Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS EFISIENSI TERMAL OIL HEATER

MENGGUNAKAN BURNER KAPASITAS 15 LITER/JAM

SEBAGAI PEMANAS AIR TAMBAHAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK


TENAGA SURYA TERMAL DI B2TKE

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Teknologi Sumbawa

Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan

Program Serjana Strata (S1)

Oleh

MUHARDI

NIM 14.01.012.017

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2018

1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi ini disusun oleh

Muhardi

NIM 14.01.012.017

Telah di periksa dan disetujui untuk diseminarkan

Sumbawa, 11 Mei 2018

Pembimbing I : Mietra Anggara, S.T., M.T. (……...........………)


NIDN. 0807039002

Pembimbing II : Muhamad Hidayat, S.T., M.T. (…………………...)


NIK. 19710903216051156

ii
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal tugas akhir ini dengan lancar. Penulisan proposal tugas akhir ini
bertujuan untuk memberikan sedikit gambaran mengenai penelitian yang akan
penulis lakukan yakni Penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi Termal Oil
Heater Menggunakan Burner Kapasitas 15 Liter/Jam Sebagai Pemanas Air
Tambahan Pada PLTST” yang kemudian menjadi syarat untuk menyelesaikan
Strata 1 (S1) pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Pertambangan, Universitas Teknologi Sumbawa.

Proposal tugas akhir ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang
penulis peroleh dari beberapa referensi yang berkaitan dengan jenis penelitian
yang akan penulis lakukan, serta infomasi dari media massa yang berhubungan
dengan penelitan tersebut.

Dalam proses penyusunan proposal tugas akhir ini, penulis mendapatkan


banyak bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan


proposal penelitian tugas akhir ini.
2. Orang tua, yang telah mendidik dan membesarkan sampai saat ini serta
telah memberikan kasih sayangnya, dukungan baik secara moril dan
materil serta do’anya kepada penulis.
3. Bapak Muhamad Hidayat, ST., MT selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertambangan Universitas Teknologi Sumbawa.
4. Bapak Wirya Sarwana, M.Si selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Teknologi Sumbawa.
5. Bapak Mietra Anggara, ST., M.T. selaku Dosen Pembimbing .
6. Seluruh staf pengajar yang telah banyak membekali ilmu pengetahuan
kepada penulis selama menuntut ilmu.

iii
3
7. Rekan-rekan mahasiswa teknik mesin atas dukungan dan
kebersamaannya selama ini, salam solidarity forever selalu.

membangun dari pembaca yang budiman, demi perbaikan dan


penyempurnaannya. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penulisan proposal ini
masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki berbagai kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan dukungan dan partisipasi aktif berupa kritik dan saran yang
bersifat korektif dan

Akhir kata penulis menhaturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya


apabila dalam penulisan proposal ini terdapat ke salahan atau kekhilafan dan
kepada semua pihak yang belum sempat penulis sebutkan.

Sumbawa Besar, 24 Mei 2018

Penulis

iv 4
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Persetujuan Pembimbing Proposal Skripsi ......................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................... 3
1.4 Manfaat .......................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 4
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal (PLTST) .................... 6
2.2 Komponen-komponen PLTST ..................................................... 6
2.3 Prinsip Kerja PLTST System Organic Rankine Cycle ................ 14
2.4 Pembangkit Pemanas Air Tambahan Termal Oil Heater ........... 15
2.5 Komponen-komponen Pada Termal Oil Heater .......................... 16
2.6 Prinsip Kerja Termal Oil Heater.................................................. 20
2.7 Jenis-jenis Alat Ukur Suhu .......................................................... 20
2.8 Proses Perpindahan kalor ............................................................. 22
2.9 Alat Penukar Kalor ...................................................................... 23
2.10 Klasifikasi Alat Penukar Kalor .................................................... 24
2.11 Pembangkit Panas Air Tambahan Pada PLTST .......................... 26
BAB III METODELOGI PENELITIAN ......................................................... 28
3.1 Tahap Identifikasi Awal ................................................................. 28
3.2 Pendekatan Penelitian .................................................................... 28
3.3 Waktu Dan Tempat ........................................................................ 29
3.4 Alat Dan Bahan .............................................................................. 29
3.5 Parameter Pengukuran ................................................................... 30
3.6 Metode Pengambilan Data ............................................................. 30
3.7 Analisis Data .................................................................................. 31
3.8 Diagram Alir Prnelitian .................................................................. 33
3.9 Jadwal Penelitian............................................................................ 34
Daftar Pustaka .................................................................................................. 35

v 5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini energi listrik sudah menjangkau seluruh lapisan


masyarakat di Indonesia. Energi listrik mempunyai peranan yang tidak bisa
diabaikan karena saat ini hampir semua usaha dan kegiatan manusia
menggunakan energi listrik. Alasan pemeliharaan energi adalah praktis,
ekonomis, dan energi listrik dengan mudah dapat dirubah ke dalam bentuk
energi lain yang sesuai kebutuhan. Saat ini ketergantungan kita pada energi
listrik sangat besar. Hal tersebut terbukti bila listrik padam (mati) dalam waktu
yang lama ataupun singkat maka perekonomian menjadi lumpuh, dan tingkat
kerugian yang ditimbulkan bisa mencapai jutaan bahkan miliaran rupiah.

Balai Besar Teknologi Konversi Energi dengan nama singkat B2TKE


adalah suatu unit organisasi yang melaksanakan kegiatan penelitian dan
pengembangan serta pengkajian di bidang teknologi konversi energy, yang
akan diaplikasikan di indonesia, baik untuk masa sekarang maupun masa yang
akan datang.

Perjalanan B2TKE dimulai pada tahun 1979. Pada saat itu Direktorat
Pengembangan Teknologi - suatu satuan kerja eselon 2 di lingkungan BPP
Teknologi (singkatan resmi BPPT pada saat itu), dengan melakukan rintisan
kegiatan yang berkaitan dengan rencana pembentukan Unit Pelaksana Teknis -
Laboratorium Sumber Daya Energi (UPT-LSDE). Kegiatan tersebut dilakukan
oleh Tim Pengembangan Laboratorium Sumber Daya Energi. Pada tahun
tersebut di atas telah dimulai kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi
konversi energi di lingkungan BPPT, terutama di bidang energi terbarukan,
antara lain energi surya dan limbah biomassa (kayu dan sekam padi). Kegiatan
ini dilaksanakan bekerja sama dengan Pemerintah Republik Federal Jerman
(RFJ) melalui Kantor Menteri Riset dan Teknologi (Bundesministerium für
Forschung und Technologie/BMFT). Selanjutnya pada tahun 1980 dimulai

1
penelitian teknologi fotovoltaik, tenaga panas surya, fermentasi, serta
gasifikasi kayu dan sekam padi

Dari hasil kajian pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal


(PLTST) pada tahun 2016 di B2TKE Existing didapatkan bahwa salah satu
penyebab tidak dapat beroperasinya unit penggerak (turbin uap) pada sistem
ORC PLTST adalah tidak tercapainya temperatur air keluar dari kolektor
surya sebagai fluida pemanas penthane. Disain kebutuhan temperature air
untuk sistem ORC PLTST adalah ± 90 oC. Data yang diperoleh bahwa
temperature air keluar plan kolektor surya di bak penampungan air panas
adalah ± 80 oC yang hanya bisa dicapai pada jam 14:00 saat matahari bersinar
terang sepanjang hari. Capaian temperatur tersebut waktu bertahannya juga
sangat singkat, sehingga pada waktu sistem ORC dioperasikan temperature air
kembali turun drastis walaupun sudah dipanaskan melalui plan kolektor surya
(Sutrisno Budi, 2016).

Dari hasil pengujian temperatur air yang dipanaskan menggunakan


plan kolektor surya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal (PLTST)
pada tahun 2017 di B2TKE data yang diperoleh bahwa temperatur air keluar
plan kolektor surya di bak penampung air panas adalah 85 oC yang bisa
dicapai pada pukul 13:25 pada saat matahari bersinar terang sepanjang hari
dengan menggunakan kolektor surya sebanyak 39 modul kolektor surya
(Saputra Winggu, 2017).

Pada tahun 2017 dibuat suatu pembangkit pemanas tambahan di


B2TKE yang dapat berfungsi untuk menaikan temperatur air keluar kolektor
surya maupun sebagai preheater sebelum panas matahari mencukupi. Salah
satu yang digunakan sebagai pembangkit panas tambahan pada Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Termal adalah Termal Oil Heater. Sehingga dengan
demikian temperature air pada bak penampung air panas selalu terjaga sesuai
kebutuhan di sistem ORC.

Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan suatu penelitian yaitu analisis


efisiensi Termal Oil Heater menggunakan Burner kapasitas 15 Liter/Jam

2
sebagai pemanas air tambahan pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal
di Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa


masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana analisa efisiensi Termal Oil Heater sebagai pemanas air


tambahan dengan menggunakan burner minyak kapasitas 15 liter/jam yang
meliputi :
1. Temperature Air keluar HE.
2. Konsumsi bahan bakar.
3. Energy yang dihasilkan.
4. Efisiensi system.
b. Bagaimana unjuk kerja Termal Oil Heater sebagai pemanas Air tambahan
pada sistem PLTST dengan kondisi :
1. Flow air umpan HE [liter/s]
2. Burner minyak solar kapasitas 15 liter/jam.
3. Setting termal oil out divariasikan yaitu : 1250C, 1500C, dan 1750C.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui efisiensi Termal Oil Heater sebagai pemanas air


tambahan dengan menggunakan burner minyak kapasitas 15 liter/jam
yang meliputi :
1. Temperature Air keluar HE.
2. Konsumsi bahan bakar.
3. Energy yang dihasilkan.
4. Efisiensi system.
b. Untuk mengetahui unjuk kerja Termal Oil Heater sebagai pemaanas air
tambahan pada PLTST.

3
1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang


kinerja sistem Pemanas Air Tambahan Termal Oil Heater di B2TKE dan
unjuk kerja Termal Oil Heater sebagai pemanas Air tambahan pada sistem
PLTST, serta peningkatan efisiensi kerja dari Pemanas Air Tambahan Termal
Oil Heater berdasarkan hasil yang telah dianalisa, sehingga perbaikan-
perbaikan sistem yang dibutuhkan dapat segera dilakukan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah


hanya pada Analisis Efisiensi Pemanas Air Tambahan Termal Oil Heater dan
unjuk kerja Termal Oil Heater pada pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal
di Balai Bersar Teknologi Konversi Energi. Sedangkan asumsi yang
digunakan pada penelitian ini adalah kebijakan perusahaan tidak mengalami
perubahan selama penelitian berlangsung.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang menjadi dasar dari
penelitian tugas akhir ini, meliputi latar belakang penelitian tugas akhir,
permasalahan, tujuan, manfaat, ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan,
dan sistematika penulisan dari proposal Tugas Akhir ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa teori dan referensi
yang mendukung penelitian ini. Adapun teori dan referensi tersebut
diantaranya : Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal, baigan- bagian utama
PLTST dan bagian-bagian Pemanas air tambahan Termal Oil Heater.

4
BAB III METODELOGI PENELITIAN

Pada Bab ini akan dijelaskan tentang semua metode beserta langkah-
langkah yang akan dilakukan pada penelitian Tugas Akhir ini sebagai acuan
supaya proses penelitian dapat berjalan secara sistematis, terstruktur, dan
terarah.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal (PLTST)

Pembangkit listrik tenaga surya termal merupakan sebuah pembangkit


listrik yang sumber energinya berasal dari panas matahari/surya. konversi
energy radiasi matahari menjadi energy panas/termal dengan menggunakan
alat pegumpul panas atau dikenal sebagai “kolektor surya”. Kolektor surya
merupakan piranti utama dalam system surya termal yang berfungsi
mengumpulkan dan menyerap radiasi sinar matahari yang kemudian
mengkonversikan menjadi energy panas.

Evavorator

Pump condensor

Pump

Gambar 2.1. Skema PLTST (sumber : Sutrisno Budi)

2.2 Komponen-komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal


(PLTST)
2.2.1 Kolektor Surya.
Kolektor surya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal
merupakan alat yang berfungsi untuk menghasilkan air panas dengan
menggunakan energi dari sinar matahari. Pemanas air tenaga surya
menggunakan metode yang efektif dan ramah lingkungan untuk
memanaskan air. Meskipun ada beberapa jenis sistem pemanas air

6
tenaga surya, masing-masing bekerja dengan cara menyerap panas dari
matahari dan mentransfer panas tersebut ke air.
Saat ini ada tiga jenis kolektor surya yang sering digunakan
pada pemanas air tenaga asurya, yaitu :
a. Kolektor Batch

Gambar 2.2.1 Kolektor Batch

(sumber : https://www.google.co.id/search?q=gambar+kolektor+surya)

Kolektor Batch, juga disebut sistem Kolektor-Penyimpan


Terpadu (ICS), air dipanaskan dalam tangki gelap atau tabung di dalam
sebuah kotak terisolasi, menyimpan air domestik. Air dapat tetap berada
di kolektor untuk jangka waktu yang lama jika permintaan rendah,
sehingga air bisa nejadi sangat panas. Sebuah katup penyeimbang
diperlukan untuk memberi perlindungan agar air tidak mendidih di
keran. Katup penyeimbang mencampur air dingin untuk menurunkan
suhu air sebelum dikirim ke keran. Kolektor Batch tidak kompatibel
dengan sistem sirkulasi loop tertutup. Dengan demikian, mereka
umumnya tidak dianjurkan untuk iklim dingin.

b. Kolektor Pelat Datar

Gambar 2.2.2 kolektor pelat datar

(http://id.sidite-energy.asia/news/the-types-of-solar-collectors-are-
becoming-mor-9568179.html)

7
Kolektor Pelat Datar biasanya terdiri dari tabung tembaga yang
dipasang di pelat absorber datar. Konfigurasi yang paling umum adalah
serangkaian tabung paralel yang terhubung pada setiap ujungnya oleh
dua pipa, inlet dan outlet air. Pelat datar diletakkan dalam sebuah kotak
terisolasi, dan ditutupi dengan kaca. Kolektor plat datar biasanya bisa
menampung 40 galon air. Dua buah kolektor bisa menyediakan sekitar
setengah dari air panas yang dibutuhkan oleh keluarga beranggotakan
empat orang.

c. Kolektor Evacuated-tube.

Gambar 2.2.3 Kolektor Evacuated-tube.

(http://ismantoalpha.blogspot.co.id/2009/12/macam-macam-kolektor-
surya.html)

Kolektor Evacuated-tube adalah kolektor yang paling efisien.


Setiap tabung memiliki pelindung panas mirip dengan prinsip pada
termos. Sebuah tabung kaca atau logam yang menampung air atau
fluida perpindahan panas dikelilingi oleh tabung gelas yang lebih besar.
Ruang antara mereka merupakan ruang vakum, sehingga sangat sedikit
panas yang hilang dari cairan. Kolektor ini bahkan dapat bekerja
dengan baik dalam kondisi mendung dan beroperasi pada temperatur
serendah -40 ° F. Masing-masing tabung bisa diganti sesuai kebutuhan.
Kolektor evacuated-tube dapat dua kali lebih mahal per kaki persegi
dibandingkan kolektor pelat datar.

8
2.2.2 Evaporator
Evaporator pada pembangkit listrik tenaga solar termal
berfungsi sebagai tempat memanaskan fluida kerja (penthane) pada
system Organic Rankine Cycle (ORC), sehingga perubahan temperature
dan volume fluida kerja penthane tersebut akan merubah penthane dari
fasa cair menjadi fasa gas/uap.

Ada beberapa jenis-jenis evaporator antara lain:

a. Horizontal Tube Evaporator

Jenis ini merupakan evaporator yang paling klasik dan


banyak diaplikasikan pada berbagai bidang industri. Umumnya,
jenis ini digunakan untuk keperluan-keperluan skala kecil dengan
penggunaan teknologi sederhana.

b. Standard Vertical-Tube Evaporator

Prinsip kerja pada standard vertical-tube evaporator yakni,


cairan akan mengalir di dalam pipa sementara uap (steam) mengalir
di dalam shell. Di dalam tabung, cairan akan mendidih dan uap
yang timbul bergerak membawa cairan ke atas. Pada tahap ini, akan
terjadi sirkulasi cairan yang disebabkan oleh perbedaan fasa antara
fluida yang terdiri dari campuran uap-cair dengan cairan yang
berada di bagian luar pipa.
Pada bagian atas pipa terdapat ruang (bejana uap) yang
berperan memisahkan cairan dengan uap. Proses pemisahan antar
uap dengan cairan dalam ruang uap dimana uap akan keluar melalui
saluran atas sementara cairan akan keluar melalui saluran di bagian
bawah bejana, selanjutnya akan bersirkulasi kembali melalui pipa-
pipa.
Jenis evaporator ini memiliki keunggulan yakni,
perpindahan panas berlangsung dengan baik karena perpindahan
panas terjadi secara natural convection (konveksi alami). Selain itu,

9
endapan juga akan terbentuk di permukaan dalam pipa sehingga
mempermudah pembersihannya. Sementara kekurangannya yaitu,
perpindahan panas yang terjadi secara berulang kali sehingga
kurang ideal digunakan terhadap jenis cairan yang tidak tahan
terhadap panas, contohnya jus, susu dan sebagainya.
c. Basket Evaporator

Sirkulasi cairan berlangsung natural (natural circulation)


dan terjadi dengan baik sehingga transfer panas secara konveksi
akan berlangsung secara efektif dalam jumlah besar. Natural
circulation disebabkan oleh adanya perbedaan rapat massa karena
pebedaan fasa antara cairan yang terdapat di dalam pipa dengan
cairan yang berada di luar pipa. Selain itu, kerak yang terbentuk di
bagian luar pipa mempersulit proses pembersihan, jenis ini hampir
mirip dengan horizontal tube evaporator.
d. Vertical Tube Evaporator With Forced Circulation

Evaporator jenis ini menggunakan pompa untuk membantu


proses sirkulasi sehingga memperbesar koefisien perpindahan
panas. Perpindahan panas dilakukan secara paksa atau konveksi
paksa, tujuannya untuk mempercepat laju perpindahan panas antar
fluida. Selain itu, penggunaan pompa juga bertujuan untuk
mencegah terjadinya penyumbatan di dalam pipa, mengapa
demikian? karena dengan menggunakan pompa maka tentu arus
aliran akan tinggi sehingga meminimalkan timbulnya endapan
penyebab kerak. Selain itu, aliran yang cepat akan membuat larutan
lerutan menjadi/lebih homogen.
Jenis evaporator ini masih digolongkan dalam dua jenis
sesuai dengan jenis tube yang digunakan, yakni submerged tube
type dan boiling tube type. Cara kerja dari submerged tube tipe
yaitu, keseluruhan pipa pemanas berada di bawah cairan (tercelub),
cairan akan masuk melalui suatu saluran ke dalam bejana pemisah

10
uap-cair. Sementara boiling tube tipe, pipa pemanas tidak
seluruhnya tercelup ke dalam larutan, cairan umpan seluruhnya
akan masuk ke seksi pemanas. Evaporator ini umumnya memiliki
harga yang relatif mahal, baik itu dari segi harga, perawatan dan
pengoperasiannya. Terlebih karena dilengkapi dengan pompa.
e. Long Tube Vertical Evaporator

Long tube vertical evaporator memiliki ukuran tube transfer


panas yang lebih panjang bila dibandingkan dengan ukuran tube
pada jenis evaporator lainnya. Tujuannya yakni untuk memperbesar
serta mempercepat sirkulasi cairan agar proses perpindahan panas
lebih besar. Setelah aliran memasuki ruang uap untuk dipisahkan
dari uap yang telah terbentuk, selanjutnya akan mengalir ke bawah
melalui pipa luar evaporator.

Keunggulan jenis evaporator ini yakni koefisien perpindahan


panas jauh lebih besar, sehingga panas yang diserap oleh cairan jauh
lebih besar. Sementara kekurangannya adalah besarnya jumlah
cairan yang menguap karena tube transfer panas yang jauh lebih
panjang.

2.2.3 Turbin Uap


Turbin uap adalah mesin pengerak yang merubah secara
langsung energy yang terkandung dalam uap menjadi gerak putar pada
poros. Fungsi kerja turbin uap secara umum adalah suatu peralatan yang
digunakan untuk memutar generator, dimana media yang digunakan
untuk memutar turbin adalah uap panas lanjut (uap kering).
Ada beberapa jenis-jenis turbin antara lain:
a. Turbin air.
Turbin air adalah alat untuk mengubah energi potensial air m
enjadi menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini kemudian di ubah
menjadi energy listrik oleh generator..

11
b. Turbin angin.
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat
untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan
penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu
banyak dibangun di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa
lainnya dan lebih dikenal dengan Windmill.
c. Turbin gas.
Turbin gas adalah suatu penggerak mula yang memanfaatkan
gas sebagai fluida kerja. Didalam turbin gas energi kinetik
dikonversikan menjadi energi mekanik berupa putaran yang
menggerakkan roda turbin sehingga menghasilkan daya.
2.2.4 Generator 2 KW
Generator adalah sumber tegangan listrik yang diperoleh melalui
perubahan energi mekanik menjadi energi listrik.
Ada dua jenis generator pembangkit listrik, yaitu:
a. Generator AC
Generator AC adalah generator yang menghasilkan gaya gerak
listrik induksi bolak-balik.
b. Generator DC
Generator AC adalah generator yang menghasilkan gaya
gerak listrik induksi searah.
2.2.5 Kondensor
Kondensor pada pembangkit listrik tenaga surya termal
berfungsi untuk mengubah fluida uap menjadi fluida cair kembali dan
dialirkan ke dalam evaporator untuk dipanaskan menjadi fluida uap
sehingga menghasilkan suatu siklus.
2.2.6 Cooling Tower
Cooling tower adalah suatu sistem refrigerasi yang melepaskan
kalor ke udara. cooling tower merupakan bagian dari utilitas yang
banyak digunakan. Dimana cooling tower memproses air yang panas

12
menjadi air dingin yang digunakan kembali dan bisa dirotasikan.
Cooling tower juga salah satu alat yang berfungsi mengolah air untuk
mengatasi masalah polusi lingkungan.
2.2.7 Pompa air
Pompa adalah suatu mesin yang menambahkan energi ke cairan
dengan tujuan untuk meningkatkan tekanannya atau memindahkan
cairan tersebut melalui sebuah media hantar.
2.2.8 Tangki
Tangki merupakan salah satu komponen yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan air panas pada Pembangkit Listrik Tenaga
Solar Termal.
2.2.9 Solenoid valve air.
Solenoid valve merupakan kran otomatis dengan gerakan
membuka atau menutup kran (valve) yang diatur oleh sistem control.
Secara garis besar Solenoid Valve adalah suatu alat kontrol yang
berfungsi untuk membuka dan menutup valve/katup/kran secara
otomatis. Kapan solenoid valve membuka dan menutup kran ini
tergantung dari sensor yang menghubungkan sumber penggeraknya.
2.2.10 Sistem control.

Kontrol sistem PLTST diperuntukan untuk mengontrol :

 Pompa air dingin, pompa ini berfungsi untuk mengalirkan air dari
bak penampung air dingin ke plan kolektor menuju unit
pembangkit panas kemudian masuk ke bak penampung air panas
secara terus menerus.
 Pompa Air panas, Pompa ini berfungsi untuk mengalirkan air
panas dari bak penampung menuju evaporator pada sistem ORC
PLTST kemudian air kembali lagi menuju bak penampung air
dingin yang kemudian oleh pompa air dingin dipompakan lagi
secara terus menerus seperti pada point diatas.

13
 Selenoid valve air, Kontrol mengendalikan kerja solenoid valve,
yaitu ketika temperature air pada bak penampung air panas
dibawah setting/disain temperature air kebutuhan sistem ORC
PLTST yaitu ± 95oC, maka selenoide valve yang terpasang pada
pipa air masuk ke HE secara otomatis akan terbuka dan slenoide
bypass akan menutup, sehingga air keluar plan kolektor akan
dipanaskan oleh HE sesuai setting temperaturnya. Namun apabila
temperature air yang keluar plan kolektor surya atau pada bak
penampung air panas sudah sama atau lebih dari settingnya maka
selenoig valve pada pipa masuk HE akan menutup dan selenoide
bypass akan membuka. Demikian seterusnya secara otomatis
control sistem ini bekerja.
Kontrol sistem didisain dengan 2 cara kerja yaitu secara otomatis
(melalui setting) maupun secara manual, yaitu dengan melihat
langsung indicator temperature yang telah terpasang pada pipa plan
unit pembangkit panas. Kontrol ini juga dilengkapi dengan tombol
emergency untuk kondisi darurat.

2.3 Prinsip Kerja PLTST system Organic Rankine Cycle (ORC)

Prinsip kerja PLTST system organik rankine cycle (ORC). pertama Air
dipanaskan oleh unit plan kolektor surya kemudian air panas keluar dari
kolektor surya tersebut dimanfaatkan untuk memanaskan fluida kerja
(penthane) melalui evaporator pada unit penggerak turbin pada Organic
Rankine Cycle (ORC), sehingga perubahan temperature dan volume fluida
kerja penthane tersebut akan merubah penthane dari fasa cair menjadi fasa
gas/uap yang mengakibatkan tekanannya naik akibat membesarnya volume.
Hal ini dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin uap pada sistem ORC
tersebut. Putaran turbin uap dikopel dengan generator 2 KW yang selanjutnya
akan menghasilkan listrik. Siklus Rankine organik adalah siklus
termodinamika yang mengubah panas menjadi kerja.

14
Control System

Seenoid valve

tangki HE 1

HE 2
Pump oil

Tangki minyak
Oilburner
Heater

Gambar 2.3.1 Process Flow Diagram Sistem PLTST

Sedangkan fluida air keluar dari unit evaporator pada Sistem ORC
setelah digunakan untuk memanaskan penthane, dipompa kembali ke unit plan
kolektor surya untuk dipanaskan ulang, demikian seterusnya siklus pemanasan
air selama energi panas surya masih mencukupi.

2.4 Pembangkit Pemanas Tambahan Termal Oil Heater.

Pembangkit panas tambahan dibuat dengan pertimbangan sebagai


berikut :

a. Untuk menjaga temperatur air pada hot water storage yang diperlukan unit
penggerak turbin uap pada sistem ORC PLTST dibutuhkan pembangkit
panas tambahan yang ditempatkan setelah air keluar plan kolektor surya,

b. Pembangkit panas tambahan menggunakan teknologi thermal oil yaitu oil


heater dengan oli sebagai media pemindah panas dan burner minyak
sebagai pembangkit panasnya, Kapasitas pembangkit panas tambahan (oil
heater) yaitu ± 50 kW.

15
c. Pembangkit panas tambahan didesain tipe horisontal dengan pemindah
panas pada ruang bakar terbuat dari pipa 1,5 in yang diroll spiral dengan
dua lintasan dan dikover dengan keramik fiber tipe isolasi tahan panas.

d. Untuk memanaskan air yang keluar dari plan kolektor surya digunakan
pemindah panas (heat exchanger) yang panasnya diambil dari media
fluida oil heater.

e. Heat exchanger dibuat dua unit dengan susunan 16 pipa 1,5 in panjang 3
meter sebagai pemindah panas dari media oli yang dihasilkan oil heater
dan diameter selongsong 40 cm yang dibungkus keramik fiber sebagai
isolator panas.

f. Pompa minyak panas dengan kapasitas : 37 liter/menit

g. Oil burner kapasitas s/d 15 liter/jam

h. Spesifikasi thermal oil adalah : Heat transfer oil ”termo ISO VG 150”.

Titik didih atau masa perubahan fase cair menjadi fase uap dari Oil ”termo
ISO VG 150” , yaitu 3500C s/d 5000C.

Berikut adalah Lay-out desain dari Unit pembangkit panas


tambahan dengan media oil termal :
T Minyak

Cerobong
Burner
Oil Heater

Kontrol Sistem

Oil Expantion
Thermal oil Pump

H.E (2)

H.E (1)

Air Keluar kolektor

Tangki Air panas


Untuk PLTST

Gambar 2.4.1 Layout Disain dari Unit Pembangkit Panas

16
2.5 Komponen-komponen Pada Termal Oil Heater.
2.5.1 Burner kapasitas s/d 15 liter/jam.

Burner berfungsi untuk membakar minyak pada ruang bakar


sehingga menghasilkan api untuk memanaskan termal oil yang ada
pada pipa-pipa.

Gambar 2.5.1 Burner kapasitas 15 liter/jam

2.5.2 Pompa oli panas kapasitas s/d 38 liter/jam.

Pompa oli merupakan alat untuk memompa dan


mensirkulasikan oli panas pada Termal Oil Heater.

Gambar 2.5.2 pompa oli panas.

17
2.5.3 Unit Oil Heater.

Unit oil heater merupakan alat untuk memanaskan Termal Oil


yang akan digunakan untuk memanaskan air yang keluar dari kolektor
pada HE.

Berikut desain Oil Heater pembangkit panas tambahan dengan


media Termal Oil :
DISAIN OIL HEATER

Thermal oil Keluar


Thermal oil dari 20
HE masuk
Menuju HE

70
Burner minyak

Pipa panas 1,5 in


10

150
60
76
15
88 Tampak Samping
95

Tampak Depan

Gambar 2.5.3 Detail Oil Heater

2.5.4 Heat Exchanger.

Heat Exchanger merupakan suatu komponen atau peralatan


untuk memanaskan air menggunakan oli panas dari oil heater yang
mengalir melalui pipa-pipa.

Berikut desain heat exchanger pembangkit panas tambahan


dengan media oil termal :
Termal oil out
Hot Water in
Pipa 1,5 in
40

Water in
Termal oil in
25 300 25

Gambar 2.5.4 Detail Disain heat exchanger

18
Jumlah HE pada pemanas tampahan Termal Oil Heater ada
dua unit dan pipa didalam masing-masing HE 16 batang (pipa 1.5 inc),
panjang tempat pertukaran kalor 3 m dengan deameter 0.4 m, volume
pipa keseluruhan yang terisi oli di dalam HE 0,2344 m3 atau 234,3 liter,
sedangkan volume keseluruhan HE yang terisi air 0,6523 m3 atau 652,2
liter. Untuk mengisi air didalam HE dibutuhkan waktu sekitar 12,9
menit dengan kecepatan pompa air 50,4 liter/menit.

2.5.5 Sistem Kontrol.


Kontrol sistem pada unit pembangkit panas diperuntukan untuk
mengontrol :
a. Pompa oli, pompa oli tidak boleh berhenti (selalu kondisi “on”)
dalam pengoperasian oil heater, hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi pemanasan berlebih pada oli tersebut yang akan
mengakibatkan terjadinya boiling karena pemanasannya melebihi
titik didih dari fluida oli tersebut.
b. Burner minyak, burner minyak bekerja (kondisi “on”) apabila
temperature keluar fluida oli yang keluar dari oil heater,
temperaturnya dibawah atau sama dengan setting temperature.
Setting temperature diatur melalui sebuah termokopel yang
dipasang pada saluran pipa oli keluar dari oil heater. Setting
temperature disesuaikan dengan kebutuhan energy panas pada Heat
Exchanger (HE) guna memperoleh temperature air keluar dari HE
tersebut yaitu ± 95oC.
Namun demikian, walaupun temperature air keluar dari HE belum
memenuhi setingnya, untuk keamanan dari fluida oli, setting kerja
burner tetap dibawah titik didihnya.
Kontrol sistem didisain dengan 2 cara kerja yaitu secara otomatis
(melalui setting) maupun secara manual, yaitu dengan melihat
langsung indikator temperature yang telah terpasang pada pipa plan

19
unit pembangkit panas. Kontrol ini juga dilengkapi dengan tombol
emergency untuk kondisi darurat.

2.6 Prinsip Kerja Termal Oil Heater.

Control System

Air keluar coll


tangki
HE 1

HE 2
Pump oil

Oil Heater burner

minyak

Gambar 2.6.1 Process Flow Diagram Sistem Oil Termal

Prinsip kerja pembangkit peanas Termal Oil yaitu: Air keluar dari
kolektor masuk kedalam HE 2 untuk dipanaskan menggunakan oli yang sudah
di panaskan terlebih dahulu didalam Oil Heater (Ruang Bakar) menggunakan
burner dengan bahan bakar solar, setelah itu dipanaskan kembali ke HE 1,
kemudian air keluar dari HE yang sudah panas langsung mengalir ketangki
penyimpanan air panas untuk digunakan pada PLTST.

20
2.7 Jenis-jenis Alat Ukur Suhu.
2.5.1 Termometer Bimetal Mekanik

Termometer bimetal mekanik adalah sebuah termometer


yang terbuat dari dua buah kepingan logam yang punya koefisien muai
berbeda yang dikeling (dipelat) menjadi 1. Kata bimetal sendiri
mempunyai arti yaitu bibertanda dua sedangkan kata material berarti
logam, sehingga bimetal berarti “dua logam”.

2.5.2 Termometer Galilleo

Termometer Galileo (atau termometer Galilea), dinamai


fisikawan Italia, Galileo Galilei, adalah termometer yang terbuat dari
gelas silinder tertutup berisi cairan bening dan serangkaian benda yang
kerapatannya sedemikian rupa sehingga mereka naik atau turun sesuai
perubahan suhu.

2.5.3 Termometer Termistor

Termistor (adalah alat atau komponen atau sensor elektronika


yang dipakai untuk mengukur suhu. Prinsip dasar dari termistor adalah
perubahan nilai tahanan (atau hambatan atau werstan atau resistance),
jika suhu atau temperatur yang mengenai termistor ini berubah.
Termistor ini merupakan gabungan antara kata termo (suhu) dan
resistor (alat pengukur tahanan).

2.5.4 Termometer Inframerah

Termometer Infra Merah adalah untuk mendeteksi temperatur


secara optik – selama objek diamati, radiasi energi sinar infra merah
diukur, dan disajikan sebagai suhu.

2.5.5 Termometer Telinga Digital

21
Termometer telinga digital atau bisa juga disebut termometer
‘tympanic’ menggunakan sinar infra merah untuk mengukur suhu
tubuh didalam lubang telinga.

2.5.6 Termokopel

Pada dunia elektronika, Termokopel adalah sensor suhu yang


banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda
menjadi perubahan tegangan listrik (voltase). Termokopel yang
sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang
sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang
cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.

Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :

 Industri besi dan baja


 Pengaman pada alat-alat pemanas
 Untuk termopile sensor radiasi
 Pembangkit listrik tenaga panas.

2.8 Proses Perpindahan Kalor

Perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai suatu proses


berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat
adanya perbedaan temperatur pada daerah tersebut. Ada tiga bentuk
mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi dan
radiasi.

2.8.1 Perpindahan Kalor Secara Konduksi

Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan


kalor dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke
daerah yang bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau

22
gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan
secara langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan momentum.

2.8.2 Perpindahan Kalor secara Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya


gerakan/aliran/ pencampuran dari bagian panas ke bagian yang dingin.
Contohnya adalah kehilangan panas dari radiator mobil, pendinginan
dari secangkir kopi dll. Menurut cara menggerakkan alirannya,
perpindahan panas konveksi diklasifikasikan menjadi dua, yakni
konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced
convection).

Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan


kerapatan karena perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya disebut
sebagai konveksi bebas (free / natural convection). Bila gerakan fluida
disebabkan oleh gaya pemaksa / eksitasi dari luar, misalkan dengan
pompa atau kipas yang menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir
di atas permukaan, maka perpindahan panasnya disebut sebagai
konveksi paksa (forced convection).

2.8.3 Perpindahan Panas Radiasi

Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas


mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah
bila benda-benda itu terpisah di dalam ruang, bahkan jika terdapat
ruang hampa di antara benda - benda tersebut.

2.9 Alat Penukar Kalor ( Heat Exchanger)

Proses perpindahan panas tersebut dapat terjadi secara langsung


maupun tidak langsung. Maksudnya adalah :
a. Pada alat penukar kalor yang langsung, fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu
bejana atau ruangan tertentu. Contohnya adalah clinker cooler dimana

23
antara clinker yang panas dengan udara pendingin berkontak langsung.
Contoh yang lain adalah cooling tower untuk mendinginkan air pendingin
kondenser pada instalasi mesin pendingin sentral atau PLTU, dimana
antara air hangat yang didinginkan oleh udara sekitar saling berkontak
seperti layaknya air mancur.
b. Pada alat penukar kalor yang tidak langsung, fluida panas tidak
berhubungan langsung dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan
panas itu mempunyai media perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan
jenis lainnnya. Untuk meningkatkan efektivitas pertukaran energi,
biasanya bahan permukaan pemisah dipilih dari bahan-bahan yang
memiliki konduktivitas termal yang tinggi seperti tembaga dan aluminium.
Contoh dari penukar kalor seperti ini sering kita jumpai antara lain radiator
mobil, evaporator AC.
Pertukaran panas secara tidak langsung terdapat dalam beberapa
tipe dari penukar kalor diantaranya tipe plat, shell and tube, spiral dll. Pada
kebanyakan kasus penukar kalor tipe plat mempunyai efektivitas
perpindahan panas yang lebih bagus.

2.10 Klasifikasi Alat Penukar Kalor

Adapun klasifikasi dari alat penukar kalor dapat dibagi dalam


beberapa kelompok yaitu :
a. Berdsarkan konstruksinya
 Tabung (tubular)
 Plate-Type
 Extended Surface
 Regenerative
b. Berdasarkan pengaturan aliran
 Single Pass
 Multi Pass
c. Bedasarkan jenis aliran
 Aliran Berlawanan Arah (Counter Flow)

24
 Alira Sejajar (Parallel Flow)
 Aliran Silang (Cross Flow)
 Aliran Terpisah (Split Flow)
 Aliran Bercabang (Divide Flow)
d. Berdasarkan banyaknya laluan
 Seluruh Cross-counter flow
 Seluruh cross-parallel flow
 Parallel counter flow
e. Berdasarkan mekanisme perpindahan panas
 Konveksi satu fasa (dengan konveksi paksa atau alamiah)
 Konveksi dua fasa (dengan konveksi paksa atau alamiah)
 Kombinasi perpindahan panas
f. Berdasarkan fungsinya dapat digolongkan pada beberapa nama:
 Exchanger: Memanfaatkan perpindahan kalor diantara dua fluida
proses (steam dan air pendingin tidak termasuk sebagai fluida
proses, tetapi merupakan utilitas).
 Heater: Berfungsi memanaskan fluida proses, dan sebagai bahan
pemanas alat ini menggunakan steam.
 Cooler: Berfungsi mendinginkan fluida proses, dan sebagai bahan
pendingin digunakan air.
 Condenser: Berfungsi untuk mengembunkan uap atau menyerap
kalor laten penguapan
 Boiler : Berfungsi untuk membangkitkan uap.
 Reboiler : Berfungsi sebagai pensuplai kalor yang diperlukan
bottom produk pada distilasi. Steam biasanya digunakan sebagai
media pemanas.
 Evaporator: Berfungsi memekatkan suatu larutan dengan cara
menguapkan airnya.
 Vaporizer: Berfungsi memekatkan cairan selain dari air.

25
2.11 Pembangkit Panas Air Tambahan Pada PLTST

Gambar 2.11.1 Skema PLTST Dan Pemanas air Tambahan Termal Oil Heater.

Keterangan :

A1 = kolektor Surya

A2 = Selenuid Valve 1

A3 = Alat ukur suhu Temperatur masuk HE

A4 = Heat Exchanger 1

A5 = Heat Exchanger 2

26
A6 = Tangki oli

A7 = Pompa oli panas

A8 = Oil Heater (Ruang bakar)

A9 = Burner kapasitas 15/jam

A10 = Tangki minyak

A11 = Selenuid Valve 2

A12 = Alat ukur suhu air keluar kollektor

A13 = Tangki air 1

A14 = Tangki air 2

A15 = ORC

A16 = Alat ukur flow air

A17 = Control sistem

27
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Identifikasi Awal

Tahap ini merupakan tahap awal dari penelitian, yaitu menetapkan


topik yang akan diteliti. Pada tahapan ini dilakukan beberapa tahapan
diantaranya:

3.1.1 Penetapan Tujuan Penelitian

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap permasalahan yang


terjadi, untuk selanjutnya dirumuskan dan dikaji lebih lanjut dalam
penelitian.

3.2.1 Studi Literatur

Pada tahap ini dijelaskan berbagai teori yang relevan, serta dapat
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Adapun dasar-dasar teori yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi : Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal, baigan- bagian
utama PLTST dan bagian-bagian Pemanas air tambahan Termal Oil
Heater.

3.3.1 Penyusunan Proposal

Tahap penyusunan proposal penelitian merupakan tahap yang


dilakukan sebelum melakukan penelitian mengenai analisis efisiensi
Pemanas air tambahan Termal Oil Heater di B2TKE.

3.2 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang menjadi dasar dalam penulisan ini adalah


dengan pendekatan kuantitatif yang berarti bahwa data-data yang diperoleh di
lapangan baik (berupa pengamatan langsung di lapangan atau lisan) dokumen
maupun dalam bentuk lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian,

28
dianalisis kemudian diinterpretasikan guna mendapatkan penyelesaian dari
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

3.3 Waktu Dan Tempat


3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Teknologi Konversi Energi


(B2TKE) - (BPPT) Kawasan Puspitek Gd.620-622 Setu, Tangerang
Selatan 15314 Banten Indonesia. Tempat penelitian ini dipilih karena
Balai Besar Teknologi Konversi Energi adalah suatu unit organisasi yang
melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan serta pengkajian di
bidang teknologi konversi energy, salah satunya PLTST yang akan
diaplikasikan di indonesia, baik untuk masa sekarang maupun masa yang
akan datang.

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini adalah


selama ± 4 bulan (April-Juli 2018).

3.4 Alat Dan Bahan

Objek yang dilakukan kinerja pada penelitian ini adalah Pemanas air
tambahan Termal Oil Heater di B2TKE yaitu Heat Exchanger, burner,
turbin, kondensor dan generator. Alat ukur yang dipergunakan pada penelitian
ini adalah semua alat ukur untuk mengukur suhu dan alat ukur yang terpasang
dilapangan. Bahan yang digunakan dalam penelitian uji kinerja ini adalah
solar, oli, dan air.

29
3.5 Parameter Pengukuran

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.1 Parameter Yang Diukur Pada Pemanas Air Tambahan.

NO Variable Ukur Deskripsi satuan


1 Vo Flow aliran air m3/s
0
2 Tin coll Temperature air masuk kollektor C
3 Tout coll/Tin HE temperature air keluar
0
kollektor/temperature masuk HE C
4 Tout HE Temperature air keluar heat
0
exchanger C
0
5 Tin Oil Temperature oli masuk heater C
0
6 Tout Oil Temperature oli keluar heater C
0
7 Tmt Temperature motor C
0
8 Tgas Temperature gas C

3.6 Metode Pengambilan Data


1. Tahap pendahuluan

Pada tahap ini dilakukan pengelompokan sumber data yang


diperlukan seperti pengambilan data temperatur air keluar dari Heat
Exchanger dan mengidentifikasi data-data tersebut. Setelah itu dilakukan
analisis data untuk menentukan metode pengambilan data sampai terbentuk
data yang berpola. Sehingga data tersebut dapat dievaluasi pada tahap
pemeriksaan menyeluruh.

2. Pemeriksaan menyeluruh

Setelah ditemukan metode pengambilan data, selanjutnya


dilakukan pemeriksaan menyeluruh dengan melakukan pengamatan
terhadap alat ukur yang digunakan dan melakukan analisa, baik terhadap

30
alat yang digunakan secara kontinu maupun alat yang bersifat tidak tetap.
Tahapan selanjutnya dari pemeriksaan menyeluruh ini adalah melakukan
pemeriksaan dan pencacatan atau pengambilan data. Pengumpulan data
dilakukan dengan pengumpulan data primer dengan cara mengumpulkan
dan menganalisa data-data yang dibutuhkan untuk setiap parameter pada
setiap sistem dengan menggunakan berbagai alat ukur yang terdapat di
lapangan.

3.7 Analisis Data

Pada tahap analisis data ini, dilakukan analisis pada aspek berikut:

3.7.1 Energi Oil Heater

Merupakan energi yang dibutuhkan pada pemanas air tambahan


Termal Oil Heater seperti daya pompa minyak burner, daya motor pompa
oli, daya pompa air, dan bahan bakar minyak yang dipakai. Pada
perhitungan energi yang dibuthkan pemanas air tambahan Termal Oil
Heater, satuan yang digunakan adalah (kj).

Perhitungan energy yang dibutuhkan oleh Oil Heater (qin) :

Daya pompa minyak burner (q1), Daya motor pompa oli (q2), Daya
pompa air (q3), Dan total bahan bakar minyak yang dipakai (q4).

diperoleh dari prsamaan : (1)

𝑄𝑖𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑞1 + 𝑞2 + 𝑞3 + 𝑞4

q1 = P burner x h

q2 = P pompa oli x h

q3 = P pompa air x h

Dimana : P = daya [kw]

h = waktu [jam]

31
Perhitungan energy yang dihasilkan bahan bakar solar diberikan
persamaan : (2)

𝑞4 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑜𝑙𝑎𝑟 [liter] x 9240 [kkal] x 4.184 [kj]

3.7.2 Energi Heat Exchanger

Merupakan energi yang dihasilkan Heat Exchanger pada


pemanas air tambahan Termal Oil Heater. Pada perhitungan energi yang
dihasilkan Heat Exchanger, satuan yang digunakan adalah (kj).

Perhitungan energy yang dihasilkan (Qout) pada Heat Exchanger


(HE), perhitungan diperoleh dari persamaan : (3)

𝑄𝑜𝑢𝑡 = ṁ . 𝐶𝑝 . ∆𝑇

Dimana :

Qout = energy yang dihasilkan HE [kj]

ṁ = massa aliran fluida [kg]

Cp = panas spesifik [kj/kg.0C]

∆𝑇 = perubahan temperatur [0C]

3.7.3 Efisiensi Sistem

Merupakan efisiensi penggunaan energi dalam proses produksi air


panas pada Pemanas Air tambahan Termal Oil Heater. pada perhitungan
efisiensi sistem, satuan yang digunakan adalah (kj).

Untuk perhitungan efisiensi system diberikan persamaan :

𝑄𝑜𝑢𝑡
η = ∑𝑄𝑖𝑛 x 100 % (4)

Dimana :

𝜂 = Efisiensi sistem [%]

32
Qout = Energy yang dihasilkan HE [kj]

Qin = Total energy masuk/yang digunakan [kj]

3.8 Diagram Alir Penelitian

Dari paparan metodelogi seperti yang telah disampaikan di atas,


ditunjukkan diagram alir penelitian pada Gambar 3.8.1.

Mulai

Tahap Identifikasi - Penetapan tujuan penelitian


- Studi literature
Awal
- Penyusunan proposal
-

Proses Pengambilan Variasi setting burner 125, 150,


Data dan 175

- Temperatur air masuk HE


Perolehan Data - Temperatur air keluar HE
- Temperatur oli masuk Heater
- Temperatur oli keluar Heater

Analisis Dan
Pembahasan - Energi yang dibutuhkan
- Energi yang dihasilkan
- Efisiensi sistem

Kesimpulan Dan Saran

selesai

Gambar 3.8.1 Diagram Alir Penelitian

33
3.9 Jadwal Penelitian

Penyusunan jadwal penelitian digunakan sebagai sarana pengendalian


proses pengerjaan Tugas Akhir. Adapun jadwal penelitian yang digunakan
ditunjukkan pada Tabel 3.2.

No Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan Ke-4


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penentuan
topic
2 Penyusunan
proposal TA
3 Penelitian
(pengumpulan
data)
4 Analisis data
5 Rekomendasi
perbaikan
6 Penyusunan
laporan TA

34
DAFTAR PUSTAKA

Aziz. (2005). “Desain Evaporator Jenis Shell And Tube Pada Mesin Refrigerasi
Siklus Kompresi Uap Hebrida” Jurusan Teknik Mesin, Universitas Riau.

Nico. Jenis-jenis Turbin Dan Fungsinya. http://blogbirink.blogspot.co.id. (Diakses


Tanggal 20 Novenber 2015)

Raharjo dan Ekadewi. (1999). “Jenis-jenis Kolektor Surya” Jurusan Teknik


Mesin, Universitas Kristen Petra.

Sutrisno, Budi. (2016).”Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal” Balai Besar


Teknologi Konversi Energi.

Safitra, Dan Ary. (2013). “Studi Variasi Beban Pendingin Di Evaporator” Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS).

Saputra Winggu, (2017). Pengujian Kolektor Surya Pada Pembangkit Listrik


Tenaga Surya. Jurusan teknik Mesin Universitas Teknologi Sumbawa.

35

Anda mungkin juga menyukai