Anda di halaman 1dari 2

Dewasa ini banyak dijumpai dslam kehidupan sehari-harí baik melalui

pengamatan langsung maupun melalui media massa tentang kenakalan


remaja. Salah salu faklor yang dominan dalam hal ini adalah kurangnya
pendidikan moral yang diterima anak dalam lingkungan keluarga. Keluarga
merupakan kelornpok kecil dalam masyarakal yang pertama kali dikenal
oleh anak dan merupakan lempat pendidikan yang perlama. Posisi orang tua
dalam keluarga menduduki tcmpat yang sangat penting karena orang tua
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang sangat besar terhadap
pendidikan anaknya terutama dalam menanamkan pendidikan moral yang
luhur.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa harus mempunyai rnoraiìlas
yang luhur, karena merekalah yang akan meneruskan kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Oleh itu remaja harus mernpunyai bekal moral yang kuat
agar bisa menjadi manusia yang berkualitas dan bermoral luhur. Dengan
landasan moral yang kuat maka tercipta kualitas manusia Indonesia
seutuhnya dan akan menjadi dasar yang kuat bagi pembangunan nasional.
Berhasilnya pembangunan nasional akan mewujudkan rnasyarakat adil dan
makmur yang menjadi cita -cita nasional bangsa Indonesia.

Penanaman nilai-nilai berbudi luhur di sekolah, untuk saat ini memang sudah
mengalami kemunduran. Data empiris membuktikan bahwa para guru pun
sudah merasa enggan menegur anak didik yang berlaku tidak sopan di
sekolah. Anak didik sering kali berperilaku tidak sopan terhadap guru,
melecehkan sesama teman, bahkan ada sekolah yang tidak berani
mengeluarkan anak didik yang sudah jelas-jelas menggunakan narkoba.
Belum lagi posisi materi yang sejajar dengan kurikulum mulok sampai saat
ini memang tidak berdiri sendiri. Materi tersebut diintegrasikan ke dalam dua
mata pelajaran, yaitu PPKn dan agama. Kalaupun pada akhirnya
diintegrasikan pula ke dalam enam mata pelajaran lainnya, yaitu matematika,
IPA, IPS, Kesenian, Bahasa Indonesia, dan Olahraga, rasanya masih kurang
mengingat tingkat budi pekerti yang telah amat mahal dan langka di masa
kini.
Budi luhur adalah segala perilaku/perbuatan yang sesuai dengan peraturan
agama dan menetapi peraturan pemerintah yang sah, mulai dari pemerintah
tingkat pusat hingga tingkat RT serta norma-norma sosial yang berlaku di
dalam masyarakat setempat (Kholil)[1]. Sekarang ini banyak kita jumpai
dalam kehidupan seharíhari baík melalui pengamalan langsung atau melaluí
medía massa tentang kenakalan remaja yang semakin meningkat.

Keluarga rnerupakan kelompok kecil yang pertama dikenal oleh anak di


mana ia hidup, tumbuh dan berkembang mengenal berbagaí macam
kebutuhan dasar, norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yaitu melalui
orang tua.
Mendidik merupakan pekerjaan yang harus mengulangulang dan
memerlukan kesabaran. Oleh karena itu Orang tua secara kodrati berhak dan
berkewajiban serta bertanggung jawab untuk merawal, mengasuh dan
mendidik anak-anaknya agar menjadi manusia yang berguna dan bermoral
luhur. Posisi orang tua dalam rnenanamkan nilai-nílai moral luhur terhadap
anaknya sangat peming, karena anak akan mendapat bekal pendidíkan moral
yang pertama dan utama adalah dari orang tua dalam sebuah keluarga.

Banyak alat pendidikan yang dapal digunakan oleh orang tua umuk
mendidik moral anakanaknya. Menurut Suharlin Citrobroto (1980: 108) ada
12 macam alat yang dapax digunakan orang lua unluk mendidik moral anak,
yaitu:
01. memberi contoh dan menyuruh mencontoh
02. membiasakan
03. memberi penjelasan
04. memberi dorongan
05. menyuruh dan melarang
06. berdiskusi
07. memberi lugas dan Langgung jawab
08. memberi bimbingan dan penyuluhan
09. mengajak berbual
10. memberi kesempatan mencoba
11. mencíplakan situasi yang baik
12. mengadakan pengawasan dan pengecekan.

Dengan dilakukan hal-hal tersebut,diharapkan kita akan dapat membangun


generasi muda yang berbudi luhur, berjiwa sosial dan solidaritas tinggi

Anda mungkin juga menyukai