(04011181520026)
Alpha 2015
SKENARIO
Seorang penderita laki-laki bernama Andy, mengeluh sesak napas, penderita berumur 50
tahun dengan BB 52 kg TB 170 cm. Sejak 1 minggu sebelum masuk RS mengeluh nafsu
makan menurun. Penderita ini didiagnosis PPOK. Hasil lab: albumin 2,5 gr%. Analisis gas
darah dinyatakan asidosis respiratorik. Penderita dalam perawatan bedrest saat ini.
Tetapkan dukungan nutrisi untuk penderita tersebut serta berikan aspek edukasi!
PENATALAKSANAAN
A. Subjektif
1. Anamnesis
Nama : Andy
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Riwayat penyakit umum : Sesak napas, nafsu makan turun, anoreksia
Riwayat pengobatan dahulu : Belum pernah berobat
Riwayat penyakit lainnya : Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
Riwayat gizi : Nafsu makan turun
B. Objektif
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : bedrest (sakit berat); vital sign (TD, Nadi, RR, temperatur)
2. Antropometri
TB : 170 cm; BB 52 kg; IMT : 17,9
3. Laboratorium
Albumin : 2,5 g%; asidosis respiratori; pemeriksaan darah rutin, Hb, diff. count
4. Pemeriksaan fungsional
Spirometri dan tes fungsi kekuatan otot
5. Analisis asupan
Dietary assesment; dietary history
6. Pemeriksaan penunjang
Radiologi
ASSESMENT
PERENCANAAN NUTRISI
A. Fase Akut
1. Status gizi
Index Massa Tubuh (IMT)
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m2)
50 𝑘𝑔 52 𝑘𝑔 𝑘𝑔⁄
IMT = (1,7𝑚)2 = 2,89 𝑚2 = 17, 9 𝑚2
Keterangan : underweight (Normal: 18,5-25,0 kg/m2)
2. Jumlah kalori
Formula Harris Benedict
3. Kebutuhan kalori
KET = KEB + FS + AF
FS : Faktor Stress
– Berat : 40%
AF : Aktivitas Fisik
– Bedrest : 0 -10%
4. Makronutrien
Komposisi makronutrien saat fase akut:
Lemak : 40%
Protein : 20%
Karbohidrat : 40%
Lemak = 40% x KET
= 40% x 1.933,35 kkal
= 773,34 kkal
= 773,34 : 9 gr
= 85,92 gr
Protein = 20% x KET
= 20% x 1.933,35 kkal
= 386,67 kkal
= 386,67 : 4 gr
= 96,66 gr
Karbohidrat = 40% x KET
= 40% x 1.933,35 kkal
= 773,34 kkal
= 773,34 : 4 gr
= 193,33gr
Pada pasien dengan kondisi seperti ini (Sesak nafas) akibat penurunan
kemampuan ventilasi dan peningkatan CO2 dalam tubuh maka Porsi karbohidrat
(40%) dalam makanan harus dikurangi karena karbohidrat memiliki RQ=1 yang
apabila dikonsumsi lebih banyak akan menghasilakan CO2 lebih banyak sehingga
pasien semakin asidosis dan mengakibatkan sesak nafas yang semakin parah.
Sebaliknya, porsi lemak (40%) harus ditingkatkan karena RQ=0,7 dan protein
(20%) RQ=0,8 tidak terlalu tinggi dan baik digunakan pada pasien dengan sesak
nafas. Kalori yang dihasilakan dari proses metabolisme ini digunakan sebagai
sumber tenaga untuk kontraksi otot terutama otot – otot interkostal dan diafragma.
MIKRONUTRIEN
A. Bahan Makanan
1. Antioksidan
Vitamin A
Dalam bentuk beta karoten: wortel, tomat, apel.
Berupa vitamin A: susu, keju.
Vitamin C
Jeruk, nanas, brokoli (sebaigian besar banyak terdapat pada buah – buahan)
Vitamin E
Kacang – kacangan, minyak nabati, alpukat, kecambah, selada, biji bunga
matahari.
Selenium
kepiting, ikan salmon, udang.
2. Anti Inflamasi
Omega 3: minyak ikan, ikan tuna, lobster.
3. P (Fosfor)
Daging, ayam, ikan, telur, susu, keju.
4. K (Kalium)
Pisang, daun papaya muda, bayam, singkong, kelapa.
5. Ca (Kalsium)
Susu, keju, telur, ikan.
6. Mg (Magnesium)
Sereal, kedelai, pisang, almond, brokoli, tahu.
7. Zn (Zinc)
Tiram, gandum, biji labu, coklat hitam, kacang tanah.
8. Likopen
Tomat, semangka, jambu biji, stroberi.
B. Fungsi
1. Antioksidan (Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, selenium)
Meningkatkan kemampuan sistem imun dan menekan infeksi.
2. Anti Inflamasi (Omega 3)
Mencegah kerusakan sel terutama surfaktan.
3. P (Fosfor)
Berfungsi sebagai sumber ATP yang digunakan untuk menggerakkan otot – otot
pernapasan terutama otot diafragma dan interkostal, mempertahankan
keseimbangan asam basa, metabolism karbohidrat, protein dan lemak.
4. K (Kalium)
Berguna untuk kontraksi otot.
5. Ca (Kalsium)
Berguna untuk kontraksi otot.
6. Mg (Magnesium)
Berperan dalam metabolisme KH, lemak dan sintesis protein.
7. Zn (Zinc)
Zinc penting untuk sistem kekebalan tubuh yang sehat, baik dalam proses sintesis
DNA, ataupun dalam meningkatkan pertumbuhan sehat selama masa kanak-
kanak, dan juga penyembuhan luka.
8. Likopen
Membantu aspek metabolic sekaligus sebagai antioksidan.
A. Cara pemberian
Oral, Parenteral, Enteral dan NGT
Bentuk makanan yang diberikan bisa dikombinasikan. Selama pasien sanggup diberi
makan per-oral, maka sebaiknya beri makanan per-oral. Jika tidak bisa sepenuhnya
per-oral bisa dikombinasikan. Makanan bisa diberikan dalam porsi sedikit tetapi
sering.
B. Bentuk nutrisi
Bentuk makanan lunak
A. Monitoring
Pemberian sesuai keadaan pasien. Jika tidak adekuat modifikasi komposisi nutrient
dan bentuk makanan.
B. Evaluasi
Keadaan umum
Analisis asupan
Status gizi (pra maupun pasca rumah sakit)
Status gastrointestinal
EDUKASI
KESIMPULAN
Dalam Menentukan kebutuhan kalori seorang pasien harus diperhatikan dari seluruh
aspek kesehatan maupun kondisi pasien tentukan apakah pasien dalam fase sakit,
pemulihan, ataupun sehat.
Pada saat fase pemulihan penghitungan jumlah kalori harus disesuaikan dengan target
peningkatan berat badan, serta porsi makronutrien terutama karbohidrat harus
dianaikkan agar berat badan bertambah.
Pemberian makronutrien pun tetap harus melihat kondisi pasien, agar variasi yang
diterapkan sesuai dan pas untuk pasien.
Edukasi pasien harus dijalankan agar pasien mengerti dengan baik anjuran, kegunaan
dan fungsi pengaturan pola makannya.