HUKUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA


KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA

A. Sejarah Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia

1. Pengertian jaminan sosial tenaga kerja

Jaminan sosial dapat diartikan secara luas dan dapat pula diartikan secara

sempit. Dalam pengertiannya yang luas jaminan sosial ini meliputi berbagai usaha

yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah. Usaha-usaha tersebut

oleh Sentanoe Kertonegoro dikelompokkan dalam empat kegiatan usaha utama

sebagai berikut :

1. Usaha-usaha yang berupa pencegahan dan pengembangan, yaitu usaha-usaha

dibidang kesehatan, keagamaan, keluarga berencana, pendidikan, bantuan

hukum, dan lain-lain yang dapat dikelompokkan dalam Pelayanan Sosial

(Social Service).

2. Usaha-usaha yang berupa pemulihan dan penyembuhan, seperti bantuan untuk

bencana alam, lanjut usia, yatim piatu, penderita cacat, dan berbagai ketunaan

yang dapat disebut sebagai Bantuan Sosial (Social Assistance).

3. Usaha-usaha yang berupa pembinaan, dalam bentuk perbaikan gizi,

perumahan, transmigrasi, koperasi, dan lain-lain yang dapat dikategorikan

sebagai Sarana Sosial (Social Infra Structure).

4. Usaha-usaha di bidang perlindungan ketenagakerjaan yang khusus ditujukan

untuk masyarakat tenaga kerja yang merupakan inti tenaga pembangunan dan

Universitas Sumatera Utara


selalu menghadapi resiko-resiko sosial ekonomis, digolongkan dalam

Asuransi Sosial (Social Insurance). 22

Dengan mencakup usaha-usaha tersebut diatas, maka secara defenitif

pengertian jaminan sosial secara luas dapat dijumpai dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial,

Pasal 2 ayat (4) sebagai berikut:

“Jaminan sosial sebagai perwujudan sekuritas sosial adalah seluruh system

perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi warga negara yang

diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat guna memelihara taraf

kesejahteraan sosial”

UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dalam Pasal

1 angka 1 menyatakan bahwa jaminan sosial adalah :

“Suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.”

Kemudian, Kenneth Thomson, seorang tenaga ahli pada Sekretariat Jendral

International Security Association (ISSA), dalam kuliahnya pada Regional

Trainning ISSA, seminar tanggal 16 dan 17 Juni 1980 di Jakarta, mengemukakan

perumusan jaminan sosial sebagai berikut :

“Jaminan Sosial dapat diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh

masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk risiko-risiko atau peristiwa-

peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari

terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya

22
Sentanoe Kertonegoro, Op. cit., hal. 25

Universitas Sumatera Utara


atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan

medis dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari

terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan

anak.” 23

Adapun peristiwa-peristiwa yang biasanya dijaminkan oleh jaminan sosial

adalah :

1. Kebutuhan akan pelayanan medis;

2. Tertudunya, hilangnya, atau turunnya sebagian penghasilan yang disebabkan :

a. Sakit;

b. Hamil;

c. Kecelakaan kerja dan penyakit jabatan;

d. Hari tua;

e. Cacat;

f. Kematian pencari nafkah;

g. Pengangguran.

3. Tanggung jawab untuk keluarga dan anak-anak. 24

Berkaitan dengan masalah hubungan kerja, jaminan sosial bagi pekerja/buruh

diartikan secara sempit dapat dijumpai dalam berbagai kepustakaan hukum

perburuhan/hukum ketenagakerjaan. Pengertian jaminan sosial secara sempit

dapat dijumpai dalam buku Iman Soepomo yang merumuskan bahwa “Jaminan

sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar

kesalahannya tidak melakukan pekerjaannya, jadi menjamin kepastian pendapatan

23
Ibid., hal. 29
24
Zaeni Asyhadie, Op.cit., hal. 105

Universitas Sumatera Utara


(income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena alasan diluar

kehendaknya.” 25

Kata “pembayaran” dalam defenisi Iman Soepomo di atas mengandung makna

bahwa pengertian yang dikemukakan oleh beliau sangatlah “sempit” jauh dari apa

yang sesungguhnya berkembang dalam praktik pemberian jaminan sosial di

Indonesia saat ini. Dalam pekembangannya sekarang, jaminan sosial bagi

pekerja/buruh bukan hanya berupa pembayaran, tetapi juga berupa pelayanan,

bantuan, dan sebagainya.

Oleh karena itu, dalam Pedoman Pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila

(HIP), dirumuskan pengertian jaminan sosial secara luas sebagai berikut :

“Jaminan sosial adalah jaminan kemungkinan hilangnya pendapatan pekerja

sebagian atau seluruhnya atau bertambahnya pengeluaran karena risiko sakit,

kecelakaan, hari tua, meninggal dunia, atau risiko sosial lainnya.” 26

Selanjutnya, dalam Pasal 1 ke-1 UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja, pengertian jaminan sosial tenaga kerja dirumuskan sebagai

berikut : “Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja

dalam bentuk bantuan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan

yang hilang atua berkunrang dalam pelayanan sebagai akibat peristiwa yang

dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, bersalin, hari tua, dan

meninggal dunia.”

25
Imam Soepomo, Loc. cit.
26
Zaeni Asyhadie, Loc.cit.

Universitas Sumatera Utara


2. Sejarah jaminan sosial tenaga kerja di Indonesia

Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan

sumber daya manusia merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dengan

pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila, dan pelaksanaan Undang-

Undang Dasar 1945, diarahkan pada peningkatan harkat dan martabat manusia

serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat

sejahtera, adil dan makmur baik materil maupun spritual.

Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat

dengan disertai berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu

kepada kerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan

kesejahteraannya, sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan

produktivitas nasional.

Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan dimaksud

diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja yang bersifat

dasar, dengan berdasarkan usaha bersama, kekeluargaan, dan gotong royong

sebagaimana terkandung dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945. Pada dasarnya program ini menekankan pada perlindungan bagi

tenaga kerja yang relatif mempunyai kedudukan yang lemah.

Melihat keadaan seperti itu pengusaha harus memikul semua tanggung jawab

utama, dan secara moral pengusaha mempunyai kewajiban untuk meningkatkan

perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja. Di samping itu, sudah sewajarnya

apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas

Universitas Sumatera Utara


pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja demi terwujudnya

perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik.

Sesuai dengan latar belakang terjadinya jaminan sosial tenaga kerja maka di

dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Pasal 1 (1) dikatakan bahwa

Jaminan Sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam

bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagai akibat penghasilan yang

hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang

dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari atua

dan meninggal dunia. 27

Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan bentuk perlindungan

ekonomis dan perlundungan sosial. Dikatakan demikian, kaerna program ini

memberikan perlindungan dalam bentuk santunan berupa uang atas berkurangnya

penghasilan dan perlindungan dalam bentuk pelayanan perawatan/pengobatan

pada saat seorang tertimpa risiko-risiko tertentu.

Sudah menjadi kodrat, bahwa manusia itu berkeluarga dan berkewajiban

menanggung kebutuhan keluarga. Oleh karena itu kesejahteraan yang perlu

dikembangkan bukan hanya bagi tenaga kerja sendiri. Tetapi juga bagi

keluarganya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti

luas, yang harus tetap dipelihara termasuk pada saat tenaga kerja kehilangan

sebahagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko

sosial antara lain kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia dan hari tua.

27
Abdul Khakim, Op. cit., hal. 68

Universitas Sumatera Utara


Dalam rangka untuk menciptakan landasan untuk meningkatkan kesejahteraan

dan perlindungan, program jasmani sosial tenaga kerja merupakan kelanjutan dari

Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) yang didirikan menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977. Secara Yuridis penyelenggaraan program

jasmani sosial tenaga kerja (Jamsostek) dimaksudkan sebagia pelaksanaan pasal

10 dan pasal 15 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja. 28

Undang-undang ini mengatur penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja

sebagai perwujudan pertanggungan sosial bagi tenaga kerja, yang meliputi

jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan

pemeliharaan kesehatan, (dan saat ini tidak diberlakukan lagi karena telah direvisi

dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan).

Kemudian, pengawasan terhadap undang-undang tersebut dilakukan oleh

pegawai pengawas ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Pengawasan Perburuhan Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja.

Di samping itu, dikeluarkan juga suatu peraturan yang mewajibkan bagi setiap

perusahaan untuk melaporkan seluruh tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan

perusahaannya dan dikeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang

Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan.

28
Ibid., hal. 69

Universitas Sumatera Utara


Oleh sebab itu untuk menyeragamkan semua peraturan yang ada dan juga

masih dalam peningkatan kesejahteraan tenaga kerja bagi tenaga kerja maka

dikeluarkan pada saat itu Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang

Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) yang pada saat itu masih berbentuk

Perusahaan Umum (Perum).

Berdasarkan peraturan ini maka perusahaan diwajibkan untuk

menyelenggarakan program Astek, yaitu dengan cara mempertanggungkan

buruhnya dalam asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian, demikian pula

dalam program tabungan hari tua pada badan penyelenggara yaitu Perusahaan

Umum Asuransi Sosial. Tenaga kerja (Perum Astek) yang didirikan dengan

Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1977. 29

Sebelum Tahun 1977, sebenarnya sudah terdapat beberapa ketentuan yang

mewajibkan pengusaha untuk memberikan jaminan uang ganti rugi bila terjadi

musibah atau risiko yang menimpa pekerjanya antara lain :

1. Peraturan Kecelakaan (Ongevallenregeling) 1939.

2. Peraturan Kecelakaan Pelaut (Schepen Ongovallenregeling) 1940 dan

3. Undang-Undang kecelakaan Nomor 33 Tahun 1947.

Namun, pada kenyataannya masih banyak pengusaha yang tidak

mematuhinya, sehingga diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1997

tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja. 30

Kemudian didasarkan atas semakin meningkatnya peranan tenaga kerja dalam

perkembangan pembangunan nasional di seluruh tanah air dan semakin


29
Imam Soepomo, Op. cit., hal. 198
30
Budiono, Pengentar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1995) hal. 235 dalam Abdul khakim, Loc. Cit.

Universitas Sumatera Utara


meningkatnya penggunaan teknologi berbagai sektor kegiatan usaha yang

membuat semakin meingkatnya risiko yang mengancam keselamatan, kesehatan,

dan kesejahteraan tenaga kerja dan untuk santunan terhadap keluarganya,

sehingga perlu upaya peningkatan perlindungan tenaga kerja, maka Peraturan

Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK)

dirasakan belum mengatur secara lengkap Jaminan Sosial Tenaga Kerja serta

tidak sesuai lagi dengan kebutuhan.

Oleh sebab itu pada tanggal 17 Pebruari 1992 diubah dengan Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditunjuk dalam penyelenggaraan

adalah Perusahaan Perseroan (PERSEROAN) PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK).

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

menggunakan istilah tenaga kerja untuk menunjukkan subjek yang dilindungi

(tertanggung dalam istilah Asuransi) bukan pekerja atau buruh. Hal ini terkait

dengan lingkup perlindungan tidak hanya diberikan pada saat di dalam hubungan

kerja (saat menjadi pekerja/buruh) tetapi juga setelah berada di luar hubungan

kerja, misalnya karena pensiun atau dalam bentuk jaminan hari tua (JHT) selain

lingkup tersebut penggunaan istilah tenaga kerja dimaksudkan karena pihak yang

diberi jaminan bukan hanya pekerja/buruh dan keluarganya tetapi juga :

1. Peserta magang dan murid yang bekerja dalam rangka praktek pada

perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak.

Universitas Sumatera Utara


2. Orang yang memborong pekerjaan tetapi tidak termasuk perusahaan

(pemborong pekerjaan yang bukan perusahaan).

3. Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.

Khusus untuk program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Oleh karena

luasnya lingkup jaminan tersebut maka digunakan istilah tenaga kerja bukan

pekerja/buruh. 31

Jaminan ini memberikan pelayanan medis berupa penyembuhan dan

pemulihan kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja dan santunan

selama tidak mampu menjalankan pekerjaan akibat kecelakaan kerja. Dengan

demikian bukan saja tenaga kerja akan tetapi juga peserta magang, murid/siswa,

yang sedang mengikuti praktek kerja, orang yang memborong pekerjaan dan

narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.

B. Macam-macam Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Berbicara tentang macam-macam jaminan sosial tenaga kerja, maka tidak

terlepas dari pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja tersebut. Menurut

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Pasal 6 ayat 1) yang menjadi ruang

lingkup jaminan sosial tenaga kerja meliputi :

1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

2. Jaminan Kematian (JK)

3. Jaminan Hari Tua (JHT)

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) 32

31
Maimun, Op. cit., hal. 85
32
Ibid., hal. 69

Universitas Sumatera Utara


Untuk pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja yang terdapat pada beberapa

macam tersebut akan di uraikan secara teliti diantaranya :

1. Jaminan kecelakaan kerja (JKK)

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan

hubungan kerja, termasuk penyakit yang terjadi berhubungan dengan hubungan

kerja, demikian juga kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari

rumah menuju ketempat kerja dan pulang kerumah menuju jalan yang biasa atau

wajar dilalui.

Kecelakaan kerja merupakan risiko yang sering dihadapi tenaga kerja dalam

melakukan pekerjaan dan terjadi karena faktor ketidak sengajaan. Oleh karena itu

sudah sewajarnya apabila tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja itu

mendapat bantuan jaminan kecelakaan kerja karena kecelakaan kerja tersebut

telah menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruhnya penghasilannya tersebut

dan pada umumnya kecelakaan akan mengakibatkan dua hal berikut :33

1. Kematian, yaitu kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya

bias meninggal dunia.

2. Cacat atau tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang

menderita kecelakaan. Cacat ini terdiri dari :

a. Cacat tetap, yaitu kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya

mengalami pembatasan atau gangguan fisik atau mental yang bersifat tetap.

b. Cacat sementara, yaitu kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan

penderitanya menjadi tidak mampu bekerja untuk sementara waktu.

33
Zaeni Asyhadie, Op.cit., hal. 106

Universitas Sumatera Utara


Pengertian cacat dalam program jaminan kecelakaan kerja, Jaminan Sosial

Kerja adalah sakit yang mengakibatkan tidak berfungsinya sebagian anggota

tubuh yang tidak bisa sembuh (atau tidak berfungsi lagi), ketidakmampuan

bekerja secara tetap atau total, dan mengakibatkan timbulnya risiko ekonomis bagi

penderitanya.

Dalam menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang oleh

kecelakaan kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik

maupun mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan terjadi.

Tak terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsur

kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena

peristiwa kecelakaan disertai dengan kerugian material ataupun penderitaan dari

yang paling ringan sampai yang paling berat, baik bagi pengusaha maupun bagi

pekerja/ buruh. 34

Kecelakaan kerja dapat dikelompokkan atas dua sebab utama yaitu sebab-

sebab teknis biasanya menyangkut masalah kecelakaan perusahaan, peralatan

kerja dan kurang lengkapnya alat pengamanan. Untuk mengurangi kerugian pada

pihak pengusaha perlu mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal tersebut di

atas. Sebab-sebab manusia biasanya dikarenakan oleh “deficiencies” (hal-hal yang

ada pada diri sendiri) pada individu seperti sikap ceroboh, tidak hati-hati,

mengantuk, pecandu alkohol atau obat bius seperti narkoba dan kurangnya

34
Ibid., hal. 107

Universitas Sumatera Utara


keterampilan. Hal-hal yang dapat dimasukkan sebagai kecelakaan kerja pada

waktu kerja adalah sebagai berikut :

a. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dilingkungan tempat kerja.

b. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan pulang dari dan ketempat

kerja, sepanjang melalui perjalanan yang wajar dari biasa dilakukan setiap

hari.

c. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat lain dalam rangka tugas atau secara

langsung bersangkut-paut dengan penugasan dan tidak ada unsur kepentingan

pribadi.

d. Kecelakaan yang terjadi diluar jam kerja tetapi masih dalam waktu kerja

seperti jam istirahat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

e. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan perjalanan yang harus

dibuktikan dengan surat perintah lembur.

f. Perkelahian di tempat kerja dianggap sebagai kecelakaan kerja (Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1992). 35

Selain yang termasuk kecelakaan kerja pada waktu kerja terdapat juga

kecelakaan kerja diluar waktu kerja yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan kegiatan olahraga yang

harus dibuktikan dengan surat penugasan dari perusahaan.

2. Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang merupakan

tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan dengan surat penugasan.

35
UU No. 3 tahun 1992, Jaminan Sosial Tenaga Kerja, (Sinar Grafika, 1992), hal. 12

Universitas Sumatera Utara


3. Kecelakaan yang terjadi disebuah perkemahan yang berada di lokasi kerja

(base camp/jemal) diluar jam kerja (tidur/istirahat) serta yang bersangkutan

bebas dari setiap urusan perkemahan. 36

Dalam kaitannya dengan kecelakaan kerja, ada suatu jenis kecelakaan yang

tidak dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja. Jenis-jenis kecelakaan

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kecelakaan yang terjadi pada waktu cuti, yaitu yang bersangkutan sedang

bebas dari urusan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Jika

yang bersangkutan mendapat panggilan atau tugas dari perusahaan, maka

dalam perjalanan untuk memenuhi panggilan tersebut, yang bersangkutan

sudah dijamin oleh Jaminan Kecelakaan Kerja (yang digarisbawahi sebetulnya

tertulis Asuransi Kecelakaan Kerja : diganti oleh penyusun).

b. Kecelakaan yang terjadi dimes/perkemah yang tidak berada di lokasi tempat

kerja.

c. Kecelakaan yang terjadi dalam rangka melakukan kegiatan yang bukan

merupakan tugas dari atasan, untuk kepentingan perusahaan.

d. Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan meninggalkan tempat

kerja untuk kepentingan pribadi. Contoh : pergi makan tidak dianggap sebagai

kecelakaan kerja jika perusahaan menyediakan fasilitas makan. 37

Jenis kecelakaan di atas tentunya tidak akan mendapatkan jaminan dari badan

penyelenggaraan.

36
Ibid, hal. 13
37
Anonim, (1994 : 4), dalam Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, hukum ketenagakerjaan
bidang hubungan kerja, Hal. 107

Universitas Sumatera Utara


Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut sebagai

kecelakaan kerja adalah suatu peristiwa/kejadian baik itu terjadi pada waktu kerja

yang ada hubungannya dengan kepentingan perusahaan dan dibuktikan dengan

surat perintah maupun diluar waktu kerja atau pulang dari tempat kerja atau

sebaliknya atau timbulnya penyakit akibat hubungan kerja dan adanya kasus

meninggal mendadak. Semua hal di atas menimbulkan kerugian bagi karyawan

dan berhak mendapat tunjangan kecekalaan-kecekalaan kerja.

2. Jaminan kematian

Kematian muda atau kematian dini/premature pada umumnya menimbulkan

kerugian financial bagi mereka yang ditinggalkan. Kerugian ini dapat berupa

kehilangan mata pencaharian atau penghasilan dari yang meninggal, dan

“kerugian” yang diakibatkan oleh biaya perawatan selama yang bersangkutan

sakit serta biaya pemakanan. Oleh karena itu, dalam program Jaminan Sosial

Tenaga Kerja pemerintah mengadakan program Jaminan Kematian. 38

Bentuk jaminan kematian program Jamsostek ini merupakan program asuransi

ekawaktu dengan memberikan jaminan untuk jangka waktu tertentu saja, yaitu

sampai dengan usia 55 tahun.

Jaminan kematian adalah jaminan yang diberikan kepada ahli waris/keluarga

tenaga kerja yang meninggal akibat kecelakaan kerja guna meringankan keluarga

dalam bentuk santunan kematian dan biaya pemakaman. Dari pengertian di atas

menunjukan bahwa tenaga kerja itu dipandang sebagai insan sosial yang perlu

dibantu, sehingga keluarga yang ditinggal tidak akan menambah beban

38
Zaeni Asyhadie, Op.cit., hal. 122

Universitas Sumatera Utara


sehubungan dengan terputusnya hubungan kerja dengan perusahaan demikian

juga sebaliknya keluarga yang ditinggalkan dapat mempergunakan santunan yang

diberikan perusahaan. Adanya bantuan jaminan kematian yang diberikan

perusahaan terhadap karyawan akan mempunyai pengaruh terhadap perusahaan

yang masih aktif yang dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja serta

pada akhirnya dapat meningkatkan produksi baik dari segi kualitas maupun segi

kuantitas.

3. Jaminan hari tua


Jaminan hari tua merupakan program tabungan wajib yang berjangka panjang

dimana iurannya ditanggung oleh pekerja/buruh dan pengusaha, namun

pembayarannya kembali hanya dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat-

syarat tertentu.39

Dengan demikian, pengertianya adalah sebagai berikut :

1. Program jaminan hari tua ini bersifat wajib. Sebab tanpa kewajiban yang

dipaksakan dengan sanksi, sering kali sulit bagi pekerja/buruh untuk

menabung demi masa depannya sendiri, dan bagi pengusaha untuk

memikirkan kesejahteraan para pekerja/buruhnya.

2. Program ini berjangka panjang karena memang dimaksudkan untuk hari tua

sehingga tidak bisa diambil sewaktu-waktu.

3. Iurannya ditanggung oleh pekerja/buruh sendiri ditambah dengan iuran dari

pengusaha untuk diakkreditasi pada rekening masing-masing peserta

(pekerja/buruh) oleh badan penyelenggara.

39
Ibid., hal. 114

Universitas Sumatera Utara


4. Adanya persyaratan jangka waktu pengambilan jaminan. Ini dimaksudkan

agar jumlahnya cukup berarti untuk bekal hari tua, kecuali peserta yang

bersangkutan meninggal dunia atau cacat total tetap sebelum hari tua. 40

Kepesertaan jaminan hari tua bersifat wajib secara nasional bagi semua

pekerja/buruh yang memenuhi persyaratan. Persyaratan yang dimaksudkan adalah

khusus bagi pekerja/buruh dengan perjanjian kerja waktu tertentu yang harus

bekerja di perusahaannya lebih dari tiga bulan. Artinya kalau mereka bekerja

kurang dari tiga bulan pengusaha tidak wajib mengikutsertakannya dalam

program jaminan hari tua. Pengusaha hanya wajib mengikutsertakan dalam

program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian.

Karena jaminan hari tua sama dengan program tabungan hari tua, setiap

peserta akan memiliki rekening tersendiri pada badan penyelenggara. Selain itu,

program ini merupakan program berjangka panjang yang hanya dapat dibayarkan

kembali setelah mereka pensiun, kecuali kalau terjadi kematian, cacat total tetap,

dan diputuskan hubungan kerjanya (setelah memenuhi masa kepesertaan lima

tahun). Apabila pekerja/buruh diputuskan hubungan kerja pembayaran kembali

jaminan hari tua dilakukan setelah masa tunggu enam bulan. Masa tunggu

maksudnya adalah suatu masa dimana pekerja/buruh yang diputuskan hubungan

kerjanya telah mempunyai pekerjaan lagi atau tidak.

Jaminan hari tua akan dibayarkan langsung oleh badan penyelenggara kepada

pekerja/buruh yang bersangkutan atau ahli warisnya, dalam hal berikut :

40
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


1. Pekerja/buruh yang bersangkutan telah mencapai usia lima puluh lima tahun,

yaitu usia sebagai batas masa kerja atau pensiun.

2. Pekerja/buruh yang bersangkutan mengalami cacat total tetap menurut

keterangan dokter yang ditunjuk oleh perusahaan atau badan penyelenggara.

3. Pekerja/buruh yang bersangkutan meninggal dunia, baik karena kecelakaan

kerja maupun karena kematian dini (prematur). 41

Pekerja/buruh yang diputuskan hubungan kerjanya oleh pengusaha, dan

pekerja/buruh yang bersangkutan tidak mendapatkan pekerjaan lagi setelah

melewati masa tunggu enam bulan terhitung sejak pekerja/buruh yang

bersangkutan berhenti bekerja.

Jaminan Hari Tua (JHT) dibayar kepada tenaga kerja, secara sekaligus atau

berkala atau sebagian dan berkala berdasarkan pilihan tenaga kerja yang

bersangkutan karena :

a. Telah mencapai usia 55 tahun (lima puluh lima) tahun atau.

b. Cacat total tetap setelah ditetapkan oleh Dokter walaupun belum 55 tahun.

c. Meninggalkan wilayah Indonesia selamanya.

d. Tidak bekerja lagi. 42

Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari tua dibayar kepada

janda atau duda, atau anak yatim piatu. Besarnya jaminan hari tua adalah

keseluruhan iuran yang telah disetor beserta hasil pengembangannya.

Adapun pembayaran diberikan secara berkala dengan tujuan untuk menjamin

kelangsungan biaya hidup sehari-hari tenaga kerja, keluarganya. Selain itu dalam

41
Ibid., hal. 116
42
Hardijan Rusli, Op. cit., hal. 139

Universitas Sumatera Utara


hal-hal tertentu jaminan hari tua dapat dibayarkan sebelum tenaga kerja mencapai

usia 55 tahun dan telah mencapai ketentuan masa kepesertaan jaminan hari tua.

Maksudnya dalam hal ini apabila tenaga kerja telah bekerja di perusahaan di atas

lima tahun dapat menerima apabila tenaga kerja tersebut bekerja kembali

diperusahaan lain dengan disertai keterangan dari perusahaan yang sebelumnya

bekerja, dengan melampirkan :

1. KPA/KPJ Asli

2. Foto copy KTP tenaga kerja yang masih berlaku

3. Surat keterangan pensiun atau berhenti

4. Foto copy kartu keluarga yang dilegalisir

5. Mengisi form 5 (permintaan jaminan hari tua)

4. Jaminan pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan

gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan pengobatan dan atau

perawatan termasuk kehamilan. Pemeliharaan kesehatan bagi karyawan

perusahaan tidak dapat dilepaskan sebagai sarana penunjang dalam meningkatkan

produktifitas serta kesejahteraan.

Pemeliharaan kesehatan adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan

agar pekerja/buruh memperoleh kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,

maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal. Oleh karena

itu, program jaminan sosial tenaga kerja juga memprogramkan jaminan

pemeliharaan kesehatan. 43

43
Zaeni Asyhadie, Loc.cit.

Universitas Sumatera Utara


Program pemeliharaan kesehatan wajib dilaksanakan di perusahaan karena

kesehatan merupakan faktor yang penting dalam melakukan tugas. Berbagai

kebijaksanaan/program kesehatan fisik yang dibuat perusahaan bagi tenaga

kerjanya, hal ini menandakan bahwa pihak perusahaan menyadari akan

pentingnya faktor kesehatan dalam menunjang peningkatan produktifitas tenaga

kerja.

Tenaga kerja, suami atau istri yang sah, dan anak sebanyak-banyaknya 3 (tiga)

orang berhak memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan (Pasal 16 ayat (1) UU

No. 3 Tahun 1992 dan Pasal 33 ayat (1) PP No. 14 Tahun 1993.

Sementara itu, jaminan pemeliharaan kesehatan yang dilakukan oleh badan

penyelenggara (PT) Jamsostek Persero) adalah paket pemeliharaan kesehatan

dasar yang meliputi beberapa hal berikut :

1. Rawat jalan tingkat pertama, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan

perorangan yang dilakukan dipelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Dalam hal peserta memerlukan rawat jalan tingkat pertama, maka harus

memenuhi persyaratan sebagia berikut :

a. Peserta memilih satu pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

diingini dan berada di wilayah tempat tinggal atau tempat kerja. Namun

demikian, dalam peserta dan/atau keluarganya sedang bepergian lalu

membutuhkan rawat jalan tingkat pertama, dapat memperolah pelayanan

kesehatan pada pelaksana pelayanan kesehatan di tempatnya bepergian

yang ditunjuk oleh badan penyelenggara dengan menunjuk kartu

pemeliharaan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


b. Setiap kali peserta memerlukan pelayanan kesehatan harus menunjukkan

kartu pemeliharaan kesehatan.

c. Peserta mendapat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

d. Bila memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, peserta dirujuk ke pelaksana

pelayanan kesehatan rujukan yang ditentukan.

Rawat jalan tingkat pertama ini adalah jenis-jenis pelayanan yang

meliputi:

1). Bimbingan dan konsultasi kesehatan

2). Pemeriksaan kehamilan, nafas, dan ibu menyusui.

3). Keluarga berencana.

4). Imunisasi bayi, anak dan ibu hamil.

5). Pemeriksaan dan pengobatan dokter umum.

6). Pemeriksaan dan pengobatan dokter gigi.

7). Pemeriksaan laboratorium pertama.

8). Tindakan medis sederhana.

9). Pemberian obat-obat dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial

Plus (DOEN Plus) atau generik (catatan : untuk penyakit kronis, obat

diberikan tiga kali pengambilan untuk sepuluh hari pemakaian,

sedangkan untuk oabt di luar standar (DEON Pus) selisih harga

dibayar oleh peserta).

10). Rujukan ke rawat tingkat lanjutan.

Universitas Sumatera Utara


(Pasal 22 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor

05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran kepesetaan,

pembayaran Iuran, pembayaran santunan, dan pelaksanaan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja).

2. Rawat jalan tingkat lanjutan, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan

perorangan yang merupakan rujukan (lanjutan) dari pelaksana pelayanan

kesehatan tingkat pertama. Dalam hal diperlukan rawat jalan tingkat lanjutan

ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Peserta membawa surat rujukan dan kartu pemeliharaan kesehatan ke

pelaksana pelayanan kesehatan tingkat lanjutan untuk mendapatkan

pelayanan.

b. Apabila diperlukan konsultasi dengan bagian lain atau penunjang

diagnostik, dokter spesialis memberikan surat rujukan.

c. Apabila diperlukan rujukan ke rumah sakit lain di luar daerah, dokter

spesialis memberikan rujukan. Segala biaya transportasi dan biaya

akomodasi untuk keperluan ini menjadi beban peserta, atau tidak masuk

tanggungan badan penyelenggara.

d. Apabila peserta mendapat resep obat, harus diambil di apotek yang sudah

ditunjuk oleh badan penyelenggara.

Rawat jalan tingkat lanjutan ini meluputi :

1). Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis

2). Pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan.

Universitas Sumatera Utara


3). Pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial

Plus (DOEN Plus) atua genetik. (Cacatan Untuk penyakit kronis, obat

diberikan tiga kali pengambilan untuk sepuluh hari pemakaian, sedangkan

untuk obat di luar standar (DOEN Plus) selisih harga dibayar oleh peserta).

4). Tindakan khusus lainnya.

3. Rawat inap, yaitu pemeliharaan kesehatan rumah sakit di mana penderita

tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana

pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan atau

rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. Dalam hal peserta

memerlukan rawat inap ini diperlukan persyaratan berikut :

a. Peserta yang akan rawat inap harus membawa surat rujukan dari pelaksana

pelayanan kesehatan tingkat pertama atau surat rawat inap dari dokter poli

rumah sakit dan kartu pemeliharaan kesehatan.

b. Dalam jangka waktu 2 kali 24 jam sejak mulai dirawat peserta harus

mengurus surat jaminan dari badan penyelenggara.

Pelayanan rawat inap meluputi :

1). Pemeriksaan dokter;

2). Tindakan medis;

3). Penunjang diagnostik;

4). Pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial

Plus (DOEN Plus) atua genetik (Catatan : untuk penyakit kronis, obat

diberikan tiga kali pengambilan untuk sepuluh hari pemakaian, sedangkan

Universitas Sumatera Utara


untuk obat di luar standar (DOEN Plus) selisih harga dibayar oleh

peserta);

5). Menginap dan makan.

Jumlah hari rawat inap maksimum 60 hari termasuk 20 hari perawatan

ICU/ICCU untuk setiap jenis penyakit (perkasus penyakit) dalam satu tahun.

Standar rawat inap untuk setiap peserta yang memerlukan pelayanan rawat

inap ini adalah :

a. Kelas dua pada rumah sakit pemerintah;

b. Kelas tiga pada rumah sakit swasta.

4. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan meliputi beberapa hal

berikut :

a. Pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh dokter umum atau bidan.

b. Pertolongan persalinan bagi pekerja/buruh atau istri pekerja/buruh oleh

dokter umum atau bidan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan tingkat

pertama atau rumah bersalin yang ditunjuk badan penyelenggara dengan

ketentuan sebagai berikut :

1) Persalinan kesatu, kedua, dan ketiga.

2) Pekerja/buruh pada permulaan kepesertaan sudah mempunyai tiga orang

anak atau lebih, tidak berhak mendapat pertolongan persalinan.

3) Untuk persalinan dengan penyulit yang memerlukan tindakan

spesialistik, berlaku ketentuan rawat inap rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


4) Pelayanan persalinan atau partus, hanya diberikan kepada pekerja/buruh

atau istri pekerja/buruh yang melahirkan anak setelah hamil sekurang-

kurangnya 26 minggu.

5) Biaya persalinan di luar fasilitas yang ditunjuk untuk setiap anak pada

awalnya ditetapkan sebesar Rp. 50.000,00 yang kemudian berdasarkan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-02/MEN/1997 ditambah

menjadi Rp. 75.000,00 dan terakhir ditetapkan sebesar Rp. 150.000,00.

c. Perawatan ibu dan bayi

d. Pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial

Plus (DOEN Plus) atau genetik, (Catatan : untuk penyakit kronis, obat

diberikan tiga kali pengambilan untuk sepuluh hari pemakaian, sedangkan

untuk obat di luar standar (DOEN Plus) selisih harga dibayar oleh peserta).

e. Menginap dan makan

f. Rujukan ke rumah sakit atau rumah sakit bersalin.

5. Penunjang diagnostik, yaitu jenis-jenis pelayanan yang berkaitan dengan

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan Electro

Encephalography (EEG) Electro Cardiography (ECG) dan Ultra Sonography

Scanning (CT Scanning).

6. Pelayanan khusus, yaitu pemeliharaan kesehatan yang memerlukan perawatan

khusus bagi penyakit tertentu serta pemberian alat-alat organ tubuh agar dapat

berfungsi seperti semula, yang meliputi pelayanan kesehatan yang

bersangkutan dengan kecamatan prothese mata, prothese gigi, alat bantu

dengar dan prothese anggota gerak yang dapat dilakukan di optik, balai

Universitas Sumatera Utara


pengobatan, rumah sakit dan perusahaan alat kesehatan yang ditunjuk oleh

badan penyelenggara. Penggantian biaya untuk pelayanan khusus ini diberikan

kepada pekerja/buruh yang memerlukan sesuai dengan standar yang

ditetapkan dan atas indikasi medis.

7. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang memerlukan pemeriksaan medis

segera, yang apabila tidak dilakukan akan menyebabkan hal fatal bagi

penderita. 44

Gawat darurat ini dapat dilakukan pada semua peleyanan kesehatan dan

meliputi :

a) pemeriksaan dan pengobatan;

b) tindakan medik;

c) pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial

Plus (DOEN Plus) atau generic;

d) rawat inap.

Selain program jaminan pemeliharaan di atas, pemerintah memberikan

kebebasan kepada pengusaha untuk menyelenggarakan sendiri program

pemeliharaan kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor

01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan kesehatan bagi Pekerja

dengan Manfaat yang lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Menurut ketentuan Peraturan Menteri di atas, perusahaan dapat

menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan bagi pekerjanya dengan cara :

44
Ibid., hal. 117-124

Universitas Sumatera Utara


a) menyediakan sendiri atau bekerja sama dengan fasilitas Pelaksana Pelayanan

Kesehatan (PPK);

b) bekerja sama dengan badan yang menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan;

dan

c) bersama beberapa perusahaan menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan.

Pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan sendiri oleh perusahaan atau

dengan kerja sama tersebut baru dapat dikatakan memberikan manfaat yang lebih

baik apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a) Liputan pelayanan yang diberikan sekurang-kurangnya harus memenuhi

ketentuan sebagaimana diuraikan diatas.

b) Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus memiliki izin sesuatu

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c) Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus mudah dijangkau oleh

pekerja/buruh dan keluarganya. 45

Dengan memenuhi ketentuan di atas, perusahaan harus mengikutsertakan

semua pekerjanya, baik laki-laki maupun perempuan yang terdiri dari suami atau

istri dan anak kandung, anak angkat, anak tiri yang berusia sampai 21 tahun,

belum bekerja, belum menikah dengan pembatasan sebanyak-banyaknya tiga

orang anak. 46

Jaminan pemeliharaan kesehatan diselenggarakan secara terstruktur, terpadu

dan berkesinambungan, serta bersifat menyeluruh, yang meliputi :

a. Pelayanan peningkatan kesehatan

45
Ibid.
46
Ibid., hal. 125

Universitas Sumatera Utara


b. Pencegahan

c. Pengobatan atau penyembuhan penyakit.

d. Pemulihan kesehatan atau perawatan

Pelaksanaan pelayanan kesehatan tingkat pertama harus memberikan

pelayanan sesuai standar pelayanan rawat jalan tingkat pertama. Dalam hal

diperlukan pemeriksaan tingkat lanjutan bagi tenaga kerja atau suami istri anak,

pelaksanaan pelayanan kesehatan tingkat pertama harus memberikan surat rujukan

kepada pelaksana pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang ditunjuk.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan tingkat pertama atau tingkat lanjut

memberikan surat rujukan, dalam hal tenaga kerja atua suami atau isteri atau anak

memerlukan pelayanan penunjang diagnostik (misalnya laboratorium radiology)

atau rawat inap.

Tenaga kerja, suami atau isteri atau anak yang memerlukan pelayanan gawat

darurat dapat langsung memperoleh pelayanan dari pelaksana pelayanan

kesehatan atau rumah sakit yang terdekat dengan menunjukkan kartu

pemeliharaan kesehatan dan dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari, terhitung

sejak mulai dirawat keluarga atau pihak lain menyerahkan pernyataan dari

perusahaan kepada rumah sakit tentang tenaga kerja yang bersangkutan masih

bekerja.

Biaya rawat inap ditanggung oleh badan penyelenggara paling lama 7 (tujuh)

hari sesuai dengan standar biaya yang telah ditetapkan (Pasal 41 ayat (3) PP 14

Tahun 1993) 47.

47
Hardijan Rusli, Op.cit., hal. 141

Universitas Sumatera Utara


Dalam hal biaya rawat inap melebihi ketentuan yang telah ditetapkan, maka

selisih biayanya menjadi tanggung jawab tenaga kerja yang bersangkutan.

C. Peran Pemerintah dalam Perlindungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Pemerintah mempunyai peranan yang sangat besar untuk terselenggaranya

jaminan sosial tenaga kerja dengan sebaik-baiknya. Pemerintah dalam Jamsostek

telah bekerja sama dengan tujuan agar setiap tenaga kerja yang telah

mendaftarkan kepesertaannya mendapatkan jaminan dan santunan serta biaya

ganti rugi ketika terjadi peristiwa dalam hubungan kerja.

Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) sebagai wakil pemerintah dalam bidang

ketenagakerjaan mencakup bidang yang sangat luas. Departemen adalah badan

yang berwenang serta berkewajiban untuk mengawasi dan menyelesaikan segala

masalah-masalah yang terjadi dalam bidang ketenagakerjaan dan sekaligus

sebagia badan yang berwenang dalam pengarahan dan pembinaan tenaga kerja.

Depnaker sebagai wakil pemerintah mempunyai tugas antara lain meliputi hal-

hal sebagai berikut :

a. Menyediakan dan penggunaan tenaga kerja

b. Pengembangan dan perluasan kerja

c. Pembinaan keahlian dan kejuruan tenaga kerja

d. Pembinaan hubungan ketenagakerjaan

e. Pengurusan syarat-syarat dan jaminan sosial

f. Pembinaan norma-norma perlindungan kerja

g. Pembinaan norma-norma keselamatan kerja 48

48
Imam Soepomo, Op. cit., hal. 42

Universitas Sumatera Utara


Pasal 19 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150 Tahun 1999, berbunyi

bahwa pengawasan terhadap ditaatinya keputusan menteri ini dilakukan oleh

pegawai pengawas ketenaga-kerjaan. Pengawasan yang dilakukan oleh pengawas

tersebut di atas yang dalam hal ini adalah depnaker masih dapat

dikatakan/terbilang belum efektif yang masih bersifat pasif atau masih bersifat

menunggu. Hal ini mungkin karena ketidak harusan pengusaha dalam

mendaftarkan setiap tenaga kerjanya kepihak penyelenggara PT. Jamsostek.

Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggara program jaminan sosial

tenaga kerja oleh badan penyelenggara (PT. Jamsostek) dilakukan oleh yang

bertanggung jawab dalam bidang tenaga kerja (Menteri Tenaga Kerja). Dalam

melakukan pembinaan dan pengawasan tersebut menteri yang bersangkutan dapat

melakukan pemeriksaan langsung setiap waktu.

Pembinaan yang berkaitan dengan penetapan kebijaksanaan regulasi

(Peraturan Perundang-Undangan) dilakukan bersama oleh Menteri Tenaga Kerja

dan Menteri Keuangan. Pembinaan dan pengawasan yang berkaitan dengan

program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dilakukan bersama oleh Menteri

Tenaga Kerja dan Menteri Kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 1999 tentang pengalihan

kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan selaku Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) atau Pemegang Saham pada perusahaan Perseroan

(Persero) dan Perseroan Terbatas yang sebagian Sahamnya dimiliki oleh Negara

Republik Indonesia kepada Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan

Universitas Sumatera Utara


BUMN, fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap badan penyelenggara

Jamsostek (PT. Jamsostek) dilakukan oleh Menteri Keuangan. 49

Menteri Tenaga Kerja dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan

pengawasan terhadap penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja.

Di samping itu, laporan keuangan PT. Jamsostek yang diaudit oleh Badan

Pengawas dan Pembangunan (BPKP), bukan oleh kantor Akuntan Publik sebagai

Auditor Independen.

Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan suatu program pemerintah

yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan

keluarganya hanya dapat terlaksana dengan baik apabila pemerintah dalam hal ini

Depnaker melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap ditaatinya ketentuan-

ketentuan perundang-undangan tersebut.

Adapun bentuk pengawasan yang dilakukan hendaklah dengan melakukan

peninjauan langsung keperusahaan-perusahaan untuk melihat keadaan tenaga

kerja dan menanyai langsung kepada tenaga-kerja tentang pelaksanaan Jamsostek

di perusahana tersebut. Sehingga dengan demikian tenaga kerja merasa

terlindungi dan dengan demikian tercapai pulalah sekaligus tujuan nasional yaitu

menciptakan masyarakat adil dan makmur.

Ada empat persoalan asuransi tenaga kerja yang ditawarkan oleh Jamsostek

bagi manfaat pekerja, dan masing-masing memiliki besaran persentase potongan

gaji yang berbeda-beda. Untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) iuran sebesar

(5,7%) dari gaji karyawan bersangkutan dibebankan kepada perusahaan (3,7%)

49
Zulaini Wahab, Jaminan Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia,
(Bandung: PT. Citra Aditya bakti, 2001), hal. 167

Universitas Sumatera Utara


dan pekerja sendiri (2%). Program Jaminan Kesehatan (JKS) besar iuran variatif

dengan rentang (3%) hingga 6% dari gaji karyawan yang dibebankan seluruhnya

kepada perusahaan. Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) juga dibebankan

seluruhnya kepada perusahaan untuk menggunakan dengan rentang antara

(0,24%) hingga (1,74%) dari gaji karyawan. Untuk program Jaminan Kematian

(JKM) dibebankan seluruhnya kepada perusahaan dengan persentase (0,30%). 50

PT (Persero Jamsostek) memiliki dasar hukum yang kuat untuk melakukan

pemungutan iuran, yakni UU No. 3 /1992 dan PP No. 15/1995. Hak pungut ini

bertemu dengan adanya kebutuhan perusahaan dan pekerja akan adanya asuransi

sosial tenaga kerja. Disinilah letak kekuatan PT (Persero) Jamsostek.

Pemerintah masih dibatasi kendala pendanaan untuk mewujudkan konsep

ideal jaminan sosial universal yang dibiayai oleh APBN dalam rangka

pelaksanaan amanat UUD 1945 Pasal 34 “Fakir miskin dan anak terlantar

dipelihara oleh Negara”. Secara ideal, sebagaimana yang telah diterapkan di

Negara-negara Eropa, sebagian dari pajak yang disetorkan ke ABPN disisihkan

untuk program jaminan sosial bagi masyarakat. Di Indonesia hal ini menemui

kendala karena masih belum optimalnya pemasukan pajak.

Status hukum BUMN bagi perusahaan merupakan permasalahan bagi PT

(Persero) Jamsostek dalam memberikan pengembalian manfaat yang optimum

bagi pekerja. Indonesia dan Cina adalah salah satu dari sedikit Negara yang

memberikan badan hukum BUMN bagi institusi penyelenggara jaminan

sosialnya, suatu hal yang ditinggalkan oleh Negara-negara lainnya. Program

50
Maimun, Op. cit., hal. 97

Universitas Sumatera Utara


jaminan sosial merupakan program public yang diwajibkan oleh UU di mana

iuran dan investasi yang dikumpulkan bukanlah merupakan pendapatan,

melainkan utang institusi penyelenggara yang harus dikembalikan kepada peserta.

Dikatakan sebelumnya merupakan program public yang diwajibkan karena system

jaminan sosial merupakan salah satu program welfare state yang hanya

memberikan benefit standar minimum, suatu hal yang berbeda dengan yang

ditawarkan oleh asuransi komersial.

Dalam penyelenggaraan Jamsostek, PT (Persero) Jamsostek juga menghadapi

masalah akibat ketergantungan yang besar pada pihak regulator, terutama dalam

hal Law enforcement dan perbaikan beneft. Dalam penyelenggaraan jamina sosial

di banyak Negara, badan penyelenggara melakukan law enforcement sendiri

sehingga dapat melakukan akses langsung ke perusahaan-perusahaan. Jadi

Departemen Teknik terkait yakni Depnaker semestinya dikembalikan fungsinya

sebagai “wasit” dan regulator yang baik dalam penyelenggara jamssotek. Sebagai

contoh, kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan adanya ketidaktaatan

dari para perusahaan untuk mengikuti perintah UU No. 3 tahun 1992, seperti

pelaporan jumlah pegawai dan gaji yang menyimpang dari jumlah semestinya,

yang sulit untuk ditindak secara tegas oleh badan penyelenggara karena

wewenang untuk menindak dimiliki Depnaker. Kadang aparat Depnaker yang

mestinya menjadi “wasit” yang baik justru makin memperkeruh situasi ini.

Dari segi peluang PT (Persero) Jamsostek, jumlah peserta dari tahun ke tahun

terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pekerja di sector formal,

yang memang selama ini menjadi target pasar penyelenggaraan PT. Jamsostek.

Universitas Sumatera Utara


Pertambahan peserta terasa berjalan tersendat-sendat dan target pasar potensial

dari sector formal saja masih, 12 juta (tahun 2000). Peluang pasar yang ada sangat

besar apalagi bila juga masuk ke lingkup sektor informal dengan jumlah pekerja

sektor informal ini yang sangat besar, sebanyak 62,35 juta orang Adanya prinsip

“law of big number” mengharuskan tercapainya angka peserta dalam jumlah

besar, sehingga selayaknya badan ini dibantu agar dapat berkonsentrasi

melakukan perannya sebagai agen pembangunan.

Ancaman yang dihadapi oleh PT (Persero) Jamsostek timbul dari sikap

pemerintah yang dirasakan kurang tegas atau mengabaikan kekacauan yang

terjadi. Antara sesame BUMN penyelenggara asuransi sosial dibiarkan terjadi

kompetisi yang sebenarnya tidak dapat dibenarkan. Penyimpangan dari konsep

ideal ini diperparah dengan dimungkinkannya penyelengaraan dari konsep satu

BUMN oleh UU No. 3 tahun 1992. Tidak adanya sikap yang tegas dari

pemerintah (yang mengesankan ambivalensi sikap pemerintah), dan dorongan

untuk mencetak laba sebanyak mungkin bai BUMN menyebabkan lahirnya

praktek penawaran paket asuransi kesehatan oleh PT. Askes kepada perusahaan-

perusahaan yang memberatkan penyelenggaran Jamsostek. Hal ini timbul karena

adanya tumpang tindih antara UU No. 3 Tahun 1992 yang mewajibkan

perusahaan menjadi anggota jamsostek, dan PP No. 14 Tahun 1993 pasal 2 ayat

(4) yang membolehkan perusahaan untuk tidak mengikuti program jaminan

kesehatan dasar bila sudah menyelenggarakan sendiri program jaminan

pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Seharusnya ditarik garis yang tegas

antara paket jaminan kesehatan minimum yang diselenggaraan oleh badan

Universitas Sumatera Utara


penyelenggara jamsostek yaitu PT (Persero) Jamsostek dan paket asuransi

kesehatan plus yang boleh ditawarkan oleh swasta atau PT. Askes yang dalam hal

ini berlaku sebagai perusahaan swasta, sehingga kedua jenis paket ini tidak perlu

dan tidak bias dicampuradukkan. 51

Bila dibandingkan dengan ketiga BUMN lain di bidang asuransi, yaitu PT

(Persero) ASKES, ASABRI, dan TASPEN, jelas catatan prestasi keungan di atas

lebih baik. Oleh sebab itu peran pemerintah sebenarnya pada jaminan sosial

tenaga kerja pada kecelakaan kerja adalah mendaftarkan tenaga kerja kepada PT.

Jamsostek dan Departemen Tenaga Kerja untuk mendapatkan ganti rugi atas

kecelakaan yang diderita oleh tenaga kerja.

51
Ibid, hal. 04

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai