KESETIMBANGAN KIMIA
DI SUSUN OLEH :
FARDLIANSYAH ICHSAN
MUHAMMAD ROFFI
DWI AGUNG P
SURYANA
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah
mengenai Kesetimbangan Kimia. Yang mana isi makalah ini kami ambil dari beberapa sumber
Penulisan makalah ini digunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia.
2. Rekan-rekan semua yang telah mendukung dan memberi semangat kepada kami
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih banyak kekurangan
baik dari isi maupun dari segi penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang mengarah
pada perbaikan makalah ini sangat kami harapkan. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
latar belakang penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui apakah yang dimaksud
dengan kesetimbangan kimia, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya, Tetapan
kesetimbangan, perhitungan tetapan kesetimbangan, dan bagaimana penerapan kesetimbangan
kimia dalam industri.
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
Kita telah mempelajari bahwa suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain yang kemudian
menghasilkan zat baru. Reaksi tersebut umumnya disebut Reaksi kimia yang berlangsung sampai
habis. Misalnya, pita magnesium akan bereaksi dengan oksigen membentuk magnesium oksida
(MgO). Demikian pula sebutir pualam ( CaCO3) di masukan ke dalam laruta asam klorida (HCI)
berlebihan, semua pualam akan habis bereaksi dengan asam klorida.
Ada beberapa reaksi yang dapat berlangsung dua arah, contohnya pada reaksi pembuatan gas
Amonia
3H2 (g) + N2 (g) ⇋ 2 NH3 (g)
Reaksi ini disebut juga reaksi reversibel atau reaksi kesetimbangan. Pada reaksi ini setiap NH 3
terbentuk akan segera terurai lagi menjadi H2 dan N2. untuk membuat produk yang di hasilkan
melalui reaksi kesetimbangan di perlukan beberapa faktor untuk mengatur arah reaksi seperti:
konsentrasi, suhu, tekanan, dan volume, reaksi kesetimbangan dapat terjadi pada reaksi homogen
dan reaksi heterogen.
2. Reaksi heterogen
K= [ CO2]
[O2 ]
B. Kesetimbangan Dinamis
Pada keadaan kesetimbangan, reaksi tidak berhenti, tetapi berlangsung dalam dua arah
dengan laju yang sama, oleh karena itu, kesetimbangan tersebut tidak bersifat statis, tetapi
bersifat dinamis, konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi tidak berubah terhadap
waktu, maka reaksi tersebut dianggap selesai.
Keadaan kesetimbangan dikatakan dinamis, bila keadaan kesetaraan laju reaksi maju dan laju
reaksi balik dapat di pertahankan. Sebagai contoh, pada reaksi H 2 dan I2 menghasilkan HI yang
membentuk keadaan kesetimbangan. Sistem tersebut di katakan setimbang dinamis, apabila gas
H2 dengan I2 bereaksi secara kesinambungan membentuk gas HI dan lain pihak dalam sistem
tersebut gas HI terurai secara kesinambungan membentuk gas H 2 dan I2 dengan laju yang sama.
Hubungan laju reaksi zat-zat dengan waktu pada kesetimbangan dinamis dari reaksi H 2 dengan I2
membentuk gas HI.
Jadi kesetimbangan reaksi itu di sebut juga ’ kesetimbangan dinamis ” kesetimbangan dinamis
adalah pada keadaan-keadaan setimbang reaksi tidak diam (statis), tetapi terjadi dua reaksi
berlawanan arah yang mempunyai laju reaksi sama. Pada keadaan tidak setimbang ini tidak
terjadi lagi perubahan bersih dalam sistem reaksi. Untuk lebih memahami kesetimbangan
dinamis, perhatikanlah asumsi-asumsi dibawah ini.
Air dipanaskan dalam wadah tertutup sampai air menguap. Pada saat air menguap, uap air
tertahan pada permukaan tutup wadah. Selanjutnya, uap air tersebut akan mengalami
kondensasi,yaitu uap air menjadi cair kembali, kemudian jatuh kedalam wadah. Pada wadah
tersebut terjadi dua proses yang berlawanan arah, yaitu proses penguapan yang arahnya keatas
dan proses kondensasi yang arahnya kebawah. Pada saat tertentu laju proses penguapan dan laju
proses kondensasi akan sama. Hal itu dapat kita lihat volume air dalam wadah tersebut adalah
tetap. Keadaan seperti itu disebut kesetimbangan dinamis.
C. Tetapan Kesetimbangan
Pada tahun 1886, dua orang para ahli kimia Norwegia, yaitu Cato maxmilian guldberg (1836-
1902) dan Peter waage (1833-1900) mengajukan postulat berdasarkan sejumlah pengamatan
yang mereka lakukan terhadap reaksi kesetimbangan. Ponstulat ini menyatakan bahwa ’jika hasil
reaksi konsentrasi zat hasil reaksi yang di pangkatkan koefisiennya di bandigkan dengan hasil
kali konsentrasi zat pereaksi yang di pangkatkan koefisiennya, maka akan di peroleh
perbandingan yang tetap”. Untuk reaksi yang dinyatakan dengan :
aA + bB ⇋ cC + dD
dengan A, B adalah pereaksi C, D adalah reaksi ; dan a, b, c, d adalah koefisien reaksi, maka
secara sistematis ponstulat Guldberg dan Waage tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:
[C]c [D]d
=C
[A]a [B]b
Dengan : C = konstanta
Dalam kasus umum yang didalamnya konsentrasi dapat mempunyai nilai yamg berubak-ubah
(termasuk nol), pernyataan diatas di sebut hasil bagi (quotient) kesetimbangan dan nilainya di
nyatakan dengan Q atau Qc. Jika istilah tersebut berhubungan dengan konsentrasi keseimbangan,
maka pernyataan ini di sebut tetapan kesetimbangan dan nilainya dinyatakan dengan K atau Kc.
Nilai konstan dari perbandingan hasil kali konsentrasi hasil reaksi yang di pangkatkan
koefisiennya dengan hasil kali konsentrasi pereaksi yang dipangkatkan koefisiennya tersebut
selalu tetap selama suhu sistem tidak berubah. Oleh karena itu, harga perbandingan tersebut di
namakan tetapan keseimbangan yang dinyatakan sebagai berikut:
[C]c [D]d
Kc=
[A]a [B]b
Nilai Q dalam hubungan dengan Kc dapat digunakan untuk menunjukan arah suatu reaksi
berlangsung. Tiga buah kemungkinan dari arah reaksi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Q
>1
Kc
Hal ini berarti konsentrai hasil reaksi terlalu tinggi untuk kesetimbangan, sehingga reaksinya
berlangsung ke kiri.
2. Q
=1
K
Hal ini berarti sistem berada dalam kesetimbangan, tidak ada perubahan.
3. Q
<1
K
Hal ini berarti konsentrasi hasil reaksi terlalu rendah untuk kesetimbangan, sehingga reaksinya
berlangsung ke kanan.
a. Makna Tetapan Kesetimbangan
Berdasarkan harga tetapan kesetimbangan, suatu reaksi dapat diketahui secara kualitatif
bagaimana reaksi tersebut berlangsung
1. Jika KC < 1, maka pada reaksi kesetimbangan tersebut di hasilkan zat hasil reaksi yang cukup
banyak, bahkan melebihi jumlah pereaksi,dan suatu reaksi di katakan sempurna apabila reaksi
tersebut memiliki Kc yang sangat besar.
2. Jika Kc < 1, maka pada reaksi kesetimbangan tersebut di peroleh zat hasil reaksi yang sedikit,
bahkan lebih sedikit di bandingkan dengan jumlah pereaksi,dan apabila harga Kc suatu reaksi
sangat kecil, bisa saja tidak terjadi reaksi.
Harga Kc hanya di pengaruhi oleh suhu, jika suhu tidak berubah, maka harga K c selalu teatp.
Pada reaksi endoterem, harga Kc berbanding lurus dengan suhu, sedangkan pad reaksi eksoterm,
harga Kc berbanding terbalik dengan suhu.
Pada reaksi kesetimbangan, jumlah zat-zat pereaksi maupun hasil reaksi tidak berubah
terhadap waktu, tetapi pada dasarnya jumlah zat pereaksi maupun zat hasil reaksi dapat ditambah
atau dikurangi berdasarkan perlakuan tertentu yang diberikan pada reaksi kesetimbangan
tersebut. Berkaitan dengan penambahan atau pengurangan jumlah pereaksi atau hasil reaksi pada
reaksi kesetimbangan tersebut, digunakan istilah pergeseran kesetimbangan.
Untuk menambah zat hasil reaksi, maka kesetimbangan harus digeser kearah kanan (ke arah zat
hasil reaksi), sedangkan untuk mengurangi zat hasil reaksi, maka kesetimbangan harus digeser
kearah kiri (kearah pereaksi). Untuk menggeser kesetimbangan tersebut diperlukan perlakuan
yang dapat mengganggu keadaan kesetimbangan, yaitu dengan mengubah suhu, konsentrasi, dan
volum, dan tekanan zat dalam sistem kesetimbangan tersebut.
Dalam kaitannya dengan gangguan yang diberikan pada sistem kesetimbangan tersebut, pada
tahun 1888 seorang ahli kimia Prancis Henri Louis Le Chatelier (1850-1936) mengemukakan
bahwa ”jika pada sistem kesetimbangan diberikan gangguan dari luar, maka sistem
kesetimbangan tersebut akan bergeser untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh
gangguan luar tersebut dan mungkin membentuk sistem kesetimbangan baru.” dengan kata lain,
pernyataan ini dapat disederhanakan menjadi ”jika sebuah sistem pada keadaan setimbang
diberikan perubahan tekanan, suhu, atau konsentrasi, maka akan terdapat kecenderungan pada
keseluruhan reaksi dalam arah yang mengurangi pengaruh dan perubahan ini”.
Pernyataan diatas dikenal sebagai ”Asas Le Chatelier”. Bagaimana pengaruh perubahan suhu,
konsentrasi, tekanan, dan volum terhadap pergeseran kesetimbangan.
1. Pengaruh suhu terhadap pergeseran kesetimbangan
Pada reaksi kesetimbangan, terhadap reaksi endoterm (menyerap kalor) dan reaksi
eksoterm (melepaskan kalor). Jika reaksi maju bersifat eksotermik, maka reaksi sebaliknya
bersifat endotermik. Perhatikan uraian tentang pengaruh perubahan suhu untuk reaksi
pembentukan gas N2O4 dari gas NO2 berikut ini.
Reaksi kesetimbangan :
2NO2(g) ⇋ N2O4(g)
Reaksi pembentukan N2O4 dari gas NO2 dapat membentuk keadaan setimbang. Pada keadaan
setimbang tersebut, gas N2O4 dan gas NO2 berwarna coklat muda. Dalam keadaan terpisah, gas
NO2 berwarna cokelat kemerahan, sedangkan gas N2O4 tidak berwarna.
Jika dalam keadaan setimbang, campuran gas NO2 dan N2O4 tersebut dipanaskan, maka warna
cokelat muda dari campuran kedua gas tersebut lama kelamaan akan berubah menjadi cokelat
kemerahan, artinya gas NO2 dalam reaksi tersebut bertambah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penurunan suhu dapat menyebabkan
kesetimbangan bergeser kearah reaksi eksoterm, sedangkan peningkatan suhu dapat
menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah reaksi endoterm. Karena reaksi pembentukan gas
N2O4 dari gas NO2 merupakan reaksi eksoterm (melepaskan kalor) dan dalam keadaan
kesetimbangan, suhu campuran diturunkan dengan mengeluarkan kalor dari sistem, maka
menurut Le Chatelier akan mengakibatkan sistem melakukan perubahan dengan cara mengganti
kalor yang dikeluarkan sistem dengan menggeser posisi kesetimbangan kearah reaksi yang
melepaskan kalor (eksoterm).
2. Pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan
Pembuatan amonia, NH3(g) dari reaksi gas nitrogen (N2) dengan gas hidrogen (H2) dapat
membentuk kesetimbangan yang dinyatakan dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
N2(g) + 3H2(g) ⇋ 2NH3(g)
Apabila gas hidrogen (H2) ditambahkan kedalam campuran gas pada reaksi kesetimbangan
tersebut, maka konsentrasi H2 dalam campuran meningkat (bertambah).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk penambahan konsentrasi pereaksi
atau hasil reaksi kedalam campuran yang berada dalam kesetimbangan akan menggeser
kesetimbangan kearah yang berlawanan dengan posisi zat yang ditambahkan, sedangkan untuk
pengurangan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi akan menggeser kesetimbangan kearah zat
yang dikeluarkan dari sistem kesetimbangan tersebut.
Reaksi-reaksi gas sangat dipengaruhi oleh perubahan volum dan tekanan gas. Pada
dasarnya, untuk memperbesar tekanan dapat dilakukan dengan memperkecil volum, sedangkan
untuk memperkecil tekanan dapt di lakukan dengan memperbesar volum.
Jika pada reaksi kesetimbangan gas, tekanan di perbesar, maka menurut Le Chatelier sistem
tersebut akan berusaha mengurangi pengaruh kenaikan tekanan tersebut dengan cara
menurunkan jumlah molekul atau jumlah mol zat. Pada reaksi kesetimbangan
N2(g) + 3H2(g) ⇋ 2NH3(g)
jika tekanan di perbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah NH 3, sedangkan jika tekana
di kurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri (N2(g) dan H2(g) ).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa jika tekanan diperbesar ( volum
diperkecil), maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah mol gas yang lebih kecil,
sedangkan jika tekanan diperkecil (volum diperbesar), maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah jumlah mol gas yang lebih besar.
Dalam industri, amonia di buat dengan mencampurkan gas N 2 Yang Diperoleh melalui udara dan
gas H2 yang di peroleh dari reaksi antara gas metana dan air. Campuran gas N 2 dan H2 dengan
perbandingan N2:H2=3:1 tersebut kemudian di alirkan melaui pompa bertekanan tinggi(250 atm)
kedalam tabung pemurnian gas. Dalam tabung inilah kemudian di peroleh gas N 2 dan H2 murni
yang di alirkan kedalam reaktor katalisis.
Reaksi pembuatan amonia merupakan reaksi eksoterm, sehingga untuk menghasilkan amonia
dalam jumlah besar, maka reaksi tersebut harus di lakukan pada suhu yang rendah. Akan tetapi,
pada suhu rendah reaksi berlangsung rendah. Oleh karena itu, untuk mengimbangi nya,maka
reaksidalam pembuatan amonia di lakukan pada suhu tinggi (500 oC) dan tekanan yang tinggi
(200-400 atm). Suhu dan tekanan tersebut memungkinkan reaksi pembuatan amonia dapat
berlangsung cepat dan amonia yang di hasilkannya dalam jumlah besar (reaksi bergeser ke
kanan).
Dapat di simpulkan bahwa pada reaksi kesetimbangan dalam pembuatan amonia, suhu yang
tinggi dan katalis berfungsi umtuk mempercepat reaksi, sedangkan tekanan yang tinggi berfungsi
untuk menggeser reaksi ke arah hasil reaksi( dalam hal iniamonia)
2). Tahap 2
Gas tersebut dibersihkan dari pengotor dengan cara partikulat. Campuaran antara gas SO 2 dan
udara di panaskan hingga suhu 450oC.dan tekanan 101,3-202,6 kPa dengan di tambahkan katalis
V2O5 untuk menghasilkan SO3. SO3 yang diperoleh sebanyak 98 % dengan kecepatan reaksi
maksimal. Reaksi sebagai berikut.
2SO2(g) + O2(g) ⇋ 2S03(g)
3). Tahap 3
SO3 dilarutkan dalam H2S04 99,5 % (17 M) supaya di hasilkan H2S2O7, lebih di kenal denagn
nama “ oleum”. Reaksinya sebagai berikut.
4). Tahap 4
Setelah tahap 3, H2O di tambahkan ke dalam H2S2O7 supaya di hasilkan H 2SO4. reaksinya
sebagai berikut.
Tahapan penting dalam proses pembuatan H 2SO4 ialah tahap 2. pada tahap 2 terjadi reaksi
kesetimbangan dan reaksi itu berlangsung secara eksoteren (reaksi melepaskan kalor) menurut
asas Le Chatelier, reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan jika tekanan di perbesar. Hal ini
terjadi karena reaksi kesetimbangan bergeser ke arah zat yang memeliki jumlah koefisien lebih
sedikit. Jadi jika tekanan di perbesar, jumlah gas SO 3 semakin banyak karena reaksi
kesetimbangan bergeser ke arah produk.
Proses Ostwald merupakan cara yang tepat untuk membuat HNO 3. Proses Ostwald dikenalkan
pertama kali oleh Wilhelm Ostwald, seorang ahli kimia dari Jerman. Wilhelm Ostwald
menemukan proses pembuatan HNO3 yang efektif saat Perang Dunia I berlangsung.
Ada 2 metode yang digunakan dalam pembuatan HNO3. metode pertama yang memiliki 2 tahap
yaitu oksidasi dan absorpsi. Metode ini akan menghasilkan NHO 3 encer. Metode kedua
merupakan kombinasi dari dehidrasi, bleaching, kondensasi dan absorpsi. Metode yang kedua
akan menghasilkan asam nitrat yang lebih pekat daripada HNO 3 yang dihasilkan dari metode
pertama.
F. Perhitungan Kesetimbangan
Jika konsentrasi masing-masing zat sudah diketahui, maka perhitungan harga Kc dapat
dilakukan secara langsung dengan memasukan nilai konsentrasi zat pada persamaan sebagai
berikut :
[ C]c [ D]d
KC =
[ A]a [ B]b
Contoh soal
1. Pada reaksi penguraian gas N2O4 menjadi gas NO2 terjadi keadaan setimbang yang dinyatakan
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
N2O4 (g) ⇋ 2NO4(g)
Jika konsentrasi N2O4 dan NO2 berturut-turut 1,71 M dan 0,58 M, hitunglah harga Kc pada
keadaan tersebut !
Penyelesaian :
N2O4 (g) ⇋ 2NO4
[ NO2]2 [ 0,58]2
KC = = 0,2
=
[N2O4] [1,71]
Pada kesetimbangan
Jika konsentrasi masing-masing zat belum diketahui seluruhnya, tetapi diketahui harga derajat
dissosiasi (penguraian) zat, maka harga konsentrasi masing-masing zat ditentukan berdasarkan
harga derajat dissosiasi tersebut (α).
Atau
Dengan
α = derajat ionisasi
3. Tentukan persamaan tetapan kesetimbangan (Kc) dari sistem kesetimbangan berikut ini:
Pembahasan
Perhatikan rumus untuk kesetimbangan kimia berikut ini:
Sehingga :
4. Dalam suatu ruang 1 liter pada suhu T°C terdapat dalam keadaan setimbang 2 mol NH3, 1 mol
O2, dan 2 mol H2 menurut persamaan reaksi:
Pembahasan
Tetapan kesetimbangan reaksi di atas
Karena volumnya adalah satu liter, maka konsentrasinya tinggal masukkan molnya masing-
masing.
dengan harga Kc = 0,5 pada suhu tertentu. Konsentrasi I2 yang diperlukan agar saat
kesetimbangan terdapat P M H2 dan Q M HI adalah
Pembahasan
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi di atas
Dari soal di atas yang dimasukkan hanyalah Al3+ karena (aq) dan H+ karena (aq).
8. HBr sejumlah 0,1 mol dimasukkan ke dalam labu satu liter dan terurai menurut reaksi
Jika Br2 yang terbentuk 0,015 mol maka tetapan kesetimbangannya sama dengan
Pembahasan
Tentukan dulu jumlah mol saat kesetimbangan, dari mol Br2 yang diketahui
Karena volume adalah 1 liter, maka konsentrasinya tidak masalah, langsung bisa masukkan data,
sehingga tetapan kesetimbangan reaksi di atas dengan demikian adalah
9. Dalam ruang 5 liter direaksikan 0,5 mol N2 dengan 0,4 mol gas O2 menurut reaksi:
Setelah tercapai keadaan setimbang terbentuk 0,2 mol gas NO. Harga Kc adalah.....
Pembahasan
Cari mol-mol lain saat kesetimbangan dari molnya gas NO yang diketahui:
10. Gas N2 bereaksi dengan gas H2 pada suhu 30° membentuk gas NH3. Pada keadaan setimbang,
tekanan parsial gas H2 = 1/4 atm, gas N2 = 1/12 atm dan gas NH3 = 1/4 atm. Tentukan tetapan
kesetimbangan Kp pada suhu tersebut!
Pembahasan
Kp adalah tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan parsial gas.
Untuk reaksi:
Jangan lupa yang masuk rumus Kp hanya fase gas (g) saja.
Kembali ke soal:
Dengan data:
PN2 = 1/2 atm
PH2 = 1/4 atm
PNH3 = 1/4 atm
pada suhu 27°C mempunyai harga Kp = 2,46 atm. Maka harga Kc reaksi tersebut adalah....(R =
0.082 L.atm.mol-1K-1)
Pembahasan
Hubungan tetapan kesetimbangan Kc dan tetapan kesetimbangan Kp sebagai berikut:
dimana
T = suhu dalam kelvin (K)
Δn = jumlah koefisian ruas kanan − jumlah koefisien ruas kiri
Data:
T =27°C = 300 K
Δn = (1 + 3) − 2 = 2
R = 0.082 L.atm.mol-1K-1
Kp = 2,46 atm
Sehingga :
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesetimbangan akan terjadi bila sesuatu reaksi kima dapat berlangsung dua arah.
Pada saat kesetimbangan tercapai, kecepatan reaksi ke kiri adalah sama dengan kecepatan
reaksi ke kanan. Sistem kestimbangan homogen terjadi bila dalam sistem terdapat suatu
fasa. Sedangkan jika fasa komponen zat lebih dari satu atau berbeda di sebut
kesetimbangan heterogen.
Penerapan sistem kesetimbangan dalam proses industri pada kondisi – kondisi
tertentu (Konsentrasi, Tekanan, Temperatur) di lakukan agar proses dapat di lakukan
secara ekonomis.
B. SARAN