Anda di halaman 1dari 5

MENJADI WIDYAISWARA YANG HEBAT

Oleh:
YASRI *)

A. Pendahuluan
Saya mengenal Pusdiklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan, sejak masih
sebagai guru Madrasah Tsanawiyah. Saya selalu ingat dan kagum terhadap
Widyaiswara, terutama Widyaiswara yang pernah mengajari saya di kelas ketika
mengikuti Pendidikan dan Pelatihan. Mereka telah banyak berkontribusi dalam
kehidupan saya secara pribadi, motivasi, keilmuan dan keterampilan. Mereka
adalah orang hebat dan bekerja tanpa pamrih yang telah mampu membantu
peserta diklat menjadi orang-orang hebat dalam meningkatkan profesionalisme.
Betapa ikhlasnya dan komitmennya mereka, predikat Widyaiswara akan selalu
mereka sandang di manapun dan kapanpun.
Sekarang saya sudah berprofesi sebagai Widyaiswara dan sangat mencintai
pekerjaan saya sebagai Widyaiswara. Saya secara pribadi dan profesionalitas
merasa belum sehebat Widyaiswara yang pernah menginspirasi saya sebelumnya.
Namun seiring dengan bergulirnya waktu saya mempelajari dan menggali apa
yang menyebabkan seorang Widyaiswara dikatakan orang yang benar dalam
kehebatan dan yang hebat dalam kebenaran. Dan akhirnya saya menemukan
minimal ada enam kriteria yang bisa menjadikan seorang widyaiswara hebat,
yaitu: keyakinan terhadap diri sendiri, keyakinan tentang pembelajar, keyakinan
terhadap informasi di sekeliling, keyakinan tentang bagaimana dunia ini
beroperasi, keyakinan dengan regulasi yang berlaku, dan keyakinan dengan
ketentuan Allah.
Secara khusus, perlu kita simak pembahasan kriteria yang menandai dan
melekat pada Widyaiswara yang hebat. Jika Pembaca sama seperti saya belum
merasa hebat, mungkin ini dapat menjadi inspirasi, motivasi dan pembelajaran.

B. Pembahasan
Menjadi Widyaiswara yang hebat bukanlah sebuah hadiah atas predikat dari
seseorang atau sekelompok orang, melainkan merupakan sesuatu yang harus
diikhtiari dan berdoa, lalu berserah diri kepada Allah. Menurut penulis setidaknya
ada enam keyakinan yang harus melekat pada Widyaiswara sehingga mereka
menjadi orang hebat. Keyakinan ini merupakan konsep ataupun philosopihal
guidelines yang menjadi dasar dalam menjalankan peran sebagai Widyaiswara.
Beberapa kriteria yang menjadi keyakinan seorang Widyaiswara yang benar-benar
hebat antara lain mempunyai keyakinan dan optimis mengani dirinya sendiri,
tentang kediklatan, tentang kehidupannya, bagaimana dunia ini bekerja atau
beroperasi, tentang regulasi yang berlaku, dan yakin dengan ketentuan yang
datangnya dari Allah.

1. Yakin dengan diri sendiri


Widyaiswara yang hebat selalu berdiri di atas kaki sendiri dan meyakini
bahwa pembelajar bisa dilaksanakan kapan dan di mana saja, mempunyai sifat
fleksibel terhadap diri sendiri dan orang lain dengan tidak memaksakan diri untuk

1
menguasai semua ilmu, dan melakukan hal yang tidak membebani batin maupun
fisik. Widyaiswara yang hebat selalu mempunyai sifat toleran terhadap
perbedaan pendapat, sehingga tidak kaku dan hanya meyakini bahwa pendapat
dan keadaannya yang baik/benar agar mampu mencapai kebahagiaan, selalu
mempunyai sifat ingin tahu tentang suatu keilmuan baru dan terkini
sehingga membuatnya selalu tertarik dengan apa yang dikatakan dan dilakukan
oleh orang lain serta membuatnya awet muda. Widyaiswara yang hebat selalu
berusaha menghindari sikap judmental, sebab sikap tidak yakin dengan diri sendiri
serta orang lain akan menyakiti diri sendiri karena sifat ini mengarah untuk
menghukum diri dan orang lain secara mental.

2. Yakin dengan Pembelajar


Widyaiswara yang hebat meyakini bahwa dirinya tidak dapat berfungsi
secara maksimal jika tidak memiliki keyakinan yang positif tentang pembelajar.
Keyakinan Widyaiswara tentang pembelajar dapat diimplementasikan dalam
bentuk dan anggapan bahwa peserta diklat adalah orang yang ingin belajar secara
terus menerus, selalu ingin mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
pendidikan dan kompetensi. Widyaiswara yang hebat selalu beranggapan bahwa
orang akan belajar bila cara dan substansi yang diajarkan sesuai dengan
kebutuhan, dan percaya kalau orang dewasa belajar melalui pendekatan andrgogi
dengan memperbanyak diskusi, sharing pendapat dan praktik. Widyaiswara yang
hebat percaya bahwa orang berani mengambil resiko jika mereka merasa aman
untuk melakukannya, meyakini bahwa orang selalu mengetahui lebih banyak
dibandingkan yang mereka pikirkan, dan meyakini bahwa tidak semua orang sama
dan mempunyai keunikan masing-masing.

3. Yakin Terhadap Kebermanfaatan Informasi Bagi Orang Lain


Setiap hari kita dibombastis dengan informasi atau berita-berita yang kadar
serta kualitas yang berbeda-beda melalui berbagai media. Sehingga secara tidak
disadari kita terjebak dalam proses transformsi informasi yang belum tentu dapat
dipertanggungjawabkan kebenaranya secara konten. Widyaiswara yang hebat
mampu menanggapi dan memberi arti terhadap informasi yang diterima dengan
melakukan crosscheck kebenaran sehingga informasi yang diterima akan bernilai
bila membantu untuk kemajuan. Jika informasi yang diterima tidak bisa
dipertanggungjawabkan secara konten, etika dan moral, maka sebaiknya cukup
untuk diterima secara pribadi tanpa meneruskan ke pihak lain.
Bagi Widyaiswara yang hebat, ia memberikan informasi kepada orang
lain melalui berbagai media atau informasi langsung dengan mempertimbangkan
bahasa yang dapat membuat orang mengerti dan tidak tersinggung serta konten
informasi yang relevan dengan konteks atau situasi di sekelilingnya. Selanjutnya,
ia juga pertimbangkan dan menghindari pemberian informasi yang dapat
memecah belah orang-orang yang akan menerima informasi.

4. Yakin bahwa Dunia ini Beroperasi


Ahmad Albar dalam nyanyiannya berujar ”dunia ini adalah panggung
sandiwara dan setiap orang memerankan peranan masing-masing”. Widyaiswara
yang hebat selalu menyadari bahwa ia memainkan beragam peran dan tujuan.
Kadang peran sungguhan, kadang juga peran yang dirancang. Panggung

2
Widyaiswara tidak hanya dalam kelas. Ia memiliki panggung yang cukup luas.
Oleh sebab itu, Widyaiswara yang hebat selalu meyakini bahwa: Setiap
prilakunya adalah komunikasi, setiap kegagalannya adalah kesempatan untuk
maju lebih baik. Widyaiswara hebat yakin bahwa yang menciptakan cerita untuk
kehidupannya adalah ia sendiri, memahami bahwa ia adalah gabungan otak,
tubuh dan semangat, yang sangat prima bila ketiganya bekerja bersama-sama, dan
perjalanan menuju kesempurnaan tidak pernah berakhir, sehingga tidak cepat
lelah dan tetap bersemangat untuk menuju hebat.
Dunia ini melimpah ruah dengan banyak hal. Widyaiswara hebat yakin
akan mampu menciptakan manfaat dari apa yang berlimpah ruah tersebut dan
selalu mempunyai pilihan yang dapat dilakukan. Widyaiswara yang hebat
berperan sebagai pencipta yang berintegritas sehingga akan membuahkan
penghargaan untuk dirinya dan bukan sebagai korban. Jadi, ia tidak percaya
dengan kata “Widyaiswara adalah pilihan pekerjaan terakhir” dan terkesan
menjadi korban sistem birokrasi yang tidak sesuai dengn regulasi.

5. Yakin dengan Regulasi yang berlaku


Pelaksanaan tugas dan fungsi Widyaiswara tidak terlepas dengan berbagai
regulasi dan kebijakan. Regulasi yang perlu dipahami dan diyakini oleh seorang
Widyaiswara yang hebat antara lain Perkalan Nomor 9 tahun 2008, Permenpan
Nomor 22 tahun 2014 tentang jabatan fungsional Widyaiswara, Perkalan nomor
26 tahun 2015 tentang pedoman penilalain Widyaiswara, Peratuan bersama LAN
dan BKN nomor 1 dan 8 tahun 2015 dan Perkalan nomor 26 tahun 2015,
Permenpan dan RB nomor 38 tahun 2017 tentang Standar kompetensi jabatan
aparatur sipil Negara.
Widyaiswara yang hebat harus mempunyai dua paradigma dalam
mencermati berbagi regulasi yang mengatur pola kinerja, khususnya regulasi yang
berhubungan langsung dengan system karier. Kedua paradigma tersebut adalah
berpikir cerdas dan bekerja keras. Paradigma berpikir cerdas tidak terlepas dari
seberapa dalam pemahaman tentang esensi atau konten yang termuat dalam
regulasi tertentu. Misalnya, dalam pemahaman esensi tentang jabatan fungsional
Widyaiswara, Widyaiswara yang hebat harus mampu memilih dan memilah butir-
butir penilaian angka kredit Widyaiswara yang mempunyai skor tinggi dan
dimungkinkan dapat di peroleh dengan tidak terlalu menyulitkan diri sendiri.
Sedangkan paradigma bekerja keras merupkan persepsi dan aktulaisasi diri dalam
bekerja keras dengan tidak menunda untuk menyiapkan dan mengadakan secara
fisik hal-hal yang menjadi pemenuhan angka kredit Widyaiswara. Misalnya
sebelum melakukan Dikjartih sudah membuat dan siap dengan Bahan ajar, GBPP
dan SAP, dan bahan tayang. Setelah selesai melakukan Dikjartih langsung
membuat Surat tugas, surat pernyataan melaksanakan tugas.
Kehebatan seorang Widyaiswara dalam meyakini bahwa regulasi yang
berlaku akan mempermudah segala aktivitas kerja akan menambah percaya diri
dalam berprestasi dan bereputasi. Dengan memahami regulasi yang baik dan
benar akan terhindar dari Sikap dan sifat buruk sangka terhadap kebijakan,
pimpinan dan orang lain. Salah satu langkah yang harus dilakukan oleh seorang
Widyaiswara yang hebat adalah mempunyai kemampuan berpikir cerdas dan
bekerja keras.

3
Kemampuan berpikir cerdas berimplikasi pada pemahaman secara detail
setiap regulasi yang akan digunakan sebagai dasar dalam mengerjakan atau
melaksanakan tugas dan fungsi, sehingga aspek mana yang terdapat dalam
regulasi yang secepatnya direspon agar proses pengumpulan angka kredit dapat
diperoleh secara maksimal. Sedangkan kemampuan bekerja keras merupakan
usaha yang maksimal dalam rangka melengkapi berbagai keperluan jenjang karier
dalam bentuk bukti fisik. Jenjang karier seorang Widyaiswara yang hebat tidak
terlepas dari pengaruh berpikir yang cerdas dan bekerja yang keras.

6. Yakin dengan Ketentuan Allah


Pola kehidupan setiap manusia tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan
yang Allah ciptakan. Dengan meyakini ketentuan Allah, maka semua aktivitas,
kesuksesan, kegagalan dan kondisi kehidupan lainnya dapat diterima dengan
keikhlasan dan tidak akan timbul sedikitpun buruk sangka terhadap Allah dan
makhluk lainnya. Widyaiswara yang hebat seharusnya mampu menerima,
memaknai dan mensikapi kondisi kehidupan yang terjadi di lingkungan kerja,
maupun di lingkungan keluarga/rumah. Ada dua sikap minimal yang harus
ditanamkan dan diimplementasikan dalam diri widyaiswara yang hebat, yaitu
sikap sabar dan tawakal kepala Allah.
Kesabaran itu tersusun dari ilmu, keadaan, dan perbuatan. Jika boleh
dimisalkan, ilmu diibaratkan pohon, keadaan seperti ranting, dan perbuatan seperti
buah, maka jika perbuatan seorang Widyaiswara sesuai dengan syari’at agama,
maka akan mencerminkan keadaan atau situasi batin yang tenang, nyaman dan
penuh keimanan yang akhirnya akan membangun system kesabaran dalam hidup
dan kehidupan. Praktek sabar dalam kehidupan sehari-hari adalah bagian dari
peningkatan seseorang terhadap kesempurnaan. iman. Ibnu ‘Abbas ra berkata,
kesabaran dalam al-Quran ada tiga aspek, yaitu; kesabaran dalam menunaikan
kewajiban-kewajiban kepada Allah, maka ini memiliki 3000; kesabaran dari
menjauhi larangan-larangan Allah memiliki 6000; dan kesabaran terhadap
musibah ketika pertama kali menimpa memiliki 9000.
Namun kesabaran perlu dilatih agar tetap bertahan dalam diri seseorang.
Beberapa tips untuk melatih kesabaran, yaitu: jangan reaktif tapi proaktif, petakan
hal yang penting dan tidak penting, tiru mereka yang senantiasa selalu bersabar,
pastikan setiap aktivitas mengandung keimanan, ingat terus hari kemaren baik
keadaan gagal maupun keadaan sukses, dan jadikanlah sabar itu sebuah pilihan.
Selain kesabaran, Widyaiswara juga perlu mempunyai ketawakalan.
Secara istilah, tawakal artinya berserah diri dan berpegang teguh kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Tawakal merupakan sikap bersandar dan mempercayakan
diri sepenuhnya kepada Allah swt dan salah satu metode yang dapat membantu
manusia dalam kehidupan. Berbagai riset dan pengamatan empiris menekankan
akan hal itu, dimana tawakal kepada Allah Swt dapat mengurangi rasa cemas dan
depresi, bahkan berbagai penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah psikologis,
serta menciptakan ketentraman, keberanian, optimisme, percaya diri dan
kesabaran. Dalam Islam ditegaskan bahwa tawakal kepada Allah SWT sebagai
salah satu strategi penting agama demi kebahagiaan manusia.
Widyaiswara yang hebat harus memahami betul bahwa sikap sabar dapat
dijadikan sebagai penolong, dan pembawa keberuntungan yang besar bagi dirinya,
orang lain dan instansi tempat bekerja.

4
Widyaiswara yang hebat juga memahami betul bahwa dengan sikap
tawakal yang tidak akan pernah merendahkan dirinya demi mencapai kedudukan,
jabatan maupum popularitas di depan manusia, akan merasa dicukupkan rizkinya
oleh Allah, dikuatkan imannya, dan dijauhkan dari rayuan setan yang terkutuk.
Widyaiswara yang hebat akan sangat memahami bahwa tawakal merupakan
rangkaian ikhtiar yang dimulai dari niat, pelaksanaan dan hasil dalam bentuk
sebuah tindakan aktif dan kreatif.

C. Penutup
Kehebatan seorang Widyaiswara tidak serta merta muncul, namun tidak
terlepas dari ikhtiar dan pembelajaran sepanjag hayat yang dilakukan dengan
dilandasi keyakinan bahwa perjalanan panjang untuk menjadi Widyaiswara yang
hebat itu tidak akan pernah berakhir. Jatah umur boleh semakin berkurang dan
fisik boleh mungkin semakin mengkerut tapi hati selalu ingin segar dengan
pengalaman baru dan semangat untuk menjadi Widyaiswara hebat akan selalu
menggelora, sehingga siap selalu beraktivitas, berkreativits, beradaptasi dan
menjadi agen perubahan bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya
kearah yang lebih baik dengan penuh kesabaran dan tawakal kepeda Allah.
Bangunlah dan jadikanlah dalam diri kita orang yang benar dalam kehebatan dan
orang yang hebat dalam kebenaran yang dibingkai dengan ketentuan Allah. Insya
Allah

Daftar Pustaka
Buyung Ahmad Syafei, Kompeten dan Kompetensi, Internet, 2010
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, jakaarta: Balai Pustaka,
1995
E Mulyasa. Menjadi Widyaiswara professional. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2006.
Depdiknas, Panduan KTSP.Jakarta, 2006.
Firestone, W.A. Why Professionalizing Teaching Is Not Enough, No. 6 March.
Riyanto, Astin, Proses Belajar Mengajar efektif di PerWidyaiswara na Tinggi,
Bandung: Yapemdo, 2003
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan
Nasional (Sisdiknas). Sinar Grafika, Jakarta, 2003.
Tilaar, H.A.R. Manajemen Pendidikan nasional, Kajian Pendidikan masa depan.
Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994.

*) Penulis adalah Widyaiswara Madya Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Anda mungkin juga menyukai