Anda di halaman 1dari 6

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS LENEK

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut telah diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu dengan menempatkan
Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama.
Puskesmas sebagai suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat, juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok, mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan
kesehatan masyarakat.
Salah satu upaya kegiatan pokok yang ada di puskesmas adalah program perbaikan gizi
masyarakat. Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam undang-undang No
36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain
melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan
mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya perbaikan
gizi masyarakat dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan tahapan dan
prioritas pembangunan nasional.
Sasaran pembangunan pangan dan gizi dalam RPJMN 2010-2014 dan RAN-PG 2011-2015
adalah menurunkan prevalensi kekurangan gizi pada balita, termasuk stunting. Beberapa program
dan kegiatan pembangunan nasional telah dilakukan untuk mendukung sasaran tersebut. Seiring
dengan hal tersebut, gerakan perbaikan gizi dengan fokus terhadap kelompok 1000 hari pertama
kehidupan pada tataran global disebut Scaling Up Nutrition (SUN) dan di Indonesia disebut dengan
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan
(Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dan disingkat Gerakan 1000 HPK).
SUN (Scaling Up Nutrition) Movement merupakan upaya global dari berbagai negara dalam
rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya penanganan
gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Gerakan ini merupakan respon
negara-negara di dunia terhadap kondisi status gizi di sebagian besar negara berkembang dan
akibat kemajuan yang tidak merata dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium/MDGs (Goal 1).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menetapkan
4 sasaran pembangunan kesehatan, yaitu; 1) Meningkatkan Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun;
2)Menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup; 3) Menurunkan Angka
Kematian Ibu menjadi 228 per 100 ribu kelahiran hidup; dan 4) Menurunkan prevalensi gizi kurang
menjadi 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 32%.
Untuk mencapai sasaran RPJMN 2010-2014 bidang kesehatan, Kementerian Kesehatan
telah menetapkan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan 2010-2014, yang memuat indikator
keluaran yang harus dicapai, kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan. Di bidang perbaikan
gizi telah ditetapkan 8 indikator keluaran diantaranya : 100% balita gizi buruk mendapat perawatan,
80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif, 90% rumah tangga mengonsumsi garam
beryodium, 85% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A, 85% ibu hamil mendapat Fe 90 tablet,
100% kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi, 85% balita ditimbang berat badannya dan 100%
penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang komprehensif di Puskesmas yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan gizi yang bermutu dalam rangka mengatasi masalah gizi perorangan dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatnya cakupan gizi buruk yang mendapat perawatan
b. Meningkatnya cakupan bayi mendapat ASI Ekslusif
c. Meningkatnya cakupan RT yang mengkonsumsi garam beryodium
d. Meningkatnya cakupan bayi balita yang mendapat vitamin A
e. Meningkatnya cakupan ibu hamil mendapat tablet tambah darah
f. Meningkatnya cakupan penimbangan balita
g. Meningkatnya cakupan pemberian MP-ASI pada balita gakin.

C. Ruang Lingkup
1. Pelayanan Gizi dalam Gedung
a. Pelayanan gizi rawat jalan (konseling)

b.Pelayanan gizi rawat inap (asuhan gizi terbatas pada klien gizi buruk)
2. Pelayanan Gizi Luar Gedung
a. Pelayanan edukasi gizi (di posyandu, sekolah, kelas gizi)
b. Konseling ASI Ekslusif dan PMBA
c. Konseling gizi melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (PTM)
d. Pengelolaan pemantauan pertumbuhan balita
e. Pengelolaan pemberian kapsul vitamin A
f. Pengelolaan pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan ibu nifas
g. Pemantauan garam beryodium tingkat rumah tangga
h. Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja putri dan WUS
i. Pengelolaan pemberian MP-ASI dan PMT pemulihan
j. Survailens gizi

D. Sasaran dan Target program


1. Sasaran program gizi tahun 2016 :
a. Ibu Hamil : 563 orang
b. Ibu Bersalian dan Ibu Nifas : 537 orang
c. Balita : 2550 orang
d. Bayi 0-6 Bulan : 205 orang
e. Bayi 6-11 Bulan : 336 orang
f. Balita 1-5 tahun : 1981 orang
2. Target program Gizi tahun 2016 :
a. Cakupan gizi buruk yang mendapat perawatan : 100 %
b. Cakupan bayi 0-6 bulan mendapat ASI Ekslusif : 80 %
c. Cakupan RT yang mengkonsumsi garam beryodium : 90 %
d. Cakupan bayi balita yang mendapat vitamin A : 85%
e. Cakupan ibu hamil mendapat Fe (90 tablet) : 95 %
f. Persentase balita ditimmbangan berat badannya : 85%
g. Persentase pemberian MP-ASI pada balita gakin : 100 %

E. Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Pelayanan gizi di Puskesmas dikelola/dilaksanakan oleh
- Nutrisionis/Ahli Gizi
Jumlah ahli gizi yang ada di PuskesmasLenek sebanyak 2 orang terdiri dari : 1 orang PNS
(D4 Gizi) dan 1 orang tenaga job (DIII Gizi).
2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sarana Prasarana Pelayanan gizi di Puskesmas Lenek
- Ruang konseling
Ruang konseling gizi di Puskesmas Lenek menjadi satu dengan ruang MTBS.
- Ruang Program gizi ( Terpadu dengan program yang lain )

F. Peran Lintas Program dan Lintas Sektor


1. Peran Lintas Program :
- Promkes : Mengkoordinir pelaksanaan penyuluhan kepada sasaran (ibu hamil,
menyusui, ibu balita)
Sebagai fasilitator/narasumber pada kegiatan khusus (kelas gizi, KP-ASI,
penyuluhan gizi di sekolah)

- Kesling : Mencegah penyakit berbasis lingkungan khususnya pada balita yang dapat
menyebabkan gangguan gizi dengan menjamin tersedianya sanitasi dasar
di masyarakat dan menyebarluasan informasi tentang pentingnya
kesehatan lingkungan.
- KIA : Bertanggung jawab terhadap ditribusi tablet tambah darah pada ibu hamil
dan nifas
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan IMD
Bersama-sama dengan petugas gizi mengkampanyekan ASI Ekslusif pada
ibu hamil dan menyusui
Melakukan penjaringan ibu hamil anemia dan KEK saat ANC
Sebagai narasumber/fasilitator pada kegiatan tettentu seperti kelas gzi, KP-
ASI

- P2P : Mencegah dan mengatasi penyakit yang sering terjadi pada balita seperti
ISPA, diare dan TBC yang dapat menyebabkan gangguan gizi.

- Perkesmas : Melakukan pembinaan pada keluarga yang bermasalah terhadap gizi


seperti balita BGM, gizi buruk, ibu hamil KEK dan anemia

- Remasila : Bersama-sama melakukan pembinaan pada remaja putri di sekolah


khususnya kampanye Fe

- UKS : Bersama-sama dengan petugas gizi menentukan status gizi anak baru
masuk sekolah dengan melakukan pengukuran BB dan TB setiap tahun.
Meningkatkan status gizi dengan mencegah dan mengatasi kecacingan
pada balita dan anak sekolah setiap 6 bulan sekali.

- Laboratorium: Menentukan status anemia pada ibu hamil dan balita gizi buruk di ruang
perawatan

2. Peran Lintas Sektoral :


- Camat : Membuat kebijakan yang terkait dengan program gizi sebagai upaya
meningkatkan status gizi balita seperti pembentukan Tim
Penanggulanagan Gizi Buruk Kecamatan
Menjamin tersedianya dana desa untuk kegiatan pelayanan posyandu
melalui ADD
Melakukan pembinaan pada desa-desa yang bermasalah di bidang
kesehatan, berdasarkan hasil minilokakarya lintas sectoral atau laporan
langsung dari puskesmas

- Desa : Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan rutin di desa seperti


posyadu, kelas gizi, KP-ASI
Menyediakan sarana dan prasarana posyandu, termasuk pengadaan PMT
bila diperlukan, dan kesiapan kader di desa.

- Sekolah : Menjamin pelaksanaan survey garam beryodium di SD


Memfasilitasi kegiatan penyuluhan di sekolah
- PKK : Menjamin kesiapan kader posyandu saat memberikan pelayanan,
termasuk kesiapan kader dalam pengerahan sasaran
Bertanggung jawab terhadap peningkatan kapasitas kader dalam
membantu memberikan pelayanan
Melakukan pembinaan kepada keluargadi dusun (sesuai program)
Menjamin tersedianya garam beryodium di masyarakat
- Ketahanan Pangan
Mendata, menganalisa dan mengintervensi keadaan rawan pangan dan
gizi tingkat kecamatan berdasarkan laporan puskesmas

G. Metode dan Teknologi yang Digunakan


1. Metode yang digunakan :
- Pendekatan kelompok melalui pemberdayaan masyarakat atau forum komunikasi di desa
- Advokasi dan lobi pada penguasa wilayah
- Penyuluhan dan konseling
- Kunjungan rumah

2. Pemanfaatan teknologi :
- Media komunikasi HP untuk melakukan komunikasi dengan kader atau sasaran
- Pemanfaatan komputer untuk sistem pelaporan.

H. Penutup
Demikian Pedoman Pelayanan Gizi ini dibuat sebagai pedoman / acuan dalam pelaksanaan
pelayanan program gizi di Puskesmas Lenek

Lenek, 2 Januari 2016


Kepala Puskesmas Lenek

JALALUDIN SAYUTI,SKM,MPH
NIP.19751231 199803 1 013

Anda mungkin juga menyukai