Anda di halaman 1dari 9

Satuan Pendidikan : SMAN 1 Long Hubung

Kelas / Semester : XII / II

Materi Pokok : Konsep dan Fenomena Kuantum

Alokasi Waktu : 6 x 2 JP (Jam Pertemuan)

Kompetensi Dasar : 3.8 Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang


mencakup sifat radiasi benda hitam, efek fotolistrik,efek
compton dan sinar x dalam kehidupan sehari-hari.

4.8 Menyajikan laporan tertulis dari


berbagai sumber tentang penerapan efek
fotolistrik, efek compton dan sinar x
dalam kehidupan sehari-hari.

A. Bahan Ajar

1. Radiasi benda hitam


Benda hitam merupakan istilah untuk suatu benda yang memiliki
emisivitas 1. Benda hitam adalah benda yang akan menyerap semua energi
yang datang dan akan memancarkan energi dengan baik. Teori Fisika klasik
yang menganggap bahwa cahaya merupakan gelombang ternyata tidak dapat
menerangkan spektrum radiasi benda hitam. Max Plank, beranggapan bahwa
cahaya dapat dianggap sebagai partikel. Teori ini diperkuat dengan adanya
fenomena efek fotolistrik dan efek Compton. Sampai saat ini para ilmuwan
masih beranggapan bahwa cahaya mempunyai sifat dualisme yaitu sebagai
gelombang dan partikel.
Apabila sepotong besi kita panaskan, maka suhu logam tersebut akan
mengalami kenaikan. Makin lama dipanaskan, suhunya semakin tinggi.
Makin tinggi suhu benda akan menimbulkan ruangan di sekitar benda itu
menjadi panas. Hal ini menunjukkan bahwa benda memancarkan energi kalor
ke sekitarnya. Energi yang dipancarkan benda ke sekitarnya disebut energi
radiasi. Energi radiasi yang dipancarkan sebuah benda dalam bentuk
gelombang, yaitu gelombang elektromagnetik.
Faktor apa saja yang memengaruhi radiasi suatu benda? Jika kita berada
di dekat benda yang panas, pada tubuh kita akan terasa panas. Tubuh akan
terasa semakin panas apabila kita berada di dekat benda yang suhunya lebih
tinggi. Serta panas yang kita rasakan akan semakin kuat jika benda yang
berada di dekat kita berwarna gelap, di samping itu juga makin luas
permukaan benda, semakin terasa panas yang kita rasakan. Di samping benda
memancarkan panas, benda pun dapat menyerap panas (energi). Hal ini
tergantung pada suhu antara benda dengan ruangan di sekitar benda. Apabila
suhu benda lebih tinggi daripada suhu ruangan, benda akan memancarkan
panas dan sebaliknya jika suhu benda lebih rendah, maka benda tersebut akan
menyerap energi (panas).
Energi yang dipancarkan oleh suatu benda tidak tergantung pada jenis
bendanya. Akan tetapi tergantung pada suhu benda itu dan sifat permukaan
benda. Benda yang mudah menyerap panas sekaligus merupakan benda yang
memancarkan panas dengan baik. Makin tinggi suhu benda semakin besar
energi yang dipancarkan. Tabel di bawah ini menunjukkan hubungan antara
suhu benda dengan warna benda dari hasil eksperimen.

Tabel 1. Hubungan suhu dengan warna benda


Ekperimen tentang radiasi kalor benda pertama kali dilakukan oleh
Joseph Stefan dan Ludwig Boltzmann, diperoleh kesimpulan yang dinyatakan
dalam rumus:
dengan:
W = intensitas radiasi kalor yang dipancarkan benda tiap detiknya (watt)
e = emisivitas benda
σ = kontante Stefans – Boltzmann (5,670 x 10-8Wm-2K-4)
A = luas permukaan benda (m2)
T = suhu benda (K)
Persamaan diatas disebut dengan Hukum Stefan – Boltzmann. Emisivitas
adalah konstanta yang besarnya tergantung pada sifat permukaan benda yang
mempunyai nilai antara 0 hingga 1.
Untuk benda yang mempunyai emisivitas 1 dinamakan benda hitam, yaitu
suatu benda yang mempunyai sifat menyerap semua kalor. Benda hitam
diidentikkan dengan benda berongga yang memiliki lubang kecil.

Gambar 1. Model benda hitam sempurna yang menyerap


radiasi melalui pemantulan berulang

Apabila dilihat lubang itu berwarna hitam karena jika ada cahaya yang
masuk ke lubang tersebut kemungkinan kecil bisa keluar lagi, cahaya itu akan
dipantulkan oleh dinding bagian dalam benda berongga sehingga akhirnya
energi habis terserap. Sebaliknya jika benda tersebut dipanaskan, maka lubang
itu akan menyala lebih terang dibandingkan dengan daerah sekitarnya, yang
berarti memancarkan energi lebih besar dibandingkan dengan yang lain.
Di sini diartikan bahwa benda hitam adalah benda yang akan menyerap
semua energi yang datang dan akan memancarkan energi dengan baik. Dalam
hal ini benda hitam sebenarnya hanya suatu model untuk menggambarkan
benda hitam sempurna yang kenyataannya benda itu tidak ada. Benda yang
mempunyai sifat menyerap semua energi yang mengenainya disebut benda
hitam. Benda hitam jika dipanaskan akan memancarkan energi radiasi. Energi
radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam disebut radiasi benda hitam.

2. Efek Compton
Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada tahun 1923.
Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton
tidak memiliki massa diam. Jika pendapat ini benar, maka berdasarkan
peristiwa efek fotolistrik yang dikemukakan oleh Einstein, Arthur Holy
Compton pada tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala tumbukan antara
foton yang berasal dari sinar X dengan elektron. Compton mengamati
hamburan foton dari sinar X oleh elektron dapat diterangkan dengan
menganggap bahwa foton seperti partikel dengan energi hf dan momentum
hf/c cocok seperti yang diusulkan oleh Einstein.

Penemuan Compton
Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X
yang memiliki panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis
berilium sebagai sasarannya. Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X
dan elektron yang terhambur dipasang detektor. Sinar X yang telah
menumbuk elektron akan kehilangan sebagian energinya yang kemudian
terhambur dengan sudut hamburan sebesar θ terhadap arah semula.
Berdasarkan hasil pengamatan ternyata sinar X yang terhambur memiliki
panjang gelombang yang lebih besar dari panjang gelombang sinar X semula.
Hal ini dikarenakan sebagian energinya terserap oleh elektron. Jika energi
foton sinar X mula-mula hf dan energi foton sinar X yang terhambur menjadi
(hf – hf’) dalam hal ini f > f’, sedangkan panjang gelombang yang
terhamburmenjadi tambah besar yaitu λ > λ’.
Skema Percobaan Efek Compton

Gambar 2. Skema percobaan Compton untuk menyelidiki tumbukan foton dan elektron
Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan
energi Compton berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang
foton terhambur dengan panjang gelombang semula, yang memenuhi
persamaan :

Dengan:
λ = panjang gelombang sinar X sebelum tumbukan (m) λ’ = panjang
gelombang sinar X setelah tumbukan (m) h = konstanta Planck (6,625 × 10-34
Js) mo = massa diam elektron (9,1 × 10-31 kg) c = kecepatan cahaya (3 × 108
ms-1) θ = sudut hamburan sinar X terhadap arah semula (derajat atau radian)

Besaran sering disebut dengan panjang gelombang Compton.


Jadi jelaslah sudah bahwa dengan hasil pengamatan Compton tentang
hamburan foton dari sinar X menunjukkan bahwa foton dapat dipandang
sebagai partikel, sehingga memperkuat teori kuantum yang mengatakan
bahwa cahaya mempunyai dua sifat, yaitu cahaya dapat sebagai gelombang
dan cahaya dapat bersifat sebagai partikel yang sering disebut sebagai dualime
gelombang cahaya.

3. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena
logam tersebut disinari cahaya. Untuk menguji teori kuantum yang
dikemukakan oleh Max Planck, kemudian Albert Einstein mengadakan suatu
penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki bahwa cahaya merupakan
pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang memiliki
energi sebesar hf. Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal dengan
sebutan efek fotolistrik.
Gambar 3. Skema alat untuk menyelidiki
efek fotolistrik
Gambar diatas menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein
untuk mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara
yang dilengkapi dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan
sumber tegangan arus searah (DC). Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam
ruang gelap, maka amperemeter tidak menunjukkan adanya arus listrik. Akan
tetapi pada saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar amperemeter
menunjukkan adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus
listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari
permukaan (yang selanjutnya disebut elektron foto) A bergerak menuju B.
Apabila tegangan baterai diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik
juga semakin mengecil dan jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya
negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-Vo),
amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang
mengalir atau tidak ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini
disebut potensial henti, yang nilainya tidak tergantung pada intensitas cahaya
yang dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi kinetik maksimum
elektron yang keluar dari permukaan adalah sebesar :

Gambar 4. Grafik hubungan antara intensitas dengan potensial henti


dengan :
Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)
m = massa elektron (kg)
v = kecepatan elektron (m/s)
e = muatan elektron (C)
Vo = potensial henti (volt)

Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton)


yang dijatuhkan pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek
fotolistrik akan timbul jika frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu.
Demikian juga frekuensi minimal yang mampu menimbulkan efek fotolistrik
tergantung pada jenis logam yang dipakai.

Teori Gelombang Tentang Efek Fotolistrik


Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori
gelombang dan teori kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek
fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada dua besaran yang sangat penting,
yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan intensitas.
Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang
terjadi pada efek fotolistrik, antara lain :
a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah
besar jika intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan
bahwa energi kinetik elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton
yang dijatuhkan.
b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang
frekuensi, asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek
fotolistrik baru akan terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan
untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal yang tertentu agar
dapat timbul elektron foto.
c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas
dari permukaan logam dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang
10-9 sekon setelah waktu penyinaran.
d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik
maksimum elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan
diperbesar.
Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori
kuantum bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga
menaikkan intensitas foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak
menambah energi foton selama frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket,
sehingga energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya,
sehingga foton tersebut lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat
tertentu, maka diperlukan energi minimal sebesar energi ikat elektron tersebut.
Besarnya energi minimal yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari
energi ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo
tergantung pada jenis logam yang digunakan. Apabila energi foton yang
diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan
energi tersebut akan berubah menjadi energi kinetik elektron. Akan tetapi jika
energi foton lebih kecil dari energi ambangnya (hf < Wo) tidak akan
menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang mampu
menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang
gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang
gelombang ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan
energi kinetik elektron foton dapat dinyatakan dalam persamaan:

atau

sehingga

dengan :
Ek = energi kinetik maksimum elektron foto
h = konstanta Planck
f = frekuensi foton
fo = frekuensi ambang
Gambar 5. Grafik hubungan antara Ek dengan f

4. Sinar X
Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan
gelombang pendek Gelombang elektromagnetik banyak jenisnya antara lain
sinar lampu, ultra violet, infra merah, gelombang radio, dan TV. Sinar-X
mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya.
Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan
terapi di bidang kedokteran nuklir. Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut
dengan photo Rontgen sedangkan yang untuk terapi disebut Linec (Linier
Accelerator). Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka photo
Rontgen dapat di tingkatkan fungsinya lebih luas yaitu melalui alat baru yang
disebut dengan CT. Scan (Computed Tomography Scan). Adanya peralatan
peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan membantu dalam
mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk di tingkat daerah peralatan yang
menggunakan sinar-X masih terbatas hanya pada pesawat Rontgen. Karena
pesawat radioterapi membutuhkan catu daya listrik yang cukup besar, pada
hal sumber listrik di daerah relatip masih rendah. Oleh sebab itu pembahasan
disini lebih dititik beratkan pada penggunaan sinar-X untuk pesawat Rontgen.
Kata kunci : sinar-X, Photo Rontgen, CT-scan, Linac.

Anda mungkin juga menyukai