Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR NASIONAL

2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7

PEMBELAJARAN FISIKA SETURUT HAKEKATNYA SERTA


SUMBANGANNYA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
SISWA

Domi Severinus

Dosen pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA,
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Email: severinusdomi@yahoo.com

Abstrak - Situasi bangsa Indonesia belakangan ini mengalami banyak tantangan, terutama yang
berkaitan dengan moral bangsa. Korupsi, ketidakadilan, ketidakjujuran, kekerasan, tawuran, yang
merajalela hampir di semua lapisan masyarakat, mejadi indikasi merosotnya moral bangsa.
Menghadapi situasi seperti ini, banyak pihak berharap banyak pada perbaikan karakter bangsa.
Institusi pendidikan berupaya melaksanakan pendidikan karakter dari jenjang pendidikan dasar
sampai pada jenjang pendidikan tinggi. Secara berlebihan Kurikulum 2013 menambah jam
pelajaran agama dan menempatkan pendidikan karakter pada Kompetensi Inti yang pertama pada
semua mata pelajaran.
Sebagai salah satu elemen bangsa, guru fisika ikut bertanggungjawab pada pendidikan karakter
siswa. Keterlibatan guru fisika dalam pendidikan karakter siswa dapat dilaksanakan melalui
pembelajaran fisika. Pertanyaan pokoknya adalah pembelajaran fisika yang bagaimana yang
mampu memberikan sumbangan yang signifikan pada pendidikan karakter siswa.
Ada tiga kata kunci mengenai pembelajaran fisika yang mampu memberikan sumbangan pada
pendidikan karakter siswa. Pertama, pembelajaran fisika harus memperlakukan fisika sesuai
dengan hakekatnya. Pada hakekatnya, fisika memiliki tiga aspek yaitu aspek produk
(pengetahuan), aspek proses dan aspek sikap. Fisika tidak sekedar kumpulan fakta dan rumus
yang cukup untuk dihafalkan dan dilatihkan. Kedua, hakekat pembelajaran adalah proses siswa
mengkontruksi (membangun) pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pembelajaran tidak sekedar
berarti guru “memberi tahu” dan siswa menghafal. Ketiga, keteladanan guru sebagai figur pendidik
yang berkarakter harus ditampilkan melalui sikap, perilaku dan perbuatannya. Dengan demikian
seorang guru fisika dapat melaksanakan pendidikan karakter melalui pembelajaran fisika yang
sesuai dengan hakekat fisika dan hakekat pembelajaran serta dibingkai oleh keteladan guru yang
yang berkarakter.
Ada tiga model pembelajaran yang kiranya memiliki peluang besar untuk melaksanakan
pembelajaran fisika yang sesuai dengan hakekat fisika dan hakekat pembelajaran dan dengan
demikian dapat memberikan sumbangan berarti pada pendidikan karakter siswa. Model
pembelajaran dimaksud adalah Model Pembelajaran Berbasis Ikuiri (Inquiry Based Learning) dan
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem BasedLearning) serta Model pembelajaran Kooperatif dan
Kolaboratif (Cooperative and Collaborative Learning). Tulisan ini berupaya memetakan sintaks
pembelajaran menurut ketiga model pembelajaran tersebutdengan karakter siswa yang dapat
dikembangkan.

Kata Kunci: pendidikan karakter, hakekat fisika, hakekat pembelajaran, keteladanan guru.

I. PENDAHULUAN 2011 menulis Kerusakan Moral


Mencemaskan sebagai headline (Samani
Merosotnya Moral Bangsa Indonesia & Hariyanto, 2012: 4). Dalam hal
Berbagai berita yang dapat kita korupsi dipaparkan beberapa fakta
saksikan di media massa beberapa berikut.
waktu belakangan ini memperlihatkan  Sepanjang 2004-2011 Kementerian
betapa merosotnya moral bangsa Dalam Negeri mencatat 158 kepala
Indonesia. Dalam hal penyelenggaraan daerah (gubernur, bupati dan wali
negara, Kompas terbitan Senin 20 Juni kota) tersangkut korupsi.

LPF1311-1
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7

 Tahun 2008-2011 sedikitnya 42 (H. Hawes, dalam Samani & Hariyanto,


anggota DPR serseret korupsi. 2012: 6)
 Tahun 1999-2004 30 anggota DPR Pada Puncak Peringatan Hari
terlibat suap pemilihan Deputi Pendidikan Nasional 2 Mei 2010 Presiden
Gubernur Senior Bank Indonesia. Republik Indonesia telah mencanangkan
 Kasus korupsi terjadi di sejumlah pelaksanaan Gerakan Nasional
institusiseperti KPU, Komisi Yudisial, Pembangunan Karakter Bangsa (Samani
KPPU, Ditjen Pajak, Bank Indonesia & Hariyanto, 2012: 7). Gerakan ini
dan BKPM. dilaksanakan oleh berbagai Departemen
Bahkan tahun 2012-2013 ini ada dalam pemerintahan. Tahun berikutnya
menteri, ketua umum/presiden partai pada Peringatan Hari Pendidikan
yang menjadi tersangka kasus suap dan Nasional 2 Mei 2011, Mohammad Nuh,
korupsi. Menteri Pendidikan Nasional
Terkait penegak hukum terungkap mencanangkan tema peringatan
fakta, sepanjang tahun 2010 Mahkamah Pendidikan Karakter sebagai Pilar
Agung menjatuhkan sanksi kepada 107 Kebangkitan Bangsa (Samani &
hakim, Kejaksaan menjatuhkan sanksi Hariyanto, 2012: 8). Permen Nomor 22
kepada 192 jaksa, dan 294 polisi dipecat tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
dari dinas Polri. Mata Pelajaran, dijelaskan 5 tujuan mata
Dalam bidang pendidikan terjadi pelajaran Fisika di SMA. Tujuan yang
tawuran antar pelajar yang sampai pertama dan kedua memperlihatkan
menelan korban jiwa. Praktik upaya pembangunan karakter bangsa.
ketidakjujuran yang dilakukan oleh Tujuan mata pelajaran fisika di SMA
siswa bahkan guru dan kepala sekolah adalah sebagai berikut.
dalam menghadapi ujian nasional. 1. Membentuk sikap positif terhadap
Pemerasan dan kekerasan termasuk fisika dengan menyadari keteraturan
kekerasan seksual yang dilakukan oleh dan keindahan alam serta
pelajar. Praktik plagiat yang dilakukan mengagungkan kebesaran Tuhan
oleh mahasiswa bahkan sampai Yang Maha Esa
mahasiswa program doktor, terlebih lagi 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,
dilakukan oleh dosen. obyektif, terbuka, ulet, kritis dan
Dalam keluarga dan masyarakat dapat bekerjasama dengan orang
praktik kekerasan seperti perampokan lain.
dan pembunuhan menjadi ceritera Perhatikan Kompetensi Inti dan
sehari-hari. Kekerasan antar kelompok Kompetensi Dasar mata pelajaran fisika
masyarakat, kekerasan antara SMA dalam draft Kurikulum 2013.
masyarakat dan penegak hukum (polisi) Dalam draft Kurikulum 2013 juga ada
makin sering terjadi. Kekerasan dalam penambahan jumlah jam pelajaran
rumah tangga seperti suami membunuh untuk mata pelajaran agama. Di SD dari
isteri, ibu membunuh anak, anak 3 jam perminggu menjadi 4 jam
memutilasi ibu melengkapi gambar perminggu dan di SMP dari 2 jam
buram merosotnya moral bangsa perminggu menjadi 3 jam perminggu.
Indonesia. Guru-guru yang harus menyusun silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Upaya Penanggulangan (RPP) harus menambahkan satu
Menghadapi situasi yang komponen lagi, yaitu komponen karakter
memprihatinkan ini para pemimpin bangsa.
bangsa berupaya mengkaji dan Upaya-upaya di atas hanya akan
kemudian melaksanakan berbagai menjadi sebuah ritual formalitas jika
strategi penanggulangannya. Kajian- tidak didukung oleh kegiatan nyata dari
kajian itu akhirnya memperoleh jawaban segenap elemen bangsa. Para pendidik
bahwa betapa pentingnya pembangunan termasuk guru fisika dapat terlibat
karakter (character building) bangsa. dalam pembangunan karakter bangsa
A good name is seldom regained. When melalui praktik pembelajaran dalam
character is gone, all gone, and one of mata pelajarannya masing-masing.
the richest jewels of life is lost forever Untuk membangun karakter bangsa,

LPF1311-2
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. Menghayati dan mengamalkan 1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan
ajaran agama yang dianutnya keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap
kebesaran Tuhan yang menciptakannya
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan air sebagai unsur
utama kehidupan dengan karakteristik yang memungkinkan bagi
makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang
2. Mengembangkan perilaku 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif,
(jujur, disiplin, tanggung jawab, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka,
peduli, santun, ramah kritis, kreatif, inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas
lingkungan, gotong royong, sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan
kerjasama, cinta damai, percobaan dan berdiskusi
responsif dan proaktif) dan 2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-
menunjukkan sikap sebagai hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan
bagian dari solusi atas berbagai melaporkan hasil percobaan
permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia

guru fisika tidak harus mengambil alih dari luar dirinya, agar pribadi itu
peran ustadz atau pendeta. Dengan semakin dapat menghayati
melaksanakan pembelajaran fisika yang kebebasannya sehingga ia dapat
benar sesuai hakekat pembelajaran semakin bertanggungjawab atas
fisika, guru fisika dapat membangun pertumbuhan dirinya sendiri sebagai
karakter bangsa. pribadi dan perkembangan orang lain
dalam hidup mereka. (Koesoema, 2010:
PENDIDIKAN KARAKTER 123).
Konsep Pendidikan Karakter Secara sederhana Samani dan
Konsep pendidikan karakter dapat Hariyanto mengutip pendapat Lickona
dirunut melalui konsep pendidikan dan yang mengatakan bahwa pendidikan
konsep karakter itu sendiri. Pendidikan karakter adalah upaya yang sungguh-
merupakan usaha sadar yang ditujukan sungguh untuk membantu seseorang
bagi pengembangan diri manusia secara memahami, peduli, dan bertindak
integral dan utuh melalui berbagai dengan landasan inti nilai-nailai etis.
dimensi yang dimilikinya (religius, (Samani & Hariyanto, 2012: 44).
moral, personal, sosial, sosial, kultural,
temporal, institusional, relasional, dll) Fungsi Pendidikan Karakter
demi proses penyempurnaan dirinya Pusat Kurikulum menyatakan bahwa
secara terus menerus dalam memaknai pendidikan karakter berfungsi (1)
hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam mengembangkan potensi dasar agar
kebersamaan dengan orang lain. berhati baik, berpikiran baik, dan
Karakter merupakan kondisi dinamis berperilaku baik; (2) memperkuat dan
struktur antropologis individu, yang membangun perilaku bangsa yang
tidak mau sekedar berhenti atas multikultur; (3) meningkatkan
determinasi kodratnya, melainkan juga peradaban bangsa yang kompetitif
sebuah usaha hidup untuk semakin dalam pergaulan dunia. (Samani &
integral mengatasi determinasi alam Hariyanto, 2012: 9).
dalam dirinya untuk proses
penyempurnaan dirinya terus menerus. Nilai Nilai Pembentuk Karakter
Kebebasan manusialah yang membuat Berdasarkan nilai-nilai yang
struktur antropologis itu tidak tunduk bersumber dari agama, Pancasila,
pada hukum alam, melainkan menjadi budaya, dan tujuan pendidikan nasional,
faktor yang membantu pengembangan Pusat Kurikulum mengidentifikasi 18
manusia secara integral. Pendidikan nilai yang membentuk karakter sebagai
karakter adalah keseluruhan dinamika berikut. (1) Religius, (2) Jujur, (3)
relasional antar pribadi dengan berbagai Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras,
macam dimensi baik dari dalam maupun (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis,

LPF1311-3
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7

(9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat interaksinya dengan informasi dan
Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) pengalaman baru, skema ini terus
Menghargai Prestasi, (13) berkembang melalui proses asimilasi dan
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta akomodasi. Proses asimilasi dan
Damai, (15) Gemar Membaca, (16) akomodasi yang terus berlangsung
Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, membuat skema berkembang dan
(18) Tanggung Jawab. (Samani & mencapai kesetimbangan yang dikenal
Hariyanto, 2012: 9). sebagai proses ekuilibrasi. (Cobb, dalam
Suparno, 1997).
Model Pendidikan Karakter di Konstruktivisme sosial seperti juga
Sekolah konstruktivisme personal meyakini
Pendidikan karakter yang adanya pengetahuan awal yang disebut
dilaksanakan di Amerika Serikat konsep awal (naive concept). Konsep
menggunakan pendekatan holistik. awal ini berkembang menjadi konsep
Seluruh warga sekolah mulai dari guru, ilmiah, melalui proses belajar dalan dua
karyawan dan para murid semuanya tahap yaitu tahap interaksi sosial dan
terlibat dan bertanggungjawab terhadap tahap internalisasi personal.
pelaksanaan pendidikan karakter. Prinsip-prinsip pembelajaran menurut
Khusus untuk keterlibatan guru, guru pandangan konstruktivisme personal
dapat terlibat dalam pendidikan karakter diturunkan dari genetic epistemolgy
melalui kegiatan intra kurikuler, (teori adaptasi intelek menurut Piaget)
kokurikuler dan ekstra kurikuler. Dalam sebagai berikut. (Gallagher& Kim, 1981:
3 ranah kegiatan tersebut guru dapat 11)
melakukan pendidikan karakter melalui 1) Pembelajaran adalah proses internal
(1) pembelajaran langsung, untuk guru dari konstruksi (an internal process of
mata pelajaran agama, construction)
kewarganegaraan, dll; (2) pembelajaran 2) Pembelajaran sebagai
tidak langsung melalui muatan materi subordinatperkembangan
pelajaran; (3) pengkondisian dan 3) Belajar tidak hanya melalui
pembiasaan baik dalam pembelajaran di pengamatan terhadap obyek tetapi
kelas maupun dalam kegiatan di luar juga melalui reorganisasi mental
kelas; (4) keteladanan. tingkat tinggi
4) Pertumbuhan pengetahuan dipicu
HAKEKAT PEMBELAJARAN FISIKA oleh proses umpan balik yang
Hakekat Pembelajaran dihasilkan melalui pertanyaan,
(Konstruktivistik) kontradiksi, hasil reorganisasi mental.
Pandangan konstruktivisme tentang 5) Pertanyaan, kontradiksi, hasil
belajar menyatakan bahwa belajar reorganisasi mental sering
adalah proses seseorang mengkontruksi terstimulasi oleh interaksi sosial
pengetahuan, melalui interaksi antara 6) Karena kesadaran adalah sebuah
pengetahuan awal dengan informasi dan proses konstruksi maka pengertian
pengalaman baru. Dengan demikian berada di balik aksi
pembelajaran berarti menciptakan
kondisi sehingga proses konstruksi Pandangan konstruktivisme sosial
pengetahuan dapat berlangsung. mengenai proses belajar dapat
Mengenai proses konstruksi dijelaskan sebagai berikut. (Smith dkk,
pengetahuan itu sendiri terdapat dua Ed, 1997: 47).
aliran kontruktivisme yaitu (1)
konstruktivisme personal yang dipelopori 1) Setiap kemampuan pembelajar
oleh Piaget dan (2) konstruktivisme tumbuh dan berkembang melewati
sosial yang dipelopori oleh Vygotsky. dua tataran. Pertama pada tataran
Konstruktivisme personal meyakini sosial, melalui interaksi sosial di
bahwa pada dasarnya semua orang antara orang-orang yang membentuk
memiliki struktur kognitif awal yang lingkungan sosial pembelajar.
diperoleh dari pengalaman sebelumnya, Tumbuh kembangnya kemampuan
yang disebut skema. Karena pembelajar pada tataran ini disebut

LPF1311-4
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7

sebagai kategori interpsikologis atau Science is


intermental. Tataran ini kemudian 1) Body of knowledge
diikuti tataran kedua yaitu tataran 2) Method
psikologis di dalam diri pembelajar, 3) Way of knowing, or the values and
sebagai kategori intrapsikologis atau beliefs inherent to scientific
intramental. Dengan demikian, dalam knowledge and its development
pandangan Vygotsky interaksi sosial (Ledermann, Norman, 2007: 833)
memiliki peran primer dalam Dari definisi-definisi di atas dapat
pembentukan pengetahuan dan disimpulkan bahwa sains termasuk di
perkembangan kognitif pembelajar. dalamnya fisika memiliki tiga aspek
Ini dikenal sebagai Genetic Law of yaitu (1) aspek pengetahuan, (2) aspek
Development. proses, (3) aspek sikap.
2) Perkembangan pengetahuan Aspek pengetahuan.
pembelajar optimal pada wilayah Fisika sebagai body of knowledge berisi
yang dikenal sebagai Zone of fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.
Proximal Development (ZPD). ZPD Ini adalah produk ilmiah dari fisika.
dapat dipandang sebagai sejenis Aspek proses.
wilayah penyangga atau batu Fisika sebagai proses ilmiah berisi
loncatan di mana dalam wilayah ini ketrampilan proses ilmiah yang harus
pembelajar dapat mencapai taraf dilaksanakan untuk menghasilkan
perkembangan yang lebih tinggi. produk ilmiah. Ini dikenal sebagai
Dalam wilayah ini, fungsi-fungsi atau metode ilmiah (scientific method) yang
kemampuan-kemampuan yang belum berisi langkah-langkah merumuskan
matang namun sedang dalam proses masalah, menyusun hipotesis,
menjadi matang, akan menjadi melakukan eksperimen, mengumpulkan
matang lewat interaksi dan bimbingan data, menganalisis data, dan menarik
orang dewasa atau berkolaborasi kesimpulan.
dengan teman sebaya yang lebih Aspek sikap.
kompeten. Dalam melaksanan proses ilmiah,
3) Untuk berkembang pembelajar seorang fisikawan didorong dan
memerlukan topangan atau dikendalikan oleh sikap-sikap ilmiah
bimbingan orang yang lebih tahu dan seperti rasa ingin tahu, skeptis atau
teman sebaya. Topangan ini dikenal selalu minta bukti, terbuka terhadap
sebagai scaffolding. pendapat lain, jujur, obyektif, setia pada
data, teliti, kerjasama, tidak mudah
Hakekat Fisika menyerah.
Karena fisika merupakan bagian dari
sains, maka hakekat fisika dapat dilihat Hakekat Pembelajaran Fisika
dari hakekat sains. Perhatikan definisi- Dari uraian di atas dapat disimpulkan
definisi sains berikut ini. hakekat pembelajaran fisika sebagai
Science is a problem solving activity berikut.
conducted by humans who are 1) Pembelajaran fisika adalah proses
motivated by a curiosity about the world menciptakan kondisi dan peluang
around them and a desire to understand agar siswa dapat mengkonstruksi
that world, or by a desire to manipulate pengetahuan, ketrampilan proses dan
the world in order to satisfy other wants sikap ilmiahnya.
or needs, or by both of these. (Dawson, 2) Pembelajaran fisika menghargai
1994: 5) pengetahuan awal siswa.
Science is not just a collection of laws, a 3) Pembelajaran fisika berlangsung
catalogue of facts, it is a creation of dalam interaksi dengan lingkungan
human mind with its freely invented dan orang lain.
ideas and concepts. Physical theories try 4) Pembelajaran fisika harus mencakup
to form a picture of reality and to aspek pengetahuan, aspek proses dan
establish its connentions with the wide aspek sikap secara utuh.
world of sense impressions. (Einstein &
Infield 1938 dalam Driver, 1983: 1)

LPF1311-5
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7

Nilai Karakter pada Pembelajaran nilai karakter yang dapat dibantukan


Fisika kepada siswa melalui pembelajaran
Pembelajaran fisika yang mencakup fisika antara lain. (Suparno, 2012)
aspek pengetahuan, proses dan sikap
memberi peluang untuk
mengembangkan karakter siswa. Nilai-

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DAN process, students discover facts and

Aspek Isi Pembelajaran Nilai Karakter


Pembelajaran
Pengetahuan Sistem tata surya, struktur mikroskopis zat Religiositas, ketuhanan,
keteraturan alam makro dan alam
mikro
Hukum-hukum kekekalan, kesetimbangan Taat hukum, kerelaan berbagi,
keadilan, kejujuran
Ketidakpastian, relativitas Ketidakmutlakan, menghargai
perbedaan, toleransi,
multikultural,
Bentuk-bentuk energi dan perubahannya Religiositas, ketuhanan,
keteraturan, menghargai
perubahan, menghargai
keragaman
Proses Merumuskan masalah Rasa ingin tahu, peduli lingkungan
Menyusun hipotesis Menghargai bukti, keterbukaan,
toleransi
Melakukan eksperimen, mengumpulkan data, Kreativitas, kejujuran,
menganalisis data obyektivitas, kerjasama,
rasionalitas, ketelitian,daya juang,
kesungguhan, ketekunan
Menarik kesimpulan Rasionalitas, tanggungjawab,
kejujuran
Sikap Mendengarkan penjelasan Ketekunan, menghargai orang
lain, rasa ingin tahu, kerja keras
Diskusi, kerja kelompok Kerjasama, keterbukaan, rela
membantu, toleransi, kerja keras
Ujian Kejujuran, keadilan, kerja keras,
obyektivitas

SUMBANGANNYA BAGI PENDIDIKAN develop a higher-order understanding


KARAKTER of topics and ideas. (Coffman, 2009: 1)
Model pembelajaran yang
konstruktivistik dan memiliki peluang Pembelajaran Berbasis Inkuri
yang signifikan untuk pendidikan berawal dari perumusan masalah dari
karakter adalah (1) Pembelajaran siswa yang diikuti oleh perumusan
Berbasis Inkuri, (2) Pembelajaran hipotesis, kemudian siswa secara aktif
Kooperatif, (3) Pembelajaran Berbasis mencari informasi dan bukti (data)
Masalah. untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Melalui proses ini siswa menemukan
Model Pembelajaran Berbasis fakta dan mengembangkan pemahaman
Inkuri(Inquiry Based Learning) tingkat tinggi.
Konsep Pembelajaran Berbasis Inkuri Langkah Pembelajaran Berbasis Inkuiri
The inquiry approach to learning Flick dan Lederman menjelaskan
originates inscience education, where langkah pembelajaran berbasis inkuiri
student screate and testa hypothesis sebagai berikut. (Flick & Lederman,
(or problem) and through out the 2006: 4)
process are encouraged to become 1) Mengidentifikasi masalah atau
actively involved in the discovery of pertanyaan yang dijawab melalui
information by highlighting both the penyelidikan ilmiah (scientific
useful ness and the application of the investigation).
information itself. Through out this

LPF1311-6
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7

Nilai Karakter Pembelajaran Berbasis Inkuri


Langkah Pembelajaran Nilai Karakter
Mengidentifikasi masalah Rasa ingin tahu, peduli lingkungan
Merumuskan hipotesis Menghargai bukti, keterbukaan, toleransi
Merancang dan melaksanakan penyelidikan Kreativitas, kejujuran, obyektivitas, kerjasama,
ilmiah. rasionalitas, ketelitian

Mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan Kreativitas, kejujuran, obyektivitas, kerjasama,


data rasionalitas, ketelitian
Mengembangkan deskripsi, penjelasan, Rasionalitas, obyektivitas, ketelitian
prediksi, dan model
Menyimpulkan Rasionalitas, tanggungjawab, kejujuran
Mengkomunikasikan penyelidikan dan hasil Peduli sosial, menghargai orang lain, rela berbagi,
penyelidikan keterbukaan

2) Merumuskan hipotesis initially presented by the teacher. The


3) Merancang dan melaksanakan students take responsibility for their
penyelidikan ilmiah. own learning, their teammates learning
4) Menggunakan instrumen dan teknik and for classroom management by
yang sesuai untuk mengumpulkan, checking and monitoring, helping one
menganalisis dan menafsirkan data. another with problems and encouraging
5) Mengembangkan deskripsi, one another to achieve. (Shafritz,
penjelasan, prediksi, dan model Koeppe & Soper, dalam Michael &
menggunakan data atau hasil Modell, 2003: 107).
penyelidikan. Terdapat berbagai variasi teknik
6) Menyimpulkan hubungan antara dalam model pembelajaran kooperatif.
masalah, bukti (data) dan penjelasan Walaupun demikian hal pokok yang
7) Mengkomunikasikan penyelidikan menjadi ciri pembelajaran kooperatif
dan hasil penyelidikan adalah (1) siswa bekerja bersama
Salah satu metode dari pembelajaran dalam kelompok kecil untuk belajar, (2)
berbasis inkuiri adalah metode setiap siswa sebagai anggota kelompok
eksperimen. Suparno dalam bertanggung jawab untuk keberhasilan
penelitiannya berjudul Praktikum kelompok.
Termofisika Untuk Pengembangan Tiga konsep sentral dalam
Karakter Mahasiswa tahun 2012, pembelajaran kooperatif adalah sebagai
menemukan bahwa melalui praktikum berikut. (Slavin, 1995: 5).
terjadi perkembangan karakter yang 1) Team rewards. Kelompok yang
signifikan pada mahasiswa (Suparno mencapai hasil melampaui kritria
dalam Widya Dharma, 2012: 93). yang ditentukan diberikan imbalan
atau penghargaan.
Model Pembelajaran Kooperatif 2) Individual accountability.
(Cooperative Larning) Keberhasilan kelompok tergantung
Konsep Pembelajaran Kooperatif pada keberhasilan individu sebagai
Cooperative Learning as an instructional anggota kelompok. Anggota
method by wich students cooperatein kelompok saling membantu sehingga
small teams to learn material that setiap anggota kelompok siap untuk

Nilai karakter pembelajaran kooperatif


Langkah Pembelajaran Nilai Karakter
Pembagian kelompok secara heterogen Menghargai pribadi lain, tidak membeda-bedakan
orang lain, sosialitas, semangat multikultural
Pemberian materi, masalah atau tugas kepada Keadilan
kelompok
Bekerjasama dalam kelompok Kerjasama, saling membantu, tanggungjawab,
keadilan, daya juang, rasa ingin tahu
Presentasi hasil kerja kelompok Rela berbagi, percaya diri, kerjasama, keterbukaan,
menghargai pendapat orang lain
Penilaian, kuis, turnamen Tanggungjawab, kejujuran, obyektivitas, ketelitian
Pemberian penghargaan (reward) Keadilan, penghargaan atas prestasi

LPF1311-7
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7

menghadapi penilaian. Masalah yang dipilih adalah masalah


3) Equal opportunities for success. dunia nyata yang agak kompleks.
Setiap anggota kelompok Siswa berdiskusi dalam kelompok
memperoleh kesempatan yang kecil untuk memahami masalah,
sama untuk berhasil. mendaftarkan fakta dan konsep-
konsep pokok yang terlibat dalam
Model Pembelajaran Berbasis masalah itu, mengidentifikasi
Masalah(Problem Based Learning = pengetahuan dan ketrampilan yang
PBL). diperlukan untuk menyelesaikan
Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah. masalah tersebut, mengidentifikasi
pengetahuan dan ketrampilan yang
Problem Based Learning is any learning sudah dan yang belum dikuasai.
environment in which the problem drives 2) Merancang kegiatan penyelesaian
learning. That is before students learn masalah
some knowledge they are given a Siswa dalam kelompok membuat
problem. The problemis posed so that rancangan yang berkaitan langkah
students discover that they need to penyelesaian masalah, sarana yang
learn some new knowledge before they diperlukan, nara sumber, pembagian
can solve the problem. (Barrows dalam tugas, jadwal, biaya.
Delisle, 1997: 3) 3) Melaksanakan kegiatan penyelesaian
masalah
Problem Based Learning can be defined Kegiatan penyelesaian masalah
as an inquiry process that resolves dilakukan secara bertahap. Setiap
questions, curiosities, doubts, and tahap penyelesaian disertai evaluasi,
uncertainties about complex phenomena refleksi dan rencana tindak lanjut.
in life. A problem is any doubt, difficulty, 4) Kegiatan tutorial
or uncertainty that invites or needs Secara periodik kelompok-kelompok
some kind of resolution. (Barell, 2007: siswa melaporkan perkembangan
3) penyelesaian masalah kepada team
guru sebagai tutor. Dalam kegiatan
Dua definisi di atas memperlihatkan ini tutor mengevaluasi dan
karakteristik PBL sebagai berikut. memberikan masukan kepada
1) Proses pembelajaran dalam PBL kelompok untuk kegiatan selanjutnya.
dipicu dan dikendalikan oleh 5) Melanjutkan kegiatan penyelesaian
masalah yang sudah ditentukan masalah
sebelumnya. Masalah yang dipilih Kelompok melanjutkan kegiatan
adalah masalah dunia nyata (real penyelesaian masalah dengan
world problem). yang cukup mempertimbangkan masukan dari
kompleks dan memerlukan tutor.
pendekatan interdisipliner. 6) Menyusun laporan
2) Pembelajaran berpusat pada siswa. Kelompok menyusun laporan
Mula-mula siswa berusaha mengenai proses penyelesaian
memahami masalah yang diajukan masalah dan mengidentifikasi
guru atau masalah yang dipilih pengetahuan dan ketrampilan yang
bersama. Selanjutnya siswa diperoleh dalam proses tersebut.
mengidentifikasi pengetahuan dan 7) Penilaian
ketrampilan yang sudah dikuasai Penilaian dilakukan melalui observasi
dan yang belum dikuasai. Siswa kinerja ketika diskusi tutorial,
kemudian merencanakan sendiri observasi produk berupa laporan,
langkah-langkah yang harus dapat juga disertai tes tertulis atau
ditempuh untuk menyelesaikan lisan.
masalah itu (self directed learning).
KETELADANAN
Langkah-langkah PBL Dalam pembelajaran teristimewa
1) Identifikasi masalah pendidikan karakter, keteladan guru
lebih penting dari pada kata-kata.

LPF1311-8
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7

Nilai Karakter PBL


Langkah Pembelajaran Nilai Karakter
Identifikasi masalah Rasa ingin tahu, peduli lingkungan, kejujuran, ketelitian

Merancang kegiatan penyelesaian masalah Rasionalitas, ketelitian, kerjasama


Melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah Kerjasama, daya juang, ketekunan, ketelitian
Kegiatan tutorial Kerjasama, keterbukaan, menghargai orang lain
Melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah Kerjasama, daya juang, ketekunan, ketelitian
Menyusun laporan Kejujuran, obyektivitas, ketelitian
Penilaian Kejujuran, keadilan

Perhatikan ungkapan-ungkapan berikut 2010: 214). Atau ungkapan bahasa Jawa


ini. “gajah diblangkoni, iso khotbah ora iso
“Verba movent exempla trahunt” nglakoni”. Dalam proses
ungkapan dalan bahasa Latin yang pembelajaran yang bertujuan
berarti:“kata-kata itu memang dapat mengembangkan karakter siswa
menggerakkan orang, namun teladan keteladanan guru dituntut dalam
itulah yang menari hati”. (Koesoema, berbagai aspek.
Nilai karakter keteladanan guru
Perilaku dan tindakan guru Nilai karakter
Menguasai materi, menghasilkan karya ilmiah Rasa ingin tahu, daya juang, ketekunan,
kreativitas
Memahami kebutuhan dan kondisi siswa Peduli sosial, menghargai orang lain,
semangat multikultural
Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Kerjasama, keterbukaan, peduli sosial,
menghargai orang lain
Berkomunikasi secara baik Menghargai orang lain, semangat
multikultural, kesopanan, keterbukaan
Melaksanakan penilaian dengan baik Keadilan, obyektivitas, kejujuran,
keterbukaan, menghargai karya orang lain

III. PENUTUP Pembelajaran konstruktivistik


memang memerlukan waktu, tenaga
Bagi guru fisika yang melaksanakan dan biaya yang lebih banyak. Tetapi
pendidikan karakter melalui demi berlangsungnya pembelajaran
pembelajaranmata pelajaran, 3 hal bermakna yang utuh hal ini harus
berikut perlu mendapat perhatian. diupayakan. Muji Sutrisno
1) Tujuan pendidikan adalah pencapaian mengatakan “ Masih teramat
kompetensi secara utuh, sedikitlah guru sejati yang memberi
pengetahuan, ketrampilan dan ruang bagi anak-anak untuk
sikap/nilai. Sekarang tujuan bereksplorasi, mencari tahu, meneliti,
pendidikan menjadi pragmatis, kritis menamai sendiri dunianya,
sekedar lulus ujian nasional. serta kreatif bertanya tentang makna
Pembelajaran hanya menekankan hidup di sekitarnya, mandiri, peduli
aspek kognitif level rendah (hafalan). terhadap nasib sesama dan diri
Pembelajaran fisika menjadi sendiri”. Kombinasi antara ciri anak
menghafal rumus, mengikuti contoh yang belajar mekar dengan
soal, dan latihan soal yang mirip kemampuan-kemampuannya dan
dengan contoh. Anita Lie mengatakan guru pendamping dengan model
ini sebagai pembelajaran model 5P seorang bidan yang membantu saja si
yang tidak memungkinkan materi dan anak melahirkan penemuannya.
nilai-nilai terinternalisasi. 5P itu (Pradipto, 2007: 10)
adalah Pemberitahuan, Pelatihan, 3) Dalam pembelajaran fisika, penilaian
Pengulangan, Pelanggaran, atas kinerja dan sikap siswa harus
Penghukuman. (Saksono 2008: 82) dilakukan. Untuk itu guru perlu
2) Proses pembelajaran yang mengembangkan teknik penilaian
konstruktivistik harus diupayakan. seperti observasi kinerja, observasi

LPF1311-9
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7

sikap, angket sikap, penilaian teman


Michael A. Joel & Modell I. Harold, 2003, Active
sebaya dan penilaian diri.
Learning in Secondary and College Science
DAFTAR PUSTAKA Classroom, Lawrence Erlbaum Associates
Publishers
Barell John, 2007, Problem Based Learning an Pradipto Dedy, 2007, Belajar Sejati vs Kurikulum
Inquiry Approach, Corwin Press Nasional, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Coffman Teresa, 2009, Engaging Students Through Saksono Gatut, 2008, Pendidikan Yang
Inqury Oriented Learning and Technology, Memerdekakan Siswa, Rumah Belajar
Rowman & Littlefield Education Yabinkas, Yogyakarta
Dawson Chris, 1994, Beginning Science Teaching, Samani Muchlas dan Hariyanto,2012, Pendidikan
Longman Cheshire Pty Limited Karakter, PT Remaja Rosdakarya
Delisle Robert, 1997, How To Use Problem Based Slavin Robert, 1995, Cooperative Learning, Allyn
Learning in Classroom, Association for and Bacon
Supervision and Curriculum Development, Smith Leslie, Dockrell Julie, Tomlinson Peter Ed,
Virginia USA Piaget, Vygotsky and Beyond, Routledge
Driver Rosalind, 1983, The Pupil AsScientist?, The Suparno Paul, 2012, Sumbangan Pendidikan Fisika
Open University Press Pada Perkembangan Karakter Bangsa, LPPM
Flick L.B & Lederman N.G Ed, 2006, Scientific USD Yogyakarta
Inquiry and Nature of Science, Springer Suparno Paul, 2012, Praktikum Termofisika Untuk
Gallagher Jeantte Mc Carthy & Reid Kim, 1981, The Pengembangan Karakter Mahasiswa, Widya
Learning Theory of Piaget and Inhelder, Dharma Vol. 23 No 1 Oktober 2012, hal. 93-
Brooks/Cole Publishing Company 113
Koesoema Doni, 2010, Pendidikan Karakter, Suparno Paul, 1997, Filsafat Konstruktivisme
Penerbit PT Grasindo, Jakarta dalam Pendidikan, Kanisius Yogyakarta.
Ledermann, Norman, 2007, Nature of Science:
past, present and future Dalam Handbook of
Research On Science Eduction, hal. 831-879

LPF1311-10

Anda mungkin juga menyukai