Case Plasenta Restan
Case Plasenta Restan
A. IDENTITAS
Nama : Ny. N
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No CM : 328507
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Tanggal/Jam Masuk : 20/6/2015 / 12.00 WIB
Ruang/Kelas : Parikesit (Gynekologi)
Nama Suami : Tn. M
Usia : 37 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 22 Mei 2015 pukul 08.00 WIB
di ruang Parikesit (Gynekologi).
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh adanya keluar darah dari jalan lahir serta nyeri pada jalan lahir.
1
pasien direncanakan untuk dirawat di ruang Srikandi RSUD Kota Semarang untuk
dilakukan induksi.
Di ruangan Srikandi pasien diberikan obat pacu sebanyak 2 kali dan akhirnya melahirkan
bayi laki-laki dengan berat 3950 gram. Namun saat kelahiran plasenta, plasenta tidak
dapat lahir dan akhirnya dilakukan tindakan manual plasenta.
Setelah melahirkan pasien dipindahkan ke ruangan Parikesit, mengeluhkan adanya rasa
nyeri pada jalan lahir serta perdarahan yang banyak dari jalan lahir. Perdarahan berupa
darah bercampur flek yang dirasakan pasien cukup banyak. Pasien tidak mengeluh lemas
atau pusing.
3. Riwayat Haid
i. Menarche : 13 tahun
ii. Lama : 7 hari
iii. Siklus : 28 hari
4. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah 1x tahun 2006, umur pasien saat menikah 19 tahun, dengan suami 30
tahun.
5. Riwayat Obstetri
P2A0 usia 38 tahun
6. Riwayat KB
Pasien menggunakan KB jenis suntik 3 bulan selama 5 tahun.
7. Riwayat Ginekologi
2
Riwayat DM : disangkal
Riwayat DM : disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 o C
TB : 152 cm
BB : 62 kg
b. Status Internus
Kepala : normocephali , simetris
3
Rambut : warna hitam , persebaran merata dan tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor ,
diameter 3mm, Reflek cahaya +/+
Hidung : Simetris, sekret -/-, deviasi septum (-), nafas cuping
hidung (-)
Telinga : Normotia, sekret -/-, peradangan –
Mulut dan Tenggorok :
Bibir : tidak sianosis dan tidak kering
Uvula : di tengah
Leher :
Trakea di tengah , kelenjar tiroid tidak membesar
KGB :
Retroaurikuler, submandibula, cervical , supraclavicula , aksila , dan inguinal
tidak teraba membesar.
Payudara :
Simetris kanan dan kiri, areola mammae hiperpigmentasi, nipple tidak retraksi,
mammae tidak teraba massa dan tanda radang(-), nyeri tekan (-)
Thoraks :
Paru :
Inspeksi : Retraksi (-), bentuk simetris pada saat statis & dinamis
4
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis.
Perkusi :
Abdomen :
Inspeksi : tampak datar, simetris, scar(-),striae (+), inflamasi (-), peristaltic(-)
Auskultasi: Bising Usus 5 x/ menit
Perkusi : Timpani pada ke empat kuadran abdomen, liver span 7cm , castle
sign (-) , nyeri ketok ginjal (-)
Palpasi : supel, defens muscular (-) , nyeri tekan (-) , nyeri lepas (-). Hepar
tidak teraba, tidak teraba lien , ballotement (-), nyeri tekan kandung
kemih (-)
Ekstremitas :
Atas : Akral hangat , oedem -/- ,tonus otot baik.
5
c. Status Nifas
Pemeriksaan luar :
- PPV :+
- Fl/Fx : -/+
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah (21 Mei 2015) jam 09.00 :
Golongan Darah :O
Hemoglobin : 12,1 g/dL (12 – 16 g/dL)
6
USG
7
E. RESUME
Seorang pasien perempuan berusia 27 tahun dengan keluhan utama perdarahan
pasca melahirkan. Pada anamnesis didapatkan adanya perdarahan yang keluar dari
jalan lahir berupa darah bercampur sedikit flek. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
tanda-tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan sistematis dalam batas normal.
Pemeriksaan ginekologi didapatkan adanya perdarahan pervaginam serta jahitan
sepanjang kurang lebih 3 cm. Fundus uteri teraba 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+)
cukup. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah diperoleh dalam batas normal,
pemeriksaan usg diperoleh adanya gambaran inhomogen kistik yang menempel pada
dinding uterus, sesuai dengan gambaran plasenta restan. Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang maka diagnosis pasien ini adalah
P2A0 U27 dengan perdarahan post partum ec plasenta restan.
F. DIAGNOSA
P2A0 U27 tahun
Perdarahan Post Partum ec Plasenta Restan
Post Manual Plasenta
G. Perencanaan
Rencana terapi farmakologik
IVFD RL 20 tpm
Kalnex 3x500 mg
Pro Kuretase
8
Fasilitasi kebutuhan nutrisi
H. EDUKASI
Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi ibu dan penyakit yang diderita
I. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
9
FOLLOW UP PASIEN
10
TINJAUAN PUSTAKA
B. ETIOLOGI
Etiologi perdarahan postpartum antara lain :
1. Atonia uterus
Perdarahan obstetri sering disebabkan oleh kegagalan uterus
untuk berkontraksi secara memadai setelah pelahiran. Faktor resiko
mencakup overdistensi uterus (akibat polihidramnion, kehamilan kembar,
makrosomia janin), paritas tinggi, persalinan cepat atau memanjang,
infeksi, atonia uterus sebelumnya dan pemakaian obat perelaksasi uterus.
Uterus yang mengalami overdistensi besar kemungkinan besar
mengalami hipotonia setelah persalinan. Dengan demikian, wanita dengan
janin besar, janin multipel atau hidramnion rentan terhadap perdarahan
akibat atonia uteri.
11
Tanda dan gejala dari atoni uterus antara lain : kontraksi uterus
lemah, perdarahan pervaginam berwarna merah tua dan diikuti tanda-tanda
shock.
2. Potongan plasenta yang tertinggal
Perdarahan postpartum dini jarang disebabkan oleh retensi
potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering
menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas.
Kemungkinan terjadinya postpartum diakibatkan karena
tertinggalnya kotiledon atau lobus sekenturiat (terlihat pada 3% plasenta).
Pemeriksaan plasenta dapat mengidentifikasi kelainan yang menunjukkan
kemungkinan adanya potongan yang tertinggal.
Beberapa tanda dari potongan plasenta yang tertinggal antara lain
: plasenta/sebagian kulit ketuban tidak lengkap, perdarahan segera, uterus
berkontraksi tinggi dan fundus uteri tetap.
3. Laserasi saluran genital bawah
Adanya luka atau robekan pada vagina dan atau leher rahim,
yang kecil atau yang besar. Tandanya adanya perdarahan yang berlebihan
walaupun mungkin kejadian ini akan terlihat oleh dokter setelah
persalinan. Umunya semua luka yang panjangnya lebih dari dua sentimeter
atau yang terus mengeluarkan darah banyak akan dijahit. Bila selama
persalinan tidak digunakan anastesi maka akan diberikan anastesi lokal
sebelum penjahitan.
Faktor resiko mencakup persalinan pervaginam dengan alat
bantu, makrosomia janin, kelahiran tiba-tiba dan tindakan episiotomi.
Diagnosis harus dipertimbangkan ketika perdarahan pervaginam berlanjut
meskipun tonus otot memadai. Penatalaksanaanya dengan jahitan primer.
4. Ruptur uterus
Faktor resiko terjadinya ruptur uterus antara lain pembedahan
uterus sebelumnya, persalinan terhambat, pemakaian oksitosin
‘berlebihan’, posisi janin abnormal, multiparitas grande dan manipulasi
uterus dalam persalinan (persalinan dengan forcep, ekstraksi sungsang dan
insersi kateter tekanan intrauterin). Pengobatan dengan laparotomi dengan
jahitan atau histerektomi.
5. Inversi uterus
12
Setelah kelahiran bayi, ada proses persalinan yang kadang-
kadang plasenta tidak seluruhnya terkelupas dan ketika muncul, ia menarik
fundus atau bagian puncak rahim ikut bersamanya, akibatnya rahim akan
membalik seperti kaos kaki yang terbalik. Gejala terbaliknya rahim adalah
perdarahan yang berlebihan dan kadang-kadang terdapat tanda-tanda syok
pada ibu. Ketika menekan perut kebawah, dokter tidak dapat merasakan
adanya rahim dan pada pembalikan rahim yang lengkap sebagian dari
rahim akan dapat terlihat di vagina.
Wanita yang berisiko tinggi akan terbaliknya rahim (walaupun
resiko ini tetap masih sangat kecil) adalah mereka yang sebelumnya telah
sering melahirkan atau mengalami proses awal persalinan (labor) yang
terlalu lama lebih dari 24 jam, mereka yang plasentanya tertanam melewati
bagian puncak rahim (fundus) atau tertanam pada tempat yang tidak
normal dan mereka yang mendapatkan magnesium sulfat selama proses
awal persalinan. Rahim juga dapat membalik ketika ia terlalu lemas atau
bila fundus tidak diam di tempatnya ketika plasenta dikeluarkan pada
tahap kelahiran ketiga.
Faktor resiko mencakup atonia uterus, traksi tali pusat secara
berlebihan, pengangkatan plasenta secara manual, plasentasi abnormal,
kelainan uterus dan plasentasi pada fundus. Gejalanya mencakup nyeri
perut akut dan syok (30%). Uterus mungkin terlihat menonjol melalui
vulva. Penanganannya dengan penggantian manual atau hidrostatik segera.
Beberapa tanda terjadinya inversio uterus antara lain : uterus tak
teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat, pucat dan limbung.
Kemungkinan terjadinya syok neurogenik dapat terjadi bila tidak ditangani
dengan baik.
6. Plasentasi abnormal
Hal ini mencakup perlekatan abnormal vili plasenta ke
miometrium (akreta), invasi ke miometrium (inkreta), atau penetrasi
melalui miometrium (perkreta). Plasenta akreta merupakan jenis yang
paling umum. Faktor resiko mencakup pembedahan uterus sebelumnya,
plasenta previa, kebiasaan merokok dan multiparitas grande.
Penyebab secara fungsional terjadinya retensio plasenta antara
lain his kurang kuat, plasenta sulit lepas yang disebabkan karena : tempat
13
insersi di sudut tuba, bentuknya membranacea, ukuran sangat kecil. Secara
anatomis, penyebab terjadinya retensio plasenta adalah :
a) Plasenta Acreta, dimana vili choriales menanamkan diri lebih dalam ke
dalam dinding rahim.
b) Plasenta Increta, dimana vili choriales sampai masuk ke dalam lapisan otot
rahim.
c) Plasenta Percreta, dimana vili choriales menembus lapisan otot dan
mencapai serosa atau menembusnya
Tanda dan gejala dari retensio plasenta antara lain : plasenta belum lahir ≥
30 menit, perdarahan segera keluar dan kemungkinan terjadi putusnya tali
pusat dikarenakan traksi yang berlebihan.
7. Koagulopati
Diagnosis yang paling sering ditemukan adalah penyakit von
Willebrand dan ITP. Penyebab yang didapat mencakup terapi antikoagulan
dan koagulopati konsumtif yang disebabkan oleh komplikasi obstetrik
(seperti pre-eklamsi, sepsis, abruptio, embolisme cairan amnion).
C. JENIS
Menurut saat terjadinya, perdarahan postpartum dibagi menjadi dua jenis :
1. Perdarahan postpartum dini, bila perdarahan terjadi dalam 24 jam
pertama.
(penyebab perdarahan postpartum mencakup atonia uteri, potongan
plasenta yang tertinggal, laserasi saluran genital bawah, ruptur uterus,
inversi uterus, plasentasi abnormal, koagulopati).
2. Perdarahan postpartum lambat, bila perdarahan terjadi setelah 24 jam
pertama tetapi kurang dari 6 minggu pasca perasalinan. (penyebabnya
mencakup potongan plasenta yang tertinggal, infeksi, koagulopati dan
subinvolusi lokasi plasenta).
14
II. PLASENTA RESTAN
A. DEFINISI
Plasenta restan adalah merupakan tertinggalnya bagian plasenta (satu
atau lebih lobus), sehingga uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan
dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post
partum sekunder.
Plasenta restan adalah adanya sisa plasenta di dalam rahim yang sudah
lepas tapi belum keluar sehingga dapat menyebabkan perdarahan yang banyak.
Plasenta restan dapat disebabkan oleh karena atonia uteri, adanya lingkaran
konstriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III, dan
hal-hal yang dapat menyebabkan terhalangnya plasenta keluar.
B. FISIOLOGI DAN TIPE PLASENTA
Plasenta berbentuk bundar atau oval, diameter 15-20cm, tebal 2-3cm,
berat 500-600 gram, biasanya plasenta akan berbentuk lengkap pada
kehamilan kira-kira 16 minggu, dimana ruang amnion telah mengisi seluruh
rongga rahim.
Letak plasenta yang normal umumnya pada corpus uteri bagian depan
atau belakang agak kearah fundus uteri. Plasenta terdiri atas tiga bagian yaitu :
Bagian janin terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili dari uri yang
matang terdiri atas :
Vili korialis
Ruang-ruang interviler. Darah ibu yang berada dalam ruang interviler
berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua basalis. Pada sistole,
darah dipompa dengan tekanan 70-80mmHg kedalam ruang interviler
sampai lempeng korionik (chorionic plate) pangkal dari kotiledon-
kotiledon. Darah tersebut membanjiri vili korialis dan kembali
perlahan ke pembuluh darah balik (vena-vena) didesidua dengan
tekanan 8mmHg.
15
Pada bagian permukaan janin uri diliputi oleh amnion yang licin,
dibawah lapisan amnion ini berjalan cabang-cabang pembuluh darah
tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada uri bagian permukaan janin
Tali pusat
C. ETIOLOGI
Sebab-sebab plasenta belum lahir :
16
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
menembus desidua sampai miometrium
1. Fase laten
Fase laten ditandai dengan menebalnya dinding uterus yang bebas tempat
palsenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi
Fase kontraksi ditandai dengan menebalnya dinding uterus tempat plasenta
melekat ( dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm ).
3. Fase pelepasan plasenta
17
Pada fase ini plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus
dan lepas. Tidak ada hematon yang terbentuk antara dinding uterus dengan
plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta
yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta.
Akibatnya terjadi robekan di lapisan spongiosa.
4. Fase pengeluaran
Pada fase ini plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun,
daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul
di dalam rongga rahim. Lama kala III pada persalinan normal ditentukan
oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada
kala III, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat
implantasinya.
F. GEJALA KLINIS
Gejala klinis dari plasenta restan yaitu antara lain:
Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta ditandai dengan
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim
baik. Pada perdarahan postpartum lambat gejalanya sama dengan
subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau berlangsung terus
dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan terjadi karena uterus tidak bisa
berkontraksi secara efektif.
Tinggi fundus uterus tidak berkurang walaupun uterus berkontraksi
Pemerikasan tanda – tanda vital
Pemeriksaan suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380C dianggap normal. Setelah
satu hari suhu akan kembali normal ( 36 – 370C ), terjadi penurunan
akibat hipovolemia.
Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat.
Tekanan darah
Tekanan darah biasanya turun, menunjukkan adanya
hipovolemia.
18
Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga menjadi tidak
normal
Gejala lainnya
Pusing, gelisah, letih, ekstremitas dingin dan dapat terjadi syok
hipovolemik.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. DIAGNOSIS
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali
apabila penolong persalinan memeriksa lengkapan plasenta setelah plasenta
lahir. Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat
keraguan akan sisa plasenta maka untuk memastikannnya dengan eksplorasi
dengan tangan, kuret, atau alat bantu diagnostik ultrasonografi.
Perdarahan pascapersalinan ada kalanya merupakan perdarahan yang
hebat dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam
keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan
tetapi terus menerus yang juga bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya
perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam
presyok dan syok. Karena itu penting sekali pada setiap ibu yang bersalin
19
dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan
darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan
selama 1 jam.
I. PENATALAKSANAAN
20
Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
J. KOMPLIKASI
Perdarahan karena sisa plasenta dapat menyebabkan :
Syok Hipovolemik
Infeksi
Kuretase dapat menyebabkan :
Perdarahan
Perforasi dinding rahim
Infeksi
Gangguan trofoblas akibat sisa plasenta yang ada didinding rahim
21
DAFTAR PUSTAKA
2. Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Obstetrical Hemorrhage. In :
William Obstetrics. 24th ed. Conecticut : Appleton and Lange, 2014 : 780-808.
2013.
http://sigo.it/pdf/epidem_retained_placenta_obstet_gynecol_2012.pdf. 2012.
22