Domi Severinus
Dosen pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA,
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Email: severinusdomi@yahoo.com
Abstrak - Situasi bangsa Indonesia belakangan ini mengalami banyak tantangan, terutama yang
berkaitan dengan moral bangsa. Korupsi, ketidakadilan, ketidakjujuran, kekerasan, tawuran, yang
merajalela hampir di semua lapisan masyarakat, mejadi indikasi merosotnya moral bangsa.
Menghadapi situasi seperti ini, banyak pihak berharap banyak pada perbaikan karakter bangsa.
Institusi pendidikan berupaya melaksanakan pendidikan karakter dari jenjang pendidikan dasar
sampai pada jenjang pendidikan tinggi. Secara berlebihan Kurikulum 2013 menambah jam
pelajaran agama dan menempatkan pendidikan karakter pada Kompetensi Inti yang pertama pada
semua mata pelajaran.
Sebagai salah satu elemen bangsa, guru fisika ikut bertanggungjawab pada pendidikan karakter
siswa. Keterlibatan guru fisika dalam pendidikan karakter siswa dapat dilaksanakan melalui
pembelajaran fisika. Pertanyaan pokoknya adalah pembelajaran fisika yang bagaimana yang
mampu memberikan sumbangan yang signifikan pada pendidikan karakter siswa.
Ada tiga kata kunci mengenai pembelajaran fisika yang mampu memberikan sumbangan pada
pendidikan karakter siswa. Pertama, pembelajaran fisika harus memperlakukan fisika sesuai
dengan hakekatnya. Pada hakekatnya, fisika memiliki tiga aspek yaitu aspek produk
(pengetahuan), aspek proses dan aspek sikap. Fisika tidak sekedar kumpulan fakta dan rumus
yang cukup untuk dihafalkan dan dilatihkan. Kedua, hakekat pembelajaran adalah proses siswa
mengkontruksi (membangun) pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pembelajaran tidak sekedar
berarti guru “memberi tahu” dan siswa menghafal. Ketiga, keteladanan guru sebagai figur pendidik
yang berkarakter harus ditampilkan melalui sikap, perilaku dan perbuatannya. Dengan demikian
seorang guru fisika dapat melaksanakan pendidikan karakter melalui pembelajaran fisika yang
sesuai dengan hakekat fisika dan hakekat pembelajaran serta dibingkai oleh keteladan guru yang
yang berkarakter.
Ada tiga model pembelajaran yang kiranya memiliki peluang besar untuk melaksanakan
pembelajaran fisika yang sesuai dengan hakekat fisika dan hakekat pembelajaran dan dengan
demikian dapat memberikan sumbangan berarti pada pendidikan karakter siswa. Model
pembelajaran dimaksud adalah Model Pembelajaran Berbasis Ikuiri (Inquiry Based Learning) dan
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem BasedLearning) serta Model pembelajaran Kooperatif dan
Kolaboratif (Cooperative and Collaborative Learning). Tulisan ini berupaya memetakan sintaks
pembelajaran menurut ketiga model pembelajaran tersebutdengan karakter siswa yang dapat
dikembangkan.
Kata Kunci: pendidikan karakter, hakekat fisika, hakekat pembelajaran, keteladanan guru.
LPF1311-1
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7
LPF1311-2
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7
guru fisika tidak harus mengambil alih dari luar dirinya, agar pribadi itu
peran ustadz atau pendeta. Dengan semakin dapat menghayati
melaksanakan pembelajaran fisika yang kebebasannya sehingga ia dapat
benar sesuai hakekat pembelajaran semakin bertanggungjawab atas
fisika, guru fisika dapat membangun pertumbuhan dirinya sendiri sebagai
karakter bangsa. pribadi dan perkembangan orang lain
dalam hidup mereka. (Koesoema, 2010:
PENDIDIKAN KARAKTER 123).
Konsep Pendidikan Karakter Secara sederhana Samani dan
Konsep pendidikan karakter dapat Hariyanto mengutip pendapat Lickona
dirunut melalui konsep pendidikan dan yang mengatakan bahwa pendidikan
konsep karakter itu sendiri. Pendidikan karakter adalah upaya yang sungguh-
merupakan usaha sadar yang ditujukan sungguh untuk membantu seseorang
bagi pengembangan diri manusia secara memahami, peduli, dan bertindak
integral dan utuh melalui berbagai dengan landasan inti nilai-nailai etis.
dimensi yang dimilikinya (religius, (Samani & Hariyanto, 2012: 44).
moral, personal, sosial, sosial, kultural,
temporal, institusional, relasional, dll) Fungsi Pendidikan Karakter
demi proses penyempurnaan dirinya Pusat Kurikulum menyatakan bahwa
secara terus menerus dalam memaknai pendidikan karakter berfungsi (1)
hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam mengembangkan potensi dasar agar
kebersamaan dengan orang lain. berhati baik, berpikiran baik, dan
Karakter merupakan kondisi dinamis berperilaku baik; (2) memperkuat dan
struktur antropologis individu, yang membangun perilaku bangsa yang
tidak mau sekedar berhenti atas multikultur; (3) meningkatkan
determinasi kodratnya, melainkan juga peradaban bangsa yang kompetitif
sebuah usaha hidup untuk semakin dalam pergaulan dunia. (Samani &
integral mengatasi determinasi alam Hariyanto, 2012: 9).
dalam dirinya untuk proses
penyempurnaan dirinya terus menerus. Nilai Nilai Pembentuk Karakter
Kebebasan manusialah yang membuat Berdasarkan nilai-nilai yang
struktur antropologis itu tidak tunduk bersumber dari agama, Pancasila,
pada hukum alam, melainkan menjadi budaya, dan tujuan pendidikan nasional,
faktor yang membantu pengembangan Pusat Kurikulum mengidentifikasi 18
manusia secara integral. Pendidikan nilai yang membentuk karakter sebagai
karakter adalah keseluruhan dinamika berikut. (1) Religius, (2) Jujur, (3)
relasional antar pribadi dengan berbagai Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras,
macam dimensi baik dari dalam maupun (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis,
LPF1311-3
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7
(9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat interaksinya dengan informasi dan
Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) pengalaman baru, skema ini terus
Menghargai Prestasi, (13) berkembang melalui proses asimilasi dan
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta akomodasi. Proses asimilasi dan
Damai, (15) Gemar Membaca, (16) akomodasi yang terus berlangsung
Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, membuat skema berkembang dan
(18) Tanggung Jawab. (Samani & mencapai kesetimbangan yang dikenal
Hariyanto, 2012: 9). sebagai proses ekuilibrasi. (Cobb, dalam
Suparno, 1997).
Model Pendidikan Karakter di Konstruktivisme sosial seperti juga
Sekolah konstruktivisme personal meyakini
Pendidikan karakter yang adanya pengetahuan awal yang disebut
dilaksanakan di Amerika Serikat konsep awal (naive concept). Konsep
menggunakan pendekatan holistik. awal ini berkembang menjadi konsep
Seluruh warga sekolah mulai dari guru, ilmiah, melalui proses belajar dalan dua
karyawan dan para murid semuanya tahap yaitu tahap interaksi sosial dan
terlibat dan bertanggungjawab terhadap tahap internalisasi personal.
pelaksanaan pendidikan karakter. Prinsip-prinsip pembelajaran menurut
Khusus untuk keterlibatan guru, guru pandangan konstruktivisme personal
dapat terlibat dalam pendidikan karakter diturunkan dari genetic epistemolgy
melalui kegiatan intra kurikuler, (teori adaptasi intelek menurut Piaget)
kokurikuler dan ekstra kurikuler. Dalam sebagai berikut. (Gallagher& Kim, 1981:
3 ranah kegiatan tersebut guru dapat 11)
melakukan pendidikan karakter melalui 1) Pembelajaran adalah proses internal
(1) pembelajaran langsung, untuk guru dari konstruksi (an internal process of
mata pelajaran agama, construction)
kewarganegaraan, dll; (2) pembelajaran 2) Pembelajaran sebagai
tidak langsung melalui muatan materi subordinatperkembangan
pelajaran; (3) pengkondisian dan 3) Belajar tidak hanya melalui
pembiasaan baik dalam pembelajaran di pengamatan terhadap obyek tetapi
kelas maupun dalam kegiatan di luar juga melalui reorganisasi mental
kelas; (4) keteladanan. tingkat tinggi
4) Pertumbuhan pengetahuan dipicu
HAKEKAT PEMBELAJARAN FISIKA oleh proses umpan balik yang
Hakekat Pembelajaran dihasilkan melalui pertanyaan,
(Konstruktivistik) kontradiksi, hasil reorganisasi mental.
Pandangan konstruktivisme tentang 5) Pertanyaan, kontradiksi, hasil
belajar menyatakan bahwa belajar reorganisasi mental sering
adalah proses seseorang mengkontruksi terstimulasi oleh interaksi sosial
pengetahuan, melalui interaksi antara 6) Karena kesadaran adalah sebuah
pengetahuan awal dengan informasi dan proses konstruksi maka pengertian
pengalaman baru. Dengan demikian berada di balik aksi
pembelajaran berarti menciptakan
kondisi sehingga proses konstruksi Pandangan konstruktivisme sosial
pengetahuan dapat berlangsung. mengenai proses belajar dapat
Mengenai proses konstruksi dijelaskan sebagai berikut. (Smith dkk,
pengetahuan itu sendiri terdapat dua Ed, 1997: 47).
aliran kontruktivisme yaitu (1)
konstruktivisme personal yang dipelopori 1) Setiap kemampuan pembelajar
oleh Piaget dan (2) konstruktivisme tumbuh dan berkembang melewati
sosial yang dipelopori oleh Vygotsky. dua tataran. Pertama pada tataran
Konstruktivisme personal meyakini sosial, melalui interaksi sosial di
bahwa pada dasarnya semua orang antara orang-orang yang membentuk
memiliki struktur kognitif awal yang lingkungan sosial pembelajar.
diperoleh dari pengalaman sebelumnya, Tumbuh kembangnya kemampuan
yang disebut skema. Karena pembelajar pada tataran ini disebut
LPF1311-4
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7
LPF1311-5
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7
LPF1311-6
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7
LPF1311-7
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7
LPF1311-8
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7
LPF1311-9
SEMINAR NASIONAL
2nd Lontar Physics Forum 2013 ISBN:978-602-8047-80-7
LPF1311-10