Aceh
Aceh
Letak Kerajaan
Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami kejayaan pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Perkembangan pesat yang dicapai Kerajaan
Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di Pulau Sumatera bagian
utara dan dekat jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu. Ramainya
aktivitas pelayaran perdagangan melalui bandar – bandar perdagangan Kerajaan Aceh,
mempengaruhi perkembangan kehidupan Kerajaan Aceh dalam segala bidang seperti
politik, ekonomi, sosial, budaya.
Kehidupan Ekonomi
Dalam kejayaannya, perekonomian Kerajaan Aceh bekembang pesat. Dearahnya yg
subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah – daerah pantai timur
dan barat Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas beberapa
daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting
timah dan lada.
Aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka yg merupakan jalan dagang internasional.
Selain bangsa Belanda dan Inggris, bangsa asing lainnya seperti Arab, Persia, Turki,
India, Siam, Cina, Jepang, juga berdagang dgn Aceh. Barang – barang yg di ekspor Aceh
seperti beras, lada ( dari Minagkabau ), rempah – rempah ( dari Maluku ). Bahan
impornya seperti kain dari Koromendal
( india ), porselin dan sutera ( dari Jepang dan Cina ), minyak wangi ( dari Eropa dan
Timur Tengah ). Kapal – kapal Aceh aktif dalam perdagangan dan pelayaran sampai
Laut Merah.
Kehidupan Sosial
Meningkatnya kekmakuran telah mneyebabkan berkembangnya sisitem
feodalisme & ajaran agama Islam di Aceh. Kaum bangsawan yg memegang kekuasaan
dalam pemerintahan sipil disebut golongan Teuku, sedabg kaum ulama yg memegang
peranan penting dlm agama disebut golongan Teungku. Namun antara kedua golongan
masyarakat itu sering terjadi persaingan yg kemudian melemahkan aceh. Sejak
berkuasanya kerajaan Perlak ( abad ke-12 M s/d ke-13 M ) telah terjadi permusuhan
antara aliran Syiah dgn Sunnah Wal Jamma’ah. Tetapi pd masa kekuasaan Sultan
Iskandar Muda aliran Syiah memperoleh perlindungan & berkembang sampai di daera –
daerah kekuasaan Aceh.
Aliran ini di ajarkan oleh Hamzah Fasnsuri yg di teruskan oleh muridnya yg
bernama Syamsudin Pasai. Sesudah Sultan Iskandar Mud wafat, aliran Sunnah wal
Jama’ah mengembangkan islam beraliran Sunnah wal Jama’ah, ia juga menulis buku
sejarah Aceh yg berjudul Bustanussalatin ( taman raja – raja dan berisi adat – istiadat
Aceh besrta ajarn agama Islam )
Kehidupan Budaya
Kejayaan yg dialami oleh kerajaan Aceh tsb tidak banyak diketahui dlm bidang
kebudayaan. Walupun ada perkembangan dlm bidang kebudaaan, tetapi tdk sepesat
perkembangan dalam ativitas perekonomian. Peninggalan kebuadayaan yg terlihat
nyata adala Masjid Baiturrahman.
Kerajaan Aceh yg berkuasa selama kurang lebih 4 abad, akhinya runtuh karena
dikuasai oleh Belanda awal abad ke-20.