Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu suatu
hormone yang diproduksi oleh pancreas, mengendalikan kadar glukosa
dalam darah dalam mengatur produksi dan penyimpanannya. (Brunerr,
2002).
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glikosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai gangguan metabolisme
lemak dan protein. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa
plasma puasa sama atau lebih dari 120 mg/dl dan gula darah sewaktu (GDS)
di atas 200 mg/dl (Askandar, 2001).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001). Gangren kaki
diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di
tungkai (Askandar, 2001).
2. Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM.
Faktor penyebab DM yaitu:
a. Kelainan sel beta pancreas, hilangnya sel β dan kegagalan sel β melepas
insulin.

1
b. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel β, antara lain agen g
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula
yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan
mengakibatkan kerusakan sel-sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
d. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat
pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
3. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah:
a. Type I: Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/IDDM).
1) Disebut juga Diabetes Juvenillis.
2) Kurang lebih 5-10% penderita mengalami Diabetes Tipe l.
3) Pada diabetes jenis ini, sel- sel B pankreas menghasilkan hormon
insulin yang dihancurkan oleh suatu proses outoimun. Sebagai
akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar
glukosa darah.
4) Etiologi mencakup faktor genetik, imunologik atau lingkungan
(misalnya: virus).
5) Sering memiliki antibodi sel langerhans. Memiliki antibodi terhadap
insulin sekalipun belum pernah mendapat terapi insulin. Sedikit atau
tidak mempunyai insulin endogen.
6) Memerlukan insulin untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
7) Gejala biasanya mendadak dan terjadi pada usia 30 tahun. Biasanya
tubuh kurus pada saat di diagnosis, dengan penurunan berat badan
yang baru saja terjadi.
8) Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin. Komplikasi
akut hiperglikemia: ketoasidosis diabetik.

2
b. Type II: Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM).
1) Kurang lebih 90-95 penderita mengalami Diabetes Tipe ll.
2) Etiologi mencakup faktor obesitas, herediter atau lingkungan.
3) Tidak ada antibodi sel pulau langerhans.
4) Penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi
insulin.
5) Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa
darahnya melalui penurunan berat badan.
6) Agen hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah, bila
modifikasi diet dan latihan tidak berhasil.
7) Awitan terjadi di segala usia biasanya di atas 30 tahun, biasanya
bertubuh obesitas.
8) Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stres atau menderita
infeksi.
9) Komplikasi akut syndrom hiperosmoler nonketotik.
c. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau syndrome
lainnya.
1) Disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat
menyebabkan penyakit pankreatitis, kelainan hormonal, obat-obat
glukokortikoid dan preparat yang mengandung estrogen penyandang
diabetes.
2) Bergantung pada kemampuan pancreas untuk menghasilkan insulin,
pasien mungkin memerlukan terapi dengan obat-obat atau insulin.
3) Diabetes mellitus gestasional (Gestational Diabetes Mellitus/GDM)
a) Awitan selama kehamilan, biasanya terjadi pada trimester kedua
atau ketiga.
b) Disebabkan oleh hormon yang diekskresikan plasenta dan
menghambat kerja insulin.
c) Resiko terjadinya komplikasi perinatal di atas normal, khususnya
makrosomia (bayi yang secara abnormal berukuran besar).

3
d) Diatasi dengan diet, dan insulin jika diperlukan untuk
mempertahankan secara ketat kadar glukosa darah normal.
e) Terjadi pada sekitar 2-5% dari seluruh kehamilan.
f) Intoleransi glukosa terjadi untuk sementara waktu tetapi dapat
sembuh kembali: pada kehamilan berikutnya, 30-40 akan
mengalami diabetes yang nyata (biasanya tipe dalam waktu 10
tahun (khususnya jika obesitas).
g) Faktor resiko mencakup: obesitas, usia di atas 30 tahun, riwayat
diabetes dalam keluarga, pernah melahirkan bayi besar (> 4 ½ kg).
h) Pemeriksaan skrining (test toleransi glukosa) harus dilakukan pada
semua wanita hamil dengan usia kehamilan antara 24-28 minggu.
4. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan salah
satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
a. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang
ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg 100 ml akan
timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan
pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan

4
energi sehingga pasien cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arteriosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.

5
5. WOC

1. faktor Genetik Ketidakseimbangan


2. Inveksi virus Kerusakan sel beta produksi insulin
3. Pengrusakan imunologik

Batas melebihi ambang Hiperglikemia Gula darah dalam darah


ginjal tidak dapat dibawa masuk
ke dalam sel

Glukosuria Anabolisme protein


menurun

Kehilangan kalori Kerusakan pada antibodi

Sel kekurangan bahan Kekebalan tubuh menurun


untuk metabolisme

Merangsang hipotalamus Neuropati sensori perifer

Pusat lapar dan haus Klien tidak merasa sakit

Polidipsia polipagia Nekrosis luka

MK: Kerusakan
MK: Ganggrene
integritas kulit
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan MK: Gangguan konsep
diri: HDR

6
6. Manifestasi Klinis
Gejala klinis DM yang klasik: muka polidipsi, polifagi, poliuri dan
berat badan mengikat (fase kompensasi apabila keadaan ini tidak segera
diobati maka muncul segala decompensasi fase trias di bawah ini
disebabkan dengan trias sindrom Diabetes Mellitus akut:
a. Polidipsi (rasa haus yang berlebihan).
b. Gejala kronis yang sering adalah lemah badan, kesemutan, penurunan
kemampuan seksual, penurunan penglihatan, kaku otot, dan sakit kepala.
c. Berat badan, disusul dengan mual muntah dan ketoasidosis Diabetes.
d. Poliuri (mengeluarkan banyak urine)
e. Gula darah puasa di atas 120 mg/dl, gula darah 2 jam PP di atas 200
mg/dl.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
1) Glukosa darah puasa (GDP): >120 mg/dl.
2) Glukosa darah 2 jam PP: > 200 mg/dl.
3) Glukosa darah GDA: > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan urine reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit
sebelum makan dapat juga 4 x sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 x
sehari sebelum makan, urin reduksi normal umumnya biru, bila tiap
glukosa dalam urine.
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskular serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglukemia) tanpa
terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita
diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini:

7
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan
mineral).
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
3) Memenuhi kebutuhan energi.
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Diabetes Amerika
merekomendasikan bahwa untuk semua tingkat asupan kalori, maka
50%-60% kalori berasal dari karbohidrat, 20%-30% berasal dari lemak
dan 12%-20% berasal dari protein. Ada enam kelompok utama makanan
dalam daftar bahan makanan pengganti diantaranya: Nasi/roti/pati
(makanan sumber karbohidrat), daging/telur (makanan sumber protein
hewani), sayuran, buah, susu dan lemak/minyak, tahu, tempe (makanan
sumber protein nabati).
b. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena
efeknya menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga akan diperbaiki
dengan berolahraga. Semua ini sangat bermanfaat pada penderita
diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress
dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah
kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL kolesterol dan
menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida.
c. Pemantauan
1) Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
Penderita diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk
mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Pemeriksaan
kadar glukosa darah yang dikerjakan saat akan tidur malam, pada
pukul 03.00 pagi dan saat bangun tidur akan memberikan informasi
yang dapat digunakan dalam pengaturan pemberian insulin untuk
menghindari hiperglikemia pagi hari yang disebabkan oleh fenomena
fajar.

8
2) Hemoglobin Glikosilasi
Jika kadar glukosa darah normal dapat dipertahankan dan
kenaikan kadar glukosa darah jarang terjadi , maka nilai total tidak
akan meningkat secara drastis. Namun, bila kadar glukosa darah selalu
tinggi, maka hasil pemeriksaan tersebut akan meningkat. Apabila
pasien melaporkan hasil pemantauan kadar glukosa darah yang normal
sementara kadar hemoglobin glikosilasinya tinggi, maka kemungkinan
yang terjadi adalah kesalahan pada metode yang digunakan untuk
memantau kadar glukosa darah, kesalahan pada pencatatan hasil-
hasilnya, atau naiknya kadar glukosa darah saat pasien tidak
melakukan pemantauan.
3) Pemeriksaan urine untuk glukosa
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urine hanya terbatas pada
pasien yang tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan
pemeriksaan glukosa darah.
4) Pemeriksaan urine untuk keton
Pemeriksaan keton urin harus dilakukan pada saat penderita
mengalami glikosuria atau kenaikan kadar glukosa darah yang tidak
dapat dijelaskan ( lebih dari 250 mg/dl atau 14 mmol/L), dan pada
keadaan sakit serta hamil.
d. Terapi insulin
Pada diabetes tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk
memproduksi insulin. Dengan demikian, insulin eksogenus harus
diberikan dalam jumlah tak terbatas. Pada diabetes tipe II, insulin
mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan
kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil
mengontrolnya. Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari
( atau bahkan lebih sering lagi ) untuk mengendalikan kenaikan kadar
glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Penyuluhan Pasien – Penyuntikan insulin
Penyuntikan insulin dilakukan ke dalam jaringan subkutan dengan
spuit khusus insulin. Berbagai macam spuit dan alat bantu penyuntikan

9
kini telah tersedia. Faktor penting yang harus dilibatkan dalam
pendidikan pasien mengenai insulin yaitu: peralatan, persiapan dan
pemberian insulin, pengetahuan pasien tentang kerja insulin, dan
libatkan penyuntikan insulin ke dalam jadwal harian.

B. Manajemen Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia ≥ 60 tahun.
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh lemah, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor,
dan kebingungan.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit–penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arteriosklerosis, tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misalnya hipertensi dan
jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala : Bentuk mesosepal, tidak ada nyeri tekan.
b. Rambut : Warna hitam tapi beruban, bersih dan tidak rontok.
c. Kulit kepala : Bersih, tidak berketombe, tidak ada lesi
d. Mata : Penglihatan kurang baik, kanan dan kiri simetris, mata cekung,
konjungtiva anemis, selera tidak ikterit, gerakan bola mata normal, tidak
ada benjolan.
e. Hidung : Bersih, tidak ada secret, tidak ada pembesaran polip, fungsi
penciuman normal

10
f. Mulut : Lidah bersih, mukosa lembab, tidak ada karang gigi, gusi baik,
tidak ada perdarahan
g. Telinga : Bersih, simetris, tidak ada gangguan pendengaran
h. Dada
1) Paru :
I : Simetris, perkembangan dada kanan kiri sama
P : Vocal Fremitus kanan dan kiri sama
P : Suara sonor
A : Bunyi vesikuler tidak ada hambatan
2) Jantung :
I : Ictus kordis tampak
P : Ictus kordis teraba
P : Suara redup
A : Bunyi jantung s1 dan s2 reguler
3) Abdomen :
I : bentuk simetris, tidak ada asites
A : Peristaltic usus 10 x / menit
P : Tympani kuadran 1, 2, 3, 4
P : Tidak ada nyeri tekan
i. Ekstermitas :
Atas : Tidak ada edema
Bawah : Tidak ada odema, sering kesemutan pada telapak kaki
j. Genetalia : Tidak ada kelainan
k. Anus : Tidak terdapat iritasi disekitar anus
l. Endokrin :Ttidak ada pembesaran kelenjar tyroid, haus dan lapar
berlebihan, keringat berlebihan.
m. Psikiatri : Kontak mata buruk, gelisah, cemas akan keadaanya.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme protein, lemak.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolic (neuropati perifer) ditandai dengan gangrene pada ekstremitas.
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penurunan keadaan mental.
4. Rencana Keperawatan
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
1) Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
2) Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi Rasional

11
Timbang berat badan sesuai Mengkaji pemasukan yang adekuat.
indikasi.
Tentukan program diet, pola Mengidentifikasi kekurangan dan
makan, dan bandingkan dengan penyimpangan dari kebutuhan
makanan yang dapat dihabiskan terapeutik.
pasien.
Auskultasi bising usus, catat nyeri Hiperglikemi, gangguan
abdomen atau perut kembung, keseimbangan cairan dan elektrolit
mual, muntah dan pertahankan menurunkan motilitas atau fungsi
keadaan puasa sesuai indikasi. lambung (distensi atau ileus
paralitik).
Berikan makanan cair yang Pemberian makanan melalui oral
mengandung nutrisi dan elektrolit. lebih baik diberikan pada klien sadar
Selanjutnya memberikan makanan dan fungsi gastrointestinal baik.
yang lebih padat.
Identifikasi makanan yang Kerja sama dalam perencanaan
disukai. makanan.
Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa keterlibatannya,
perencanaan makan. memberi informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien.
Observasi tanda hipoglikemia Pada metabolisme kaborhidrat (gula
(perubahan tingkat kesadaran, darah akan berkurang dan sementara
kulit lembab atau dingin, denyut tetap diberikan insulin, maka terjadi
nadi cepat, lapar, peka rangsang, hipoglikemia terjadi tanpa
cemas, sakit kepala, pusing). memperlihatkan perubahan tingkat
kesadaran).
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolic (neuropati perifer) ditandai dengan gangrene pada ekstremitas
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x24 jam
diharapkan tidak terjadi komplikasi.
Kriteria hasil :
1) Menunjukan peningkatan integritas kulit
2) Menghindari cidera kulit

12
Intervensi Rasional

Inspeksi kulit terhadap perubahan Menandakan aliran sirkulasi buruk


warna, turgor, vaskuler, yang dapat menimbulkan infeksi.
perhatikan kemerahan.
Ubah posisi setiap 2 jam beri Menurunkan tekanan pada edema
bantalan pada tonjolan tulang. dan menurunkan iskemia.
Pertahankan alas kering dan bebas Menurunkan iritasi dermal.
lipatan.
Beri perawatan kulit seperti Menghilangkan kekeringan pada
penggunaan lotion. kulit dan robekan pada kulit.
Lakukan perawatan luka dengan Mencegah terjadinya infeksi.
teknik aseptik.
Anjurkan pasien untuk menjaga Menurunkan resiko cedera pada kulit
agar kuku tetap pendek. oleh karena garukan.
Motivasi klien untuk makan Makanan TKTP dapat membantu
makanan TKTP. penyembuhan jaringan kulit yang
rusak.
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penurunan keadaan mental.
Tujuan : Menunjukkan pandangan yang realistis dan pemahaman diri
dalam situasi
Kriteria hasil :
1) Mengenali dan memasukkan perubahan kedalam konsep diri yang
akurat dan tanpa mengabaikan pemahaman diri.
2) Menunjukkan adanya adaptasi terhadap perubahan.
Intervensi Rasional
Tanyakan dengan nama apa pasien Menunjukkan penghargaan dan
ingin dipanggil. pengakuan personal.
Identifikasi orang terdekat dari Memungkinkan privasi untuk
siapa pasien merasakan hubungan personal khusus.
kenyamanan.
Dengarkan dengan aktif masalah Menyampaikan perhatian dan dapat
dan keluhan pasien. lebih efektif mengidentifikasikan
masalah dan keluhan pasien.
Dorong pengungkapan perasaan Membantu pasien menerima
menerima apa yang dilakukannya. perubahan dan mengurangi ansietas

13
mengenai fungsi gaya hidup.
Berikan lingkungan yang tidak Meningkatkan perasaan aman,
berbahaya. mendorong verbalisasi.
Amati komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal adalah
bagian besar dari komunikasi.
Kolaborasi, rujuk pada dukungan Mungkin dibutuhkan untuk
psikiatri. membantu pasien mencapai
kesehatan optimal.

GLOSARIUM

Antibodi : Golongan zat yang dibentuk tubuh sebagai respon


terhadap antigen (Nicola V. Winson&Sandra
McDonals, 2009).
Arteriosklerosis : Kelainan degeneratif arteri yang ditandai oleh

14
pengerasan dinding arteri, penyempitan lumen dan
kehilangan elastisitas yang mengakibatkan penurunan
aliran darah. Umunya mengenai arteri serebri dan arteri
pada ekstremitas bawah (Christine Brooker, 2001).
Astenia : Kehilangan kekuatan debilitas dalam psikiatri,
kepribadian yang kurang bersemangat atau kurang
motivasi atau dorongan (Christine Brooker, 2001).
Autoimun : Produksi imunoglobulin (otoantibodi) atau kekebalan
yang diantarai sel terhadap komponen tubuh tertentu
(Nicola V. Winson&Sandra McDonals, 2009).
Dehidrasi : Kehilangan banyak cairan dari tubuh (Nicola V.
Winson&Sandra McDonals, 2009).
Diuresis : Peningkatan sekresi urine (Nicola V. Winson&Sandra
McDonals, 2009).
Gangrene : Kematian jaringan, biasanya dalam massa yang besar,
umumnya diikuti dengan kehilangan suplai vaskular
(nutrisi) dan diikuti invasi bakteri dan pembusukan
(Dorland, 1998).
Endogen : Dihasilkan didalam tubuh, misalnya e. Infection atau e.
Depression (Christine Brooker, 2001).
Genetik : Terkait gen, memiliki rujukan untuk asal mula
pertumbuhan (Nicola V. Winson&Sandra McDonals,
2009).
Glikosuria : Adanya glukosa di urine (Nicola V. Winson&Sandra
McDonals, 2009).
Glukosa : Suatu monosakarida yang terdapat dalam sebagian
makanan tetapi juga diproduksi melalui proses
pencernaan karbohidrat kompleks untuk memenuhi
kebutuhan sel terhadap energi (Christine Brooker,
2001).
Herediter : Bersifat diturunkan dari generasi sebelumnya
(Christine Brooker, 2001).
Heterogen : Berbeda sifat atau macamnya (Christine Brooker,
2001).
Hiperglikemia : Keadaan terdapatnya kadar glukosa yang tinggi secara

15
abnormal dalam darah. Keadaan ini terlihat pada
diabetes melitus (Christine Brooker, 2001).
Hiperosmolar : Lebih tinggi daripada osmolaritas (tekanan osmotik
yang normal) (Christine Brooker, 2001).
Hipoglikemia : Keadaan terdapatnya kadar glukosa yang rendah secara
abnormal dalam darah. Keadaan ini dapat terjadi pada
diabetes melitus kalau penderitanya memiliki terlalu
banyak insulin, merupakan waktu makan atau
melakukan olahraga yang terlalu berlebihan kendati
dapat pula terjadi pada orang yang bukan penderita
diabetes melitus (Christine Brooker, 2001).
Imunitas : Kemampuan organisme untuk membentuk respon
antibodi guna melawan penyakit (Nicola V.
Winson&Sandra McDonals, 2009).
Insulin : Hormon hipoglikemik yang disekresi oleh sel beta
pulau langerhans pankreas yang mengatur metabolisme
karbohidrat dan lemak (Nicola V. Winson&Sandra
McDonals, 2009).
Ketoasidosis : Asidosis dengan jumlah keton yang berlebihan dalam
darah. Suatu komplikasi pada diabetes militus kendati
terlihat pula pada keadaan starvasi dan kehamilan
(Christine Brooker, 2001).
Ketosis : Kondisi yang ditandai dengan kelebihan keton di dalam
tubuh (Nicola V. Winson&Sandra McDonals, 2009).
Lesi : Cedera atau luka pada tubuh, abnormalitas struktur atau
perubahan patologis pada jaringan (Nicola V.
Winson&Sandra McDonals, 2009).
Metabolisme : Seluruh proses yang terjadi pada organisme hidup yang
menghasilkan pertumbuhan, energi, eliminasi, dan
fungsi tubuh lainnya karena berhubungan dengan
penggunaan zat makanan di dalam darah setelah
absorbsi dari usus (Nicola V. Winson&Sandra
McDonals, 2009).
Neuropatik : Berhubungan dengan kelainan syaraf (Christine
Brooker, 2001).
Obesitas : Kelebihan sel lemak, terutama dalam jaringan

16
subkutan. Berat badan 20% di atas berat badan ideal
berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan
(Nicola V. Winson&Sandra McDonals, 2009).

Osmotik : Berkenaan dengan osmosis (Christine Brooker, 2001).


Pankreatitis : Inflamasi pankreas (Christine Brooker, 2001).
Plasma : Bagian darah yang berwarna kekuningan, yang
tersusun dari air, elektrolit, gas, protein, glukosa,
lemak, dan bilirubin. Didalamnya terkandung sel-sel
darah, leukosit, eritrosit dan trombosit (Nicola V.
Winson&Sandra McDonals, 2009).
Polidipsi : Rasa haus yang berlebihan normal (Christine Brooker,
2001).
Poliuri : Mengeluarkan banyak urine (Nicola V. Winson&Sandra
McDonals, 2009).
Potasium : Suatu unsur logam. Kalium merupakan kation intrasel
yang penting dan diperlukan untuk aktivitas
neuromuskuler yang normal (Christine Brooker, 2001).
Reseptor : Ujung saraf sensorik. Molekul pada atau dalam
membran sel yang bereaksi dengan hormon atau
antigen yang spesifik. Obat-obat tertentu bekerja
melalui penggabungannya dengan reseptor sel
(Christine Brooker, 2001).
Resistensi : Daya yang dikeluarkan untuk melawan daya yang lain,
biasanya menunjukkan kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi bakteri atau infeksi lain (Nicola V.
Winson&Sandra McDonals, 2009).
Sindrom : Kumpulan keluhan, gejala dan tanda-tanda yang
membentuk suatu pola penyakit yang dapat dikenali
(Christine Brooker, 2001).

Sodium : Unsur logam berwarna putih. Natrium merupakan


kation ekstrasel yang utama dan berhubungan dengan
keutuhan kompartemen cairan serta fungsi
neuromuskuler (Christine Brooker, 2001).
Trimester : Periode tiga bulan. Kehamilan dapat dibagi menjadi

17
tiga trimester (Christine Brooker, 2001).
Vascular : Menunjukkan pembuluh darah, biasanya yang kecil
(Nicola V. Winson&Sandra McDonals, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik jilid I.
Jakarta: EGC.

Brooker, Christine. (2001). Kamus Saku Keperawatan Edisi 31. Jakarta: EGC.

Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Edisi 21. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnose Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Priscilla, LeMone, Karen M, Burke. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Edisi 5 Vol 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.


Jakarta: EGC.

Tambayong, Jan. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC.

Winson, Nicola V, Sandra McDonals. (2009). Kamus Kebidanan Bergambar.


Jakarta: EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai