Anda di halaman 1dari 13

“LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS”

Oleh :
A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Aktivitas
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan
aktivitas, seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak
terlepas dari keadekuatan sistem saraf dan muskuloskeletal. Aktivitas adalah suatu
energi atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukannya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Fisiologi pergerakan :
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal
dan sistem persarafan.
Sistem skeletal berfungsi:
 Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
 Melindungi bagian tubuh tertentu seperti paru, hati, ginjal, otak, paru-paru
 Tempat melekatnya otot dan tendon
 Tempat produksi sel darah
Ada 206 tulang dalam struktur tubuh manusia yang kemudian dikelompokkan
menjadi tulang panjang seperti ekstremitas atas dan ekstrimitas bawah, tulang pendek
seperti jari-jari tangan dan kaki, tulang keras seperti tengkorak, tulang ekstremitas,
tulang tak beraturan seperti tulang-tulang spinal cord.
Antara tulang satu dengan lainnya dihubungkan dengan sendi yang
memungkinkan terjadinya pergerakan.
Tulang dan sendi membentuk rangka, sedangkan sistem otot berfungsi sebagai:
 Pergerakan
 Membentuk postur
 Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi
Sistem persarafan berfungsi:
 Saraf afferen menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskan ke susunan
saraf pusat
 Sel saraf atau neuron membawa impuls dari bagian tubuh satu ke lainnya
 Saraf pusat memproses impuls dan kemudian memberikan respons melalui
saraf efferen
Ada tiga faktor penting proses terjadinya pergerakan/kontraksi yaitu adanya stimuli
dari otot motorik, transmisi neuromuskular dan eksitasi-kontraksi coupling.
1. Stimulasi saraf motorik
Kontraksi otot dimulai karena adanya stimuli dari saraf motorik yang
dikontrol oleh korteks serebri, cerebellum, batang otak dan basal ganglia.
Upper motor neuron merupakan saraf yang berjalan dari otak ke sinaps pada
bagian anterior horn medula spinal, sedangkan lower motor neuron
merupakan saraf-saraf yang keluar dari medula spinalis menuju ke otot
rangka. Signal listrik dan potensial aksi terjadi sepanjang mealin menuju
sepanjang akson saraf motorik yang berjalan secara saltatory conduction.
Impuls listrik berjalan dari saraf motorik ke sel otot melalui sinaps dengan
bantuan neutransmiter asetilkolin.
2. Transmisi neuromuskular
Asetilkolin dihasilkan dari vesikel pada akson terminal. Adanya depolarisasi
dan potensial aksi pada akson terminal merangsang ion kalsium dari cairan
ekstraseluler kemudian terjadi perpindahan ke membran akson terminal.
Bersamaan dengan itu, molekul asetilkolin masuk ke celah sinaps yang
selanjutnya akan ditangkap oleh reseptor maka terjadilah potensial aksi pada
sel otot dan terjadi kontraksi. Setelah terpakai, selanjutnya asetilkolin
dipecah (dihidrolisis) oleh enzim asetilkolinetrase menjadi kolin yang
kemudian ditranspor kembali ke akson untuk bahan pembentukan asetilkolin.
3. Eksitasi – kontraksi coupling
Merupakan mekanisme molekuler peristiwa kontraksi. Adanya impuls di
neuron motorik menimbulkan ujung akson melepaskan asetilkolin dan
menimbulkan potensial aksi di serat otot. Potensial aksi menyebar ke seluruh
serat otot sampai ke sistem T. Keadaan ini memengaruhi retikulum
sarkoplasama melepasakan ion kalsium Yang kemudian diikat oleh troponin
C, sehingga ikatan troponin I dengan aktif terlepas. Lepasnya ikatan troponin
I dengan aktin menimbulkan tropomiosin bergeser dan terbukalah celah atau
bidding side aktin sehingga terjadi ikatan anatara aktin dengan mosin serta
kontraksi otot terjadi.

Tipe Kontraksi
1. Kontraksi isometri terjadi saat otot membentuk daya atau tegangan tanpa harus
memendek untuk memindahkan suatu beban, misalnya gerakan mendorong meja
dengan tangan lurus, tegangan yang terbentuk dalam otot untuk mepertahankan
kepala dan tubuh untuk tetap tegak.
2. Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek untuk
mengangkat atau memindahkan suatu beban.

Masalah yang terjadi berhubungan dengan otot:


1. Atropi otot merupakan keadaan dimana otot menjadi mengecil karena tidak terpakai
dan pada akhirnya serabut otot akan diinfiltrasi dan diganti dengan jaringan fibrosa
dan lemak.
2. Hipertropi otot merupakan pembesaran otot, terjadi akibat aktivitas otot yang kuat dan
berulang, jumlah serabut tidak bertambah tetapi ada peningkatan diameter dan
panjang serabut terkait dengan unsur-unsur filamen.
3. Nekrosis (jaringan mati) terjadi akibat trauma atau iskemia dimana proses regenerasi
otot sangat minim.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan :


1. Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskuler dan tubuh secara
proporsional, postur, pergerakan dan refleks akan berfungsi secara optimal.
2. Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh, dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
3. Keadaan nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat
menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas
4. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang. Keresahan
dan kesusahan dapat menghilangkan semangat yang kemudian sering
dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas.
5. Kelemahan neuromuskuler dan skletal
Adanya abnormal postur seperti skoliosis, lordosis dan kifosis dapat berpengaruh
terhadap pergerakan.
6. Pekerjaan
Seseorang yang berkerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila dibandingkan
dengan petani atau buruh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau imobilisasi:
1. Gangguan muskuloskeletal
a. Osteoporosis
b. Atrofi
c. Kontaktur
d. Kekakuan dan sakit sendi
2. Gangguan kardiovaskuler
a. Postural hipotensi
b. Vasodilatasi vena
c. Peningkatan penggunaan valsava manuver
3. Gangguan sistem respirasi
a. Penurunan gerak pernapasan
b. Bertambahnya sekresi paru
c. Atelektasis
d. Hipostatis pneumonia
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Mobilisasi
Rentan gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh (sagital, frontal dan tranversal).
Potongan sagital adalah garis melewati tubuh dari bagian depan ke belakang,
membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh
dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan
transversal adalah garis horisontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan
bawah.
 Gaya berjalan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara
utama atau gaya ketika berjalan (Fish & Nieslen, 1993). Siklus gaya berjalan
dimulai mengangkat satu tungkai kemudian berlanjut dengan tumit mengangkat
satu tungkai dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama. Interval
ini sama dengan 100% siklus gaya berjalan dan berlangsung 1 detik untuk
kenyamanan berjalan (Lehmann et al, 1992).
Latihan dan toleransi aktifitas. Latihan adalah aktifitas fisik untuk membuat
kondisi tubuh, meningkatkan kesehatan, dan mempertahankan kesehatan jasmani.
Toleransi aktifitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dilakukan
seseorang. Pengkajian toleransi aktifitas diperlukan jika ada perencanaan aktifitas
seperti jalan, rentan gerak dan aktifitas sehari-hari dengan penyakit akut atau
kronik.tirah
Kesejahteraan hidup. Pengkajian kesejahteraan tubuh dapat dilakukan pada
klien yang berdiri, duduk, atau berbaring. Tujuan pengkajiannya:
 Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat
pertumbuhan dan perkembangan.
 Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan postur
yang buruk
 Memberi kesempatan klien untuk bertanya untuk mengobservasi
posturnya.
 Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan
kesejajaran tubuh yang benar.
 Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf
 Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kesejajaran yang buruk, seperti malnitrisi, dan masalah psikologis.
B. Imobilisasi
Pengkajian yang berhubungan dengan imobilisasi yaitu:
 Faktor fisiologis
 Sistem metabolik
 Sistem kardiovaskuler
 Sistem Muskuloskletal
 Sistem integumen
 Sistem eliminasi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Kelemahan umum
b. Bedrest yang lama/imobilisasi
c. Motivasi yang kurang
d. Pembatasan pergerakan
e. Nyeri
2. Defisit perawatan diri
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan neuromuskuler
b. Menurunnya kekuatan otot
c. Menurunnya kontrol otot dan koordinasi
d. Kerusakan persepsi kognitif
e. Depresi
f. Gangguan fisik
3. Gangguan pola tidur (sulit tertidur, sering terbangun)
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Kerusakan neurologi
b. Kebisingan lingkungan
c. Tempat yang asing
d. Prosedur invasif
e. Nyeri
f. Kecemasan
g. Ketidaknormalan status fisiologi
h. Pengobatan
a. Tidak familiar dengan sumber informasi

3. INTERVENSI
No.
Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah diberikan 1. Pantau keterbatasan 1. Untuk merencanakan
askep selama ... aktivitas, kelemahan intervensi dengan tepat
x ... jam, saat aktivitas
diharapkan 2. Bantu pasien dalam 2. Pasien dapat memilih
mobilitas pasien melakukan aktivitas dan merencanakannya
berkurang kriteria sendiri sendiri
hasil: 3. Catat TTV sebelum dan 3. Mengkaji sejauh mana
 Klien tidak sesudah aktivitas perbedaan peningkatan
lemas selama aktivitas
 Klien bisa 4. Kolaborasi dengan 4. Meningkatkan kerja
beraktivitas dokter dan fisioterapi sama tim dan perawatan
dengan dalam latihan aktivitas holistik
mandiri 5. Lakukan istirahat yang 5. Membantu
 Klien mampu adekuat setelah latihan mengendalikan energi
melakukan dan aktivitas
perawatan diri 6. Berikan diet yang 6. Metabolisme
secara mandiri adekuat dengan membutuhkan energi
kolaborasi ahli diet
7. Berikan health 7. Meningkatkan
education tentang: pengetahuan dalam
a. Perubahan gaya perawatan diri.
hidup untuk
menyimpan energi
b. Penggunaan alat
bantu pergerakan
2 Setelah diberikan 1. Lakukan kajian 1. Memberikan informasi
askep selama ... kemampuan pasien dalam dasar dalam menentukan
x ... jam, perawatan diri terutama rencana keperawatan
diharapkan pasien ADL
dapat melakukan 2. Jadwalkan jam kegiatan 2. Perencanaan yang
perawatan diri tententu untuk ADL matang dalam
secara mendiri melakukan aktivitas
dengan kriteria 3. Jaga privasi dan keamanan sehari-hari
hasil: pasien selama memberikan 3. Memberikan keamanan
 Klien mampu perawatan
mandi sendiri 4. Berikan penjelasan 4. Meningkatkan self
 Klien mampu sebelum melakukan esteem dan motivasi
melakukan tindakan
oral hygiene 5. Selama melakukan 5. Meningkatkan self
secara mandiri aktivitas berikan dukungan esteem
dan pujian kepada pasien
6. Lakukan latihan aktif dan 6. Meningkatkan sirkulasi
pasif darah
7. Pantau TTV, tekanan darah 7. Mengecek perubahan
sebelum dan sesudah ADL keadaan pasien
8. Berikan obat nyeri jika 8. Pasien lebih kooperatif
dalam aktivitas terasa nyeri dalam beraktivitas
engan kolaborasi dokter
9. Berikan diet tinggi protein 9. Meningkatkan dan
membantu membantu
jaringan tubuh
10. Monitor pergerakan usus 10. Mengetahui fungsi usus
dan bladder dan bladder
11. Berikan Health Education 11. Meningkatkan
tentang : pengetahuan dan
a. Perawatan diri motivasi dalam
seperti mandi perawatan diri
b. Perawatan kuku,
rambut dan lain-lain
c. Latihan pasif dan
aktif
d. Keamanan aktivitas
di rumah
e. Komplikasi yang
mungkin timbul
3 Setelah diberikan 1. Lakukan kajian 1. Memberikan informasi
askep selama ... masalah gangguan tidur dasar dalam menentukan
x ... jam, pasien, karakteristik, rencana keperawatan
diharapkan pola dan penyebab kurang
istirahat dan tidur tidur
pasien tidak 2. Lakukan persiapan 2. Mengatur pola tidur
terganggu dengan untuk tidur malam
kriteria hasil: seperti pada jam 9
 Klien tidak malam sesuai dengan
terbangun di pola tidur pasien
malam hari 3. Lakukan mandi air 3. Meningkatkan tidur
 Klien tidur hangat sebelum tidur
nyenyak 4. Anjurkan makanan 4. Meningkatkan tidur
 Klien bisa cukup 1 jam sebelum
beristirahat tidur
dengan tenang 5. Berikan susu hangat 5. Meningkatkan tidur
sebelum tidur
6. Keadaan tempat tidur 6. Meningkatkan tidur
yang nyaman, bersih,
dan bantal yang
nyaman
7. Bunyi telepon, alarm 7. Mengurangi gangguan
dikecilkan tidur
8. Berikan pengobatan 8. Mengurangi gangguan
seperti analgetik dan tidur
sedatif setengah jam
sebelum tidur
9. Lakukan massage pada 9. Mengurangi gangguan
daerah belakang, tutup tidur
jendela atau pintu bila
perlu
10. Tingkatkan aktivitas 10. Mengurangi tidur
sehari-hari dan kurangi
aktivitas sebelum tidur
11. Pengetahuan kesehatan: 11. Meningkatkan pola tidur
jadwal tidur
mengurangi strees,
cemas dan latihan
relaksasi

4. EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi selama batas waktu yang disesuaikan dengan kondisi
pasien, maka hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah :
1. Kebutuhan aktivitas pasien toleran dengan kriteria hasil:
 Klien tidak lemas
 Klien bisa beraktivitas dengan mandiri
 Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
2. Defisit perawatan diri pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil:
 Klien mampu mandi sendiri
 Klien mampu melakukan oral hygiene secara mandiri
3. Pola istirahat dan tidur pasien tidak terganggu dengan kriteria hasil:
 Klien tidak terbangun di malam hari
 Klien tidur nyenyak
 Klien bisa beristirahat dengan tenang
 Coba nae cari di buku baru mintak tolong ma orang lain jek asal nyontek aja. :P

Phatway:
Trauma langsung trauma tidak langsung kondisi patologis
FRAKTUR

Diskontinuitas tulang pergeseran frakmen tulang nyeri

Perub jaringan sekitar kerusakan frakmen tulang

Pergeseran frag Tlg laserasi kulit: spasme otot tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler

Kerusakan putus vena/arteri peningk tek kapiler reaksi stres klien


deformitas integritas
kulit perdarahan pelepasan histamin melepaskan katekolamin
gg. fungsi
protein plasma hilang memobilisai asam lemak
kehilangan volume cairan
Gg mobilitas
edema bergab dg trombosit
fisik Shock
hipivolemik emboli
penekn pem. drh
menyumbat pemb drh
penurunan perfusi jar

gg.perfusi jar

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah.Jakarta:EGC
Carpenito. 2004. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika : Jakarta
Potter & Perry. Fundamental Keperawatan Ed. 4. Jakarta, EGC, 1999
Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai