4523 8978 1 SM PDF
4523 8978 1 SM PDF
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap kinerja keuangan daerah; (2) pengaruh Belanja Modal terhadap kinerja
keuangan daerah; (3) Pengaruh Dana Perimbangan terhadap kinerja keuangan daerah; (4) dan pengaruh
Pendapatan Asli Daerah terhadap kinerja keuangan daerah. Populasi dalam penelitian ini yaitu 23 Kabupaten dan
Kota di Provinsi Aceh yang telah memiliki data realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) periode
2011-2013. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif, dengan model regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Belanja Modal, Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
secara simultan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun hasil pengujian secara parsial
menunjukkan Belanja Modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan daerah, dan Dana Perimbangan
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan daerah. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah tidak mempengaruhi
kinerja keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh.
Kata Kunci: Belanja Modal, Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, Kinerja Keuangan Daerah.
Penerimaan riil dari PAD sebesar 1,2 triliun Konsep pengelolaan organisasi sektor
pada tahun 2008 menurun menjadi Rp. 1 triliun publik yang mendasar pada elemen utama,
pada tahun 2012. Kontribusi PAD terhadap yaitu: ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
total pendapatan pemerintah pada tahun 2012 Sedangkan, dalam pengukuran kinerja
hanya sebesar 6 persen dari total penerimaan menggunakan ukuran efisiensi. Efisiensi adalah
Aceh, menurun dari tahun-tahun sebelumnya pencapaian output yang maksimum dengan
yang terhitung sebesar 7 persen. Minimnya input tertentu atau penggunaan input yang
tingkat ketergantungan provinsi Aceh pada Semakin besar output dibanding input, maka
sumber fiskal dari transfer pemerintah pusat. semakin tinggi tingkat efisiensi suatu
Hal ini sama dengan daerah lain di Indonesia, organisasi, maka proksi pengukuran kinerja
dimana PAD secara rata-rata hanya pemerintah daerah untuk kabupaten dan kota
menyumbangkan 10 persen dari keseluruhan digunakan dengan rumus efisiensi dan diukur
dengan rasio output dengan input Alokasi Umum (DAU, dan Dana Alokasi
(Mardiasmo,2009). Input adalah sumber daya Khusus (DAK). Dana Perimbangan selain
yang digunakan untuk pelaksanaan suatu demaksudkan untuk membantu Daerah dalam
kebijakan, program dan aktivitas. Sedangkan, mendanai pembangunan, juga bertujuan untuk
output adalah hasil ang dicapai dari suatu mengurangi ketimpangan sumber pendanaan
program, aktivitas, dan kebijakan. penyebut pemerintahan antara pusat dan daerah. Dana
atau input sekunder seringkali diukur dalam perimbangan secara rata-rata didaerah lain di
bentuk satuan uang. Pembilang atau output Indonesia terhitung sebesar 80 persen dari
dapat diukur baik dalam jumlah uang ataupun penerimaan daerah. Apabila realisasi belanja
fisik (Madiasmo, 2009). Rasio Efisiensi, daerah lebih tinggi daripada pendapatan daerah
Kinerja merupakan gambaran pencapaian maka akan terjadinya defisit. Oleh karena itu
pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai untuk menutup kekurangan belanja daerah
tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian, maka pemerintah pusat menstranfer dana dalam
2006). Alokasi biaya ditransformasikan ke rasio bentuk Dana Perimbangan kepada pemerintah
efisiensi yaitu: Perhituangan rasio efisiensi daerah. Semakin besar transfer Dana
terhadap kinerja keuangan dalam penelitian ini Perimbangan yang diterima dari pemerintah
yaitu: pusat akan memperlihatkan semakin kuat
Efisiensi = ((Realisasi Pengeluaran) /( Realisasi pemerintah daerah tergantung kepada
Penerimaan)) x 100%................
pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan
daerahnya. Sehingga akan membuat kinerja
Belanja Modal
keuangan daerah menurun.
Belanja Modal merupakan belanja
pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi
Pendapatan Asli Daerah
satu anggaran dan akan menambah aset atau
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
kekayaan daerah dan selanjutnya akan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf (a)
menambah belanja yang bersifat rutin seperti
Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
biaya pemeliharaan pada kelompok belanja
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
administrasi umum. Kelompok belanja ini
Pusat dan Daerah, menjelaskan bahwa yang
mencakup jenis belanja baik untuk bagian
dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah
belanja aparatur daerah maupun pelayanan
(PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari
publik (Mardiasmo, 2009).
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri, yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah dengan
Dana Perimbangan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dana Perimbangan merupakan
Dari pengertian tersebut dapat diambil
pendapatan daerah yang bersumber dari APBN
kesimpulan bahwa Pendapatan Asli Daerah
yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH, Dana
Koefisien pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y daerah sebesar 27,4%. Dengan asumsi variabel
Unstandardized Coefficients
Model t Sig. independen lainnya tetap (konstan).
B Std. Error
kinerja keuangan daerah pada 23 Kabupaten dirasakan oleh masyarakat. Dengan tersedianya
dan Kota di Provinsi Aceh. infrastruktur yang baik dapat menciptakan
efisiensi diberbagai sektor dan produktivitas
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial masyarakat menjadi semakin tinggi dan pada
Pengaruh Belanja Modal terhadap Kinerja gilirannya dapat terjadi peningkatan
Keuangan Daerah pertumbuhan kesejahteraan.
Hasil penelitian variabel Belanja Modal Pengaruh Dana Perimbangan terhadap
(BM) diperoleh nilai koefisien β1 = 4,597 pada Kinerja Keuangan Daerah
tingkat signifikan 0,003 (<0,05). Dengan Hasil penelitian variabel Dana
demikian Ha1 : β1 ≠ 0 yaitu 4,597 > 0 sehingga Perimbangan (DP) diperoleh nilai koefisien β2
Ha1 diterima dan menolak H0. Berdasarkan hasil = -4,076 pada tingkat signifikan 0,065 (<0,10).
perhitungan menunjukkan bahwa secara parsial Dengan demikian Ha2 : β2 ≠ 0 yaitu -4,076 > 0
variabel Belanja Modal (BM) berpengaruh sehingga Ha2 diterima dan menolak H0.
positif terhadap kinerja keuangan daerah Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan
Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh. bahwa secara parsial variabel Dana
Koefisien regresi BM (Belanja Modal) sebesar Perimbangan (BM) berpengaruh negatif
4,597 artinya setiap penerimaan 100% terhadap kinerja keuangan daerah Kabupaten
peningkatan BM (Belanja Modal), maka akan dan Kota di Provinsi Aceh. Koefisien regresi
diikuti oleh kenaikan kinerja keuangan DP (Dana perimbangan) sebesar -4,076 artinya
pemerintah daerah sebesar 459,7%. Dengan setiap penerimaan 100% peningkatan DP (Dana
asumsi variabel independen lainnya tetap perimbangan), maka akan diikuti oleh
(konstan). penurunan kinerja keuangan pemerintah daerah
Berdasarkan hasil perhitungan sebesar -407,6%. Dengan asumsi variabel
menunjukkan bahwa secara parsial variabel BM independen lainnya tetap (konstan). Diperoleh
(Belanja Modal) berpengaruh positif terhadap nilai β2 = -4,076, dengan demikian Ha2 : β2 ≠ 0
kinerja keuangan daerah Kabupaten dan Kota di yaitu -4,076 > 0 sehingga Hɑ2 diterima dan
Provinsi Aceh. Hasil ini menunjukkan bahwa menolak H0. Berdasarkan hasil perhitungan
kenyataan Pemerintah Daerah dengan semakin menunjukkan bahwa secara parsial variabel
meningkatnya alokasi belanja modal, maka Dana Perimbangan (DP) berpengaruh negatif
semakin tinggi kinerja keuangan daerah terhadap kinerja keuangan daerah Kabupaten
Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh. Belanja dan Kota di Provinsi Aceh. Artinya setiap 1 %
modal merupakan pengeluaran pemerintah perubahan variabel Dana Perimbangan, maka
daerah dalam rangka memberikan palayanan secara relatif akan mempengaruhi penurunan
kepada masyarakat yang manfaatnya baik kinerja keuangan pemerintah daerah 4,08%.
secara langsung maupun tidak langsung dapat
Dana perimbangan yang meliputi Dana bahwa secara parsial variabel PAD (Pendapatan
Bagi Hasil, Dana Bagi Hasil dari Hidrokarbon Asli Daerah) tidak berpengaruh terhadap
dan Sumber daya lain DAU, DAK dan Dana kinerja keuangan daerah Kabupaten dan Kota di
Otonomi Khusus merupakan dana transfer dari Provinsi Aceh. Artinya setiap perubahan
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah variabel Pendapatan Asli Daerah, maka secara
dengan tujuan untuk membiayai kelebihan statistik tidak mempengaruhi kinerja keuangan
belanja daerah. Apabila realisasi belanja daerah pemerintah daerah.
lebih tinggi dari pendapatan daerah, maka akan Telah diketahui bahwa PAD merupakan
terjadi defisit. Oleh karena itu, untuk menutup salah satu sumber pendanaan yang digunakan
kekurangan belanja daerah, maka Pemerintah pemerintah daerah dalam membiayai
Pusat mentransfer dana dalam bentuk Dana pembangunan daerah yang berimplikasi pada
Perimbangan kepada Pemerintah Daerah. pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Semakin besar transfer Dana Perimbangan yang Sehingga sudah seharusnya pemerintah daerah
diterima dari Pemerintah Pusat akan harus meningkatkan PAD daerahnya masing-
memperlihatkan semakin kuat Pemerintah masing guna peningkatan pelayanan yang lebih
Daerah bergantung kepada Pemerintah Pusat baik kepada masyarakat. Hasil penelitian
untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. menunjukkan bahwa PAD berpengaruh
Sehingga akan membuat kinerja keuangan terhadap kinerja keuangan daerah sebesar
Pemerintah Daerah menurun. 27,4%. Kinerja keuangan daerah dalam
penelitian ini diukur dengan kemampuan PAD
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap membiayai belanja langsung non-pegawai.
Kinerja Keuangan Daerah Hasil tersebut menunjukkan bahwa baik atau
Hasil penelitian variabel Pendapatan buruknya kinerja keuangan suatu daerah dapat
Asli Daerah (PAD) diperoleh nilai koefisien β3 ditentukan dari pendapatan yang diterima
= 0,274 pada tingkat signifikan 0,754 (<0,05). daerah tersebut. Sebagai contoh, PAD yang
Dengan demikian Ha3 : β3 ≠ 0 yaitu 0,274 > 0 diterima Kota Subulussalam pada tahun 2012
sehingga Ha3 ditolak dan menerima H0. dengan nilai minimum yakni sebesar
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan Rp.6.009.446.461,00, yang merupakan PAD
bahwa secara parsial variabel Pendapatan Asli paling rendah dari 23 kabupaten/kota lainnya
Daerah (PAD) tidak berpengaruh terhadap selama periode 2011-2013. Sedangkan PAD
kinerja keuangan daerah Kabupaten dan Kota di yang paling tinggi diterima oleh kota Banda
Provinsi Aceh. Diperoleh nilai β3 = 0,274 Aceh pada tahun 2013 yakni dengan nilai
dengan demikian Ha3 : β3 ≠ 0 yaitu 0,274 > 0 maksimum sebesar Rp.129.170.160.562,00,
sehingga Hɑ3 ditolak dan menerima H0. yang merupakan PAD paling tinggi dari 23
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan kabupaten/kota lainnya selama periode 2011-
2013. Hasil ini membuktikan bahwa semakin Keuangan Daerah, Rasio Derajat
tinggi penerimaan PAD suatu daerah maka Desentralisasi Fiskal, Rasio Indeks
dapat meningkatkan kinerja keuangan daerah Kemampuan Rutin dan Rasio Keserasian.
tersebut. Untuk pemerintah daerah kabupaten dan kota
agar dapat meningkatkan pendapatan asli daerah
Dari hasil pengujian yang telah transfer Dana Perimbangan dari pemerintah pusat
sebagai wujud kemandirian daerah dalam
dilakukan terhadap permasalahan yang
membiayai belanjanya. Dalam hal peningkatan
dirumuskan dalam hipotesis, maka dapat ditarik
pendapatan asli daerah Pemda harus lebih giat
kesimpulan yaitu, hasil pengujian menunjukkan
menggali lebih banyak sumber-sumber pendapatan
bahwa variabel Belanja Modal, Dana
yang potensial bagi daerah baik secara intensifikasi
Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah maupuan ekstensifikasi. Kemampuan untuk
secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja memenuhi belanja daerah membuktikan bahwa
Keuangan Pemerintah Daerah pada Kabupaten pemerintah daerah telah melakukan efisiensi
dan Kota di Provinsi Aceh. terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah