Anda di halaman 1dari 29

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental murni (true

experimental design).

4.2 Variabel Penelitian

4.2.1 Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah persentase jumlah zat

aktif yang terlarut pada uji disolusi tablet asam mefenamat.

4.2.2 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi polimer hidrofilik

manitol.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasetika Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

46
47

4.4 Bahan dan Alat Penelitian

4.4.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah asam mefenamat,

manitol, magnesium stearat, talk, crosscarmellose sodium, microcrystalline

cellulose, polyvinylpyrrolidone.

4.4.2 Alat

Alat yang digunakan selama penelitian adalah mesin pencetak tablet,

timbangan, spektrofotometer, flodex tester, alat uji waktu hancur, alat uji

kekerasan tablet, alat uji keregasan tablet, alat uji disolusi, pH meter, kaca arloji,

ayakan, kuas, jangka sorong digital, mortir, stamper, waterbath, beaker glass,

stopwatch, dan termometer.

4.5 Definisi Operasional

1. Disolusi atau pelarutan adalah proses dimana suatu bahan kimia atau

obat menjadi terlarut dalam suatu pelarut.

2. Dispersi padat adalah sistem dispersi satu atau lebih bahan aktif ke

dalam suatu pembawa atau matriks inert dalam kondisi padat.

3. Polimer hidrofilik adalah bahan yang mudah larut dalam air yang

digunakan untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif yang sukar larut.

4. Metode kempa langsung adalah pembuatan tablet dari bahan-bahan

yang berbentuk serbuk atau kristal dengan cara dikempa menjadi

bentuk tablet dengan ukuran tertentu.


48

5. Harga Q adalah jumlah obat yang larut dalam suatu waktu tertentu yang

dinyatakan sebagai suatu persentase dari kandungan yang tertera

pada monografi

6. Optimasi adalah pencarian nilai-nilai variabel yang dianggap optimum,

efektif dan efisian untuk mencapai hasil yang diinginkan serta dapat

memudahkan penyusunan dan interpretasi data secara matematis

7. Optimum adalah sesuai dengan spesifikasi tablet berdasarkan tabel 4.6

4.6 Rancangan Formula

Rancangan komposisi dispersi padat ditunjukkan pada tabel 4.1 dan

rancangan komposisi formula tablet asam mefenamat untuk penelitian ini

ditunjukkan pada tabel 4.2:

Tabel 4.1. Komposisi Dispersi Padat

Bahan Fungsi A B1 (2:1) B2 (1:1) B3 (1:2)


Asam Zat Aktif 200 mg 200 mg 200 mg 200 mg
Mefenamat
Manitol Polimer - 100 mg 200 mg 400 mg
hidrofilik
200 mg ≈ 200 mg ≈ 200 mg ≈ 200 mg
Dispersi Padat
asam asam asam asam
Asam Mefenamat
mefenamat mefenamat mefenamat mefenamat
49

Tabel 4.2. Komposisi Formula Tablet Asam Mefenamat

Bahan Fungsi Jumlah FA FB1 FB2 FB3


(%) (mg) (mg) (mg) (mg)
Dispersi Padat Asam
Zat Aktif - 200 ≈ 200 ≈ 200 ≈ 200
Mefenamat
Croscarmellose sodium Disintegran 4 30 30 30 30
Polyvinylpyrrolidone Binder 10 75 75 75 75
Talk Glidant 1 7,5 7,5 7,5 7,5
Magnesium stearat Lubrikan 1 7,5 7,5 7,5 7,5
Microcrystalline cellulose Pengisi Ad 100 430 330 230 30
Berat Tablet 100 750 750 750 750
Keterangan: FA = Tablet murni asam mefenamat
FB = Tablet dispersi padat asam mefenamat

4.7 Rasionalisasi Formula

Obat yang tergolong kelas II pada klasifikasi biofarmasi kelas II yang

secara umum diketahui memiliki karakteristik kemampuan permeabilitas tinggi

melewati membran biologis dan kelarutan yang rendah. Banyak dari obat golongan

AINS berada pada kelas ini. Laju disolusi pada cairan gastrointestinal

mempengaruhi laju absorpsi dan tingkat bioavailabilitas pada beberapa obat

hidofobik dan sukar larut (Shaik, et al, 2013).

Asam mefenamat termasuk zat aktif yang memiliki sifat-sifat tersebut dan

banyak digunakan dalam mengurangi rasa nyeri misalnya nyeri menstruasi,

osteoartritis, sakit kepala, sakit gigi, dysmenorrhea, serta nyeri setelah operasi dan

melahirkan (Shaik, et al, 2013). Salah satu teknik yang telah dikembangkan untuk

meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut adalah dispersi padat dengan

pembawa hidrofilik (Rao et al, 2011). Dispersi padat didasarkan pada konsep

bahwa obat hidrofobik tersebut terdispersi pada pembawa yang larut air

(Vasconcelos, 2007).
50

Polimer yang digunakan dalam penelitian ini adalah manitol. Dalam

penelitian ini, pengunaan manitol berfungsi sebagai pembawa polimer hidrofilik

dari golongan gula dalam sistem dispersi padat. Pemilihan manitol sebagai

pembawa adalah sifatnya yang hidrofilik dan mampu meningkatkan kelarutan zat

aktif, bersifat nontoksik, dan kompatibel dengan asam mefenamat (Pankaj, 2013).

Fungsi disintegran dalam formulasi tablet adalah untuk memecah tablet

dan mengembalikan profil ukuran partikel bahan aktif ke asli sehingga

menampakkan lebih banyak luas permukaan pada cairan lambung.

Croscarmellose sodium adalah disintegran yang serbaguna dengan kinerja yang

sangat baik pada dosis rendah dalam metode kempa langsung. Croscarmellose

sodium juga memiliki sifat pengikatan dan kompresi yang baik. Bahan bersifat

higroskopis dapat menurunkan efektifitas superdisintegran namun tidak

mempengaruhi kelarutan tablet. Lama penyimpanan juga dapat menurunkan

efisiensi disolusi superdisintegran (Ferrero, et al, 1997).

Croscarmellose sodium pada formulasi farmasetika oral digunakan

sebagai disintegran untuk tablet, kapsul dan granul. Pada formulasi tablet,

croscarmellose sodium dapat digunakan baik dalam proses kempa langsung atau

granulasi basah. Penggunaan croscarmellose sodium sebagai disintegran pada

formulasi tablet dengan konsentrasi 0,5 – 5 %, walaupun biasanya hanya 2% pada

proses kempa langsung dan 3% untuk granulasi basah (Rowe, 2009). Pada

penelitian ini, croscarmellose sodium digunakan sebagai disintegran dengan

konsentrasi 4% dari bobot total tablet.

Eksipien untuk metode kempa langsung harus memilki kemampuan untuk

menggabungkan sejumlah bahan aktif dan membentuk tablet dengan kekuatan

yang cukup. Polyvinylpyrrolidone memiliki sifat pengikatan yang baik karena


51

sangat kohesif dan memiliki sifat deformasi plastik. Penggunaan

polyvinylpyrrolidone dapat meningkatkan sifat alir serbuk, terutama jika digunakan

bersama dengan magnesium stearat atau asam stearat sebagai lubrikan (Rojas,

et al, 2013).

Penggunaan polyvinylpyrrolidone menghasilkan serbuk yang memiliki sifat

alir yang baik, sudut diam minimum, menghasilkan fines yang lebih sedikit dan

daya kompaktibilitas yang lebih baik (Rowe et al, 2009). Dalam penelitian ini,

polyvinylpyrrolidone digunakan sebagai bahan pengikat dengan konsentrasi 10%

dari bobot total tablet.

Talk adalah glidan yang paling banyak digunakan dan memiliki sifat

antiadherent yang baik. Talk juga dapat menurunkan muatan statis pada

permukaan partikel serbuk. Muatan statis pada partikel menjadi salah satu

penyebab sifat alir yang buruk. Talk dalam formulasi tablet berfungsi sebagai

glidan dengan konsentrasi 1–10 % dari bobot total tablet (Rowe, 2009). Dalam

penelitian ini, talk digunakan sebagai glidan dengan konsentrasi 1% dari bobot

total tablet.

Ukuran partikel dan luas permukaan magnesium stearat dapat menjadi

faktor penting yang mempengaruhi efisiensi lubrikasi. Dalam aplikasinya, ukuran

partikel lebih sering digunakan untuk mengukur karakteristik lubrikan. Hal ini

terutama disebabkan karena pengukuran ukuran partikel lebih cepat dan mudah

(Wang, et al, 2010).

Lubrikan pada konsentrasi rendah dapat menurunkan muatan statis serbuk

secara signifikan. Magnesium stearat dengan konsentrasi 1 – 2 % dari bobot total

tablet dapat memaksimalkan efisiensi lubrikan. Magnesium stearat lebih efisien

sebagai lubrikan dibanding dengan talk (Wang, et al, 2010).


52

Penggunaan lubrikan pada formulasi tablet berfungsi untuk mengurangi

terjadinya gesekan selama proses pengempaan tablet dan mencegah massa

tablet melekat pada cetakan. Magnesium stearat memiliki sifat antiadherent yang

baik. Magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan pada pembuatan kapsul atau

tablet dengan konsentrasi antara 0,25 hingga 5,0 % dari bobot total tablet (Rowe,

2009). Pada penelitian ini, magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan dengan

konsentrasi 1% dari bobot total tablet.

Sebagai bahan pengisi, microcrystalline cellulose biasanya digunakan

pada rentang 20 – 90% (Rowe, 2009). Microcrystalline cellulose secara kimiawi

dianggap inert dan kompatibel dengan banyak bahan aktif. Microcrystalline

cellulose merupakan pengisi yang paling baik untuk metode kempa langsung.

Penggunaan microcrystalline cellulose baik dengan atau tanpa adanya lubrikan

magnesium stearat tetap menghasilkan kompaktibilitas yang baik dan keras.

karena memiliki kompaktibilitas dan persebaran yang baik (Jivraj, 2000).


53

4.8 Skema Kerja

Asam Mefenamat, microcrystalline cellulose, polyvinylpyrrolidone,


crosscarmellose sodium, magnesium stearat, talk

Digerus dan ditimbang sesuai formula pada tabel 4.2

Asam mefenamat dan Polyvinylpyrrolidone dan


microcrystalline cellulose crosscarmellose sodium

Dicampur pada wadah tertutup


rapat selama ± 5 menit ad homogen

Dicampur pada wadah tertutup rapat selama ± 5 menit

Talk dan magnesium stearat

Dicampur selama ± 2 menit ad homogen

Campuran homogen Evaluasi Massa Serbuk (IPC):


serbuk siap cetak - Uji sifat alir dan sudut diam
- Uji Kompresibilitas
Pencetakan tablet - Uji Homogenitas

Tablet asam mefenamat Evaluasi Tablet (FP):


- Organoleptik
- Keseragaman bobot
- Keseragaman ukuran
- Kekerasan
- Keregasan
- Waktu Hancur
- Disolusi
- Penetapan Kadar

Hasil

Analisis Statistik

Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Alur Kerja Tablet Asam Mefenamat Murni (FA)
54
Asam mefenamat, microcrystalline cellulose, polyvinylpyrrolidone,
crosscarmellose sodium, magnesium stearat, talk

Digerus dan ditimbang sesuai formula pada tabel 4.1 dan 4.2

Asam mefenamat Manitol

o
Dilebur diatas waterbath suhu 100 C
sambil di aduk rata hingga homogen
Campuran dispersi padat

Didiamkan di suhu ruang ± 5 menit hingga mengering sempurna,


lalu digerus dan di ayak dengan pengayak no. 40

Serbuk dispersi padat Evaluasi Massa Serbuk


Dispersi Padat:
- Difraksi Sinar X
Microcrystalline - Homogenitas Kandungan
cellulose Zat Aktif

Dicampur pada wadah tertutup rapat ± 5 menit ad homogen

Polyvinylpyrrolidone dan crosscarmellose sodium

Dicampur pada wadah tertutup rapat ± 5 menit ad homogen

Talk dan magnesium stearat

Dicampur selama ± 2 menit ad homogen

Campuran homogen Evaluasi Massa Serbuk (IPC):


serbuk siap cetak - Uji sifat alir dan sudut diam
- Uji Kompresibilitas
- Uji Homogenitas
Pencetakan tablet

Tablet asam mefenamat Evaluasi Tablet (FP):


- Organoleptik
- Keseragaman bobot
- Keseragaman ukuran
- Kekerasan
- Keregasan
- Waktu Hancur
- Disolusi
- Penetapan Kadar

Hasil Analisis Statistik Kesimpulan

Gambar 4.2 Kerangka Alur Kerja Tablet Dispersi Padat Asam Mefenamat
dengan Metode Melting (FB)
55

4.9 Prosedur Penelitian

4.9.1 Pembuatan Tablet Asam Mefenamat Murni (FA)

Dalam penelitian ini, pembuatan tablet asam mefenamat murni tanpa

manitol dijelaskan pada tahap-tahap berikut:

1. Asam mefenamat, microcrystalline cellulose, magnesium stearat,

talk, crosscarmellose sodium, dan polyvinylpyrrolidone ditimbang

sesuai dengan perbandingan formula pada tabel 4.2;

2. Asam mefenamat dan microcrystalline cellulose, dicampur dalam

wadah tertutup rapat dan dicampur selama kurang lebih 5 menit

hingga homogen;

3. Campuran (2) ditambahkan polyvinylpyrrolidone, dan

crosscarmellose sodium dalam wadah tertutup rapat dan dicampur

selama kurang lebih 5 menit hingga homogen;

4. Campuran (3) ditambahkan talk dan magnesium stearat kemudian

dicampur selama kurang lebih 2 menit hingga homogen;

5. Lakukan evaluasi massa serbuk tablet asam mefenamat;

6. Campuran (4) ditimbang setiap 750 mg kemudian dicetak menjadi

tablet dengan mesin pencetak tablet single punch;

7. Lakukan evaluasi tablet asam mefenamat


56

4.9.2 Pembuatan Dispersi Padat Asam Mefenamat dengan Metode

Melting (FB)

Dalam penelitian ini, pembuatan dispersi padat tablet asam mefenamat

dijelaskan dalam tahap-tahap berikut:

1. Asam mefenamat, manitol, magnesium stearat, talk,

crosscarmellose sodium, microcrystalline cellulose, dan

polyvinylpyrrolidone ditimbang sesuai dengan perbandingan formula

pada tabel 4.1 dan tabel 4.2;

2. Asam mefenamat dan manitol dilebur bersama di atas waterbath

pada suhu 100 oC sambil diaduk rata hingga homogen ± 20 menit;

3. Campuran dispersi padat (2) didiamkan pada suhu ruang ± 5 menit

hingga mengering sempurna kemudian digerus dan di ayak dengan

pengayak no. 40;

4. Lakukan evaluasi massa serbuk dispersi padat asam mefenamat;

5. Campuran (3) ditambahkan microcrystalline cellulose dalam wadah

tertutup rapat dan dicampur selama ± 5 menit ad homogen;

6. Campuran (5) ditambahkan polyvinylpyrrolidone, dan

crosscarmellose sodium wadah tertutup rapat dan dicampur selama

kurang lebih 5 menit hingga homogen;

7. Campuran (6) ditambahkan talk dan magnesium stearat kemudian

dicampur selama kurang lebih 2 menit hingga homogen;

8. Lakukan evaluasi massa serbuk tablet asam mefenamat;

9. Campuran (7) ditimbang setiap 750 mg kemudian dicetak menjadi

tablet dengan mesin pencetak tablet single punch; dan

10. Lakukan evaluasi tablet asam mefenamat


57

4.10 Evaluasi Massa Serbuk Dispersi Padat Asam Mefenamat

4.10.1 Uji Penetapan Kadar Zat Aktif

Tujuan

Uji penetapan kadar zat aktif massa serbuk dispersi padat

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar zat aktif massa

serbuk dispersi padat.

Metode

Uji penetapan kadar zat aktif massa serbuk dispersi padat

dilakukan dengan cara menetapkan kadar zat aktif secara

sampling pada masing-masing formula. Masing-masing formula

ditimbang setara dengan 50 mg asam mefenamat, kemudian

dilarutkan dengan NaOH 0,1 N dalam labu 100 mL hingga tanda

batas (konsentrasi 1000 ppm). Pipet 10 mL larutan dan

masukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian diencerkan

dengan NaOH 0,1 N hingga tanda batas (konsentrasi 100 ppm).

Kemudian dipipet lagi sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam

labu ukur 50 mL kemudian diencerkan dengan NaOH 0,1 N

hingga tanda batas. Ukur nilai absorbansi pada spektrofotometri

UV pada panjang gelombang 285 nm (Octavia, 2015).

Interpretasi

Massa serbuk dispersi padat asam mefenamat dinyatakan

sesuai jika bobot massa serbuk dari masing-masing formula

setara dengan 200 mg asam mefenamat.


58

4.10.2 Uji Difraksi Sinar X Dispersi Padat Asam Mefenamat

Tujuan

Uji difraksi sinar X dilakukan dengan tujuan untuk menentukan

amorfikasi obat dalam polimer berdasarkan perubahan sifat

termal dan kristalinitas obat.

Metode

Uji difraksi sinar X dilakukan dengan cara menggerus bahan

yang akan diuji XRD hingga halus. Kemudian dipreparasi lebih

lanjut menjadi lebih padat dalam suatu holder yang akan

diletakkan pada alat XRD dan diradiasi dengan sinar X. Data

hasil penyinaran sinar X berupa spektrum difraksi sinar X yang

akan terdeteksi dan tercatat oleh komputer dalam bentuk grafis

peak intensitas, yang akan dianalisis antara bidang kisi kristalnya

Interpretasi Hasil

Tidak adanya peak tajam yang muncul atau memiliki peak tajam

yang lebih sedikit dari asam mefenamat murni pada pola difraksi

sinar X.

4.11 Evaluasi Massa Serbuk Tablet Asam Mefenamat

4.11.1 Uji Waktu Alir dan Sudut Diam Massa Serbuk

Tujuan

Uji sifat alir dan sudut diam massa serbuk dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui kemampuan mengalir massa serbuk dengan

baik sehingga dapat mengisi seluruh ruang pengisian alat pencetak

tablet dan menghasilkan keseragaman sediaan yang baik.


59

Metode

Uji sifat alir terdiri dari dua parameter yang harus dilakukan yaitu

pengujian sudut diam dan waktu alir. Kedua pengujian ini

menggunakan flodex tester. Uji waktu alir dan sudut diam massa

serbuk dilakukan dengan cara menimbang 100 gram serbuk

kemudian tuangkan secara perlahan ke dalam corong pengukur

yang tertutup bagian bawahnya. Buka penutup corong secara

perlahan, biarkan serbuk mengalir keluar dan catat waktu yang

diperlukan serbuk untuk keluar seutuhnya menggunakan

stopwatch. Ulangi prosedur ini sebanyak tiga kali. Tentukan sifat alir

berdasarkan sudut diam yang terbentuk. Serbuk akan membentuk

kerucut dan ukur ketinggian (h) dan jari-jari yang terbentuk (r).

Sudut diam dihitung dengan rumus (USP, 2007)



tan α = 𝑟

Interpretasi Hasil

Serbuk yang memiliki sifat alir yang baik harus memenuhi kriteria

waktu alir dan sudut diam yang ditentukan. Persyaratan waktu alir

yang baik adalah < 10 detik. Sudut diam massa serbuk yang diuji

dianggap baik jika sudut diam yang terbentuk tidak melebihi 50o.

Hubungan antara sudut diam dan sifat alir dapat dilihat pada tabel

4.3.
60

Tabel 4.3. Hubungan Sifat Alir dan Sudut Diam (USP, 2007)

Sifat Alir Sudut Diam (derajat)


Sangat Baik 25 – 30
Baik 31 – 35
Cukup Baik 36 – 40
Agak Baik 41 – 45
Buruk 46 – 55
Sangat Buruk 56 – 65
Sangat Buruk Sekali > 66

4.11.2 Uji Kompresibilitas Massa Serbuk

Tujuan

Uji kompresibilitas massa serbuk dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan massa serbuk untuk berkurang

volumenya ketika dikempa.

Metode

Uji kompresibilitas massa serbuk dilakukan dengan memasukkan

100 gram massa serbuk ke dalam gelas ukur 250 mL dan dicatat

volumenya awalnya (V0). Mampatkan massa serbuk dengan cara

diketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji. Atur alat uji

dengan jarak ketinggian pengetukan 3 mm (±10%) dengan laju 250

kali per menit. Selanjutnya, catat volume setelah dimampatkan (Vf)

dan dihitung indeks kompresibilitasnya (USP, 2007)

(𝑉0 −𝑉𝑣 )
indeks kompresibilitas = x 100%
𝑉0

Interpretasi Hasil

Kompresibilitas yang baik jika nilai indeks kompresibilitasnya tidak

lebih dari 20% (USP, 2007).


61

4.12 Evaluasi Sediaan Tablet Asam Mefenamat

4.12.1 Uji Organoleptik

Tujuan

Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk

fisik sediaan tablet asam mefenamat, meliputi bentuk tablet,

homogenitas warna, tekstur permukaan, dan penampilan fisik yang

seragam

Metode

Uji organoleptik dilakukan secara deskriptif dengan cara

mengidentifikasi sediaan tablet asam mefenamat. Diambil 10 tablet

yang telah dihasilkan, kemudian diamati secara visual, meliputi

bentuk tablet, homogenitas warna, tektur permukaan cacat apa

tidak, penampilan fisik bebas dari bintik-bintik atau tidak.

Interpretasi Hasil

Bentuk : memiliki bentuk bulat dengan permukaan

atas dan bawah tablet rata

Warna : putih

Tekstur Permukaan : Halus

Penampilan fisik : warna homogen, bebas dari bintik atau noda

4.12.2 Uji Keseragaman Bobot

Tujuan

Uji keseragaman bobot tablet asam mefenamat dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui keseragaman bobot tablet asam

mefenamat pada masing-masing tablet.


62

Metode

Uji keseragaman bobot tablet asam mefenamat dilakukan dengan

cara menimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet

(Depkes RI, 1979).

Interpretasi Hasil

Persyaratan terpenuhi jika tidak boleh lebih dari 2 tablet yang

masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya

lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu

tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih

dari harga yang ditetapkan kolom B (Depkes RI, 1979).

Tabel 4.4. Syarat Keseragaman Bobot Tablet (Depkes RI, 1979)

Bobot Rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %


A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

4.12.3 Uji Keseragaman Ukuran

Tujuan

Uji keseragaman ukuran tablet asam mefenamat dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui ukuran tablet asam mefenamat yang

seragam dan sebagai parameter produksi untuk mendapatkan

ukuran tablet yang diinginkan.


63

Metode

Uji keseragaman ukuran tablet asam mefenamat dilakukan dengan

cara mengukur diameter dan tebal 20 tablet dengan menggunakan

jangka sorong. Hasil pengukuran dicatat dan kemudian dihitung

rata-ratanya (Depkes RI, 1979).

Interpretasi Hasil

Diameter tablet asam mefenamat tidak boleh lebih dari tiga kali dan

tidak kurang dari 11/3 tebal tablet (Depkes RI, 1979).

4.12.4 Uji Keseragaman Sediaan

Tujuan

Uji keseragaman sediaan tablet asam mefenamat dilakukan

dengan tujuan untuk menjamin zat aktif yang terkandung dalam

setiap sediaan tablet asam mefenamat sama.

Metode

Tablet asam mefenamat yang dibuat memiliki dosis lebih dari 25 mg

dan lebih dari 25% sehingga uji keseragaman sediaan dilakukan

dengan metode keragaman bobot. Metode keragaman bobot

dilakukan dengan cara menimbang 10 tablet satu per satu

kemudian dihitung rata-ratanya. Melalui bobot tablet tersebut, kadar

zat aktif diukur dengan merujuk hasil penetapan kadar (USP, 2007).

Interpretasi Hasil

Persyaratan keseragaman dosis terpenuhi jika jumlah zat aktif

dalam masing-masing dari 10 tablet terletak antara 95 – 105% dari

yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif < 6,0%. Apabila
64

hasil tidak memenuhi persyaratan, pengujian dilanjutkan dengan

penambahan 20 tablet dengan persyaratan kandungan bahan aktif

85-115% dari yang tertera pada etiket, dan simpangan baku relatif

tidak lebih dari 7,8% (USP, 2007).

4.12.5 Uji Kekerasan Tablet

Tujuan

Uji kekerasan tablet asam mefenamat dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap tekanan mekanik

seperti goncangan dalam proses pembuatan, kikisan dan

keretakan tablet selama proses pembungkusan, pendistribusian

dan penggunaan oleh konsumen.

Metode

Uji kekerasan tablet asam mefenamat dilakukan dengan 10 tablet

dari masing-masing formula diukur kekerasannya dengan alat

hardness tester dan catat hasil yang didapat. Selanjutnya dilakukan

analisis kekerasan tablet (Ansel, 1989).

Interpretasi Hasil

Tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4 – 10

kg/cm2. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg/cm2masih dapat diterima

dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang ditetapkan.

Kekerasan tablet yang lebih besar dari 10 kg/cm2 masih dapat

diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur dan

disolusi yang dipersyaratkan (Ansel, 1989).


65

4.12.6 Uji Keregasan Tablet

Tujuan

Uji keregasan tablet asam mefenamat dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui keregasan tablet sehingga dapat diketahui

kemampuan tablet dalam menahan guncangan tanpa hancur

selama proses pengemasan dan pendistribusian.

Metode

Pada tablet dengan berat satuan < 650 mg, diambil sampel tablet

sehingga bobotnya mendekati 6,5 gram. Pada tablet dengan berat

satuan > 650 mg, diambil sebanyak 10 tablet. Uji keregasan tablet

asam mefenamat dilakukan dengan 10 tablet dari masing-masing

formula ditimbang dengan seksama (W 0). Sebelum ditimbang,

permukaan tablet dibersihkan dari serbuk atau kotoran yang

menempel. Setelah itu, tablet dimasukkan ke dalam friabilator.

Jalankan alat friabilator dengan kecepatan 25 ± 1 rpm sebanyak

100 kali putaran selama 4 menit. Setelah selesai, tablet dikeluarkan

dan serbuk pada permukaan tablet dibersihkan. Selanjutnya

timbang tablet secara seksama (Wt) dan hitung persentase

friabilitasnya (USP, 2007).

(𝑊0 −𝑊𝑡)
Keregasan = 𝑊0
x 100%

Interpretasi Hasil

Tablet asam mefenamat dianggap baik bila bobot yang hilang tidak

lebih dari 1%. Jika didapatkan tablet yang retak atau pecah, maka

sampel tersebut gagal pengujian. Jika hasil sulit untuk


66

diinterpretasikan atau bobot yang hilang > 1%, maka tes harus

diulangi 2 kali dan rata-rata dari tiga tes ditentukan (USP, 2007).

4.12.7 Uji Waktu Hancur Tablet Asam Mefenamat

Tujuan

Uji waktu hancur tablet asam mefenamat dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan tablet asam mefenamat

untuk dapat hancur.

Metode

Uji waktu hancur tablet asam mefenamat dilakukan dengan cara

memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung keranjang tanpa

menggunakan cakram pada masing-masing tabung dari keranjang.

Sebagai media, gunakan air bersuhu 37 o ± 2 oC. Alat uji dijalankan

dan dihitung waktu hancur tablet. Angkat keranjang dan amati

semua tablet.

Interpretasi Hasil

Tablet asam mefenamat dinyatakan hancur sempurna bila tidak

ada sisa yang tertinggal pada tabung, atau bila ada sisa, hanya

terdiri dari massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas atau

massa berbusa tanpa inti padat (Depkes RI, 1995). Waktu hancur

asam mefenamat adalah 30 menit (Depkes RI, 2014)


67

4.12.8 Uji Disolusi Obat

Tujuan

Uji disolusi tablet asam mefenamat dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui seberapa banyak kadar asam mefenamat yang

terdisolusi dari sediaan secara kuantitatif per satuan waktu.

Metode

Uji disolusi tablet asam mefenamat dilakukan dengan

menggunakan alat disolusi. Medium disolusi (dapar fosfat pH 7,4)

dimasukkan ke dalam bejana disolusi sebanyak 900 mL pada suhu

37o ± 0,5o C. Masukkan satu tablet ke dalam masing-masing bejana

disolusi, kemudian alat dijalankan dengan kecepatan rotasi 50 rpm.

Pengambilan sampel dilakukan pada menit ke 10, 15, 20, 30, 45,

60. Sampling diambil masing-masing sebanyak 5 mL. Setiap

pengambilan sampel diganti dengan media disolusi dengan volume

dan suhu yang sama. Pengukuran absorbansi menggunakan

spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 285 nm.

Interpretasi Hasil

Persyaratan uji disolusi terpenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut

dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan (Tabel 4.5).

Lanjutkan pengujian hingga tiga tahap, kecuali jika hasil pengujian

memenuhi S1 atau S2 (Depkes RI, 1995). Harga Q untuk asam

mefenamat adalah 75% (Depkes RI, 2014).


68

Tabel 4.5. Tabel Penerimaan Disolusi (Depkes RI, 1995)

Tahap Jumlah yang Diuji Kriteria Penerimaan


S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%
S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) adalah sama
dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu
unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15%
S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) adalah
sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak
lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari
Q – 15 % dan tidak ada satu unit pun yang
lebih kecil dari Q – 25 %

4.12.9 Perhitungan Efisiensi Disolusi

Tujuan

Uji efisiensi disolusi tablet asam mefenamat dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui jumlah asam mefenamat yang terdisolusi

dari sediaan tablet secara kuantitatif pada beberapa titik waktu yang

telah ditentukan.

Metode

Efisiensi disolusi obat yang terlepas dari sediaan tablet dihitung

berdasarkan hasil kecepatan pelepasan obat dinyatakan dalam

Dissolution Efficiency. Medium yang digunakan dapar fosfat pH 7,4

pada suhu 37o ± 0,5o C. Pengambilan sampel dilakukan pada menit

ke 10, 15, 20, 30, 45, 60 masing-masing sebanyak 5 mL. Efisiensi

disolusi dihitung dengan merujuk pada rumus


𝑡
∫ 𝑦.𝑑𝑡
Efisiensi disolusi (DE) = ⌊ 𝑦0 𝑡 ⌋ 100
100

𝑡
Keterangan: (∫0 𝑦. 𝑑𝑡)= luas area di bawah kurva disolusi pada waktu t
(𝑦100 𝑡 )= luas daerah persegi 100% zat aktif pada waktu t.
69

4.12.10 Uji Penetapan Kadar Asam Mefenamat

Tujuan

Uji penetapan kadar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kadar zat aktif asam mefenamat dalam tablet agar sesuai dengan

dosis yang diinginkan.

Metode

Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan 10 tablet

asam mefenamat yang digerus. Sejumlah gram bahan yang setara

dengan 50 mg asam mefenamat diambil kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur 50 mL dan larutkan dengan NaOH hingga tanda

batas. Ambil 1 mL larutan dan encerkan larutan NaOH : akuades

(9:1) ad 100 mL. Ukur nilai absorbansinya pada spektrofotometri

UV pada panjang gelombang 285 nm (Isadora, 2014).

Interpretasi Hasil

Kadar asam mefenamat dikatakan baik bila kadar yang didapatkan

tidak < 95% dan tidak >105% dari etiket (Depkes RI, 1995).
70

4.13 Spesifikasi Tablet Asam Mefenamat

Spesifikasi tablet asam mefenamat ditentukan untuk memastikan tablet

telah mencapai parameter yang ditentukan seperti pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Spesifikasi Tablet Asam Mefenamat

Evaluasi Tablet Spesifikasi


Organoleptik Berbentuk bulat dengan permukaan atas dan bawah rata
Berwarna putih yang bebas dari bintik atau noda
Tektur permukaan tablet halus tanpa cacat
Keseragaman Tidak lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang >
Bobot 5% dari bobot rata rata dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang > 10%
Keseragaman Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak
Ukuran kurang dari 11/3 tebal tablet
Keseragaman Kadar zat aktif 9 dari 10 satuan sediaan terletak dalam
Sediaan rentang 95% – 105% dari etiket dengan nilai RSD < 6%
Kekerasan Tablet Kekerasan tablet antara 4 – 8 kg/cm2
Keregasan Tablet Bobot yang hilang tidak lebih dari 1%
Waktu Hancur Tidak lebih dari 30 menit
Disolusi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak < 75% (Q)
Penetapan Kadar Kadar asam mefenamat tidak < 95% dan tidak > 105%

4.14 Analisis Data Statistik

Analisis data statistik yang digunakan adalah One-Way ANOVA (one-way

analysis of variance) yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan

bermakna pada hasil uji disolusi obat adalah uji One-Way ANOVA (Analysis of

Varian) satu arah, dengan syarat uji homogenitas dan uji normalitas memenuhi

persyaratan uji One-Way ANOVA. Oleh karena itu, dilakukan uji normalitas data

dan uji homogenitas varian. Ini dikatakan berbeda bermakna jika nilai p < 0,05 dan
71

tidak berbeda bermakn bila p > 0,05. Apabila terdapat perbedaan bermakna maka

dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Different) dengan menggunakan

program SPSS 16. Jika kedua uji di atas tidak memiliki sebaran normal dan

distribusi yang homogen, maka dilanjutkan dengan uji Kruskall-Wallis. Ini

dikatakan berbeda bermakna apabila nilai p < 0,05 dan tidak berbeda bermakna

bila p > 0,05.


72

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV. Universitas

Indonesia Press. Jakarta.

Arunkumar, N., M. Deecaraman, Rani C. 2009. Nanosuspension technology and

its application in drug delivery. India: Department of Industrial Biotechnology.

Asian Journal of Pharmaceutics. p.168 – 173.

Chiou, Win Loung dan Sidney Riegelman. 1971. Pharmaceutical Application of

Solid Dispersion System Review Article. J.Pharm.Sci. Vol 60(9), p.1281-

1301

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia IV. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta.

Jagadeesan, Ramesh dan M. Radhakrishnan. 2013. Novel Approaches In The

Preparation of Solid Dispersion On Solubility : An Review. India : Department

of Pharmaceutics, The Erode College of Pharmacy, Erode, Tamil Nadu. Int

J Pharm Pharm Sci, Vol 5, Issue 3, 1000-1004.

Lachman, L., Herbert A. Lieberman, Kanig & Joseph L. 1994. Teori dan Praktek

Farmasi Industri II, Terjemahan dari The Theory and Practice of Industrial

Pharmacy, oleh Suyatmi, Siti. UI Press. Jakarta.

Lestari, Nuri dan Diki Zaelani. 2014. Kajian Pustaka Peningkatan Kelarutan Obat

Sukar Larut Dalam Air Dengan Dispersi Padat. Penerbit ITFB. Bandung.

Lieberman, dkk. 1989. Pharmaceutical Dosage Form : Tablet Vol 1. Marcel

Dekker, Inc. New York.


73

Martin, A., J. Swarbrick, and A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik: Dasar-Dasar

Kimia Fisika dalam Ilmu Farmasetik Vol.2, Ed.3. Universitas Indonesia.

Jakarta.

McEvoy, Gerald K. 2011. AHFS Drug Information Essentials. American Society of

Health-System Pharmacists. Bethesda, Maryland.

Pankaj, Shewale A. 2013. Solid Dispersion : An Overview. Arvind Gavali College

of Pharmacy, Satara, Maharashrta, India: International Journal

Pharmaceutical Research and Bio-Science, Volume 2(3): 144 – 143.

Rowe, Raymond C., Paul J Sheskey, and Marian E Quinn. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Excipient, 6th Ed. American Pharmacist Association and

Pharmaceutical Press. USA.

Shargel L dan Yu AB. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika terapan Edisi 2.

Airlangga University Press. Surabaya.

Sweetman, S.C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference, 36th ed.

Pharmaceutical Press. London.

Syamsuni, Drs., Apt. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Vasconcelos, T. Solid dispersions as strategy to improve oral bioavailability of poor

water soluble drugs. Drug Discovery Today (2007).

doi:10.1016/j.drudis.2007.09.005

Velmurugan S., Sundar Vinushitha. 2010. Oral Disintegrating Tablets: An

Overview. International Journal of Chemical and Pharmaceutical Sciences.

KLR Pharmacy College. Vol.1


74

Anda mungkin juga menyukai