Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Magister Akuntansi ISSN 2302-0164

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages pp. 30- 38

PENGARUH BELANJA MODAL, DANA PERIMBANGAN


DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP KINERJA
KEUANGAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH
1)
Mulia Andirfa, 2) Dr. Hasan Basri, M.Com, CA, 3) Dr. M.Shabri A.Majid, SE, M.Ec
1)
Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2,3)
Staff Pengajar Magister Akuntansi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap kinerja keuangan daerah; (2) pengaruh Belanja Modal terhadap kinerja
keuangan daerah; (3) Pengaruh Dana Perimbangan terhadap kinerja keuangan daerah; (4) dan pengaruh
Pendapatan Asli Daerah terhadap kinerja keuangan daerah. Populasi dalam penelitian ini yaitu 23 Kabupaten dan
Kota di Provinsi Aceh yang telah memiliki data realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) periode
2011-2013. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif, dengan model regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Belanja Modal, Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
secara simultan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun hasil pengujian secara parsial
menunjukkan Belanja Modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan daerah, dan Dana Perimbangan
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan daerah. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah tidak mempengaruhi
kinerja keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh.

Kata Kunci: Belanja Modal, Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, Kinerja Keuangan Daerah.

PENDAHULUAN Aceh terhitung sebesar Rp. 21 triliun,


Pemerintah Kabupaten dan Kota provinsi meningkat 31 persen dari tahun 2005.
Aceh merupakan salah satu daerah yang kinerja Peningkatan penerimaan Aceh pada tahun 2012
keuangan yang mengalami kapasitas fiskal yang juga sejalan dengan trend peningkatan APBD
rendah. Rendahnya kapasitas ini secara nasional. Sementara untuk tahun 2012
mengindikasikan tingkat kemandirian daerah belanja Pemerintah Aceh meningkat seiring
yang rendah, dimana daerah masih sangat dengan peningkatan penerimaan daerah.
tergantung pada transfer dari pemerintahan Belanja keseluruhan terhitung secara riil
pusat sehingga daerah dituntut untuk sebesar Rp. 19 triliun atau meningkat 70 persen
mengoptimalkan potensi pendapatan yang jika dibandingkan tahun 2005, yang tercatat
dimiliki dan salah satunya dengan memberikan sebesar Rp. 7 triliun. Belanja pemerintah
porsi belanja daerah yang lebih besar untuk provinsi tercatat sebesar Rp. 9.5 triliun atau 50
sektor-sektor produktif (belanja modal). Public persen dari keseluruhan belanja pemerintah.
Expenditure Analysis And Capacity Belanja untuk pemerintahan umum cenderung
Strengthening Program (PECAPP) menilai meningkat dan memiliki porsi terbesar dalam
Penerimaan Aceh secara riil meningkat 17 struktur belanja Aceh. Alokasi belanja ini
persen dalam dua tahun terakhir setelah secara riil meningkat terhitung dari Rp. 6,2
mengalami penurunan di tahun 2009. Tahun triliun di tahun 2011 menjadi Rp. 6.8 triliun
2012 penerimaan keseluruhan pemerintah di
Volume 5, No. 3, Agustus 2016 - 30
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

pada tahun 2012 atau 36 persen dari penerimaan daerah.


keseluruhan belanja pemerintah di Aceh. Sementara menurut Muhammad (2014),
Sama dengan daerah lain di Indonesia, menyatakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
dana perimbangan merupakan sumber utama atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
penerimaan pemerintah di Aceh. Dana (LKPD) Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
perimbangan terhitung mencapai 75 persen dari yang menerima opini Wajar Tanpa
keseluruhan penerimaan pemerintah di Aceh, Pengecualian dari total 23 Kabupaten/Kota di
"tidak termasuk dana otonomi khusus. Apabila Provinsi Aceh. Sebanyak 14 kabupaten dan 2
termasuk dana otsus, penerimaan yang berasal kota di Provinsi Aceh masih mendapatkan
dari pemerintah pusat tercatat sebesar 82 persen. predikat opini WDP (Wajar Dengan
Penerimaan DAU tercatat sebesar Rp. 7,7 Pengecualian) dari BPK. Temuan bukti-bukti
triliun, meningkat secara riil sebesar Rp. 141 tersebut, jelas terlihat bahwa kinerja keuangan
miliar dibandingkan dengan tahun 2011. pemerintah daerah masih buruk dan dapat
Sementara penerimaan dana otsus tercatat dinilai belum baik. Salah satu instrumen untuk
sebesar Rp. 6,2 triliun, juga meningkat secara menilai kinerja Pemerintah Daerah dalam
riil sebesar Rp. 659 miliar dibandingkan tahun mengelola keuangan daerah adalah dengan
sebelumnya. Dari tahun 2008 hingga 2012, melakukan analisis rasio keuangan terhadap
penerimaan dana otsus secara keseluruhan anggaran pendapatan dan belanja yang telah
terhitung sebesar Rp. 24,8 triliun. Penerimaan ditetapkan dan disahkan (Halim, 2007:230).
pendapatan asli daerah (PAD) secara riil
cenderung stagnan, bahkan menurun secara riil KAJIAN PUSTAKA
di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. Kinerja Keuangan Daerah

Penerimaan riil dari PAD sebesar 1,2 triliun Konsep pengelolaan organisasi sektor

pada tahun 2008 menurun menjadi Rp. 1 triliun publik yang mendasar pada elemen utama,

pada tahun 2012. Kontribusi PAD terhadap yaitu: ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

total pendapatan pemerintah pada tahun 2012 Sedangkan, dalam pengukuran kinerja

hanya sebesar 6 persen dari total penerimaan menggunakan ukuran efisiensi. Efisiensi adalah

Aceh, menurun dari tahun-tahun sebelumnya pencapaian output yang maksimum dengan

yang terhitung sebesar 7 persen. Minimnya input tertentu atau penggunaan input yang

penerimaan PAD menunjukkan tingginya terendah untuk mencapai output tertentu.

tingkat ketergantungan provinsi Aceh pada Semakin besar output dibanding input, maka

sumber fiskal dari transfer pemerintah pusat. semakin tinggi tingkat efisiensi suatu

Hal ini sama dengan daerah lain di Indonesia, organisasi, maka proksi pengukuran kinerja

dimana PAD secara rata-rata hanya pemerintah daerah untuk kabupaten dan kota

menyumbangkan 10 persen dari keseluruhan digunakan dengan rumus efisiensi dan diukur

31 - Volume 5, No. 3, Agustus 2016


Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

dengan rasio output dengan input Alokasi Umum (DAU, dan Dana Alokasi
(Mardiasmo,2009). Input adalah sumber daya Khusus (DAK). Dana Perimbangan selain
yang digunakan untuk pelaksanaan suatu demaksudkan untuk membantu Daerah dalam
kebijakan, program dan aktivitas. Sedangkan, mendanai pembangunan, juga bertujuan untuk
output adalah hasil ang dicapai dari suatu mengurangi ketimpangan sumber pendanaan
program, aktivitas, dan kebijakan. penyebut pemerintahan antara pusat dan daerah. Dana
atau input sekunder seringkali diukur dalam perimbangan secara rata-rata didaerah lain di
bentuk satuan uang. Pembilang atau output Indonesia terhitung sebesar 80 persen dari
dapat diukur baik dalam jumlah uang ataupun penerimaan daerah. Apabila realisasi belanja
fisik (Madiasmo, 2009). Rasio Efisiensi, daerah lebih tinggi daripada pendapatan daerah
Kinerja merupakan gambaran pencapaian maka akan terjadinya defisit. Oleh karena itu
pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai untuk menutup kekurangan belanja daerah
tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian, maka pemerintah pusat menstranfer dana dalam
2006). Alokasi biaya ditransformasikan ke rasio bentuk Dana Perimbangan kepada pemerintah
efisiensi yaitu: Perhituangan rasio efisiensi daerah. Semakin besar transfer Dana
terhadap kinerja keuangan dalam penelitian ini Perimbangan yang diterima dari pemerintah
yaitu: pusat akan memperlihatkan semakin kuat
Efisiensi = ((Realisasi Pengeluaran) /( Realisasi pemerintah daerah tergantung kepada
Penerimaan)) x 100%................
pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan
daerahnya. Sehingga akan membuat kinerja
Belanja Modal
keuangan daerah menurun.
Belanja Modal merupakan belanja
pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi
Pendapatan Asli Daerah
satu anggaran dan akan menambah aset atau
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
kekayaan daerah dan selanjutnya akan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf (a)
menambah belanja yang bersifat rutin seperti
Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
biaya pemeliharaan pada kelompok belanja
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
administrasi umum. Kelompok belanja ini
Pusat dan Daerah, menjelaskan bahwa yang
mencakup jenis belanja baik untuk bagian
dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah
belanja aparatur daerah maupun pelayanan
(PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari
publik (Mardiasmo, 2009).
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri, yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah dengan
Dana Perimbangan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dana Perimbangan merupakan
Dari pengertian tersebut dapat diambil
pendapatan daerah yang bersumber dari APBN
kesimpulan bahwa Pendapatan Asli Daerah
yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH, Dana

Volume 5, No. 3, Agustus 2016 - 32


Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

(PAD) adalah sejumlah nilai uang yang diterima Tabel 1:


Operasionalisasi Variabel
dari masyarakat/ sumber-sumber dalam Variabel Pengukuran Variabel

wilayahnya sendiri selama tahun takwin KKD


(kalender), guna membiayai setiap pengeluaran-
BM Ln Total Realisasi Belanja Modal
pengeluaran baik pengeluaran rutin dan DP Ln Total Realisasi Dana Perimbangan
selebihnya dipergunakan untuk biaya PAD Ln Total Realisasi Pendapatan Asli Daerah

pembangunan sesuai dengan peraturan Penelitian ini menggunakan analisis regresi

perundangan yang berlaku. linier berganda dengan model persamaan


sebagai berikut :
KKD it = α + β1 LnBMit + β2 LnDPit + β3 LnPADit + eit
METODE PENELITIAN
Keterangan:
Jenis Investigasi. Penelitian ini bersifat KKD = Kinerja Keuangan Daerah
BM = Belanja Modal
kausalitas (causal study), yaitu dimana peneliti DP = Dana Perimbangan
PAD = Pendapatan Asli Daerah
ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih β1, β2, β3, = Koefisien regresi
masalah, yang bertujuan untuk menguji α = Konstanta
ε = Tingkat kesalahan penggangu
hipotesis (hypothesis testing) yang telah it = Kabupaten/ Kota i pada tahun t

dikembangkan berdasarkan teori-teori dan


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
hasil-hasil penelitian terdahulu. Data yang
Penelitian ini mengambil populasi pada
digunakan adalah data sekunder yang diperoleh
seluruh kabupaten dan kota di provinsi aceh
dari Dinas Keuangan Aceh, dan Direktorat
sebanyak 23 kabupaten dan kota. Dengan
Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen
periode waktu dari tahun 2011 hingga tahun
Keuangan. Dengan unit analisis penelitian ini
2013. Kriteria yan dijadikan pemilihan populasi
adalah Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh
adalah kabupaten dan kota yan telah memiliki
yang menerbitkan laporan keuangan dan
Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
realisasi anggaran pemerintah daerah atau
Pengujian regresi linear berganda dapat
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
dilakukan setelah model dari penelitian ini
Populasi dalam penelitian ini adalah
memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi
seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Aceh
klasik. Berdasarkan hasil pengujian asumsi
yang berjumlah 23 (dua puluh tiga) Kabupaten
klasik yang telah dilakukan seperti uji
dan Kota, dimana terdiri dari 18 (delapan belas)
normalitas, multikolinearitas,
kabupaten dan 5(lima) kota di Provinsi Aceh.
heteroskedastisitas, dan autokorelasi tidak
Penelitian ini memiliki periode waktu 3 (tiga)
terdapat masalah dalam pengujian tersebut.
tahun dari tahun 2011 sampai dengan tahun
Sehingga hasil analisis regresi linier berganda
2012. Adapun jumlah populasi dalam penelitian
terhadap variabel- variabel penelitian
ini adalah 69 (23 kabapaten/kota x 3 tahun).
menunjukkan hasil sebagai berikut pada Tabel 3.
Tabel 3.

33 - Volume 5, No. 3, Agustus 2016


Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Koefisien pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y daerah sebesar 27,4%. Dengan asumsi variabel
Unstandardized Coefficients
Model t Sig. independen lainnya tetap (konstan).
B Std. Error

(Constant) 83.813 43.504 .369 .136

BM 4.597 1.495 3.076 .003 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan


DP -4.076 2.174 -1.875 .065
Tabel 4
PAD .274 .868 .315 .754
Hasil Uji Determinansi dan Korelasi
Sumber : Data Diolah (2016) Adjusted Std. Error
R
F Sig. R R of the
Berdasarkan Tabel 3 dapat dibentuk Square
Square Estimate
3,424 0,022 0,369 0,136 0.097 3,611
persamaan regresi sebagai berikut:
Sumber : Data sekunder diolah (2016)
Y=83,813+Ln4,597-Ln4,076+Ln0,274
Berdasarkan hasil uji ANOVA atau F-
Dari persamaan dan hasil output diatas
test, diperoleh F hitung sebesar 3,424 dengan
dapat diketahui hasil nilai koefisien regresi
tingkat signifikansi 0,022 berada di bawah
sebagai berikut: (a) Konstanta sebesar 83,808
signifikansi regresi yaitu 0,05. Berdasarkan
artinya jika belanja modal, dana perimbangan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa belanja
dan pendapatan asli daerah dianggap konstan,
modal, dana perimbangan dan pendapatan asli
maka besarnya nilai kinerja keuangan daerah
daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan
adalah 83,808 pada satuan skala likert; (b)
daerah. Pengaruh secara simultan dapat
Koefisien regresi BM (Belanja Modal) sebesar
dilakukan dengan melihat nilai koefisien
4,597 artiya setiap penerimaan 100% 2
determinasi (R ). Hasil pengujian pengaruh
peningkatan BM (Belanja Modal), maka akan
Belanja Modal, Dana Perimbangan dan
diikuti oleh kenaikan kinerja keuangan
Pendapatan Asli Daerah terhadap kinerja
pemerintah daerah sebesar 459,7%. Dengan
keuangan pemerintah daerah Kabupaten dan
asumsi variabel independen lainnya tetap
Kota di Provinsi Aceh secara simulatan
(konstan); (c) Koefisien regresi DP (Dana
diproleh nilai koefisien determinasi (R2) 0,136.
perimbangan) sebesar -4,076 artinya setiap
Nilai R Square (R2) 0,136. Nilai ini
penerimaan 100% peningkatan DP (Dana
menunjukkan bahwa BM, DP dan PAD secara
perimbangan), maka akan diikuti oleh
bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja
penurunan kinerja keuangan pemerintah daerah
keuangan daerah sebesar 13,6%, sisanya 86,4%
sebesar -407,6%. Dengan asumsi variabel
dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor
independen lainnya tetap (konstan); (c)
lain yang tidak dimaksukkan dalam penelitian
Koefisien regresi PAD (Pendapatan Asli
ini. Koefisien korelasi (R) = 0,369 yang
Daerah) sebesar 0,274 artinya setiap
menunjukkan bahwa derajat hubungan antara
penerimaan 100% peningkatan PAD
variabel dependen dan variabel independen
(Pendapatan Asli Daerah), maka akan diikuti
sebesar 36,9%, artinya Belanja Modal (X1),
oleh kenaikan kinerja keuangan pemerintah
Dana Perimbangan (X2) dan Pendapatan Asli
Daerah (X3) mempunyai hubungan dengan

Volume 5, No. 3, Agustus 2016 - 34


Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

kinerja keuangan daerah pada 23 Kabupaten dirasakan oleh masyarakat. Dengan tersedianya
dan Kota di Provinsi Aceh. infrastruktur yang baik dapat menciptakan
efisiensi diberbagai sektor dan produktivitas
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial masyarakat menjadi semakin tinggi dan pada
Pengaruh Belanja Modal terhadap Kinerja gilirannya dapat terjadi peningkatan
Keuangan Daerah pertumbuhan kesejahteraan.
Hasil penelitian variabel Belanja Modal Pengaruh Dana Perimbangan terhadap
(BM) diperoleh nilai koefisien β1 = 4,597 pada Kinerja Keuangan Daerah
tingkat signifikan 0,003 (<0,05). Dengan Hasil penelitian variabel Dana
demikian Ha1 : β1 ≠ 0 yaitu 4,597 > 0 sehingga Perimbangan (DP) diperoleh nilai koefisien β2
Ha1 diterima dan menolak H0. Berdasarkan hasil = -4,076 pada tingkat signifikan 0,065 (<0,10).
perhitungan menunjukkan bahwa secara parsial Dengan demikian Ha2 : β2 ≠ 0 yaitu -4,076 > 0
variabel Belanja Modal (BM) berpengaruh sehingga Ha2 diterima dan menolak H0.
positif terhadap kinerja keuangan daerah Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan
Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh. bahwa secara parsial variabel Dana
Koefisien regresi BM (Belanja Modal) sebesar Perimbangan (BM) berpengaruh negatif
4,597 artinya setiap penerimaan 100% terhadap kinerja keuangan daerah Kabupaten
peningkatan BM (Belanja Modal), maka akan dan Kota di Provinsi Aceh. Koefisien regresi
diikuti oleh kenaikan kinerja keuangan DP (Dana perimbangan) sebesar -4,076 artinya
pemerintah daerah sebesar 459,7%. Dengan setiap penerimaan 100% peningkatan DP (Dana
asumsi variabel independen lainnya tetap perimbangan), maka akan diikuti oleh
(konstan). penurunan kinerja keuangan pemerintah daerah
Berdasarkan hasil perhitungan sebesar -407,6%. Dengan asumsi variabel
menunjukkan bahwa secara parsial variabel BM independen lainnya tetap (konstan). Diperoleh
(Belanja Modal) berpengaruh positif terhadap nilai β2 = -4,076, dengan demikian Ha2 : β2 ≠ 0
kinerja keuangan daerah Kabupaten dan Kota di yaitu -4,076 > 0 sehingga Hɑ2 diterima dan
Provinsi Aceh. Hasil ini menunjukkan bahwa menolak H0. Berdasarkan hasil perhitungan
kenyataan Pemerintah Daerah dengan semakin menunjukkan bahwa secara parsial variabel
meningkatnya alokasi belanja modal, maka Dana Perimbangan (DP) berpengaruh negatif
semakin tinggi kinerja keuangan daerah terhadap kinerja keuangan daerah Kabupaten
Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh. Belanja dan Kota di Provinsi Aceh. Artinya setiap 1 %
modal merupakan pengeluaran pemerintah perubahan variabel Dana Perimbangan, maka
daerah dalam rangka memberikan palayanan secara relatif akan mempengaruhi penurunan
kepada masyarakat yang manfaatnya baik kinerja keuangan pemerintah daerah 4,08%.
secara langsung maupun tidak langsung dapat

35 - Volume 5, No. 3, Agustus 2016


Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Dana perimbangan yang meliputi Dana bahwa secara parsial variabel PAD (Pendapatan
Bagi Hasil, Dana Bagi Hasil dari Hidrokarbon Asli Daerah) tidak berpengaruh terhadap
dan Sumber daya lain DAU, DAK dan Dana kinerja keuangan daerah Kabupaten dan Kota di
Otonomi Khusus merupakan dana transfer dari Provinsi Aceh. Artinya setiap perubahan
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah variabel Pendapatan Asli Daerah, maka secara
dengan tujuan untuk membiayai kelebihan statistik tidak mempengaruhi kinerja keuangan
belanja daerah. Apabila realisasi belanja daerah pemerintah daerah.
lebih tinggi dari pendapatan daerah, maka akan Telah diketahui bahwa PAD merupakan
terjadi defisit. Oleh karena itu, untuk menutup salah satu sumber pendanaan yang digunakan
kekurangan belanja daerah, maka Pemerintah pemerintah daerah dalam membiayai
Pusat mentransfer dana dalam bentuk Dana pembangunan daerah yang berimplikasi pada
Perimbangan kepada Pemerintah Daerah. pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Semakin besar transfer Dana Perimbangan yang Sehingga sudah seharusnya pemerintah daerah
diterima dari Pemerintah Pusat akan harus meningkatkan PAD daerahnya masing-
memperlihatkan semakin kuat Pemerintah masing guna peningkatan pelayanan yang lebih
Daerah bergantung kepada Pemerintah Pusat baik kepada masyarakat. Hasil penelitian
untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. menunjukkan bahwa PAD berpengaruh
Sehingga akan membuat kinerja keuangan terhadap kinerja keuangan daerah sebesar
Pemerintah Daerah menurun. 27,4%. Kinerja keuangan daerah dalam
penelitian ini diukur dengan kemampuan PAD
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap membiayai belanja langsung non-pegawai.
Kinerja Keuangan Daerah Hasil tersebut menunjukkan bahwa baik atau
Hasil penelitian variabel Pendapatan buruknya kinerja keuangan suatu daerah dapat
Asli Daerah (PAD) diperoleh nilai koefisien β3 ditentukan dari pendapatan yang diterima
= 0,274 pada tingkat signifikan 0,754 (<0,05). daerah tersebut. Sebagai contoh, PAD yang
Dengan demikian Ha3 : β3 ≠ 0 yaitu 0,274 > 0 diterima Kota Subulussalam pada tahun 2012
sehingga Ha3 ditolak dan menerima H0. dengan nilai minimum yakni sebesar
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan Rp.6.009.446.461,00, yang merupakan PAD
bahwa secara parsial variabel Pendapatan Asli paling rendah dari 23 kabupaten/kota lainnya
Daerah (PAD) tidak berpengaruh terhadap selama periode 2011-2013. Sedangkan PAD
kinerja keuangan daerah Kabupaten dan Kota di yang paling tinggi diterima oleh kota Banda
Provinsi Aceh. Diperoleh nilai β3 = 0,274 Aceh pada tahun 2013 yakni dengan nilai
dengan demikian Ha3 : β3 ≠ 0 yaitu 0,274 > 0 maksimum sebesar Rp.129.170.160.562,00,
sehingga Hɑ3 ditolak dan menerima H0. yang merupakan PAD paling tinggi dari 23
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan kabupaten/kota lainnya selama periode 2011-

Volume 5, No. 3, Agustus 2016 - 36


Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

2013. Hasil ini membuktikan bahwa semakin Keuangan Daerah, Rasio Derajat
tinggi penerimaan PAD suatu daerah maka Desentralisasi Fiskal, Rasio Indeks
dapat meningkatkan kinerja keuangan daerah Kemampuan Rutin dan Rasio Keserasian.
tersebut. Untuk pemerintah daerah kabupaten dan kota
agar dapat meningkatkan pendapatan asli daerah

KESIMPULAN DAN SARAN (PAD) dengan tujuan agar dapat membiayai

Kesimpulan belanja daerahnya sendiri sehingga mengurangi

Dari hasil pengujian yang telah transfer Dana Perimbangan dari pemerintah pusat
sebagai wujud kemandirian daerah dalam
dilakukan terhadap permasalahan yang
membiayai belanjanya. Dalam hal peningkatan
dirumuskan dalam hipotesis, maka dapat ditarik
pendapatan asli daerah Pemda harus lebih giat
kesimpulan yaitu, hasil pengujian menunjukkan
menggali lebih banyak sumber-sumber pendapatan
bahwa variabel Belanja Modal, Dana
yang potensial bagi daerah baik secara intensifikasi
Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah maupuan ekstensifikasi. Kemampuan untuk
secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja memenuhi belanja daerah membuktikan bahwa
Keuangan Pemerintah Daerah pada Kabupaten pemerintah daerah telah melakukan efisiensi
dan Kota di Provinsi Aceh. terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah

Belanja Modal secara parsial kabupaten dan kota itu sendiri.

berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan


Pemerintah Daerah, dan Dana Perimbangan
DAFTAR PUSTAKA
secara parsial berpengaruh negatif terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada. Abdullah S, Halim A. 2006. Studi Atas Belanja
Namun hasil pengujian variabel Pendapatan Modal Pada Angggaran Pemerintah
Daerah Dalam Hubungan Dengan
Asli Daerah secara parsial tidak berpengaruh Belanja Pemeliharaan Dan Sumber
terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pendapatan. Badan Pendidikan dan
Pelatihan Republik Indonesia (2008).
pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh.
Bastian, Indra. 2001. Manual Akuntansi
Saran Keuangan Pemerintah Daerah, BPFE,
Untuk menguatkan dan mendukung Yogyakarta
hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik
(Suatu Pengantar), Jakarta, Erlangga
pengujian kembali untuk melihat konsistensi
Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-dasar
penelitian ini denan penelitian berikutnya Ekonometrika. Edisi 3, Penerbit
dengan menambah: Erlangga, Jakarta
1. Variabel lainnya seperti pendapatan daerah Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS,
dan belanja daerah lainnya serta Indikator Edisi III, Badan Penerbit UNDIP,
rasio kinerja keuangan pemerintah daerah, Semarang.
dengan menggunakan Rasio Kemandirian Halim, Abdullah. dan Abdullah, Syukri.
2006. Hubungan dan Masalah

37 - Volume 5, No. 3, Agustus 2016


Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Keagenan di Pemerintahan Daerah Bisnis, Buku I & II, Jakarta: Salemba


(Sebuah Peluang Penelitian Empat
Anggaran dan Akuntansi). Jurnal
Soekarwo, 2003. Berbagai Permaasalahan
Akuntansi Pemerintah. Vol.2 No.1: 53-
Keuangan Daerah. Airlangga
64.
University Press. Surabaya
Halim, Abdullah. 2007. Akuntansi Sektor
Thesaurianto, Kuncoro. 2007. Analisis
Publik-Akuntansi Keuangan Daerah.
Pengelolaan Keuangan Daerah
Edisi Ketiga, Jakarta, Salemba Empat.
Terhadap Kemandirian Daerah: Tesis
Halim, Abdullah. 2001. Bunga Rampai Program Pascasarjana, Universitas
Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Diponogoro. Semarang
Pertama, UPP AMP YKPN
www.djpkpd.go.id dan www.sikd@djapk.go.id
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor
www.belanjapublikaceh.org
Publik. Unit Penerbit STIM.YPKN:
www.academi.edu.com
Yogyakarta.
Mahsun, Mohamad. 2009. Formalitas Laporan
Kinerja Pejabat Publik.
http://.jsa.akuntan.com.aceessed
02/12/2009.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah: Penerbit
ANDI.Yogyakarta.
Public Expenditure Analysis and Capacity
Strengthening Program (PECAPP).
2013. Analisa Belanja Publik Aceh
2012. Melalui
htpp://analisadaily.com/news/2013/272
41/sdm-penyebab-penyimpangan-
anggaran-aceh [02/02/13]
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2006, tentang
pedoman pengelolaan keuangan
daerah
Pemerintah Indonesia. 1999. Undang-undang
RI No. 22 Tahun 1999 tentang
Perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 58 tahun 2005, tentang
pengelolaan keuangan daerah.
Undang –Undang Nomor 33 Tahun 2004,
Tentang Perimbangan Keuangan
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 34
Tahun 2000 tentang Perubahan
Undang-Undang tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
Sekaran, Uma. 2006. Research methods for
business. Metodologi Penelitian Untuk
Volume 5, No. 3, Agustus 2016 - 38

Anda mungkin juga menyukai