Penanaman nilai-nilai berbudi luhur di sekolah, untuk saat ini memang sudah
mengalami kemunduran. Data empiris membuktikan bahwa para guru pun
sudah merasa enggan menegur anak didik yang berlaku tidak sopan di
sekolah. Anak didik sering kali berperilaku tidak sopan terhadap guru,
melecehkan sesama teman, bahkan ada sekolah yang tidak berani
mengeluarkan anak didik yang sudah jelas-jelas menggunakan narkoba.
Belum lagi posisi materi yang sejajar dengan kurikulum mulok sampai saat
ini memang tidak berdiri sendiri. Materi tersebut diintegrasikan ke dalam dua
mata pelajaran, yaitu PPKn dan agama. Kalaupun pada akhirnya
diintegrasikan pula ke dalam enam mata pelajaran lainnya, yaitu matematika,
IPA, IPS, Kesenian, Bahasa Indonesia, dan Olahraga, rasanya masih kurang
mengingat tingkat budi pekerti yang telah amat mahal dan langka di masa
kini.
Budi luhur adalah segala perilaku/perbuatan yang sesuai dengan peraturan
agama dan menetapi peraturan pemerintah yang sah, mulai dari pemerintah
tingkat pusat hingga tingkat RT serta norma-norma sosial yang berlaku di
dalam masyarakat setempat (Kholil)[1]. Sekarang ini banyak kita jumpai
dalam kehidupan seharíhari baík melalui pengamalan langsung atau melaluí
medía massa tentang kenakalan remaja yang semakin meningkat.
Banyak alat pendidikan yang dapal digunakan oleh orang tua umuk
mendidik moral anakanaknya. Menurut Suharlin Citrobroto (1980: 108) ada
12 macam alat yang dapax digunakan orang lua unluk mendidik moral anak,
yaitu:
01. memberi contoh dan menyuruh mencontoh
02. membiasakan
03. memberi penjelasan
04. memberi dorongan
05. menyuruh dan melarang
06. berdiskusi
07. memberi lugas dan Langgung jawab
08. memberi bimbingan dan penyuluhan
09. mengajak berbual
10. memberi kesempatan mencoba
11. mencíplakan situasi yang baik
12. mengadakan pengawasan dan pengecekan.