Anda di halaman 1dari 20

Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

Beberapa Permasalah Penerapan Paten


dan Upaya untuk Membangun
Sistem Paten Indonesia yang Efektif,
Wajar, dan Reallstis
Syihabuddin

Abstract

On August 1, 2001 the government ratified Law No 14 2001 concerning Patent in place
ofthe previous Law. in fact, there is nothing wrong with Indonesian PatentLaw. Unfortunately,
the implementation ofsuch law still face various obstacles. The following article will
highlight problems in implementing patent in Indonesia, and efforts to establish an
effective, genuine, and realistic patent system.

Pendahuluan

Dalam lima tahunan terakhir, Hak bersama. Kedua, meningkatnya kemajuan


Kekayaan Intelektual (HKI)' —termasuk paten, industri yang diikuti dengan adanya integrasi
mengalami perkembangan menonjol dan industri dan perdagangan secara menyeluruh.
mendapat perhatian yang sangat besar dari Ketiga, adanya usaha dari Pemerintah untuk
masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia. meningkatkan ekspor non-mlgas. Keempat,
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara adanya usaha dari Pemerintah untuk memajukan
lain: Pertama, meningkatnya kecepatan industri dalam negeri, baik industri kecil
penemuan-penemuan di bidang teknologi, maupun industri menengah yang lebih
antara lain meliputi teknologi elektronik, menyerap tenaga kerja. Ke/zma, adanya
telekomunikasi dan transportasi yang globalisasi perlindungan di bidang HKI
mempermudah dan mempercepat Jaju sebagai dampak dari ditandatanganinya
perdagangan internasionai, bahkan telah PersetujuanPutaran Uruguay yang mencakup
menempatkan dunia sebagai pasar tunggal perjanjian di bidang TRIPs. ^

'istllah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) meriglkuti rumusan resmi yang dipergunakan dalam UU No 14
Tahun 2001 tentang Paten.
^Emawati Junus.Terubahan alas Undang-undang Paten Tahun 1989." JumalHukum Bisnls. Volume 21
1997, Him. 43.

137
Sejaktahun 2000.masalah HKI memasuki paten yang modem. Tetapl sayang, perangkat
satufasebam yang penting dilihatdari perjalanan dan pemberlakuan hukum yang ada tidak
waktu. Semua negara. kecuali negara dliringi dengan law enforcementyang balk.
terbelakang {feast-devefopedcountries) memikul Keadaan ini tidak hanya terjadi dalam
kewajiban sehubungan dengan keterikatan bidang paten saja, tetapi juga HKI lainnya,
mereka pada kesempatan-kesempatan sehingga tidak mengherankan bila dalam
intemasionai yang sudah disepakati abad ke- sebuah seminar di Jakarta, Henessy pakar
19.3 hukum TRIPs dari Franklin Pierce Law Centre
Dalam bidang paten, Indonesia telah dan Scott M. Martin Wakli Presiden Paramount
meratifikasi beberapa konvensi intemasionai, Pictures sempat berkomentar negatif. Mereka
yaitu Konvensi Paris, Paten Cooperation Trea mengatakan bahwa UU HKI Indonesia sudah
ty, dan Persetujuan TRiPs. Indonesia baik, tetapi dilihat dari fakta dan praktik
berkewajiban untuk mengimplementaslkan pembajakan yang terjadi, peraturan yang ada
konvensi-konvensi tersebut dalam hukum sungguh tidak berjalan efektif.^
nasionainya. Dalam konteks perundang- Untuk mengatasi masalah tersebut,
undangan, komitmen Indonesia tidak perlu diperlukan kajian mendalam dalam upaya
dlragukan. Sampai saat ini, setidaknya terdapat untuk membangun sistem paten pada
21 (dua puluh satu) peraturan, balk dalam khususnya dan HKI pada umumnya. Beiikut
bentuk Undang-undang, KeputuSan Presiden, ini akan dibahas beberapa permasalahan
Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri penerapan sistem paten di Indonesia disertai
maupun Surat Edaran Menteri.^ Dengan upaya untuk membangun sistem paten yang
seperangkat hukum tersebut, semestlnya efektif, wajar, dan realistis.
Indonesia siap untuk membangun sistem

'A. Zein Umar Purba. "Peta MutakhirHaKI." Makalah dalam Kuliah Umum Fakultas Hukum Unlversitas
Islam Indonesia. Yogyakarta. 31 Maret 2000. Him. 2.
^Peraturan tersebut diantaranya: UU No. 14Tahun 2001 tentang Paten, UU No. 7 Tahun 1994, tentang
Pengesahan Pembentukan WTO, Kepres No. 15Tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi Paris, Kepres No.
16Tahun 1997 tentang Pengesahan POT dan Regu/af/on Under POT, Peraturan Pemerintah No. 32Tahun
1991 tentang Impor Bahan Baku atau Produk Tertentu yang di Lindungi Paten Bagi Produksi Obat dalam Negeri,
Peraturan Pemerintah No. 33Tahun 1991 Tentang Pendaftaran Khusus Konsullan Paten, Peraturan Pemerintah
No. 34Tahun 1991 Tentang Tata Cata Permintaan Paten. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1991 Tentang
bentuk dan Isi SuratPaten, Peraturan Pemerintah No. 3TTahun 1995Tentang KomisI Banding Paten, dan Iain-
lain. Lebih lanjut bisa dilihat dalam Ansori Sinungan. "Penegakan Hukum dan Litigasl." Makalah disampalkan
dalam Training of The Trainer (TOT) Pengelola Gugus HKI Perguruan Tinggi Surabaya dan Semarang.
Juli 2000. Him. 5-6.
®Yoyok Wdoyoko. "Pemberlakuan TRIPs, HaKI dan Kesiapan Kita."Harian Republika. 14 Januari 2000.

138 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL 8. MARET 2001: 137 - 156


Syihabuddin. Beberapa Peimasalahan Penerapan Paten...

Permasalahan yang Dihadapi Indonesia diajukan ke Kantor Paten(Sekarang.Direktorat


dalam Pelaksanaan Sistem Paten- Jendral HKI) adalah:® ,- :
1. MInimnya Permohonan. Paten . Pertama;-sosialisasi paten yang belum.
- Domestik Indohesia efektif;-tingkat pemahaman, dan tingkat
kesadaran'akan arti paten dan sistem hukum
Berdasarkan data dari Kantor Paten,
paten belum dianggap memadai bag!,
sampaiakhirMei 2000, totalpermintaan paten
kalangan peneliti, balk dari lembaga penelitian
^di Kantor Paten Indonesia sejumiah 27.957
Pemerintah atau swasta, termasuk perguman.
buah. Dari jumlah tersebut, permlntaan paten
tinggi. Sehingga hasil-hasil penelitian yang
dari dalam riegeri berjumlah 1.338 buah.® Hal
dilakukan oleh para peneliti. tidak diajukan
ini berarti permlntaan paten domestik hanya
permintaan patennya.
mencapai4,8% daritotalpermlntaan. Menurut
Kedua: karena faktor ekonomis, yaitu
ketentuan TRIPs, mulai 1 Januari 2000,
kemampuan para peneliti untuk menyiapkan
negara-negara yang meratifikasi TRJPs
dana untuk mengajukan permintaan paten
dihimbau untuk meningkatkan paten domestik
yang terbatas, selain karena situasi .krisis
menjadi minimum 10% dari keseluruhan
ekonomi, dan belum dipahaminya bahwa
paten yang didaftarkan. Negara yang gaga!
paten justru mempunyai manfaat ekonomi
akan dimasukkan ke dalam watch list yang
apabila penemuan itu berhak-atas paten'dan
berarti bahwa produk ekspomya akan diteliti
digunakan untuk kepentingan umum.-
kandungan teknologinya dan dipertanyakan
Ketiga: Permintaan paten dianggap
asai-usui patennya.' Akibat terburuknya
sangat birokratis dan memakan waktu lama.
adalah penolakan masuknya bafang-barang
Hal ini timbul karena ketidakpahaman para
produk Indonesia ke suatu negara tertentu di
peneliti .bahwa prosedur dan proses
Eropa atau Amerika. Belum lagi .ada
permintaan paten tidaklah sesederhana
kemungkinan Indonesia dipaksa untuk
sebagaimana yang diduga, selain harus
membayar royalti.kepada suatu negara yang
memiliki pengetahuan hukum paten dan,
telah mengklaim patennya atas jenis produk
kemampuan menyusun deskripsi permintaan
tertentu yang masuk ke Indonesia.
paten, juga perlu disadari bahwa proses
Menurut Insan Bud! Maulana, alasan
permintaan paten harus mengikuti prosedur
minimnya permlntaan paten domestik yang
yang telah ditentukan, dan. hal itu terjadi di
manapun.

®Direktorat Paten. "Direktorat Jerideral HaKI Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik
\ndones]a.° Data Permintaan Paten Pada Kantor Paten. Jui\\2Q00.
Hantono Subagyo. "Perlindungan HaKI di Indonesia." Makalah acuan untuk Sos/a/Zsas/HaK/, Tanpa
Tahun, Him. 2. Periksa pula Medi P. Sargo. "Paten Indonesia, Sebuah lmpian."Harian RepubHka.-2Q'
Agustus1999.
®Yayasan Klihik HaKI, Kompilasi Undang-undan'g Hak Cipta, Paten Merek dan Terjemahan
Konvensi-konvensi dlBidang Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Sen A'CitraAditya Bakti. Bandunq.'
1999. Him. X. - • .

139'
2. Krisis Moneter yang Berkepanjangan bidang industri otomotif, farmasi, peralatan
Krisis moneter yang menghimpit Indonesia rumah tangga, dan lain-laln.^^ Keadaan ini
telah mendorong meningkatnya pelanggaran akan mengakibatkan terjadinya konflik antara
HKI, termasuk Paten. Kondisi perekonomian negara-negara industri maju dan Indonesia.
yang semakin terpuruk akibat krisisekonomi, Bila inl terjadi, Indonesia akan berada pada
telah menurunkan purchasing power (daya posisi yang tidak menguntungkan, karena
bell) masyarakat. Dalam situasi seperti inl, dihadapkan pada Organisasi Perdagangan
dihadapkan pada kenyataan bahwa harga Dunia (WTO).
produk yang orisinil atau dilindungi paten Berbeda dengan Thailand dan Philipina,
sangat mahal, telah mendorong masyarakat kedua negara Ini melalui perundingan-
untuk "menyuburkan" praktik pembajakan perundingan yang keras, berupaya untuk
serta pelanggaran terhadap paten. meminta penangguhan pelaksanaan TRIPs
Pelanggaran inl tampak dari hasilsurvey yang kepada WTO sampai tahun 2003-2005
dilakukan oieh Business Software Alliance dengan alasan keadaan ekonomi yang
yang dilansir pada tahun 1997 menunjukkan memburuk akibat krisis. Hasilnya mereka
data bahwa 93% software komputer yang mendapatkan keringanan penangguhan, tidak
beredar di Indonesia pada tahun tersebut hanya dalam bidang obat (farmasi), tetapijuga
adalah bajakan.^ Akibat pelanggaran untuk bidang-bidang lalnnya. Indonesia
tersebut, khusus yang dlmlliki orang atau sebenarnya dapat juga mengajukan
badan hukum dan terdaftardi Amerika Serikat, penangguhanyang sama, hanya saja pada saat
selama tahun 1997 telah menimbulkan sidangWTO diSeattleAmerika Serikat, delegasi
kerugian sebesar US$ 226,8 juta.^° Pada tahun Indonesia menyatakan slap menerapkan TRIPs
1998 sampai awal tahun 1999, Bea Cukai II dan bahkan mengaku telah lengkap
Bandara Soekamo Hatta telah menggagalkan regulasinya."
masuknya Compact Disk (CD) bajakansebayak
67.527 unit dengan total kerugian negara 3. Pandangan Masyarakat bahwa Paten
sebesar Rp 799 Milyar." adalah Konsep Barat
Dalam bidang paten, akibat krisis moneter, Paten merupakan hak eksklusif, di mana
pelanggaran paten akan banyak terjadi dalam bila dilihat dari akar budaya bangsa Indonesia,
dapat dikatakan tidak mempunyai akar sejarah

'Harian/?epub//ka. 9 Januarll 999.


Bambang Kesowo."Periindungan HakCiptaatas Komputer Program."Sambutan Arahan di Seminar
HakClpta dalam Industri Musik dan PerangkatLunak Komputer serta Penggunaannya dilndonesia.
Diselenggarakan oieh Fakultas Hukum Atma Jaya, bekeijasama dengan P.T. Microsoft Indonesia danMasyarakat
HaKI indoneisa.Yogyakarta. 28April 1999.Him. 2.
"Harian Media Indonesia. 16 Februari 1999.
'^InsanBudi Maulana. "Penerapan Paten Sejak UU No. 6 Tahun 1989hingga UU Paten No. 13Tahun
1997:Pengalaman Indonesiaselama ini." JumalHukum. No. 12 Vol. 6.1999. FH Uil Yogyakarta. Him. 2.
"Harian Kompas. 22 Nopember 2000.

140 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET2001: 137 - 156


Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

dan juga tidak terdapat dalam hukum adat. dimungkinkan ada perbuatan^ yahg Wenuriit
Nilai-nilai falsafah yang mendasari pemilikan Undang-undang.. Paten dikualifjkasikan
individu terhadap karya inovasi dan invensi sebagai pelanggaran, akan tetapi:dalam;nilai-
adalah nilai budaya barat yang menjelma nilai budaya masyarakat tersebut tidak
dalam sistem hukumnya. Hal ini jelas berbeda dianggap sebagai suatu pelanggaran.
dengan budaya Indonesia yang Akibatnya masyarakat cenderungan,banyak
itiengedepankah sikap gotong royong, yang mengabaikan atau tidak-mematuN
kebersamaan dan kekeluargaan, sebagai- peraturan tersebut.
mana dimanifestasikan dalam nilal-nilal Faktor-faktor yang mempengaruhi^masya-
Pancasila. rakat untuk tidak mematuhi hukum .di bidang
Menurut Salman Luthan," subtansi nilai HKI antara lain:^® ^
yang dikandung dalam TRIPs,. sangat a. Pelanggaran HKI pada- umumnya
menjunjung tinggi kepemilikan individu, dilakukan untuk mengambil'jalan pintas
termasuk pemilikan hasil karya intelektualitas guna mendapatkan keuntungan yang
manusia. TRIPs juga menjunjung tinggi sebesar-besarnya dari pelanggaran
kebebasan individu untuk berekspresi dan tersebut. •- ov niir
mengaktualisasikan diri secara maksimal b. Masyarakat pelanggar menganggap
dalam masyarakat. Di samping itu, TRIPs hukum yang dijatuhkan oleh-pehgadilan
merupakan bagian dari sistem perdagangan selama ini terlalu ringan-'bahkan-itidak
bebas (free trade) yang sangat menghargai pernah ada tindakan-tindakah'preventif
prinslp persaingan bebas dan terbuka. Ditinjau maupun'represif yang dilakukan)^';-*'---53..^
dari segi nilai, TRIPs jelas merupakan c. Ada sebagian masyarakat yangvifiasih
manifestasi nilai kapitalisme. merasa bangga apabila hasil karyanya
Dikarenakan paten dan HKI lainnya ditiru orang lain. '••ti'ujmy-if-.e-z
tersebut bukan berasal dari nilai-nilai budaya d. Dengan melakukan pelanggaram'pajak
bangsa Indonesia, tetapl nilai-nilai barat yang atau produk hasil pelanggaran-tersebut
menjelma ' dalam sistem hukum tidak perlu di bayar kepada'pemerintah>q
keperdataannya, kadangkala pemberlakuan e. Masyarakat tidak memperhatika'n 'apakah
hak tersebut dalam kehidupan masyarakat barang -tersebut asli atau-^palsui yang
menlmbulkan perlentangan dengan nllai-nllai penting bag! mereka adalah'harganya
budaya tradisiohal yang telah melembaga , murah dan dapat terjangkau- fii
dalam kehidupan masyarakat. Artihya nssr Aid

i/ln Qjiijr?;!': \Q
" Salman Luthan. "Instrumen Penegakan Hukum Desain industri, Desain Tata Letak Slrkuit Terpadu,
Rahasia Dagang dan Kendalanya." Makalah dalam Seminar Nasional Implementasi Undang-undang Desain
Industri, Rahasia Dagang danDesain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Diselenggarakan oleh HH Ujl'bekerja
samadengan Klinik HaKI Jakarta. Yogyakarta. 4 Oktober 2000. Him. 1. 6.d\q
'®Ansori Sinunang. Op. Cit Him. 2-3. • '

m
4. Lemahnya Penegakan Hukum dibantu oleh Penyidik Pegawai Negerl Sipil
Suatu peraturan yang baik, tanpa diikuti (PPNS) Ditjen HKL PPNS ini dimaksudkan untuk
dengan penegakan hukum yang baik pula, membantu tugas poiisi dalam melakukan
akan sla-sia. Thomas Jefferson menegaskan: penyidikan, mengingat pelanggaran HKl
"Ignoranceof the lawis no excuse in any coun memiliki spesifikasi tersendiri dan
try. Kit where, the laws would lose theireffect, membutuhkan keahlian tertentu dalam proses
because it can always be pretended."^^ Tanpa pembuktiannya. Kendala dari aparat penegak
penegakan hukum yang efektif, sistem HKl hukum dl sini tIdak hanya terkait dengan
akan berantakan. Pendaftaran permintaan jumlah aparat yang terbatas, tetapi juga
paten yang dilakukan oleh administrator kualitas aparat penegak hukum. Sebagai
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual contoh, perbandingan jumlah polisi dengan
yang atas nama negara memberikan hak jumlah penduduk di Indonesia adalah 1:1200,
kepada pemohon paten akan pupus begitu padahal menurut PBB, perbandingan yang
saja. Karenanya hukum harus ditegakkan. ideal adalah 1: 400.
Lemahnya law enforcement in! sebenamya Kualitas aparat penegak hukum. di sini
tidak hanya di bidang HaKI saja, tetapi pada terkait dengan.profesionalitas dan mentalitas
umumnya law enforcement di Indonesia pribadi masing-masing. Sampai saat ini wajah
memang lemah. Jadi kalau penegakan HaKI peradilan Indonesia masih diliputi awan ke-
lemah, itu merupakan bagian atau cermin dan lam. Kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) yang
lemahnya penegakan hukum secara seharusnya diberantas, malah bersarang di
keseluruhanJ' Sana. Praktik mafia peradilan pun sudah
Penegakan hukum ini dipengaruhi oleh menjadi rahasia umum. Akibatnya masyarakat
beberapa faktor, yaitu: pertama, Peraturan kehilangan kepercayaan pada lembaga
perundang-undangan; kedua, aparat penegak peradilan sebagai tempat untuk
hukum; dan ketiga, kesadaran hukum memperjuangkan keadilan.
masyarakat. Secara konseptual, peraturan Selain itu. kesadaran hukum masyarakat
perundang-undangan di bidang paten, sudah juga menjadi kendala tersendiri dalam
memenuhi standar internasional, baik aturan penegakan hukum di Indonesia. Budaya
materiilnya maupun formllnya. Dari ketiga kurang menghargal terhadap hasil karya
faktor tersebut, yang menjadi kendala bagi intelektual. bangga bila hasil karyaintelektualnya
penegakan HKl adalah faktor aparat penegak ditiru orang lain, serta didukung dengan budaya'
hukum dan kesadaran hukum masyarakat. mengambil jalan pintas untuk meraih
Aparat penegak hukum di sini meliputi keuntungan sebesar-besarnya, mendorong
penyidik, penuntutumum, hakim dan advokat. masyarakat untuk melakukan penjiplakan atau
Di bidang HKl, penyidik dilakukan oleh polisi peniruan terhadap hasil karya intelektual,

'®Thomas Jefferson, dalamletter toAndre Limozin." 22 Dec1787, sebagaimanadikutip olehA. Zen Umar
Purba. "Penegakan Hukum diBidang HaKI." Marian Kompas. 22Mei 2000.
"Ibid.

142 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET 2001: 137 - 156


Syihabuddin. Beberapa Pemiasalahan Penerapan Paten...

dengan perasaan tanpa salah dan tiada. mempersiapkan penyertaan Indonesia dalam
pertanggungjawaban. Hal ini dapat dilihat dari konvensl-konvensi internasional; (2)
maraknya penjualan produk-produk hasil menyempurnakan administrasi pengelolaan
pelanggaran HKI yang bisa dijumpai di mana- sistem HKI dan meningkatkan pelayanan
mana. Masyarakat memandang seolah-olah kepada masyarakat; (3) memasyarakatkan atau
kegiatan tersebut adalah legal, sedangkan sosialisasi HKI; dan (4) membantu penegakan
aparat penegak hukum (polisi) sendiri tidak hukum di bidang HKI.'® Keempat langkah
dapat bertlndak banyak menghadapi masalah strategis di atas, diharapkan mampu
tersebutJ® mengatasi permasalahan yang menghamtiat
Akibat lemahnya penegakan HKI ini, pada pelaksanaan ketentuan intemasional tentang
tahun 1999 oleh USTR Indonesia dimasukkan paten.
dalam kategori priority watch list, yaitu negara
yang dalam pengawasan khusus. Dengan
status ini, produsen Indonesia dalam Membangun Sistem Paten Indonesia
memasarkan produk di Amerika akan yang Efektif, Wajardan Realistis
mendapatkan periakuan atau hambatan yang
pada akhimya dapat melemahkan daya saing Berbicara tentang sistem paten, tentunya
mencakup banyak komponen yang terkait
dan penetrasi pasar Indonesia di Amerika,
dengan paten. Sistem ini meliputi sub-sub
misalnya dengan pemeriksaan yang detail dan
sistem yang masing-masing saling terkait dan
bertele-tele mengenai kandungan teknologi
saling berinteraksi, sehingga membentuk
dan rincian asal-usul paten hingga diyakini
tidak sampai merugikan atau melanggar HKI sistem paten. Untuk membangun sistem paten
yang efektif, wajar dan realistis, setldaknya
warga Amerika. Berkat kemajuan penegakan
HKI, sejak 1 Mei 2000, posisi Indonesia
harus dibicarakan tentang bidang-bidang
strategis yang mendukung pelaksanaan
membaik, yaitu menempati posisi watch list.
Untuk meningkatkan pelaksanaan
sistem paten, seperti peraturan perundang-
penegakan HKI di Indonesia, Ditjen HKI undangan (hukum paten), sistem pendidikan
nasional, pola pembangunan dan
sebagai pihak yang paling berkompeten telah
pengembangan teknologi nasional, peran
mencanangkan empat langkah strategis, yaitu:
serta organisasi penelitian "dan
(1) merevlsi atau mengubah peraturan
pengembangan (Litbang), dan kebijakan
perundang-undangan yang telah ada di
strategis Ditjen HKI. Berikut akan dibicarakan
bidang HKI untuk disempumakan lagi; juga
masing-masing komponen tersebut:^

f < •

'®Pelanggaran HKI yang ditlndak polisi, biasanya yang bersekala besar, seperti terlihat pada penggrebekan
terhadap perusahaan penggandaan piringan cakramVCD llegal di Tangerang Harian Kompas. 9Agustus
1999, di Batam Harian Suara Pembaharuan. 21 Januari 2000 dan razia VCD bajakan di Glcdok Majalah
Forum Keadllan, No. 8,28 Mei 2000.
'®A. Zen Umar Purba. Op. Cit. Him. 2.

143
1. Penyempurnaan Peraturan tidak dapat dipatenkannya^ Invensi tentang
Perundang-Undangan di Bidang Paten manusiakarenahalitu bertentangan dengan
Padatanggal 1 Agustus2001, pemerintah moralitas agama, etika, dan kesusilaan.
telah mengesahkan UU Nomor 14 Tahun 2001 d. Penyelesaian sengketa melalui Pengadilan
tentang Paten sebagai pengganti UU Paten Niaga.^^ Berdasarkan UU Nomor 4 Tahun
sebelumnya. UU tersebut melengkapi dan 1998, di lingkungan Peradilan Umum
menyempurnakan hukum paten terdahulu. dibentuk Pengadilan Niaga yang
Beberapa perubahan penting dalam Undang- berwenang untuk memeriksa dan
undang tersebut adalah: memutus perkara di bidang perniagaan
yang penetapannya dilakukan dengan
a. Pengaturan penetapan sementara oleh Paraturan Pemerintah. Mengingat paten ini
Pengadilan (injunctionP° termasuk bidang perniagaan, di mana
Injunction diatur dalam Ketentuan TRIPs dalam pemeriksaannya membutuhkan
Pasal 44, di mana negara anggota diharuskan keahlian khusus, maka untuk prosedur
untuk memberikan kewenangan kepada perdata sebaiknya memang menjadi
otoritas yudisial untuk memerintahkan suatu kewenangan Pengadilan Niaga untuk
pihak mencegah berlanjutnya pelanggaran memeriksa dan memutusnya. Dengan
HKl, -termasuk paten dan hakyang berkaitan demikian diharapkan sengketapaten dapat
dengannya. Pengaturan in! efektif untuk ditangani oleh orang-orang yang
mencegah masuknya barang yang diduga berkompeten dan dapat diselesaikan
melanggar paten dan hak yang berkaitan secara profesional.
dengan paten ke dalam jalur perdagangan e. Penyempumaan peraturan yang terkait
termasuk tindakan importasi dan atau dengan paten sederhana, di antaranya:
menghentikan sementara peredaran produk (1) Kebaharuan Universal"
yang diduga melanggar paten. Hal ini dapat
Persyaratan kebaharuan universal ini
mengantisipasi keruglan lebih besar yang
penting, terutama bila dikaitkan dalam
diderita oleh pemiiik paten atau pemegang
peiaksanaan penelusuran referensi (dokumen
lisensi akibat perbuatan pelanggaran paten.
pembanding) yang dapat digunakan, sebagai
b. Perubahan istilah penemuan menjadi contoh CD-ROM yang berisikan publikasi
invensi dan penemu menjadi inventor permohonan paten dari Kantor Paten Eropa,
c. invensi yang tidak dapat dipatenkan, Publikasi Paten di Amerika Serikat, dan
termasuk didalamnya adalah invensi Jepang. Apabila diingat bahwa saat ini akses
tentang makhluk hidup (mencakup untuk melakukan penelusuran atau
manusia, hewan dan tanaman).^^AIasan mengetahui informasi dapat dilakukan melalui

^Pasal 125 UU Nomor 14 Tahun 2001


2'Pasal 7 UU huruf d Nomor 14 Tahun 2001. Lihat juga penjelasan Umum UU Nomor 14 Tahun 2001
angka2 huruf d.
"Pasal 117 ayat(1) UU Nomor 14Tahun 2001
"Pasal 105 ayat (5) UU Nomor 14Tahun 2001

144 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET 2001:137 - 156


Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

internet, maka perbedaan pelaksanaan secara leluasa, walaupun hanya untuk satu
penelusuran untuk sistem kebaruan lokal atau penemuan saja dalam setiap permohonannya.
universal menjadi rancu. Dengan f. Pengajuan melalui permintaan intemasional
dipersyaratkannya kebaruan universal, maka (Traktat Kerja Sama Paten/ PCT)^®
kendala yang dihadapi akan dapat diatasi dan
Pengaturan ini sebagai kohsekuensi
penelusuran yang dilakukan melalul akses ke
keikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi
internet tidak menjadi masalah.
Traktat Kerja Sama Paten berdasarkan
(2) Sistem Terbuka^** Keputusan Presiden Nomor 16 tahun 1997.
Dengan sistem terbuka.inl. permohonan Di samping, mesti menyesuaikan UU Paten
paten sederhana akan diumumkan. sehingga dengan ketentuan intemasional yang telah
masyarakat/pihak ketiga dapat mengajukan diratifikasi, harus pula mempertimbangkan
keberatan yang dapat merupakan masukan kepentingan bangsa dan negara, mengingat
yang berguna bagi Direktorat Jendral,terutama pembentukan UU Paten selain karena
dalam pemeriksaan subtantif untuk memper- konsekuensi keikutsertaan Indonesia pada
timbangkan sebelum memberikan keputusan. konvensi intemasional, tentunya dimaksudkan
(3) Paten sederhana diberikan untuk satu juga untuk meningkatkan kemampuan
invensi^® teknologi bangsa serta menggairahkan
Sebelumnya, penemuan dibatasi pada kegiatan penelitian di dalam negeri. Oleh
satu klaim, sehinggasulit bagi pemohon untuk karena itu, tanpa mengesampingkan, "aturan
mendapatkan perlindungan yang memuaskan permalnan ipternasionar, Indonesia dituntut
sesuai keinginannya. Karena dengan klaim untuk membangun hukum paten yang efektif,
yang berjumlah 1(satu) jika ciri teknis (feature) wajar, dan realistis, sehingga permintaan paten
penemuan terlalu banyak dalam satu klaim, domestik bisa meningkat dan mengimbangi.
maka lingkup perlindungannya akan sempit permintaan paten asing. Berikut beberapa hal
Seballknya, apabila ciri-ciri teknis tersebut yang dapat dipertimbangkan untuk
dikurangi, maka pelindungan akan menjadi mewujudkan hukum paten yang dimaksud,
terlalu luas, akan tetapi rentan terhadap yaitu:
kemungkinan diantisipasi oleh referensi yang a. Penerapan lisensi wajib (compu/sory
ada (priorart). lecense) secara ketat" dan pengecualian
Dengan tidak dibatasi jumlah klaimnya, penemuan yang dapat dipalenkan secara
akan tetapi dibatasi untuk 1 (satu) penemuan, luas.2® ' .
diharapkan pemohon dapat membuat klaim

"Rasa! 105ayat(4) UU Nomor 14Tahun 2001.


"Pasal 105ayat(1) UU Nomor 14Tahun'2001.
^®Pasal 109 UU Nomor 14 Tahun 2001.
"Ketentuan lisensi wajib diatur dalam Pasal 74-87 UU Nomor 14Tahun 2001.
^^Ketentuan ini diaturPasal 7 UU Nomor 14 Tahun 2001.

145
Lisensi wajib dan pengaturan bidang tersebut merupakan bidang yang
pengecualian penemuan yang dapat sangat penting yang menguasai hajat hidup
dipatenkan secara luas merupakan dua ciri orang banyak, sehingga tidak etis bila
hukum paten yang banyak dianut oleh penemuan itu diiindungi hak ekskiusif, yang
kebanyakan negara-negara berkembang. mengakibatkan kepentingan masyarakat
Lisensi wajib diatur dalam Konvensi Paris terbaikan
Pasal 5 A(2) dan (5). Pemberlakuan lisensi ini b. Masa beiiakunya perjanjian lisensi
diharapkan mampu meningkatkan
Menurut Pasal 69 ayat (2) masa
kemampuan teknologi bangsa. Dengan
beriakunya perjanjian lisensi adalah sesuai
pemberlakuan lisensi wajib. pemilik paten dengan jangka waktu lisensi diberikan.
"dipaksa" melaksanakan patennya di Indonesia, Berdasarkan asas kebebasan berkontrak,
karena apabila dalam jangka waktu 36 (tiga tiap-tiap pihak memang berhak untuk
puiuh enam) bulan paten itu tidak mengadakan perjanjian sesuai dengan
dilaksanakan, padahal kesempatan untuk kehendaknya masing-masing. Namun bila ini
melaksanakannya secara komersi! sepatutnya dikaitkan dengan masa beriakunya hak
ditempuh, maka berdasarkan putusan Direkto- ekskiusif yang diberikan paten(yaitu 20tahun).
ratJenderal, lisensi wajib dapat ditetapkan. Hal maka bisajadipatenyang sudah kadaluwarsa
yang dimaksud penerapan secara ketat di sini perjanjian lisensinya masih tetap beriaku.
adalah pemerintah bertindak tegas terhadap Konsekuensinya, teknologi yang semestinya
semua pemilik paten yang didaftarkan di sudah menjadi domain publik, dan semua
Indonesia, sehingga pilihan pemegang
orang bebas untuk menggunakannya,
paten hanya dua, yaitu melaksanakan namun karena lisensi masih beriaku, licencee
penemuannya di Indonesia dan/ tetap terikat dengan perjanjian lisensi.
melisensikannya atau ditetapkannya lisensi Pengaturan semacam ini jelas merugikan
wajib. Dengan demikian diharapkan sistem kepentingan licencee. Mengingat dalam
patendapat mendukung proses alih teknologi. kenyataan bahwa banyak warga kita yang
Pengaturan pengecualian penemuan menempati posisi sebagai licencee, maka
yang dapat dipatenkan,^^dldasarkan pada perlu dipertimbangkan untuk mengubah
kenyataan bahwa sampai saat ini peimintaan berakhirnya masa beriakunya lisensi yaitu
paten pada Direktorat Jenderal HKI masih dibatasi denganberakhirnya masa peilindung-
didominasi pihak asing. Untuk itu dengan an paten dan/atau berakhirnya masa waktu
adanya pengecualian yang luas, banyak yang diperjanjikan.
bidang-bidang tertentu yang tidak bisa
c. Pengaturan prosedur pidana^"
diberlakukan sistem paten, karena bidang-

^Ketentuan ini daturdalam Pasal27ayat3 Persetujuan TRIPs.


^TRIPs tidak mewajibkan negara anggota untuk menyediakan mekanisme pidana dalam bidang paten.
Pasal 61 TRIPS hanya mewajibkan menyediakan aturan pidana untuk tindak pidana pembajakan hak cipta dan
pemalsuan merek dagang. Oleh karena itu pula, dalam Hukum Paten Amerika Serikat, tidak dijumpai adanya
prosedurkriminal.

146 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET2001: 137-156


Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

Ketentuan pidana diaturdalam Pasal 130, pada masa Pemerintahan Meiji, dibangun
131, dan 132 UU Paten, yaitu berupa sanksi bersamaan dengan pembangunan sistem
pidana penjara dan/atau denda. Perubahan pendidikan. Yukichi Fukuzawa sebagai peletak
UU paten telah mengganti pelanggaran paten dasar hukum paten di Jepang, ia juga dikenal
dari delik biasa menjadi delik aduan. Namun sebagai peletak sistem pendidikan di sana,
demikian, dl masa mendatang perlu yang bertujuan untuk membangun SDM dalam
dipertimbangkan agar prosedur pidana tldak menghadapi modernisasi di' negaranya.
diaturlagi. Jadi cukupdengan prosedurgugatan Pembangunan sistem paten Jepang yang
secara perdata. ' ' • dimulai tahun 1885, di mana pada saat itu
hampir semua pemohon paten berasal dari
2. Membenah! Sistem Pendidikan asing, namun berbekal dengan modernisasi
Sebaik apapun UU paten yang dimiliki, dan pembangunan yang dihasilkan dari
tanpa didukung oleh sumber daya manusia sistem pendidikan Jepang, sekarang ini
yang siap berkompetisi untuk menghasilkan mayoritas paten di Jepang dimiliki oleh'orang
pene'muan yang berkualitas paten, maka UU Jepang sendiri.^^ Sehingga sangat tepat, bila
itu tldak aka'n mencapai tujuannya untuk Yoshlro • Sumida mengatakan • bahwa
meningkatkan kemampuan teknologi bangsa. pendidikan adalah kunci untuk meraih
Bahkah bisa jadi UU itu hanya memfasilitasi keuntungan dari sistem paten.^^ Hal yang
pihak asing untuk mendapatkan perlindungan sama jugai terjadi diAmerika dan EropaBarat,
paten di Indonesia; Oleh karena itu, hukum kesadaran akan pentingnya pendidikan inilah
paten akan efektif bila ditunjang kemampuan yang melahirkan'rena/ssance, sehingga
.SDM yang handal pula. Befblcara tentang mereka dapat menjadi negara industri maju
kualitas SDM, maka tidak bisa dilepaskan'diri dengan kemampuan Inovasi teknologi yang
dari pembahasan tentang sistem pendidikan tinggi {technological innovators).
nasionai. Dalam Pandangan Jeffrey Sachs yang
. Sebagaimana Jepang, Amerika Serik^ membagi dunia dari sudut teknologi menjadi
dan negara-negara industri maju lainnya, tiga kelompok, yaltu technological innovators,
keberhasilan mereka dalam meningkatkan technological adopters, dan technologically
kemampuan teknologinya dimulai dari excluded, Indonesia bisa dikategorikan dalam
peletakan dasar-dasar pendidikan yang kelompok technological adopters, yaitu negara
sistematis. Jepang misalnya, dalam yang mampu menguasai teknologi-teknologi
pembangunan sistem patennya yang dimulai baru hasil inovasi, terutama teknologiproduksi

2'Menurut Catalan WlPO, pada tahun 1997, permohonan paten domestik Jepang mencapai 13% (430.022
buah) dari total permintaan paten pada JPO yang mencapai 3.333.753 buah, kemudian pada urutan berikutnya
Amerika Serikat dengan jumlah 236.692 (7%) dan Korea dengan jumlah (5,2 %).
^^Yoshiro Sumida. "The Role and Implementation ofPatent Law in 21 st Century, The PossilDle Conflict
Between Developed and Developing Countries." Makalah di sampaikan dalam Seminar Nasionai Peiranan Hak
Cipta, Patendan Merek dalam Pembangunan Perdagangan danIndustri. Kerja samaFH Ui! dan Klinik
HKIJakarta.Yogyakarta.9Desember1998.Hlm.2. '

147
dan konsumsi. Namun menurut Mochtar (matematlcally illiterate) dan buta IPA (scien
Buchori,^^ bila Indonesia tidak berbuat sesuatu tifically illiterate). Memang tidak semua siswa
untuk meningkatkan kemampuan bangsa berminat menjadi ahii matematika, IPA atau
dalam teknologi, tIdak mustahil status Indonesia teknologi, tetapi suatu masyarakat akan
sebagai technological adopters kian menurun, berhasil mengembangkan kemampuan
dan suatu saat posisi ini akan lepas dari teknologi yang cukup tinggi bila ada lapisan-
genggaman Indonesia. lapisan penduduk dengan tingkat pemahaman
Karena itu, upaya untuk meningkatkan matematika dan llmu pengetahuan yang
kemampuan bangsa dalam hal teknologi pada bersifat expert, sampai yangbersifat apresiatlf.
generasi muda menjadi agenda yang harus Menurut Lord Snow, sebagaimana dikutip
diprloritaskan. Dalam tial ,inl Buchori Buchori,^ padadasamya tiap masyarakat yang
menawarkan dua langkah dasar untuk ingin mengalami "revolusi ilmiah" (scientific
mencapai tujuan itu.^* Pertama, mendorong revolution), yaitu loncatan raksasa dalam
kelompok-kelompok tertentu di masyarakat •penguasaan MlPA harus mampu
agar berkembang menjadi kantung-kantung mengembangkan empat lapisan penduduk
inovasi teknologi: Pada dasamya Indonesia dengan penguasaan MlPA yang berbeda-
sudah memlllkl kantung-kantung ini, hanya beda. Paling atas lapisan alpha plus scien
jumlahnya terlampau kecil. Kedua, tist, yaitu ilmuwan-ilmuwan pengetahuan alam
mengusahakan agarwilayah-wilayah yang kin! dengan kemampuan amat tinggi yang
bersifat terkucil secara teknologis, berangsur- jumlahnya di bangsa manapun tidak pemah
angsur ditingkatkan menjadt wilayah yang besar. Lapisan kedua, kelompok alpha profes
berkemampuan mengadopsi hasil-hasil sions, jumlahnya lebih besar dari kelompok
inovasi. Lebih lanjut, Buchori menjelaskan pertama, bertugas melakukan supporting re
bahwa kedua hal itu tidak bisa dllakukan begitu search, the high class design and develop
saja. Dibutuhkan waktu untuk menumbuhkah ment. DI lapisan ketiga ada ilmuwan-ilmuwan
generasi berkemampuan mengadopsi inovasi yang melakukan secondary technical job.
teknologi dan mampu mengadakan inovasi Lapisan keempat adaiah politisi, birokrat, dan
teknologi. Untuk itu jalannya hanya satu, yaitu masyarakat umum dengan pemahaman MlPA
pembaruan pendidikan Matematika dan limu memadai, sehingga mereka mengerti apa yang
Pengetahuan Alam (MIPA).^ dibicarakan para ilmuwan (natural scientist).
Bila Indonesia ingin betul-betui , Untuk dapat mewujudkan empat lapisan
meningkatkan kemampuan di bidang teknologi ini di Indonesia, tentunyadibutuhkan waktu dan
di masa depan, maka tidak boleh ada anak- usaha keras, dan yang tidak bisa ditinggalkan
anak muda yang buta matematika adaiah bagaimana mereformasi pendidikan

^^Mochtar Buchori. "Meningkatkan Kemampuan Teknologi Bangsa." Harian Kompas. 11-12 September
2000.
^'Ibid.
"/b/d.
''Ibid.

148 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL 8. MARET2001: 137- 156


^^yihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

vlatematika dan IPA dari tingkat Pendidikan dasamya paling berkepentingan dan bahkan
)asar (SD dan SLIP), Pendidikan Menengah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
SMU), termasuk pula pendidikan tinggi pada segala Undahg-undang dan peraturan
akultas-fakultas tertentu, khususnya MlPA dan pelaksananya. Teori "fiksi hukum" tampaknya
aknologi, sehingga program Pendidikan MlPA tidak cukup dijadikan dasar bahwa semua
.'apat dicerna dengan mudah oleh tlap peserta orang sudah memahami dian mengerti suatu
idik. peraturan yang ditempatkan dalam Lembaran
Negara. Lebih penting dari itu, perlu ada usaha
Budaya Masyarakat yang sungguh-sungguh untuk menyebarluaskan
(
pemahaman materi UU tersebiit .kepada
Di antara permasalahan yang menyebabkan masyarakat termasuk aparat Pemerintah,
linimnya permintaan paten domestik khususnya penegak hukum.
idonesia dan lemahnya penegakan hukum Menurut BambangKesowo, sistem hukum
•aten adalah budaya (culture) masyarakat memang tidak ten/vujud dan dapat ditegakkan
ndonesia yang kurang menghargai has!!, bilamana kegiatan hanya berhenti pada
arya intelektual serta kecenderungan untuk pembentukan peraturan perundang-
lengambil "jalan pintas" dalam rangka meraih undangan.^^ Hal yangsama berlaku pula pada
euntungan yang sebesar-besamya. Selain HKI. Hasi! pengamatanselama ini menunjukkan
:u masih banyak kelompok masyarakat yang bahwa kurangnya pemahaman terhadap
nenganggap makin banyak karya seseorang masalah tersebut akan mempengaruhi tingkat
'itiru oleh pihak lain, akan semakin balk bagi kesadaran terhadap hak-hak yang dimiliki,
ipenemu atau pencipta. Artinya diamakin luas mengenai kapan dan bagalmana harus
likenal dan bertambah populer. Rendahnya menegakkan atau mempertahankan hak itu
emohonan paten lokal pada sis! lain sendiri.
•erkaitan dengan persepsi. Balk aspek Aparat penegak hukum, balk polisi, jaksa,
-ultur maupun persepsi tidak bisa dilepaskan hakim, maupun pengacara, harus betul-betui
erigan masalah peningkatan pemahaman memahami ketentuan yang diatur dalam
lasyarakat akan HKI, termasuk di dalamnya undang-undang, karena mereka inilah yang
aten. Untuk itu sosialisasi menjadi langkah akan secara langsung bersinggungan dengan
ang strategis dalam pembangunan budaya upaya penegakan hukum. Seiring dengan
lasyarakat menuju masyarakat yang sadar langkah sosialisasi di kalangan aparat
an menghargai HKI. penegak hukum, pemahaman mengenai hal
>Dalam masalah penyebarluasan itu juga perlu diarahkan kepada rnasyarakat
emahaman ini, Pemerintah memegang secara umum, agar mereka menyadari ,hak
eranan yang sangat panting, karena walau dan kepentingannya. Apresiasi juga harus
agaimanapun, Pemerintahlah yang pada tetap tumbuh dari.kalangan pelaku HKI seridiri,

"Bambang Kesowo. "Perlindungan Hukum serta Langkah-langkah Pembinaan oleh Pemerintahdalam


•idang Hak Milik Intelektual." dalam Paten, Pengaturan dan Pelaksanaan. Pusat Pengkajiana Hukum.
akarta. 1993. Him. 24.

149
baik itu pengusaha, peneliti, akademisi dan (Ristek) di kawasan Puspiptek Serpong yan-
plhak-pihak lainnya yang secara langsung baru terwiijud pada tahun 1976 pada saat B;
bersinggungan dengan HKI; Merekalah yang Habibie menjadi Menteri Negara Ristek
seyogyanya berkepentingan dalam hal ini, Melalui usah'a keras Habibie, iahiriah Industt
temtama daiam upaya melindungi hak dan Pesawat Terbang Nasional (IPTN) yant
kepentingannya. kemudian diekstrapolasikan menjadi jug.
industri transportasi, dan selanjutnya industk
4. Pola Pembangunan Teknologi Nasional strategis.^® Sisa anggaran ristek bersami
Perhbangunan teknologi sebagai bagian dengan bantuan dan pinjaman luar negen
daii pembangunan nasional pada umumnya, dipakai untuk membangun fasilitas baru
merupakan sarana untuk mewujudkan peralatan bam dan meningkatkan SDM denga^
manusia Indonesiaseutuhnya yang berkeadilan pendidikan S-3 yang kemudian kembali pad)
dan berkemakmuran. Kebijakan Pemerintah awal 1990-an.
dalam bidang teknologi akan banyak Pada tahun 1997 ketika krisis ekonorr
berpengaruh tertiadap kemampuan manusia menerpa Indonesia, bulan madu yanj
Indonesia dalam penguasaan dan pencapaian beriangsung lama itu segera berakhir, bersam;
teknologi, yang pada gllirannya akan dengan berakhimya kepemimpinan Habibii'
berpengaruh pada kesejahteraan dan sebagai Menristek. Pada saat itu, dunia Riste'
kemakmuran masyarakat. mengalami kesulitan dalam pendanaar>i
Pencapaian teknologi tidakbisa dilepaskan sehingga industri strategis temiasuk IPTN yani-
darikegiatanriset,karena melalui kegiatan inilah belum mampu mendanai sendiri kegiatanny;
dapat dihasilkan berbagai macam teknologi. segera ambmk. Menegristek Pasca Habibie
Lembaga Penelitian non-De'partemen (LPND) Rahardi Ramelan yang hanya beberapa bular
-seperti DPI, BBPT, BATAN, LAPAN, BAKOSUR- Zuhal yang sekitar setahun maupun AS Hikar
TANAL, Lembaga Eijkman, dan PUSPIPTEK, pada pemerintahan Abdurrahman Wahic>
sebagai pelaku utama kegiatan riset di mengalami permasalahan yang sangat b'era^
Indonesia', dalam hal ini diharapkan dapat Di satu sisi sumber dana sangat terbatas, c
menjalankan tugasnya dengan baik, karena sisi'lain pelaku ristek belum siap untuk
LPND ini'rrierupakan anak kandung dari berkinerja pada skala ekonomi. Walaupu^
Kementrian Riset dan Teknologi yang bekerja di bawah'sikap skeptis masyarakat
menempatkan kegiatan Rjstek sebagai AS Hikam mencoba menjawabnya dengai
kegiatan' utama! Sedangkan Litbang sektoral merumuskan beberapa arahan sepert*
dl departemen teknis termasuk Depdiknas, Kebijakan Strategis (Jakstra) dan Priorita;
riset masih belum dianggap penting. Utama Nasional untuk Riset dan Teknoloj
•''Dirnulai dari era Sumitro, produk utama (Punas Ristek), sebagai panduan bagi pelakt
kemehtriah Ristek adalah gagasan tentang utama Ristek untuk berkinerja dengan sebaik
pemusatan kemampuan riset dan teknologi baiknya.2®

^S.Farida Ruskanda. "Iptek Indonesia. Sebuah Refleksl dan Perspektif."Harian Republika. 3Januari200'
''Ibid.

150 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL 8. MARET2001: 137- 15


Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

Pada tahun 2001 penelitian akan banyak dari skala laboratorium hingga skala
diarahkan dalam bidang kelautan seirama produksi massal.^'
dengan intensifnya bidang ini. Pengembangan b. Program insentif "olah Paten" yaitu
teknologi tepat guna juga akan banyak pemberian subsidi kepada para peneliti
diarahkan untuk mendukung industri kecil dan yang akan mematenkan hasil temuannya,
menengah dalam memulihkan kondisi besarnya Rp. 5.000.000,00 untuk setiap
perekonomian nasional. Dengan terbatasnya peneliti. Program ini dilaksanakan selama
anggaran-penelitian, maka akan banyak 5 tahun dan akan dimulai pada tahun
penelitian dalam bidang elektronika yang anggaran 2000. Jumlah usulan yang akan
bersifat software khususnya dalam tingkat dibiayai tahun anggaran 2000 ini
aplikasi. Pemantauan lingkungan serta sebanyak 60 usulan.^^
pengolahan limbah akan terus ditekuni c. Pemberian subsidi kepadaSentra HKI yang
mengingat menggebunya semua pihak pada ada di Perguruan Tinggi atau lembaga-
sektor ini. Secara umum penelitian rekayasa, lembaga penelitian pemerintah maupun
proses maupun metode untuk industriberbasis swasta, besarnya Rp. 75.000.000,00 untuk
sumber daya alam akan sangat menonjol setiap sentra HKI. Tahun ini yang
pada tahun 2001 untuk lebih mendapatkan subsidi sebanyak 11 Sentra
mengoperasionalkan sektor ristek ini pada HKI, diantaranya: LIPI, Balitbang
pemulihan ekonomi.^° Departemen Pertanian, IPB, UGM, DI, ITS
Di samping itu, sebagai pengemban Surabaya. Universitas Diponegoro, ITN
kemajuan teknologi, Kantor Menteri Negara Bandung, Asosiasi Penelitian Perkebunan
Riset dan Teknologi juga memiliki tanggung Indonesia, dan Politeknik Negeri
jawab dalam upaya peningkatan kemampuan Lhokseumawe."
teknologi bangsa. Sebagai usaha untuk d. Program STANLAB (Standarisasi
menlngkatkan pemakaian teknologi temuan Laboratorium) dengan jalan memberikan
para peneliti Indonesia, Pemerintah melalui subsidi biaya pemeliharaan dan
Karitor Menteri Negara Riset dan Teknologi peningkatan kualitas laboratorium.
mulal tahun anggaran 2000 akan besarnya subsidi ini adalah Rp.
mengeluarkan beberapa program, yaitu: 50.000.000,00 untuk setiap laboratorium.
a. Program insentif asuransi teknologi. Pada Laboratorium yang mendapatkan insentif
program ini industri yangiolos seleksiakan ini sebanyak 25 laboratorium."
memperoleh premi untuk mengembangkan Dari uraian di atas, penulis ingin
suatu temuan teknologi yang dilakukannya, menunjukkan bahwa kebijakan nasional

«Ibid.
Harian Kompas. 24 Januari 2001.
"Harian Republika. 16 September 2000.
" Ibid.
"/b/d.

151
dalam menentukan strategi pembangunan pemegang lisensi. Di negara-negara maju,
teknologi akan sangat berpengaruh terhadap seperti Amerika Serikat, Jepang dan negara
pencapaian dan penguasaan masyarakat Eropa Barat lainnya, kemajuan teknologi paten
terhadap teknologi. Pemberian berbagai banyak bertumpu pada kegiatan Research and
insentif diharapkan mampu meningkatkan Developing (R/D). Karena itu, kegiatan R/D
motivasi para peneliti Indonesia menghasilkan menempati posisi penting dalam setiap
inovasi teknologi. Dalam hal in! dunia Ristek kesempatan, dan pembiayaannya pun
harus bekerja sama dengan dunia pendidikan mendapatkan prioritas.
untuk mewujudkan sinergi, sehlngga Di Indonesia sendiri, Lembaga Litbang
Lembaga Ristek dapat didukung oleh SDM telah dikenal secara luas. Setiap perusahaan
yang berkualitas yang pada^ muaranya akan biasanya memiliki devisi Litbang, demikian
mampu menghasilkan teknologi yang pula organisasi sosial politik dan
berkualitas tinggi. Dengan adanya gerak kemasyarakatan, lembaga pemerintahan,
denyut nadi dunia Ristek yang dinamis, lembaga swasta, serta lembaga pendidikan
diharapkan banyak muncul penemuan di tinggi. Organisasi seperti LIPI dan BATAN
bidang teknologi yang slap untuk dipatenkan. misalnya, yang sering dikategorikan sebagai
Dengan demiklan hukum paten yang Organisasi Penelitlan dan Pengembangan
dipersiapkan untuk meningkatkan kemam- (OPP), diharapkan dapat menciptakan
puan teknologi bangsa dapat dimanfaatkan pemahaman llmiah baru dan inovasi teknologi,
oleh anak bangsa sendiri untuk mewujudkan yang menjadi sumbangan dari OPP itu bagi
kemakmuran dan kesejahteraan bersama. pembangunan, yang bermuara ke industri dan
dunia ekonomi. Karenakineija OPP itu penting,
tidaklah berlebihan bila Indonesia
5. Pemberdayaan Lembaga Penelitlan
mengharapkan dari suatu OPP tingkat
dan Pengembangan (Litbang) serta
ke"penemuan''an yang tinggi dan terus
Peningkatan Gairah Peneliti
meningkat dari waktu ke waktu.^'
Dewasa ini, terjadi kemajuan pesat dl Divisi Litbang disini memiliki peranan yang
bidang penelitian dan pengembangan, penting dalam memajukan organisasi serta
khususnya yang menyangkut aspek terapan menumbuhkan kreasi-kreasi baru untuk
yangdapat bergunalangsung bagi masyarakat. meningkatkan kinerja dan pencapaian
Teknologi yang berguna langsung bagi teknologi baru. Bagi perusahaan-perusahaan
masyarakat tersebut pada umumnya dapat yang ingin maju, semestinya menginvestasikan
dikomersilkan. Oleh karena itu, penghasil dana yang besar untuk kegiatan Litbang,
teknologi berusaha agar teknologi tersebut sehingga melalui kegiatan tersebut
mendapat perlindungan sehlngga nilai komersiai diharapkan lahirteknologi-teknologi baru yang
teknologi tetap berada di tangan pencipta atau memiliki arti penting dalam meningkatkan

"^Amru Hydari Nazif. "Paten dan Pengelolaan Penelitian danPengembangan." Makalah dalam Seminar
Paten dan Teknologi Nuklir dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Bangsa. Badan Tenaga Nuklir
Nasional. Jakarta. 18Agustus 1999. Him. 3.

152 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET2001:137 - 156


Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

kinerja dan produksi perusahaan. Demikian a. Meningkatkan upaya sosiaiisasi UU Paten,


juga lembaga pemerintahan dan swasta yang sehingga peneliti menyadari betui arti
ingin tetap eksis dalam kompetisi global, juga penting perlindungan paten serta
dituntut untuk menggalakkan kegiatan memahami prosedur permintaan paten;
Litbangnya. Hasil dari kegiatan Litbang in! bila b. Mengubah pola pikir parapeneliti, dimana
kemudian memenuhl kualifikasi syarat-syarat sebagian mayoritas mereka hanya
paten, maka bisa menjadi asetyang berharga berorientasi pada kenaikan pangkat,
bag! penelitlnya maupun lembaga yang penyelesaian tugas-tugas proyek penelitian
bersangkutan. atau penyelesaian jenjang studi, tanpa
Hal yang sama juga berlaku bagi lembaga mengejar target bahwa penelitian itu dapat
penelitian yang ada di lingkungan Perguruan dipatenkan; dan
tinggi (PT). PT sudah selayaknya mengadakan c. Penuiisan skripsi, tesis dan desertasi,
dan menggiatkan kegiatan-kegiatan di bidang terutama pada Fakultas Teknik dan MlPA
penelitian yang berorlentasi pada paten. seharusnya tidak hanya bertujuan untuk
Hampirsemua PT memiliki Lembaga Penelitian, menyelesaikan studi, tetapi diubah
sehingga secara kuantitas jumlah Lembaga menjadi pola penuiisan skripsi yang
Penelitian di PT sudah memadai, namun berbentuk deskripsi untuk mengajukan
secara kualitas hasilnya sangat minim. permintaan paten.
Demikian juga kegiatan penelitian individual Melalui pemberdayaan Lembaga Litbang
dosen maupun mahaslswa, belum serta peningkatan gairah para peneliti,
menunjukkan hasil yang signifikan dalam diharapkan dapat muncul ikiim yang kondusif
mendukung permintaan paten domestik. dalam bidang penemuan dan pengembangan
Sebenarnya para peneliti Indonesia memiliki teknologi baru. Sehingga secara tidak langsung
kemampuan yang cukup memadai, hal itu akan mendorong peningkatan permintaan paten
setidaknya tampak dalam beberapa pameran domestik.
yang menggelar teknologi dan karya-karya
ilmiah. Semua inovasi dan Invensi dipamerkan. 6. Kebijakan Strategis Direktoriat
Tetapi sayang para peneliti Indonesia hanya Jendral (Ditjen) HKI
bangga dengan penghargaan dan prestasi yang
diraihnya dan melupakan begitu saja hasil Ditjen HKI sebagai pihak yang bertanggung
Inovasi dan invensinya yang telah menghablskan jawab dalam pelaksanaan HKI, memiliki peran
waktu danbiaya yangtidak sedikit. Mereka tidak
yang penting dalam upaya membentuk sistem
menyadari bahwa seringkali pihak ketiga (para paten yang wajar, efektif dan realistis yang
pengusaha baik nasional maupun asing) lebih berguna untuk kepentingan bangsa dan
jeli dalam memanfaatkan hasilinovasi itu untuk Negara. Berikut beberapa langkah yang dapat
kepentingannya.
dijadikan sebagai kebijakan strategis dalam
Untuk mendorong para peneliti pelaksanaan paten di Indonesia:
menghasilkan teknologi yang berkualitas paten, a. Merevisi dan menyempurnakan peraturan
perlu dilakukan tindakan-tindakan strategis perundang-undangan yang telah ada di
sebagai berikut: bidang paten, sesuaidengan kepentingan

153
bangsa dan negara dengan tetap e. Pembentukan Gugus HKI; Keberadaan
memperhatikan konvensi-konvensi organisasi pengelola HKI sangat signifikan
. internasional. bagi kemajuan ekonomi suatu-negara yang
b. Memasyarakatkan dan mensosialisasikan ingih membangun perekonomian berbasis
paten, baik di kalangan industriawan, pengetahuan. Selain itu, keberadaan
pengusaha, peneliti, akademisi, maupun organisasi tersebut dapat memberikan
di.berbagai lapisan masyarakat lainnya. arahan bagi peneiiti agar penemuan-
Program sosialisasi dimaksudkan untuk penemuannya dapat aplikatif terhadap
-menumbuhkan sikap tanggap terhadap kebutuhan industri dan masyarakat serta
tanda-tanda perubahan dan kesadaran memiliki niiai kompetitif.
akan pengaruh paten dalam .kehidupan f. Membantu penegakan hukum di bidang
sehari-hari. Kegiatan ini dapat dilaksanakan paten; Ditjen HKI telah melakukan koordinasi
bekerja sama dengan Perguruan tinggi, secara intensif dengan-aparat penegak
himpunan pengusaha, LSM dan pihak- hukum dan instansi terkait lain, untuk
pihak lainnya, mengingat keberhasiian meningkatkan kuaiitas penegakan hukum
sistem paten hanyabisa dilakukan bersama- di bidang HKI. Untuk itu para penegak
sama dengan anggota masyarakat. hukum perlu meningkatkan pengetahuan
c. Menyempumakan administrasi pengelolaan dan pemahaman masyarakat di bidang
sistem Paten dan meningkatkan pelayanan HKI, sehingga dapat terwujud kerja sama
kepada masyarakat. Sistem paten yang sinergis. Di samping itu, diiingkungan
kontemporer harus memperhitungkan Ditjen HKI juga terdapat tenaga Penyidik
faktor otomasi.Sudah saatnya Kantor paten Pegawai Negeri Sipii (PPNS) yang
menerapkan sistem otomasi pengelolaan bertugas untuk membantu poiisi dalam
paten. Sebagaimana Jepang, melalui penegakan hukum HKI.
paperless sistem, penmintaan paten dapat 1

dilakukan melalui komputerdan on line ke Demikianlah beberapa hal yang dapat


KantorPaten Jepang yang berada di Tokyo. dipeilimbangkan untuk mempersiapkan dan
d. Desentralisasi pendaftaran permintaan atau membentuk sistemHKI yangwajar, efektif
paten. Permohonan permintaan paten dan realistis, sehingga bermanfaat bagi
akan semakin mudahapabiladesentraiisasi kepentingan bangsa dan negara.Wajar, artinya
pendaftaran dapat direaiisasikan. Dengan sistem paten yang dibangun sederhana dan
mengoptimalkan Kanwil departemen tidak terlalu muluk-muiuk. Efektif, artinya hukum
Kehakiman dan HAM di semua proplnsi paten yang dibangun dapat dilaksanakan
untuk dapat menerima permintaan secara efektif dan memberikan daya guna bagi
pendaftaran paten, akan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
kemudahan pada masyarakat di daerah. Sedangkan reiistis, artinya bangsa indonesia
Akan tetapi walaupun permintaan hendak mencapai target yang ideai, namun
pendaftaran paten bisa dilakukan di tetap mempertimbangkan kemampuan dan
daerah, akan tetapi mekanisme prosesnya fasilitas yang dimiliki.
tetap dilakukan di pusat;

154 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL 8. MARET2001: 137 - 156


Syihabuddin. Beberapa Peimasalahan Penerapan Paten...

Simpulan pada Seminar Hak Cipta •dalam


Industri Musik dan Perangkat Lunak
Permasalahan yang dihadapi Indonesia
Komputerserta Penggunaannya di
dalam pelaksanaan paten adalah: minimnya
indonesia. Diseienggarakan oieh
permohonan paten domestik" Indonesia, krisis
Fakultas Hukum Atma Jaya.bekeijasama
moneter yang berkepanjangan yang
dengan .P.T. Microsoft Indonesia dan
menyebabkan banyaknya pelanggaran paten,
Masyarakat HaKl Indonesia.
pandangan masyarakat bahwa paten adalah.
Yogyakarta. 28 April 1999.
konsep barat, dan lemahnya penegakan
hukum. Luthan, Salman. "Instrumen Penegakan
Upaya untuk membangun sistem Paten Hukum Desain industri, Desain Tata
Indonesia yang efektif, wajar dan reallstis, Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang
dapat dllakukan meialui beberapa instrumen, dan Kendalanya." Makalah dalam
yaitu: (1) penyempumaan perundang-undangan Seminar Nasional Implementasi
di bidang paten; (2) pembaharuan sistem Undang-undang Desain industri,
pendldikan nasional untuk menyiapkan SDM Rahasia Dagang dan Desain Tata
yang berkualitas, terutama dalam merumuskan Letak Sirkuit Terpadu.
sistem pengajaran Matematika dan iPA; {3} Diseienggarakan oieh FH Uli bekerja
membangun budaya masyarakat agar sama dengan Klinik HaKi Jakarta.
menghargai Hak Kekayaan Inteiektual (HKi); (4) Yogyakarta, 4 Oktober 2000. .
merencanakan pola pembangunan teknologi Maulana, insan Budi. "Penerapan Paten Sejak
nasional dengan didukung berbagai kebijakan UU No. e.Tahun 1989hingga UU Paten
Strategis; (5) pemberdayaan lembaga peneiitian No. 13 Tahun 1997: Pengalaman
dan pengembangan (Lltbang) serta ' indonesia selama ini." Jurnal Hukum.
meningkatkan gairah peneliti; dan (6) penerapan No. 12Voi. 6.1999. FH Uii Yogyakarta.
berbagai kebijakan strategis oleh Direktoriat Nazif, Amru Hydari. "Paten dan Pengeioiaan
JendraiHKI.o Peneiitian dan Pengembangan."
Makaiah daiam Seminar Paten dan
DaftarPustaka Teknologi Nuklir dalam Rangka
Junus, Emawati."Perubahan atas Undang- Meningkatkan Daya Saing Bangsa,
undang Paten Tahun 1989." Jurnal Badan Tenaga Nukiir Nasional.
Hukum Bisnis, Volume 2/1997 Jakarta. 18 Agustus 1999
Kesowo, Bambang. "Periindungan Hukum Purba, A. Zein Umar. "Peta Mutakhir HaKi."
serta Langkah-langkah Pembinaan Makaiah daiam Kuliah Umum
oieh Pemerintah daiam Bidang Hak Fakultas Hukum Universitas Islam
Miiik inteiektual." Dalam Paten, Indonesia. Yogyakarta. 31 Maret 2000
Pengaturan dan Pelaksanaan. Pusat . "Penegakan Hukum di Bidang HaKl."
Pengkajian Hukum. Jakarta. 1993 Harian Kompas. 22 Mei 2000.
. "Periindungan Hak Cipta atas Sinungan, Ansorl. "Penegakan Hukum dan
Komputer Program." SambutanArahan Litigasi." Makaiah disampaikan dalam

155
Training of The Trainer (TOT) Klinik HaKI Jakarta. Yogyakarta. 9
Pengelola Gugus HKi Perguruan Desember 1998. Him. 2.
TinggI Surabaya dan Semarang. Juli Harian Repubiika. 9 Januari 1999.
2000
Harian Media Indonesia, 16 Februari 1999
Subagyojantono. "Perlindungan HaKI di
Harian Kompas. 9 Agustus 1999.
Indonesia." Makalah acuan untuk
SosiallsasI HaKI. Tanpa Tahun Harian Repubiika. 26 Agustus 1999.
Direktorat Paten. Harian Repubiika. 14 Januari 2000.
Yayasan Klinik HaKI. Kompilasi Undahg- Harian Suara Pembaharuan. 21 Januarii
undang Hak CIpta, Paten Merek dan , 2000.
Terjemahan Konvensl-konvensi di Majalah Forum Keadiian, No. 8, 28 Mei 2000
Bidang Hak atas Kekayaan Inteiek- Harian Republik Indonesia. Juni 2000.
tual (HaKI). Sen A, CItra Aditya Bakti.
Harian Kompas. 22 Nopember 2000.
Bandung. 1999
Harian Kompas. 24 Januari 2001.
. Kompilasi Undang-undang Hak
Cipta, Paten Merek dan Terjemahan Harian Kompas. 11-12 September 2000.
Konvensl-konvensi di Bidang Hak Hanan Repubiika, 3 Januari 2001.
atas Kekayaan Intelektual (HaKI), Harian Repubiika. 16 September 2000.
Seri B. Citra Aditya Bakti. Bandung.
1999. Peraturan Perundang-Undangan
Yoshiro Sumlda. "The Role and Implementa Agreement on Trade Related Aspects of
tion of Patent Law in 21 st Century, The Intellectual Property Rights (TRIPs
Possible Conflict Between Developed Agreement)
and Developing Countries." Makalah di
Paris Convention for The Protection of Industrial
sampaikan dalam Seminar Nasional.
Property (Konvensi Paris)
Peranan Hak Cipta, Paten dan Merek
daiam Pembangunan Perdagangan The Paten Cooperation Treaty (POT).
dan Industri. Kerja sama FH Ull dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001
tentang Paten.

156 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET 2001: 137 -156

Anda mungkin juga menyukai