ID Hubungan Konsumsi Karbohidrat Konsumsi T PDF
ID Hubungan Konsumsi Karbohidrat Konsumsi T PDF
3, Juli 2014
Association Between Carbohydrate intake, Total Energy Intake, Fiber Intake, Glycemic
Load And Exercise With Blood Glucose Levels In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus
Abstrak
Latar Belakang : Prevalensi Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 meningkat secara epidemologis
di seluruh dunia. Pola makan dan pola hidup santai merupakan faktor resiko Diabetes Mellitus
Tipe 2.
Tujuan: Menjelaskan hubungan konsumsi karbohidrat, konsumsi total energi, konsumsi
serat, beban glikemik, frekuensi latihan jasmani dan durasi latihan jasmani dengan kadar
glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam postprandial.
Metode: penelitian belah lintang dengan 46 pasien DM sebagai subyek penelitian. Subyek
penelitian ini terdiri atas 17 orang laki – laki dan 29 orang perempuan. Penelitian ini
dilaksanakan di rumah sakit DR. Kariadi Semarang selama bulan Febuari – Maret 2008. Data
konsumsi makanan diperoleh dengan formulir frekuensi makan semi kuantitatif dan recall.
Data latihan jasmani diperoleh dengan kuesioner. Data kadar glukosa darah diperoleh dari
rekam medik. Analisis data menggunakan korelasi Pearson Product Moment dan Regresi
Linear Berganda.
Hasil: Sebagian besar (76,1%) subyek mempunyai kadar glukosa darah puasa termasuk
kategori tinggi. Sebagian besar (78,3%) subyek mempunyai kadar glukosa darah 2 jam
postprandial termasuk kategori tinggi. Terdapat hubungan bermakna dengan kadar glukosa
darah puasa pada konsumsi karbohidrat (r: 0,638, p: 0,000), konsumsi total energi (r: 0,539,
p:0,000), konsumsi serat (r: -0,670, p:0,000), beban glikemik (r: 0,345, p:0,019) , frekuensi
latihan jasmani (r: -0,561, p:0,000) dan durasi latihan jasmani (r: -0,393, p:0,007). Terdapat
hubungan bermakna dengan kadar glukosa darah 2 jam postprandial pada konsumsi total
energi (r: 0,673, p:0,000), konsumsi serat (r: -0,638, p:0,000), beban glikemik (r: 0,775,
p:0,000) , frekuensi latihan jasmani (r: -0,482, p:0,001) dan durasi latihan jasmani (r: -0,393,
p:0,007).
Kesimpulan: Konsumsi karbohidrat berhubungan positif dengan kadar glukosa darah puasa.
Konsumsi total energi dan beban glikemik berhubungan positif dengan kadar glukosa darah
puasa dan kadar glukosa darah 2 jam postprandial. Konsumsi karbohidrat, konsumsi total
energi, konsumsi serat, beban glikemik, frekuensi latihan jasmani dan durasi latihan jasmani
secara bersama – sama mempengaruhi 69,7% kadar glukosa darah puasa. Konsumsi total
energi, konsumsi serat, beban glikemik, frekuensi latihan jasmani dan durasi latihan jasmani
secara bersama – sama mempengaruhi 71,3% kadar glukosa darah 2 jam postprandial.
Kata Kunci: Konsumsi karbohidrat, total energi, serat, beban glikemik, latihan jasmani,
kadar glukosa darah, Diabetes Mellitus Tipe 2.
1
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
Abstracts
2
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
9
Beban glikemik memberikan menurunkan kadar glukosa darah.
gambaran tentang respon kadar glukosa Konsumsi serat sebanyak 25 gram per hari
darah terhadap makanan, terutama jumlah dianjurkan bagi pasien Diabetes Mellitus di
dan jenis karbohidrat tertentu di dalam Indonesia. 5
makanan.2 Jumlah konsumsi karbohidrat Latihan jasmani berperan pada
dari makanan utama dan selingan pengaturan kadar glukosa darah bagi
mempengaruhi paningkatan kadar glukosa pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Latihan
3
darah. Studi crossectional pada penduduk jasmani meningkatkan sensitivitas insulin
hawai keturunan Jepang menunjukan sehingga membantu penurunan kadar
adanya hubungan positif antara konsumsi glukosa darah. Latihan jasmani secara
karbohidrat monosakarida yang tinggi teratur 3 sampai 5 kali per minggu dengan
dengan peningkatan kadar glukosa darah. 4 durasi lebih dari 30 menit dianjurkan pada
Anjuran konsumsi karbohidrat sebesar 45 – Diabetes Mellitus Tipe 2. Hasil penelitian
65 % dari total energi pada pasien Diabetes Suminarti dkk, pelaksanaan senam dapat
Mellitus Tipe 2. 5 menurunkan berat badan dan kadar glukosa
Konsumsi makanan padat energi darah puasa dan 2 jam postprandial. Rata –
(tinggi lemak dan gula) dan rendah serat rata penurunan kadar glukosa darah puasa
berhubungan dengan kadar glukosa darah. 1,06 ± 47,74 dan sebesar 41,94 ± 75,17
Studi crosectional pada pasien Diabetes pada kadar glukosa darah 2 jam
10
Mellitus Tipe 2 dilaporkan bahwa postprandial.
konsumsi energi berhubungan dengan Berdasarkan data di Rumah Sakit
kadar glukosa darah.6 Makanan tinggi Pusat Dr Kariadi Semarang jumlah pasien
energi berhubungan dengan obesitas, Diabetes Mellitus rawat jalan di Poli Gizi
resistensi insulin sehingga dapat memacu pada bulan Januari – Desember 2007
7
peningkatan kadar glukosa darah. sebanyak 333 orang. Pasien Diabetes
Konsumsi serat memberikan efek Mellitus merupakan penyakit dengan
yang positif terhadap kadar glukosa darah kunjungan terbanyak di Poli Gizi Rumah
pada Diabetes Mellitus Tipe 2. Serat Sakit Dr Kariadi semarang. 11
makanan memperlambat proses Berdasarkan uraian tersebut
pengosongan lambung dan penyerapan maksud dari penelitian ini adalah
8
glukosa oleh usus halus. Studi pada mengetahui sejauh mana hubungan antara
penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di konsumsi karbohidrat, konsumsi total
Texas melaporkan diet tinggi serat akan energi, serat, beban glikemik, ferkuensi
3
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
dan durasi latihan jasmani dengan kadar kadar glukosa darah puasa dan kadar
glukosa darah puasa dan kadar glukosa 2 glukosa darah 2 jam postprandial.
jam postprandial. Pengumpulan data konsumsi makan
menggunakan formulir frekuensi makan
METODA dan recall. Data frekuensi latihan jasmani
dan durasi latihan jasmani dikumpulkan
Jenis penelitian ini adalah
dengan kuesioner. Data kadar glukosa
observasional dengan pendekatan belah
darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam
lintang. Penelitian ini dilaksanakan di Poli
postprandial berasal dari buku rekam
Penyakit Dalam dan Poli Gizi Instalasi
medik.
Rawat Jalan Rumah Sakit Dr Kariadi
Konsumsi karbohidrat puasa
Semarang pada bulan Febuari – Maret
merupakan perbandingan antara jumlah
2008. Subyek penelitian ini sebanyak 46
total energi dalam kalori yang berasal dari
orang. Pengambilan subyek dengan metode
12 karbohidrat dengan total kebutuhan energi
kuota sampling. Hal ini disebabkan
kemudian dikali seratus persen. Konsumsi
metode tersebut merupakan cara
karbohidrat termasuk kategori kurang
pengambilan subyek non probabilitas yang
apabila ≤ 45%, cukup antara 45 sampai
paling mendekati kondisi sebenarnya.
Subyek penelitian merupakan pasien 65%, tinggi apabila ≥ 65%. 5
berpuasa pada saat pemeriksaan kadar jumlah energi dalam Kkal yang
glukosa darah dan berkunjung setiap hari dikonsumsi oleh subyek pada keadaan
Kamis hingga terpenuhi jumlah subyek puasa dan 2 jam postprandial. Konsumsi
Konsumsi karbohidrat, total energi, kurang apabila lebih rendah dari kebutuhan
serat, beban glikemik, frekuensi latihan energi, cukup apabila sesuai dengan
jasmani dan durasi latihan jasmani kebutuhan energi dan lebih apabila lebih
merupakan variabel bebas pada keadaan tinggi dari kebutuhan energi. Konsumsi
puasa. Variabel bebas 2 jam postprandial total energi 2 jam postprandial termasuk
adalah konsumsi total energi, serat, beban kategori kurang apabila ≤ 20% dari
glikemik, frekuensi latihan jasmani dan kebutuhan total energi, cukup antara 20 –
durasi latihan jasmani. Variabel terikat 25% dari kebutuhan total energi dan lebih
pada keadaan puasa dan kadar glukosa apabila ≥ 20% dari kebutuhan total energi.
13
darah 2 jam postprandial (2 JPP) adalah
4
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
Konsumsi serat merupakan jumlah cukup apabila ≥ 3 kali dalam satu minggu.
17
gram serat yang dikonsumsi oleh subyek
pada keadaan puasa dan 2 jam Durasi latihan jasmani merupakan
postprandial. Konsumsi serat puasa jumlah menit latihan jasmani, selain
termasuk kategori kurang apabila < 25 termasuk aktivitas fisik yang dilakukan
gram, cukup antara 25 sampai 30 gram, oleh subyek dalam satu kali latihan
baik apabila ≥ 30 gram. 13
Konsumsi serat jasmani. Durasi latihan jasmani termasuk
termasuk kategori kurang apabila < 5 kategori sangat kurang apabila < 10 menit,
gram, cukup apabila ≥ 5 gram. 5 kurang antara 10 sampai 19 menit, cukup
Beban glikemik merupakan jumlah antara 20 sampai 29 menit dan baik apabila
nilai beban glikemik pada keadaan puasa ≥ 30 menit. 17
dan 2 jam postprandial. Beban glikemik Kadar glukosa darah puasa dan
makanan diperoleh dari jumlah beban kadar glukosa darah 2 jam postprandial
glikemik dari konsumsi karbohidrat dalam merupakan hasil pemeriksaan glukosa
satu hari. Hal ini dapat dihitung dengan darah pada keadaan puasa dan kadar
cara hasil perkalian antara persentase indek glukosa darah 2 jam postprandial dengan
glikemik, jumlah gram karbohidrat di metode enzimatis yang tercatat pada buku
dalam makanan dan frekuensi makan rekam medik. Kadar glukosa darah puasa
dalam satu hari.4 Persentase indek glikemik termasuk kategori baik apabila antara 80 –
14,15,16
diperoleh dari penelusuran pustaka. 109 mg/dl, sedang antara 110 sampai 125
Beban glikemik puasa termasuk kategori mg/dl dan tinggi apabila ≥ 126 mg/dl.
rendah apabila ≤ 80, sedang antara 80 Kadar glukosa darah 2 jam postprandial
sampai 120, tinggi apabila ≥ 120. Beban termasuk kategori baik apabila antara 80
glikemik 2 jam postprandial termasuk sampai 144 mg/dl, sedang antara 144
kategori rendah apabila ≤ 10 , sedang sampai 179 mg/dl dan tinggi apabila ≥ 180
antara 10 – 20 dan tinggi apabila ≥ 20 2 mg/dl. 5
Frekuensi latihan jasmani Analisis data dilakukan secara
merupakan jumlah latihan jasmani, selain deskriptif dan analitik. Analisis deskriptif
aktivitas fisik yang dilakukan oleh subyek digunakan untuk menggambarkan
dalam waktu satu minggu. Frekuensi karakteristik sampel penelitian. Analisis
latihan jasmani termasuk ketegori kurang analitik dilakukan untuk menguji hipotesa
apabila < 3 kali dalam satu minggu dan dengan uji statistik korelasi Pearson
5
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
Product Moment dan regresi linear pengeluaran energi untuk aktifitas dalam
12
ganda. jangka waktu lama memungkinkan
terjadinya obesitas, resistensi insulin dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Diabetes Mellitus Tipe 2. 18
6
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
Jenis Kelamin
Laki – laki 17 37,0
Perempuan 29 63,0
Status Gizi
Laki – laki
Normal 5 10,9
Berat badan lebih 7 15,2
Obesitas 5 10,9
Perempuan
Normal 8 17,4
Berat badan lebih 11 23,9
Obesitas 10 21,7
Berdasarkan tabel 1, subyek yang berstatus tajam dan selanjutnya makin berat obesitas
gizi berat badan lebih dan obesitas sebesar diikuti dengan penurunan sedikit potensi
39,1 % dan 32,6 %. Hal ini kemungkinan kerja insulin. 22
berat badan lebih dan obesitas berkaitan
dengan resistensi insulin yang mengarah Konsumsi Karbohidrat
potensi kerja insulin menurun dengan menyumbang setengah atau lebih dari total
negatif antara potensi kerja insulin dengan puasa berkisar antara 53,27 sampai 83,00
timbunan lemak bukanlah merupakan garis % dengan rerata 65,47 ± 6,45. Data rerata
linear, tetapi ada daerah kritis yaitu dari konsumsi karbohidrat puasa dapat dilihat
berat badan lebih (overweight) ke obesitas pada lampiran 3.
ringan, potensi kerja insulin menurun
7
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
8
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
Berdasarkan tabel 5, sebagian besar lebih segar dan lebih banyak di jual di
(82,6%) subyek mempunyai konsumsi lingkungan rumah sakit. Rendahnya
serat puasa dan serat 2 jam postprandial konsumsi serat 2 jam postprandial belum
termasuk kategori kurang. Konsumsi serat dapat mencerminkan konsumsi serat pada
subyek masih kurang dari anjuran, yaitu kehidupan sehari – hari. Hal ini berkaitan
19,4091 untuk puasa dan 4,08 untuk 2 jam dengan konsumsi serat 2 jam postprandial
postprandial. Anjuran konsumsi serat hanya satu bagian frekuensi waktu makan
sebesar ≥ 25 gram sehari untuk puasa dari 6 kali frekuensi makan yang
dengan rerata ≥ 5 gram per sajian untuk 2 dianjurkan untuk pasien Diabetes Mellitus
jam postprandial. 5 Tipe 2.
Rendahnya konsumsi serat puasa
kemungkinan berkaitan dengan kurangnya Beban Glikemik
frekuensi konsumsi makanan tinggi serat Beban glikemik puasa berkisar antara
seperti buah dan sayur dalam sehari. 74,38 sampai 159,61 dengan rerata 126,61
Konsumsi serat 2 jam postprandial yang ± 17,78. Beban glikemik 2 jam
rendah kemungkinan berkaitan konsumsi postprandial berkisar antara 12,49 sampai
jenis makanan tinggi lemak dan rendah 65,08 dengan rerata 42,58 ± 13,17. Data
lemak dalam bentuk berkuah. Subyek rerata beban glikemik puasa dan beban
mengkonsumsi jenis makanan ini dengan glikemik 2 jam postprandial dapat dilihat
alasan rasa yang enak dan membuat badan pada lampiran 3.
9
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
Berdasarkan tabel 2, sebagian besar beban glikemik yaitu kurang dari 120
(69,5%) subyek mempunyai beban untuk puasa dan kurang dari 20 untuk 2
glikemik puasa termasuk kategori tinggi. jam postprandial. 2
Hampir seluruh (93,5%) subyek Frekuensi Latihan Jasmani
mempunyai beban glikemik 2 jam Frekuensi latihan jasmani berkisar
postprandial termasuk kategori tinggi. antara 1 sampai 4 kali dalam seminggu
Beban glikemik puasa dan beban glikemik dengan rerata 1,76 ± 1,43. Data rerata
2 jam postprandial masih lebih tinggi dari frekuensi latihan jasmani dapat dilihat pada
anjuran, yaitu 126,61 untuk puasa dan lampiran 3.
42,58 untuk 2 jam postprandial Anjuran
10
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
11
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
300
g. darah puasa
200
r: 0,638
100
p: 0,000
0
50 60 70 80 90
12
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
sensitivitas insulin pada individu sehat dan Energi Dengan Kadar Glukosa Darah
600
500
400
g. darah 2 J PP
300
200
r: 0,673
100
p: 0,000
0
200 300 400 500 600 700 800 900
k. tot e ne rgi 2 J PP
Gambar 2. Hubungan Konsumsi Total Energi Dengan Kadar Glukosa Darah Puasa
13
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
400
200
2 Jam Postprandial
100
r: 0,539
p: 0,000
0
1200 1400 1600 1800 2000 2200
konsumsi tot e ne rgi puasa puasa (r: -0,670 dan p: 0,000) yang dapat
Konsumsi makanan tinggi energi dilihat pada gambar 4. Terdapatnya
yang berlebihan memacu resistensi insulin hubungan antara konsumsi serat 2 jam
melalui peningkatan kadar glukosa darah postprandial dengan kadar glukosa darah 2
dan asam – asam lemak bebas di dalam jam postprandial (r: -0,638 dan p: 0,000)
darah. Konsumsi makanan tinggi energi yang dapat dilihat pada gambar 5.
juga menyebabkan peningkatan lemak Hubungan tersebut bersifat negatif dimana
tubuh sehingga timbul obesitas. Obesitas semakin tinggi konsumsi serat maka
sentral berhubungan erat dengan resistensi semakin rendah kadar glukosa darah. Pada
26
insulin. penelitian ini tidak membedakan jenis serat
(serat larut air dan tidak larut air) yang
Hubungan Antara Konsumsi Serat terkandung di dalam makanan sehingga
Dengan Kadar Glukosa Darah tidak dapat diketahui respon kadar glukosa
darah terhadap jenis serat yang dikonsumsi
Hasil penelitian ini menunjukan
oleh subyek.
konsumsi serat puasa berhubungan
bermakna dengan kadar glukosa darah
600
500
400
g. darah 2 J PP
300
200
r: - 0,638
Gambar 4. Hubungan Konsumsi
100
p: 0,000
Serat Dengan Kadar Glukosa Darah
0 Puasa
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kons serat 2 J PP
400
p: 0,000
Chandalia dkk, menyatakan diit
0
10 15 20 25 30 tinggi serat memperlihatkan efek yang baik
konsumsi serat puasa
pada kontrol glikemik. Hasil studi ini
14
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
menunjukan penurunan kadar insulin dan dalam usus besar. Fermentasi serat oleh
glukosa darah sebesar 12% dan 10%. bakteri menghasilkan asam- asam lemak
Subjek pada penelitian ini mengkonsumsi rantai pendek jenis asetat, propionat dan
diit tinggi serat sebayak 50 gram (25 gram butirat. Asam – asam lemak tersebut akan
serat larut air dan tidak serat larut air). diserap kembali menuju ke aliran darah.
Sumber serat yang diberikan berasal dari Asetat kemungkinan dapat menurunkan
makanan alami (tidak difortifikasi serat) asam – asam lemak bebas di aliran darah
dan bukan suplemen. Pemberian diit tinggi dalam jangka waktu yang lama. Hal ini
serat (50 gram) dapat diterima oleh subjek. mungkin mempunyai efek baik bagi
9
penurunan kadar glukosa darah dan
Mekanisme serat pada metabolisme sensitivitas insulin dalam jangka waktu
glukosa berkaitan dengan fungsi dan lama karena asam – asam lemak bebas
karakteristik serat. Identifikasi fungsi dan dapat menghambat proses utilasi glukosa
karakteristik serat mempermudah di jaringan dan memperburuk resistensi
28
penjelasan efek fisiologis dan metabolik insulin. Propionat dapat menghambat
pada manusia. Efek fisiologis dan kerja HMG Co A reduktase, menghambat
metabolik tergantung dari jenis serat yang mobilisasi lemak dan mencegah proses
dikonsumsi oleh pasien Diabetes Mellitus glukoneogenesis di dalam hati. Selain itu,
Tipe 2. Serat larut air dapat menyerap propionat juga menurunkan reduksi asam –
cairan dan membentuk gel di dalam asam lemak bebas di dalam darah yang
lambung. Gel memperlambat proses dapat memperburuk resistensi insulin dan
pengosongan lambung dan penyerapan zat mencegah proses utilasi glukosa oleh
gizi. Gel dapat memperlambat gerak jaringan dalam jangka waktu lama. Kerja
peristaltik zat gizi (glukosa) dari dinding propionat tersebut kemungkinan
usus halus menuju daerah penyerapan menyebabkan peningkatan sekresi insulin
sehingga terjadi penurunan kadar glukosa sehingga dimungkinkan terjadi penurunan
darah. 27 kadar glukosa darah. 29
Serat merupakan komponen yang
tidak dapat dicerna dan diserap di dalam Hubungan Antara Beban Glikemik
usus halus. Bagian serat yang tidak dengan Kadar Glukosa Darah
15
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
puasa (r : 0,345 dan p: 0,019) yang dapat tidak memberikan respon terhadap kadar
dilihat pada gambar 6. Hubungan tersebut glukosa darah puasa. Hal ini disebabkan
tidak dapat menggambarkan hubungan tidak terdapatnya konsumsi makan dalam
sebab akibat dan kemungkinan tidak teruji waktu 10 – 12 jam sebelum pemeriksaan
30
secara klinis. Hal ini kemungkinan kadar glukosa darah puasa.
disebabkan oleh beban glikemik puasa
400
300
g. darah puasa
200
0
60 80 100 120 140 160 180
500
400
g. darah 2 J PP
300
200
r: 0,775
Gambar 7. Hubungan Beban Glikemik
100
p: 0,000 Dengan Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP
0
10 20 30 40 50 60 70
beban glikemik 2J PP
Hasil penelitian ini juga dapat dilihat pada gambar 7. Hubungan ini
menunjukan terdapat hubungan bermakna bersifat positif sehingga semakin tinggi
antara beban glikemik 2 jam postprandial beban glikemik maka kadar glukosa darah
dengan kadar glukusa darah 2 jam akan semakin tinggi.
postprandial (r: 0,775 dan p: 0,000) yang
Beban glikemik makanan Konsumsi karbohidrat mempengaruhi
memberikan informasi tentang pengaruh secara langsung beban glikemik, dimana
konsumsi makanan aktual terhadap beban glikemik dapat mencerminkan
peningkatan kadar glukosa darah. respon insulin terhadap makanan. 26 Hal ini
16
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
400
600
500
300
400
g. darah 2 J PP
glukosa darah puasa
300
200
200
r: -0,561
r: - 0,482
100
100
p: 0,000 p: 0,001
0
0
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
Frekuensi lat jas
frekuensi lat jas
17
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
400
300
g. darah puasa
200
Gambar 10. Hubungan Durasi Latihan
Jasmani Dengan Kadar Glukosa Darah
100
r: - 0,393 Puasa
p: 0,007
0
0 5 10 15 20 25 30 35
600
500
400
Gambar 11. Hubungan Durasi Latihan
Jasmani Dengan Kadar Glukosa Darah
g.darah 2J PP
300
2 Jam Postprandial
200
r: - 0,393
100
p: 0,007
0
0 5 10 15 20 25 30
18
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
insulin sebanyak 30 – 50% pada Diabetes Kadar glukosa darah puasa kemungkinan
Mellitus Tipe 1 dan 100% pada Diabetes dapat meberikan gambaran tentang
10 36
Mellitus Tipe 2. homeostasis glukosa secara keseluruhan
Penurunan kadar glukosa darah sehingga dapat memprediksi kadar A1c
kemungkinan juga berkaitan dengan lebih baik daripada kadar glukosa darah 2
penggunaan glukosa sebagai sumber jam postprandial pada pasien Diabetes
35
energi. Penggunaan glukosa sebagai Mellitus Tipe 2.
sumber energi metabolisme otot akan Kadar glukosa darah puasa
meningkat 15 kali setelah durasi latihan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
jasmani selama 10 menit dan 35 kali pada konsumsi makanan dan latihan jasmani.
10
durasi 60 menit. Latihan jasmani selama Kombinasi pola makan tinggi lemak,
45 menit dapat menurunkan kadar glukosa karbohidrat sederhana dan makanan olahan
darah sebesar 30 sampai 40 mg/dl pada dengan kurang aktivitas fisik dan olah raga
pasien Diabtes Mellitus Tipe 2. Penurunan berkaitan dengan peningkatan kadar
37
kadar glukosa darah terjadi pada pasien glukosa darah puasa. Pengaturan pola
yang memperoleh hanya terapi gizi atau hidup dengan diit dan latihan jasmani
terapi gizi dan obat hipoglikemik oral. 34 dapat menghambat resistensi insulin dan
memperbaiki komponen – komponen
sindroma metabolik. Pasien Diabetes
Pengaruh Konsumsi Karbohidrat,
Mellitus Tipe 2, relatif lebih mudah diatasi
Konsumsi Total Energi, Konsumsi
melalui upaya pengaturan pola makan,
Serat, Beban Glikemik, Frekuensi Dan
latihan jasmani teratur, dan obat-obatan
Durasi Latihan Jasmani Secara
untuk merangsang produksi insulin. 22
Bersama – Sama Dengan Kadar
Hasil pengujian regresi linear
Glukosa Darah Puasa
berganda didapatkan nilai R square
Kadar glukosa darah puasa adjusted sebesar 69,7%. Hal ini dapat
merupakan salah satu metode penegakan diartikan bahwa pengaruh konsumsi
diagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2. Kadar karbohidrat, konsumsi total energi, serat,
glukosa darah puasa lebih sentistif untuk beban glikemik, frekuensi dan durasi
memprediksi resiko timbulnya Diabetes latihan jasmani secara bersama – sama
Mellitus Tipe 2 pada pre diabetes dalam terhadap kadar glukosa darah puasa
jangka waktu 5 – 6 tahun mendatang, sebesar 69,7% dan sebesar 30,3% kadar
terutama golongan umur ≤ 55 tahun. 35
glukosa darah puasa dipengaruhi oleh
19
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
faktor – faktor lainnya. Faktor –faktor jasmani menurunkan kadar glukosa darah
tersebut antara lain genetik, berat badan puasa sebesar 0,695 mg/dl.
dan distribusi lemak, stress, penggunaan Berdasarkan pengujian variabel –
obat – obatan, penyakit, usia, jenis variabel tersebut secara bersama – sama
kelamin, konsumsi alkohol, konsumsi kopi dengan kadar glukosa darah puasa dapat
38
dan kafein, dan kebiasaan merokok , disimpulkan bahwa upaya pengendalian
persyaratan waktu tidak tepat (kurang dari peningkatan kadar glukosa darah puasa dan
39
10 jam). timbulnya komplikasi vaskular kronik
Hubungan variabel – variabel dapat dilakukan dengan pola hidup sehat
tersebut secara bersama – sama dengan dalam jangka panjang. Pola hidup sehat
kadar glukosa darah puasa dapat yang benar bagi pasien Diabetes Mellitus
dirumuskan dengan persamaan regresi Tipe 2 yaitu: a) pengaturan makan atau
liner ganda: - 141,291 + 2,764 konsumsi diit; b) latihan jasmani secara teratur; c)
karbohidrat + 0,126 konsumsi total energi mengurangi kelebihan berat badan; d)
– 5, 539 konsumsi serat + 0,629 beban menghindari stress; e) menjaga kebersihan
glikemik – 5,281 frekuensi latihan jasmani tubuh dan menghindari trauma untuk
- 0,695 durasi latihan jasmani. Hasil mencegah infeksi dan mengkonsumsi obat
Analisi Regresi Linear Berganda 1 hipoglikemik oral maupun suntikan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran insulin. 22
5. Peningkatan 1 % konsumsi karbohidrat
menaikkan kadar glukosa darah puasa Pengaruh Konsumsi Total Energi,
konsumsi total energi menaikkan kadar Frekuensi Dan Durasi Latihan Jasmani
glukosa darah puasa sebesar 0,126 mg/dl. Secara Bersama – Sama Dengan Kadar
20
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
glukosa darah 2 jam postprandial dapat glukagon, uptake glukosa di dalam hati dan
menggambarkan sekresi insulin fase 1. jaringan, produksi glukosa hati, kadar
40
Sekresi insulin fase 1 bertujuan untuk glukosa darah preprandial. Kadar
mencegah peningkatan kadar glukosa glukosa darah preprandial yang
darah segera, yaitu 10 – 30 menit seletah dimaksudkan pada penelitian ini adalah
penyerapan makanan di usus halus. kadar glukosa darah puasa. Waktu
Konsumsi makanan akan secara langsung pemeriksaan glukosa darah postprandial
berpengaruh pada kadar glukosa darah 2 kurang dari 2 jam setelah konsumsi makan
jam postprandial. Konsumsi makan cepat juga mempengaruhi kadar glukosa darah 2
38
saji cenderung mengandung kadar lemak jam postprandial
,tinggi energi dan gula sederhana tetapi Hubungan variabel – variabel bebas
kandungan vitamin dan serat jauh lebih secara bersama –sama dengan kadar
rendah. Konsumsi makanan tersebut juga glukosa darah 2 jam postprandial dapat
cenderung memiliki nilai beban glikemik dirumuskan sebagai berikut: kadar glukosa
tinggi sehingga lebih cepat diserap dari darah 2 jam postprandial = 184,588 +
41
usus halus dan berpotensi terjadi 0,208 konsumsi total energi – 23,446
peningkatan kadar glukosa darah 2 jam konsumsi serat + 1,974 beban glikemik–
postprandial. 11,015 frekuensi latihan jasmani – 1,244
Hasil pengujian beban glikemik, durasi latihan jasmani. Hasil analisis
konsumsi total energi, serat, frekuensi dan Regresi Linear Berganda 2 selengkapnya
durasi latihan jasmani secara bersama – dapat dilihat pada lampiran 5. Peningkatan
sama terhadap kadar glukosa darah 2 jam 1 Kkal konsumsi total energi menaikkan
postprandial didapatkan nilai R square kadar glukosa darah 2 jam postprandial
adjusted sebesar 71,3%. Hal ini dapat sebesar 0,208 mg/dl. Peningkatan 1 gram
diartikan bahwa pengaruh konsumsi total konsumsi serat menurunkan kadar glukosa
energi, konsumsi serat, beban glikemik, darah 2 jam postprandial sebesar 23,446
frekuensi dan durasi latihan jasmani secara mg/dl. Peningkatan 1 gram beban glikemik
bersama – sama terhadap kadar glukosa menaikkan kadar glukosa darah 2 jam
darah 2 jam postprandial sebesar 71,3% postprandial sebesar 1,974 mg/dl.
dan sebesar 28,7% kadar glukosa darah Peningkatan 1 kali dalam seminggu
puasa dipengaruhi oleh faktor – faktor frekuensi latihan jasmani menurunkan
lainnya. Faktor – faktor tersebut antara kadar glukosa darah 2 jam postprandial
lain: gangguan sekresi insulin dan sebesar 11,015 mg/dl. Peningkatan 1 menit
21
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
durasi latihan jasmani menurunkan kadar untuk pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
glukosa darah 2 jam postprandial sebesar Sedangkan konsumsi serat, frekuensi
1,244 mg/dl. latihan jasmani dan durasi latihan
jasmani pada subyek masih kurang dari
KETERBATASAN PENELITIAN anjuran. Kadar glukosa darah puasa
dan kadar glukosa darah 2 jam
Pada penelitian ini menggunakan
postprandial masih lebih tinggi dari
sebagian nilai indek glikemik pada bahan
anjuran.
makanan yang berasal dari negara – negara
2. Konsumsi karbohidrat, total energi dan
lain sehingga dimungkinkan terdapat
beban glikemik makanan berhubungan
perbedaan/ variasi nilai indek glikemik
positif dengan kadar glukosa darah
pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Hal
puasa
ini disebabkan oleh masih kurangnya data
3. Konsumsi serat, frekuensi latihan
indek glikemik bahan makanan dan
jasmani dan durasi latihan jasmani
masakan Indonesia yang terdapat pada
berhubungan negatif dengan kadar
kepustakaan. Pengumpulan data konsumsi
glukosa darah puasa
makan menggunakan formulir frekuensi
4. Konsumsi total energi dan beban
makan dan recal sehingga dimungkinkan
glikemik berhubungan positif dengan
faktor subyektivitas dapat mempengaruhi
kadar glukosa darah 2 jam postprandial
hasil konsumsi makan. Pada penelitian ini
5. Konsumsi serat, frekuensi latihan
tidak memperhitungkan aktivitas fisik
jasmani dan durasi latihan jasmani
sehari – hari yang dilakukan oleh subyek,
berhubungan negatif dengan kadar
sehingga tidak diketahui seberapa besar
glukosa darah 2 jam postprandial
hubungan aktivitas fisik dengan kadar
6. Konsumsi karbohidrat, total energi,
glukosa darah puasa dan 2 jam
serat, beban glikemik, frekuensi dan
postprandial.
durasi latihan jasmani secara bersama –
22
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
23
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
24
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
25
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
34. Franz M.J. Exercise Benefits And Pemayun TGD, Soemanto FP, editor.
Guidelines For Personal Diabetes Naskah lengkap diabetes mellitus
Dalam: Power M.A, editor. Handbook ditinjau dari berbagai aspek penyakit
of diabetes medical nutrition therapy. dalam. Semarang: Balai Penerbit
Gaithersburg: An Aspen Publication; Universitas Diponegoro; 2007. hal. 133
1996. hal. 107-122. – 151.
35. Neely MJ, Boyko EJ, Leonetti DL, 39. Darmono. Pola hidup sehat penderita
Kahn SE, Fujimoto WY. Comparison diabetes mellitus. Dalam: Tony
of clinical model, the oral glucose Suharto, Pemayun TGD, Soemanto FP,
tolerance test, and fasting glucose for editor. Naskah lengkap diabetes
prediction of type 2 diabetes risk in mellitus ditinjau dari berbagai aspek
Japanese Americans. Diabetes Care. penyakit dalam. Semarang: Balai
2003;26(3):758 – 763. Penerbit Universitas Diponegoro;
36. Bram U, Pendit, Dewi W (alih bahasa). 2007. hal. 15 – 29.
Tinjauan klinis hasil pemeriksaan 40. American Diabetes Association.
laboratorium. Jakarta: EGC; 2004. hal. Postprandial blood glucose.
290. (Consensus Statement). Diabetes Care:
37. Van dam RM, Rimm EB, Willett WC, 2001;24;775 – 778.
Stampfer MJ, Hu FB. Dietary Patterns 41. Pemayun TGD. Indek glikemik:
and risk type 2 diabetes mellitus in U.S kontroversi dalam penanganan DM.
men. Am J Coll Phys. 2002;136(3):201 Dalam: Tony Suharto, Pemayun TGD,
– 209. Soemanto FP, editor. Naskah lengkap
38. Soeharyo Hadisaputro, Henry diabetes mellitus ditinjau dari berbagai
Setyawan. Epidemologi dan factor – aspek penyakit dalam. Semarang: Balai
factor resiko terjadinya Diabetes Penerbit Universitas Diponegoro;
Mellitus Tipe 2. Dalam: Tony Suharto, 2007. hal. 37 - 47
26
JNH, Vol. 2, No.3, Juli 2014
27