Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa

atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai enam

minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang

berkaitan dengan kandungan(Widyasih, dkk. 2013).

2. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Gizi

Anjuran bagi ibu Nifas:

1) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral.

2) Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan

pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Jadi

jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari kebutuhan kalori per

harinya.

3) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam

bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan

daya tahan tubuh dan meningkatakan kelangsungan hidup anak. Pada

bulan-bulan peratama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang

terkandung dalam ASI (Widyasih, dkk. 2013).


b. Kebersihan Diri dan Bayi

1) Kebersihan diri anjuran bagi ibu nifas

a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh.

b) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun

dan air.

c) Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut setipa kali mandi,

BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut.

d) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum menyentuh daerah kelamin.

e) Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomy dan laserasi.

f) Pada ibu post section (SC), luka tetap dijaga agar tetap bersih dan

kering, tiap hari diganti balutan (Widyasih, dkk. 2013).

2) Kebersihan Bayi

Hal-hal yang perlu dijelaskan pada ibu nifas agar bayi tetap terjaga

kebersihannya :

a) Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah hipotermi

b) Memandikan bay 2 kali tipa pagi dan sore

c) Mengganti pakaian bayi tipa habis mandi dan tiap kali basah atau

kotor karena BAB/BAK.

d) Menjaga daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan kering.

e) Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat karena ini adalah

tempat tinggal bayi.

f) Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu bersih.
c. Istirahat dan Tidur

Anjuran bagi ibu

1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.

2) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

3) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan.

4) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk

istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.

Kurang istirahat pada ibu dapat berakibat:

1) Mengurangi jumlah ASI.

2) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan.

3) Depresi.

(Widyasih, dkk. 2013).

d. Senam Nifas

1) Pengertian senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama

melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan

gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan

ibu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan senam nifas

adalah :

a) Diskuksikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena

dapat mengurangi sakit punggung.

b) Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara

bertahap, misal latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan.
c) Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.

(Widyasih, dkk. 2013).

e. Hubungan seks dan Keluarga Berencana

1) Hubungan seks

a) Aman setelah darah merah berehenti, dan ibu dapat memasukkan satu

atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri

b) Ada kepercayaan/ budaya yang memperbolehkan melakukan

hubungan seks setelah 40 hari atau 6 minggu.

(Widyasih, dkk. 2013)

2) Keluarga berencana

a) Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun.

b) Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif

atau penuh enam bulan dan ibu belum mendapatkan haid (metode

amenorhe laktasi).

c) Meskipun setiap metode kontrasepsi berisko, tetapi menggunakan

kontrasepsi jauh lebih aman.

d) Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang

diperbolehkan selama menyusui, yang meliputi :

(a) Cara penggunaan

(b) Efek samping

(c) Kelebihan dan kekurangan

(d) Indikasi dan kontra indikasi

(e) Efektifitas
e) Metode hormonal, khususnya kombinasi oral (estrogen-progetseron)

bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang menyusui. Oleh karena itu

janganlah menganjurkannya kurang dari 6 minggu pasca persalinan.

Umumnya bagi ibu menysui tidak perlu melakukan sampai saat itu,

karena dapat mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya

hormone steroid dalam jumlah kecil ditemukan dalam ASI (Widyasih,

dkk. 2013).

f. Eliminasi : BAB dan BAK

1) Buang air kecil (BAK)

a) Dalam enam jam ibu nifas harus harus sudah bisa BAK spontan,

kebanyakan ibu berkemih spontan dalam waktu 8 jam.

b) Urine dalam jumlah yang banyakakan diproduksi dalam waktu 12-36

jam setelah melahirkan.

c) Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.

2) Buang air besar (BAB)

a) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diit

cairan, obat-obatan analgetik, dan perineum yang sangat sakit.

b) Bila lebih dari tiga hari belum BAB bisa diberikan obat laksanita.

c) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB.

d) Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan.

(Widyasih, dkk. 2013)


g. Pemberian ASI/Laktasi

1) Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah

disusukan.

2) Ajarkan cara menyusui yang benar.

3) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI

ekslusif).

4) Menyusui tanpa dijadwal sesuka bayi (on demand)

5) Diluar menyusui jangan memberikan dot/kempeng pada bayi, tapi

berikan ASI dengan sendok.

6) Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan

frekuensi pemberian ASI

(Widyasih, dkk. 2013).

h. Kebiasaan yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan

1) Menghindari makanan berprotein sperti telur, ikan, karena ibu menyusui

membutuhkan tambahan protein.

2) Penggunaan beban perut setelah melahirkan

3) Penggunaan kantong es atau pasir untuk menjaga uterus tetap

berkontraksi.

4) Memisahkan ibu dan bayi dalam masa yang lama dalam satu jam post

partum.

(Widyasih, dkk. 2013)


3. Tanda Bahaya Masa Nifas

a. Perdarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam/perdarahan postpartum/post partum

hemorargi/hemorargi postpartum/PPH adalah kehilangan darah sebanyak

500cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.

b. Infeksi masa Nifas

Infeksi masa nifas atau sepsis peurperalis adalah infeksi pada traktus

genitalia yang terjadi pada setiap saat antara pecah ketuban atau persalinan

dan 42 hari setelah persalinan atau abortus yang terdapat dua atau lebih dari

hal-hal berikut :

1) Nyeri pelvik

2) Demam 38,5ºC atau lebih

3) Rabas vagina yang abnormal

4) Rabas vagina yang berbau busuk

5) Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus.

c. Kelainan Payudara

1) Bendungan Air Susu

Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lateal,

payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol.

Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau caked breast,

sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai

dengan kenaikan suhu.


2) Mastitis

Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan komplikasi ante

partum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumpai dalam masa

nifas dan laktasi.

d. Kehilangan Nafsu makan dalam waktu yang lama

Sesudah anak lahir, ibu akan merasa lelah dan lemas karena terkurasnya

tenanga. Ibu sebaiknya segera diberi minuman hangat, susu, kopi atau teh

yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan yang

sifatnya ringan walaupun dalam persalinan, lambung dan alat pencernaan

tidak langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau

banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya tersebut, sehingga alat

pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaannya kembali.

e. Rasa sakit, merah dan pembengkakan pada kaki

Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus pada vena manapun

dipelvis yang mengalami dilatasi. Thrombus terbentuk mmelalui proses

penumpukan keeping darah yang membentuk penyumbat. Terjadinya

thrombus seperti itu akan lebih sering. Rasa sakit yang berlebihan pada

masa nifas dipengaruhi oleh keadaan saat hamil.

f. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh diri dan bayinya

Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1

tahun ibu postpartum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang

tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya

sendiri dan bayinya.


Factor penyebabnya adalah :

1) Kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami

kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan

2) Rasa nyeri pada awal masa nifas

3) Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan terlalu banyak

melahirkan di rumah sakit

4) Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah

meninggalkan rumah sakit.

5) Ketakutan akan menjadi terlihat tidak menarik lagi setelah

melahirkan.

(Widyasih, dkk. 2013).

4. Asuhan Masa Nifas Normal

a. Pengkajian Data Fisik dan Psikososial

Langkah awal yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan masa

nifas adalah melakukan pangkajian data objektif.Data subjektif digali

langsung dari klien atau keluarganya, sedangkan data objetif diambil

melalui pemeriksaan baik pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus maupun

pemeriksaan penunjang. Pengkajian data dalam asuhan masa nifas normal

meliputi :

1) Riwayat kesehatan

Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah sebagai berikut :

a) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini.


b) Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-

hari misalnya pola makan, buang air kecil atau buang air besar,

kebutuhan istirahat, mobilisasi.

c) Riwayat tentang persalinan ini meliputi adakah komplikasi, laserasi

atau episiotomy.

d) Obat/suplemen yang dikonsumsi saat ini misalna tablet besi.

e) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan

terhadap peran baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang

dirasakan ibu sekarang, kecemasan, kekhawatiran.

f) Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-

hari.

g) Bagaimana rencana menysusui nanti (ASI Ekslusif atau tidak), recana

merawat bayi dirumah (dilakukan ibu sendiri atau dibantu

orangtua/mertua).

h) Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu.

i) Pengetahuan ibu tentang nifas.

2) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, bidan harus melakukan pemeriksaan

menyeluruh dan terutama berfokus pada masa nifas, yaitu:

a) Keadaan umum, kesadaran

b) Tanda-tanda vital, tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan.


c) Payudara : pembesaran, putting susu (menonjol/mendatar, adakah

nyeri dan lecet pada puting), ASI/Kolostrum sudah keluar, adakah

pembengkakan, radang atau benjolan abnormal.

d) Abdomen : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus

e) Kandung kemih kosong/penuh

f) Genetalia dan perineum: pengeluaran lochea (jenis, warna, jumlah,

bau) odem, peradangan, keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi

pada luka jahitan, keberishan perineum, hemoroid pada anus.

g) Ekstremitas bawah: pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki yang

menyebabkan nyeri, edema, homan’s sign, varises.

b. Merumuskan Diagnosis/masalah asktual/masalah potensial

Langkah selanjutnya setelah memperoleh data adalah melakukan

analsis data dan interpretasi sehingga didapatkan rumusan diagnosis.

Berdasarkan data yang diperoleh bidan akan memperoleh kesimpulan

apakah masa nifas ibu normal atau tidak.

Kemungkinan masalah yang dialami ibu adalah:

1) Masalah nyeri

2) Masalah infeksi

3) Masalah cemas, perawatan perineum, payudara, ASI ekslusif

4) Masalah kebutuhan KB, gizi, tanda bahaya, senam, menyusui.


c. Merencanakan Asuhan Kebidanan

Berdasarkan diagnosis yang didapat, bidan dapat merencanakan asuhan

pada ibu. Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya.

1) Evaluasi secara Terus menerus

Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap ibu.

Pantau kondisi ibu meliouti setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap

30 menit pada jam kedua.

2) Gangguan Rasa Nyeri

Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialamai meskipun pada

persalinan normal tanpa komplikasi.Hal tersebut menimbulkan

ketidaknyamanan pada ibu.Bidan diharapkan dapat mengatasi gangguan

ini dan memberi kenyamanan pada ibu. Gangguan rasa nyeri yang

dialami ibu, diantaranya sebagai berikut:

a) Kram perut

b) Pembengkakan payudara

c) Nyeri perineum

d) Konstipasi

e) Hemoroid

f) Diuresis
3) Mencegah infeksi nifas

Merupakan salah satu penyebab kematian ibu.Infeksi yang mungkin

terjadi adalah infeksi saluran kencing, infeksi pada genetalia, imfeksi

payudara (mastitis, abses), infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

4) Mengatasi kecemasan

Rasa cemas sering timbul pada ibu pada masa nifas karena perubahan

fisik dan emosi dan masih menyesuaikan diri dengan kehadiran

bayi.Atasi kecemasan dengan mendorong ibu untuk mengungkapkan

perasaannya, libatkan suami dan keluarga untuk memberikan dukungan

dan beri pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan sehingga dapat

membangun kepercayaan diri dalam berperan sebagai ibu.

5) Memberi pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi gizi, KB, tanda bahaya,

hubungan seksual, senam nifas, perawatan perineum, perawatan bayi

sehari-hari, personal hygiene, istirahat dan tidur, mobilisasi, dan ASI

ekslusif.

6) Memberikan kenyamanan pada ibu nifas

Ibu nifas membutuhkan kenyamanan dalam menjalani peran barunya

sebagai ibu.Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan yang dapat

memberi rasa nyaman.

7) Membantu ibu untuk menyusui bayi

ASI ekslusif selama 6 bulan sangat penting bagi bayi. Ajarkan ibu teknik

menyusui yang baik. Bila ada masalah, segera diatasi.


8) Memfasilitasi menjadi orang tua

Peran baru sebagai orangtua yang dihadapi ibu nifas memerlukan

penyesuaian diri. Keberhasilan penyesuaian diri pada fase ini akan

mengurangi resiko terjadinya baby blues. Salah satu asuhan yang

dilakukan bidan adalah memfasilitasi ibu menjadi orangtua.

9) Persiapan pasien pulang

Persiapan sebelum ibu pulang :

a) Pastikan ibu telah mengetahui tentang perawatan perineum, gizi ibu

menyusui, kebersihan diri, perawatan payudara, istirahat dan

pendidikan kesehatan lain yang telah kita berikan selama ibu dirawat.

b) Beritahu ibu untuk segera menghubungi bidan jika di rumah terjadi

tanda-tanda bahaya.

c) Beri suplemen zat besi.

d) Diskusikan tentang rencana kontrasepsi pasca persalinan.

e) Rencanakan kunjungan ulang untuk pemeriksaan pasca salin lanjutan.

10) Anticipatory Guidance

Secara garis besar Anticipatory Guidance meliputi instruksi dan

bimbingan dalam mengantisipasi periode nifas dan bagaimana

memberikan asuhan sepanjang masa nifas tersebut.

11) Deteksi dini komplikasi pada ibu nifas

Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Bidan dituntut untuk dapat melakukan asuhan kebidanan yang dapat

mendeteksi dini komplikasi pada ibu nifas.

d. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pelaksanaan Asuhan kebidanan dapat dilakuakn dengan tindakan

mandiri atau kolaborasi. Tindakan pengawasan pada ibu nifas diperlukan

untuk memastikan ibu dan bayi dalam kondisi sehat.Berikan

pendidikan/penyuluhan sesuai dengan perencanaan. Dalam membuat

perencanaan bidan harus selalu mendiskusikan dengan ibu dan keluarga

sehingga pelaksanaan asuhan menjadi tanggung jawab bersama.

e. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Evaluasi dalam asuhan kebidanan diperlukan untuk mengetahui

keberhasilan asuhan yang diberikan.Evaluasi keefektifan asuhan yang

diberikan apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan

perencanaan.Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar

efektif dalam pelaksanaannya.Ingat kembali tujuan asuhan kenidanan

diberikan dan evaluasi dapat dilakukan saat ibu melakukan kunjungan

ulang.Saat itu bidan dapat melakukan peniaian keberhasilan asuhan

(Widyasih, dkk. 2013).


B. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

1. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang di mulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula

(sebelum hamil).Masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Anggraini,

2010).

b. Tujuan

Agar bidan mampu memberikan asuhan kebidanan yang adekuat,

komprehensif dan berstandar pada ibu masa nifas serta meningkatkan

kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi,serta pencegahan,

diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.

c. Langkah-Langkah (7 Langkah Varney dan SOAP) (Anggaini, 2010).

1) Langkah I : Tahap Pengkajian (Pengumpulan Data)

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dilakukan dengan cara :

a) Anamnese yang terdiri dari:

(1) Biodata klien dan keluarga terdiri dari: nama istri, nama suami,

umur, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,danalamat.

(2) Riwayat kesehatan yang lalu


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM,

hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.

(3) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas

Berapa kali ibu telah hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,

cara persalinan yang lalu, penolong persalinan dan keadaan nifas

yang lalu.

(4) Status perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah

syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas

akan berkaitan dengan psikologinya sehingga akan

mempengaruhi proses nifas.

(5) Pola nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,

banyaknya, jenis makanan dan makanan pantangan.

(6) Pola eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air

besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi dan bau serta

kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah.

(7) Pola istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien

tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur siang.Istirahat


sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup

dapat mempercepat penyembuhan.

(8) Aktivitas sehari-hari

Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Mobilisasi

sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat

reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, apakah ada

kesulitan, apakah dilakukan dengan bantuan.

(9) Respon ibu tentang kelahiran bayinya.

(10) Respon ayah terhadap bayinya.

(11) Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi.

(12) Perencanaan KB

(13) Pengetahuan ibu tentang personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan

tubuh terutama pada daerah genitalia, karena pada masa nifas

masih terdapat pengeluaran lochea.

b) Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

(1) Keadaan Umum, Status emosional, Kesadaran.

(2) TTV (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu badan).

(3) Tinggi badan, Berat badan sekarang, Berat badan waktu hamil,

Lingkar lengan atas.

(4) Pemeriksaan Head to Toe : Rambut, Telinga, Mata, Muka,

Hidung, Mulut, leher, dada, ekstremitas atas, ekstremitas bawah,

genitalia, anus, data penunjang/pemeriksaan laboratorium.


c) Pemeriksaan Khusus

(1) Inspeksi

Untuk mengkaji keadaan fisik ibu dengan cara melihat:

(a) Wajah, apakah ada pembengkakan daerah muka, konjungtiva

tidak pucat, dan sclera tidak kuning.

(b) Leher, melihat bentuk dan kesimetrisan leher serta

pergerakannya.

(c) Payudara, melihat apakah pengeluaran Air Susu Ibu (ASI)

sudah ada, terdapat bendungan payudara dan mastitis.

(d) Genitalia, melihat keadaan jahitan dan pengeluran lochea.

(2) Palpasi

Untuk memeriksa kandung kemih penuh atau kosong dan menilai

perubahan TFU dan kontraksi uterus.

d) Pemeriksaan penunjang

2) Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah

dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasi sehingga

dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

Contoh :

a) Diagnosa : Ny. P1A0 umur 22 tahun post partum hari pertama

b) Masalah : bayi tidak disusui karena ASI kurang

c) Konseling tentang perawatan payudara


3) Langkah III : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis

potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di identifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan.Bidan diharapkan waspada dan bersiap mencegah

diagnosis/masalah potensial bila terjadi. Masalah potensial yang dapat

terjadi yaitu: gangguan perkemihan, gangguan buang air besar, ganguan

proses menyusui, hubungan seksual, dan Infeksi.

Contoh : potensial terjadi bendungan payudara

4) Langkah IV : Menetapkan Konsultasi dan Kolaborasi

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter

segera melakukan konsultasi atau melakukan penanganan bersama

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dan bidan

harus bertindak segera untuk keselamatan jiwa ibu dan anak.Misalnya,

kolborasi dengan dokter ahli kandungan (penangan perdarahan dan

infeksi).

Contoh : perawatan payudara dan kolaborasi.

5) Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan

penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosis yang telah


diidentifikasi atau diantisipasi.Pada langkah ini, informasi data yang

tidak lengkap dapat dilengkapi.

a) Observasi KU dan TTV

b) Observasi TFU dan kontraksi uterus

c) Beritahu ibu tentang cara merawat luka perineum

d) Perawatan Payudara

e) Lochea

f) Jelaskan tentang pemenuhan nutrisi.

6) Langkah VI :Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman

Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh yang telah

diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh

klien atau anggota tim kesehatan lain. Walaupun bidan tidak

melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya (misalnya,memastikan langkah

pelaksanaan tepat).

7) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang

sudah diberikan, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi

sesuai diagnosis dan masalah.Rencana dianggap efektif jika memang

benar efektif pelaksanaannya serta mengatasi diagnosis dan masalah

yang telah diidentifikasi.Ada kemungkinan sebagian rencana tersebut

efektif sedangkan sebagian belum efektif. Proses penatalaksanaan asuhan


ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan sehingga perlu

mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif serta melakukan

penyesuaian rencana.

8) Pendokumentasian SOAP

S : Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

O : Keadaan umum, tanda-anda vital, tekanan darah, respirasi, nadi,

suhu badan, tinggi fundus uteri, Kontraksi uterus, Konsistensi

uterus, lochea, personal hygiene.

A : Partus (P) berapa, abortus (A) berapa, post partum hari keberapa

P : Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

Observasi tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus

Beritahu ibu tentang cara menyusui dan merawat payudara

Jelaskan tentang vulva hygiene.

Anda mungkin juga menyukai