Tata Tertib Siswa SMK Kop Ok Print

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

Paparan Visi-Misi Calon Kepala Sekolah SMK

PAPARAN VISI-MISI CALON KEPALA SEKOLAH

I. PENDAHULUAN
Pembangunan Nasional yang kita laksanakan merupakan usaha untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Dan salah satu kegiatan untuk
meningkatkan kualitas manusia tersebut adalah melalui pendidikan. Pengembangan
sistem pendidikan perlu terus menerus dilakukan, karena jika tidak maka sistem
pendidikan kita tidak akan mampu mengikuti perkembangan jaman.

Dalam era belakangan ini, perkembangan sains dan teknologi, serta media
informasi dan komunikasi berlangsung begitu pesat. Ilmu pengetahuan ( sains )
berkembang dengan cepat dan memberi umpan bagi perkembangan teknologi,
sedangkan perkembangan teknologi memacu perkembangan ilmu pengetahuan.
Kondisi ini mau tidak mau akan menimbulkan persaingan antar bangsa di dunia.
Sehingga akhirnya memaksa kita untuk berupaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Dan ironisnya, sampai akhir abad 20 ini, perkembangan kualitas sumber
daya manusia di Indonesia belum memuaskan dan bahkan dapat dikatakan masih
jauh dari angan-angan. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan-kenyataan sebagai berikut
:

1. Struktur tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh pekerja yang tidak
berpendidikan dan kurang kompeten, sehingga kurang berpengaruh terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi.

2. Penyiapan tenaga kerja tingkat menengah hanya dilakukan di SMK saja, sementara
kenyataannya sebagian besar tamatan SMU justru ingin langsung masuk ke dunia
kerja. Hanya sebagian kecil saja yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.

3. Tingkat pengangguran yang ada adalah 12 % untuk tamatan SMK dan 18 % untuk
tamatan SMU ( SUPAS, Tahun 1995 ).

4. Penguasaan kompetensi dan produktifitas tenaga kerja Indonesia masih rendah,


sehingga banyak perusahaan di Indonesia sendiri justru memperkerjakan tenaga kerja
asing.

Dari uraian di atas sudah jelas bahwa masalah peningkatan sumber daya
manusia di Indonesia sudah semakin mendesak. Adapun salah satu caranya adalah
dengan melakukan reformasi pendidikan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Sistem pendidikan lama yang menekankan program
pembelajaran konvensional harus segera kita buang jauh-jauh, yang mana sebagai
gantinya telah kita sepakati untuk mengembangkan sistem pembelajaran berbasis
kompetensi yang selama ini belum dilaksanakan secara maksimal di sekolah-sekolah.
Sistem pembelajaran ini bila benar-benar kita terapkan akan mengubah pola
pengembangan sekolah dari “supply driven” menjadi “demand driven”. Dan sejalan
dengan reformasi pendidikan tersebut maka semua sekolah harus tak henti-hentinya
dipacu untuk melakukan pembenahan diri dan mencari terobosan-terobosan baru
yang dapat dipertanggung jawabkan manfaatnya, yang dalam hal ini tentu saja sangat
dituntut peran aktif Kepala sekolah sebagai satu-satunya manajer di lembaga sekolah
tersebut.

Pendidikan di Indonesia yang kini telah memasuki era reformasi dengan


pembaharuan radikal, yang diangkat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yakni pendelegasian otoritas pendidikan pada daerah dan
mendorong otonomisasi di tingkat sekolah, dengan melibatkan masyarakat dalam
pengembangan program-programnya. Kewenangan pemerintah saat
ini adalah sebagaifasilitator terhadap berbagai usulan pengembangan yang
digagas oleh sekolah. Paradigma baru pengelolaan sekolah ini diharapkan dapat
menjadi solusi dalam mengatasi rendahnya kualitas proses dan hasil pendidikan di
Indonesia, yang pada hakekatnya berakibat pada rendahnya kualitas sumber daya
manusia Indonesia dalammenghadapi persaingan regional maupun global.

Namun demikian perubahan pengelolaan pendidikan di sekolah ini tentu


saja membutuhkan waktu, khususnya dalam restrukturisasi sistem yang mengatur
batas-batas tugas dan kewenangan antar instansi pengelola pendidikan. Selain
itu juga perlu adaptasi sistem baru dalam praktik pengelolaan sekolah secara
operasional. Dan tak kalah pentingnya adalah mengatasi perubahan kultur yang sudah
bertahun-tahun terbiasa terjadi dalam masyarakat kita yang selama ini hanya tinggal
menikmati. Pola kekuasaan birokrasi yang dulu terjadi sekarang harus berubah, yang
mana kekuasaan tersebut bisa dibagi-bagi (sharing of power )
antara pemerintah daerah dan sekolah yang bermitra dengan masyarakat, baik
sebagai client maupun user.

Pada penekanannya, Kepala sekolah tidak hanya semata mengemban


tugas yang dibebankan kepadanya oleh kepala dinas di tingkat daerah, tetapi juga
perlu bermusyawarah dengan komite sekolah untuk membahas rencana program
yang ingin dikembangkan di sekolah, dan di kemudian hari harus
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya pada stakeholder tersebut. Sehingga
dalam hal ini, komite sekolah juga memiliki peran dalam hal pengawasan dan evaluasi.

Selain itu, pengelolaan pendidikan yang memberikan kewenangan luas


kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya juga memerlukan
peningkatan kemampuan sumber daya manusia khususnya kepala sekolah dalam
berbagai aspek, agar dapat mencapai tujuan yang telah dicanangkan oleh sekolah
tersebut sesuai dengan visi dan misinya. Kepala sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan, seperti diungkapkan oleh Supardi (1998:346) bahwa “Erat hubungannya
antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin
sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”.
Sehingga yang dalam hal ini telah diamanatkan dalam Permen Nomor 13 Tahun 2007,
bahwa seorang Kepala Sekolah harus memiliki 5 kompetensi yakni kompetensi
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Kepala sekolah
bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung
berkaitan dengan proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Sebagaimana
dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa : “Kepala Sekolah
bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga pendidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan
sarana dan prasarana.

Apa yang diungkapkan diatas menjadi lebih penting lagi sejalan dengan
semakin kompleksnya tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja
yangsemakin efektif dan efisien. Disamping itu, perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi,seni, dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga
bergerak majusemakin pesat, sehingga menuntut penguasaan secara profesional.
Menyadari haltersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk
melaksanakanpengembangan pendidikan secara terarah, berencana, dan
berkesinambungan untukmeningkatkan kualitas pendidikan. Dalam kerangka inilah
dirasakan perlunya peningkatan profesionalisme kepala sekolah untuk mensukseskan
program-programpemerintah yang sedang digulirkan, yakni otonomi daerah,
desentralisasi pendidikan,manajemen berbasis sekolah, kurikulum berbasis
kompetensi, broad basic education, life skill, kontekstual learning
dan sebagainya, yang semuanya itu menuntut peran aktif dan kinerja profesional
kepala sekolah.

Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen
pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT), yang telah lebih dulu populer dalam dunia bisnis
dan industri dengan istilah Total Quality Management (TQM). Strategi ini merupakan
usaha sistematis dan terkoordinasi secara terus menerus untuk memperbaiki kualitas
layanan, sehingga fokusnya diarahkan kepada kepuasan pelanggan, yang dalam hal
ini adalahpeserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, masyarakat umum
danpemerintah.

Demi menemban tugas yang sangat berat itulah pemerintah daerah


kabupaten Rembang tidak main-main dan lebih selektif dalam memilih kepala
sekolahyang tepat, yang terampil dan berwawasan luas agar perkembangan
pendidikan di Kabupaten Rembang ini sesuai dengan yang diharapkan.
II. VISI DAN MISI
Mengacu pada kebijakan Dikmenjur tentang Reposisi Pendidikan Kejuruan
menjelang tahun 2020, yang berorientasi kepada pendidikan kecakapan hidup yaitu
mengarahkan pembinaan dan pengembangan pendidikan menengah kejuruan pada
penyiapan SDM yang dapat menjadi asset pemerintah daerah dalam rangka otonomi
daerah, maka penataan dan pengembangan SMK diarahkan pada program-program
yang dapat meningkatkan pemberdayaan potensi wilayah serta mengacu
pertumbuhan ekonomi.
Pengelolaan SMK saat ini dan masa yang akan datang merupakan
pekerjaan yang menuntut adanya perubahan paradigma manajemen, mengingat apa
yang harus dihasilkan SMK adalah tamatan yang memiliki "tiga tuntutan dasar
persaingan tamatan SMK" yaitu relevansi yang tinggi dengan kebutuhan pasar kerja,
mampu meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan bila mungkin dapat
menciptakan lapangan kerja dengan berwirausaha.
Perolehan tamatan yang idealis ini harus diupayakan dengan berbagai
terobosan baru yang terarah, terprogram dengan menetapkan visi, misi, tujuan dan
bidang garapan yang telah dikaji berdasarkan pada kondisi dan potensi yang dimiliki
SMK yang bersangkutan. Potensi yang paling besar dan merupakan andalan
pengelolaan SMK adalah era transparansi dan reformasi di segala bidang, dimana
didalamnya terdapat peluang untuk menciptakan kerjasama yang sinergi yang saling
menguntungkan antara masyarakat sebagai pemasok anak didik, sekolah sebagai
pengolah dan pembentuk anak didik serta Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi sebagai
konsumen tamatan.
Pelaksanaan kurikulum yang berlaku diharapkan mampu
menghasil-kan tamatan yang berkualitas, memiliki kompetensi dan daya
saing yang tinggi terhadap perkembangan tuntutan dunia kerja
sebagaimana diisyaratkan oleh kebijakan Dikmenjur. Pencapaian tujuan tersebut
diupayakan melalui :
1. Kesamaan pemahaman dan persepsi semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah tentang visi dan misi SMK.
2. Memberikan pedoman dan rambu-rambu pelaksanaan kerja dalam
upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program pendidikan
di SMK.
Kepala sekolah memiliki peran strategis dalam pengelolaan kegiatan
pembelajaran di sekolah. Peran dan fungsi kepala sekolah sebagai manajer,
pemimpin,wirausahawan, pencipta iklim kerja, pendidik, administrator dan mediator
sangat dituntut dalam kurun waktu pengabdiannya.
Sebagai salah satu kandidat calon kepala sekolah SMK di wilayah
kabupaten Rembang, maka jika saya kelak menjadi kepala sekolah akan mengelola
sekolah dengan visi dan misi sebagai berikut :
A. VISI :

Menuju sekolah bermutu untuk mencetak kader-kader bangsa yang berilmu,


terampil, kreatif, mandiri dan berwawasan luas, berlandaskan iman dan taqwa.
B. MISI :
1. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien dengan
mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan profil kemampuan guru dan tenaga kependidikan lainnya, sehingga
menjadi guru maupun pegawai yang profesional dalambidangnya.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan penghayatan terhadap ajaran agama yang
dianut serta menghargai kultur budaya bangsa sebagai pedomankearifan dalam
bertindak.
4. Memberdayakan dan mengembangkan sarana/ prasarana secara maksimal .
5. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia
yang berbakat, kreatif serta inovatif.
6. Membina dan meningkatkan kerjasama dengan seluruh komponen
masyarakat secara berkesinambungan.
7. Berusaha memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang berkarakter mandiri, disiplin,
profesional pada dunia kerja.
8. Menumbuhkan jiwa wirausaha.
9. Meningkatkan pengelolaan lingkungan sekolah secara terpadu.
10. Menyediakan jasa layanan diklat kejuruan terpadu bagi masyarakat luas

III. RENCANA STRATEGIS


Rencana srategis yang perlu dikembangkan agar misi tersebut dapat
terwujud, adalah program-program sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien dengan


mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Dalam pelaksanaannya perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut :

a. Penyusunan kurikulum berdasarkan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dan
dijabarkan secara lengkap dan jelas, serta bersifat fleksibel sehingga mudah untuk
dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat/ pasar kerja.
b. Pembelajaran lebih berorientasi kepada praktik, dan bisa dilakukan dimana saja baik
di sekolah, industri, LPK, dan sebagainya. Sehingga dalam hal ini pihak sekolah harus
memiliki hubungan dan kerja sama yang baik dengan masyarakat Dunia Usaha/ Dunia
Industri. Oleh karena itu KBM harus dirancang, dirumuskan dan dievaluasi bersama-
sama antara sekolah dan dunia kerja.

c. Dalam proses pembelajaran sekolah harus dapat menjalin hubungan dan kerja sama
yang erat dengan masyarakat; yang dalam hal ini setiap guru harus mampu dan jeli
melihat berbagai potensi yang ada di masyarakat, yang bisa dijadikan sebagai sumber
belajar, karena guru bukanlah satu-satunya sumber belajar.

d. Bahan ajar berupa paket-paket atau modul yang didesain dan dikemas sesuai
pembelajaran individual dan berisi informasi yang harus dikuasai dan latihan yang
harus dilaksanakan oleh peserta didik untuk mencapai penguasaan setiap kompetensi
sampai tuntas ( mastery learning/ belajar tuntas ).

e. Penilaian hasil belajar menggunakan sistem Penilaian Acuan Patokan ( PAP ) yakni
berdasarkan pencapaian standar kompetensi tertentu.

2. Meningkatkan profil kemampuan guru dan tenaga kependidikan lainnya, sehingga


menjadi guru maupun pegawai yang profesional dalam bidangnya.
Untuk lebih memberdayakan guru dan tenaga kependidikan lainnya agar lebih
professional di bidangnya, antara dilakukan strategi sebagai berikut :

a. Membekali guru dan tenaga kependidikan lainnya dengan kemampuan di bidang


Teknologi Informasi untuk melancarkan tugas-tugasnya.

b. Mengirimkan guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan-pelatihan demi meningkatkan kompetensinya, dan yang terutama agar
mereka tidak menjadi manusia yang gagap teknologi dan selalu bisa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai tuntutan jaman.

c. Mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan Pembina ekstra kurikuler, misalnya


pramuka, PMR, PKS, dan sebagainya untuk menunjang kegiatan ekstra kurikuler di
sekolah.

d. Pengakuan terhadap potensi seorang guru atau tenaga kependidikan lainnya untuk
diaktualisasikan melalui pembinaan dan penyediaan iklim kerja yang kondusif sesuai
bidang masing-masing, sehingga memungkinkan mereka bekerja lebih kreatif dan
inovatif.

e. Berani mengambil resiko besar dengan memvasilitasi guru atau tenaga kependidikan
lainnya dalam hal pengembangan kreatifitas maupun penelitian-penelitian yang
dilakukan demi peningkatan hasil belajar peserta didik maupun peningkatan
kemampuan guru atau tenaga kependidikan itu sendiri.
f. Memberikan penghargaan kepada guru atau tenaga kependidikan lainnya yang
berprestasi untuk lebih memotivasi mereka agar selalu mengembangkan diri dan
mengasah kemampuannya.

3. Menumbuhkan dan meningkatkan penghayatan terhadap ajaran agama yang


dianut serta menghargai kultur budaya bangsa sebagai pedoman kearifan dalam
bertindak.
a. Memperingati hari-hari besar keagamaan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat.

b. Memvasilitasi dan memenuhi sarana/ prasarana untuk mengembangkan kegiatan-


kegiatan yang bersifat keagamaan, seperti misalnya kegiatan baca tulis Al
Qur’an bagi guru/ karyawan/ siswa, sholat berjamaah di Sekolah, pesantren kilat,
kajian Al Qur’an dan sebagainya.

4. Memberdayakan dan mengembangkan sarana/ prasarana secara maksimal .


a. Mempergunakan mesin-mesin maupun peralatan yang telah dimiliki oleh masing-
masing Program Keahlian secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran.

b. Penyediaan sarana dan prasarana berdasarkan analisa kebutuhan dan disesuaikan


dengan anggaran yang ada, seperti misalnya pengadaan buku pelajaran yang sesuai
kurikulum yang berlaku, media pembelajaran, laboratorium, peralatan bengkel, dan
sebagainya untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

5. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia


yang berbakat, kreatif serta inovatif.
Merencanakan kegiatan-kegiatan diklat antara lain :

a. Pelatihan Pembelajaran Berbasis TI bagi guru dan tenaga kependidikan


lainnya.

b. Pelatihan penyusunan karya tulis ilmiah bagi guru.

c. Pelatihan bahasa Inggris bagi guru.

d. Pelatihan penyusunan media pembelajaran.

e. Latihan Dasar Kepemimpinan bagi siswa.

f. Pelatihan kewirausahaan bagi siswa

g. Pelatihan peningkatan kompetensi kejuruan dengan instruktur dari industri.

6. Membina dan meningkatkan kerjasama dengan seluruh komponen


masyarakat secara berkesinambungan.
Untuk menggalang partisipasi masyarakat agar terjadi keharmonisan hubungan
dengan sekolah maka diprogramkan beberapa hal sebagai berikut :

a. Melibatkan masyarakat/komite sekolah secara proporsional, dan profesional dalam


mengembangkan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program-
program sekolah.

b. Menjalin komunikasi secara intensif seperti orientasi terhadap sekolah, mengadakan


rapat secara rutin, memberitakan perkembangan sekolah secara periodik mengadakan
kunjungan rumah serta pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dan
orang tua siswa.

b. Melibatkan masyarakat yang potensial sebagai sumber belajar dalam kegiatan


pembelajaran.

7. Berusaha memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang berkarakter mandiri, disiplin,


profesional pada dunia kerja.
a. Membuka program keahlian sesuai kebutuhan dunia kerja dan mengelolanya dengan
baik dan profesional Program Keahlian tersebut.

b. Mengirimkan siswa untuk kegiatan Praktik / Magang Industri agar siswa memiliki
disiplin dan etos kerja berwawasan industri.

c. Menyiapkan dan mengirimkan siswa dalam berbagai ajang lomba ketrampilan siswa
baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.

d. Memperluas kerjasama dengan Dunia Usaha / Dunia Industri yang bersifat nasional
maupun internasional melalui Pendidikan Sistim Ganda (PSG) dan penyaluran
tamatan.

e. Menyalurkan tamatan melalui BKK ( Bursa Kerja Khusus ) yang dibentuk dan dikelola
oleh sekolah dan juga melaksanakan kegiatan penelusuran tamatan secara
berkesinambungan.

f. Mengadakan Uji Kompetensi bagi siswa dengan penguji dari Industri mapan.

8. Menumbuhkan jiwa wirausaha.


Agar jiwa wira usaha dapat tumbuh dan berkembang, maka perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut :

a. Mengupayakan peningkatan ketrampilan yang dimiliki siswa agar siswa benar-benar


percaya diri untuk bisa mandiri.

b. Melibatkan siswa dalam kegiatan latihan kewirausahaan melalui pengelolaan


koperasi sekolah.

c. Meningkatkan kegiatan praktik kewirausahaan.


9. Meningkatkan pengelolaan lingkungan sekolah secara terpadu.
Lingkungan sekolah meliputi kondisi fisik dan sosio psikologis yang sangat
mempengaruhi kinerja dan proses pembelajaran. Untuk itu ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yakni :

a. Menjaga kebersihan, keindahan dan kerindangan lingkungan sekolah dengan


melibatkan seluruh masyarakat sekolah agar tercipta suasana aman, nyaman dan
menyenangkan.

b. Mengelola limbah dengan baik dan benar.

c. Menumbuh kembangkan wira usaha yang ada kaitannya dengan pengelolaan


limbah.

d. Menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar sekolah.

10. Menyediakan jasa layanan diklat kejuruan terpadu bagi masyarakat luas.
a. Membuka Program Pelatihan Ketrampilan bagi masyarakat/ anak-anak putus sekolah.

b. Meningkatkan kerja sama dengan BLK.

IV. PELUANG DAN ANCAMAN


A. Peluang/ Pendukung ( Opportunity ):

1. Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen.

2. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan Undang- undang
nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang
direvisi menjadi undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah dan
undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat
dan daerah.

3. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang


intinya adalah otonomisasi dan demokratisasi.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan.

5. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang dituangkan dalam GBHN


menyatakan bahwa manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu
dan teknologi.

Manajemen Berbasis Sekolah menurut BPPN dan Bank Dunia adalah


merupakan bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi di bidang
pendidikan, yang ditandai oleh otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat
dan dalam kerangka pendidikan nasional. Bahkan Bank Dunia merekomendasikan
perlunya diberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah yang disertai manajemen
sekolah yang bertanggung jawab. Sehingga harus diikuti oleh pemilihan kepala
sekolah yang baik, yang memiliki keterampilan dan karakteristik yang diperlukan untuk
mengelolah sekolah yang bernuansa otonom
B. Ancaman ( Treats ) :

1. Belum maksimalnya kemampuan dan usaha guru dalam melaksanakan tugasnya


sebagai guru yang profesional sesuai tuntutan jaman. Bahkan masih banyak guru
yang masih mempertahankan paradigma lama dalam kegiatan proses pembelajaran.

2. Pemahaman guru dan tenaga kependidikan lainnya terhadap otonomi sekolah belum
maksimal, termasuk rendahnya kemampuan pengelolaan administrasi dan proses
pembelajaran sehingga terkadang masih tergantungpetunjuk dari atasan.

3. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan


atau daerah terpencil akan pentingnya pendidikan bagi generasi penerus.

4. Pemahaman dan kesadaran masyarakat atas hak, peran serta dan kewajibannya
terhadap pengelolaan sekolah belum maksimal, sehingga sekolah seakan-akan
berjalan tanpa kontrol dari masyarakat sebagai user pendidikan.

V. PENUTUP
Paradigma baru pengelolaan pendidikan terutama pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan, dengan mempertimbangkan kebijakan Dikmenjur tentang
Reposisi Pendidikan di SMK menjelang Tahun 2010, dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas, terutama para pengelola pendidikan termasuk Kepala
Sekolah. Pengelolaan pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada sekolah
dalam mengembangkan berbagai potensinya memerlukan peningkatan kemampuan
profesionalisme kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat
mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan sesuai visi dan misi sekolah yang
dipimpinnya.

Selain itu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu mendapat
dukungan positif dari berbagai elemen terkait. Tanpa dukungan yang benar maka
sekolah tidak akan berkembang sesuai yang diharapkan, bahkan mungkin dapat
menggagalkan program pemerintah seperti otonomi daerah, desentralisasi
pendidikan, manajemen berbasis sekolah, kurikulum berbasis kompetensi, broad basic
education, life skill, kontekstual learning, dan Undang-Undang Sisdiknas; yang
kesemuanya itu menuntut peran aktif dan kinerja profesional kepala sekolah dan
dukungan dari berbagai pihak.
Dan akhirnya kami sangat berharap bahwa dalam
menetapkan dan memilih calon/kepala sekolah di Kabupaten Rembang
khususnya, hendaknya mengacu pada hasil seleksi yang telah dilaksanakan,
juga berdasarkan kompetensi yang dimiliki dengan melihat berbagai factor seperti
prestasi yang telah dicapai dan diakui olehberbagai pihak mulai dari komunitas
sekolah, tingkat kabupaten, provinsi dan juga lembaga independen yang telah
ditunjuk oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Penatar PPPGT/ VEDC Malang. Tahun 1997. Pendidikan Sistem Ganda

Satgas Dikmenjur. Tahun 1999. Dirjen Dikdasmen, Depdikbud, Indikator Keberhasilan


Sekolah Menengah Kejuruan
Satgas Pendidikan dan Pelatihan Dikmenjur. Tahun 2001. Dirjen Dikdasmen,
Depdiknas, Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020,

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 tahun 2007, Standar Pengelolaan Pendidikan
Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007, Standar Kepala Sekolah/
Madrasah

Anda mungkin juga menyukai