A. DEFENISI
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung(Danielle. 1999: 244 ).
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan
dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 ).
B. KLASIFIKASI
C. ANATOMI FISIOLOGI
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat di
dalamtubuh, pemben Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik
yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan posfat.Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang
membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium
dan posfat.
Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel.
Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen.Sedangkan sel tulang
terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang disebut osifikasi.
Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
ke dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka
kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke
tulang.Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang
memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi.Tidak seperti osteoblas dan
osteosit, osteoklas mengikis tulang.Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium
dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
D. MANIFESTASI KLINIK
2. Fraktur patologik
3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
5. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun
dan malaise.
E. ETIOLOGI
2. Keturunan
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget ( akibat pajanan
radiasi)
F. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik
(destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).Beberapa tumor tulang
sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara
lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung
bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari
massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen
jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang
seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap
gambarannya di dalam tulang. Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak
diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu
proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor
maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga
terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
G. KOMPLIKASI
2. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh.
3. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterapi.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan
penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum
pemberian kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi.
Pemeriksaan darah untuk kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH)
dan alkaline phosphatase (ALP). Pasien dengan peningkatan nilai ALP pada saat
diagnosis mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai metastase pada
paru. Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai peningkatan nilai LDH kurang
dapat menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai LDH
normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk :
· LDH
· ALP (kepentingan prognostik)
· Hitung darah lengkap
· Hitung trombosit
· Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase
(ALT), bilirubin, dan albumin.
· Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium,
phosphorus.
· Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine.
· Urinalisis
b) Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk
investigasi.Ketika dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan
distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT
kurang sensitf bila dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal dari tumor namun
dapat digunakan untuk menentukan metastase pada paru-paru. Isotopic bone scanning
secara umum digunakan untuk mendeteksi metastase pada tulang atau tumor
synchronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat menggantikan bone scan.
c) X-Ray
Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi tulang
karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan lebih jauh
yang tepat. Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi kebanyakan menunjukkan
campuran antara area litik dan sklerotik.
d) CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan, terutama
pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di mandibula
dan maksila pada osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan
osteosarkoma sekunder).
e) MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor karena
kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI
merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari
osteosarkoma dan membantu dalam menentukan manajemen pembedahan yang tepat.
Untuk tujuan stadium dari tumor, penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen
pada tempat asalnya merupakan hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak
yang tertutupi fascia merupakan bagian dari kompartemen. Penyebaran tumor
intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang penting dari penyakit intraoseus
adalah jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan
adanya skip metastase.
f) Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari lesi.
Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous biopsi.
Pada pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan
modalitas pencitraan satu satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal,
karena penggunaan CT atau MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan metal.
Meskipun ultrasonography dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan
lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari
lesi.
g) Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop pada
bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene diphosphonate (MDP).
Bone scan sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit multifokal. skip lesion
dan metastase paru-paru dapat juga dideteksi, namun skip lesion paling konsisten jika
menggunakan MRI. Karena osteosarkoma menunjukkan peningkatan ambilan dari
radioisotop maka bone scan bersifat sensitif namun tidak spesifik.
I. STADIUM
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat
untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk bermetastase ke
kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan
derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase. Sistem ini dapat
digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak). Komponen
utama dari sistem stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi
anatomi dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
Untuk menjadi intra kompartemen, osteosarkoma harus berada diantara periosteum.
Lesi tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika osteosarkoma telah
menyebar keluar dari periosteum maka derajatnya menjadi IIB. Untuk kepentingan secara
praktis maka pasien digolongkan menjadi dua yaitu pasien tanpa metastase (localized
osteosarkoma) dan pasien dengan metastse (metastatic osteosarkoma).
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis.Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan
amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh
atau ekstremitas yang sakit.Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi,
atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX)
dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.Bila
terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal
intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau
kortikosteroid.
Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb-sparing (dapat dilakukan
pada 80% pasien) dan diikuti dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen.
Osteosarkoma merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai
peranan dalam manajemen rutin.
1. Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi (dimulai tahun 1970), osteosarkoma ditangani secara
primer hanya dengan pembedahan (biasanya amputasi). Meskipun dapat mengontrol
tumor secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi tumor yang
biasanya berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa
pada saat diagnosis pasien mempunyai mikrometastase. Oleh karena hal tersebut maka
penggunaan adjuvant kemoterapi sangat penting pada penanganan pasien dengan
osteosarkoma.Pada penelitian terlihat bahwa adjuvant kemoterapi efektif dalam
mencegah rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal yang dapat direseksi.
Penggunaan neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah pengangkatan
tumor karena ukuran tumor telah mengecil, namun juga dapat memberikan parameter
faktor prognosa. Obat yang efektif adalah doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan
methotrexate dosis tinggi dengan leucovorin. Terapi kemoterapi tetap dilanjutkan satu
tahun setelah dilakukan pembedahan tumor
2. Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai batas
bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika
memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan
tergantung dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara
individual.Batas radikal, didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh kompartemen
yang terlibat (tulang, sendi, otot) biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi
kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan amputasi
radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year survival rates sebesar 50-70%
dan sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal amputasi. Fraktur patologis,
dengan kontaminasi semua kompartemen dapat mengeksklusikan penggunaan terapi
pembedahan limb salvage, namun jika dapat dilakukan pembedahan dengan reseksi
batas bebas tumor maka pembedahan limb salvage dapat dilakukan. Pada beberapa
keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun lebih dari 80% pasien
dengan osteosarkoma pada eksrimitas dapat ditangani dengan pembedahan limb
salvage dan tidak membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan, maka dapat
dilakukan rekonstruksi limb-salvage yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi
individual, sebagai berikut :
a. Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan
tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien yang
mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan yang terbatas
untuk fiksasi tulang yang stabil (osteosynthesis).
b. Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan, terutama
selama kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.
c. Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter
atau expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas
merupakan permasalahan tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien remaja.
d. Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang
berada pada distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang besar
sehingga alternatif pembedahan hanya amputasi.
PATHWAY
Destruksi Tulang Penimbunan Periosteum Tulang yang baru dekat lempat lesi
terjadi
Fraktur
Nyeri Akut
Kerusakan Integritas Kulit Kerusakan Mobilitas Fisik
Resiko Infeksi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Anamnesis, meliputi :
-Identitas. meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, dll.
-Keluhan Utama. Pada umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan adalah
nyeri pada daerah yang mengalami masalah. Nyeri merupakan keluhan utama pada tumor
ganas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan PQRST.
-Riwayat Penyakit Sekarang. Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul dan secara
umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Kadang-kadang
klien mengeluhkan adanya suatu pembengkakan atau benjolan. Pembengkakakn atau
benjolan ini dapat timbul secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama dan dapat
juga secara tiba-tiba.
-Riwayat penyakit dahulu. Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya tumor dan keganasan. Adanya riwayat fraktur terbuka yang
meninggalkan bekas sikatriks dapat mendukung terjadinya suatu lesi pada jaringan lunak.
Faktor kebiasaan kurang baik seperti merokok akan mendukung terjadinya keganasanpada
sistem pernapasan yang dapat bermetastasis ke sistem muskuloskeletal. Berapa lama klien
pernah terpapar radiasi dan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya proliferasi sel-sel
baru dan peningkatan pertumbuhan osteoklas akan memungkinkan tumbuhnya suatu tumor
dan keganasan pada sistem muskuloskeletal.
- Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu yang
mengalami keluhan yang sama dengan klien.
-Riwayat psikososial. Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon tau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
2. Pemeriksaan fisik
-Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
-Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
-anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek
berat
Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional
a. AKTIFITAS / ISTIRAHAT :
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur misalnya, nyeri, ansietas, berkeringat malam.
b. SIRKULASI :
c. INTEGRITAS EGO :
Gejala : Faktor stres ( keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres ( mis:
Merokok, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius). Masalah tentang perubahan
dalam penampila mis: pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak bermakna, kehilangan kontrol, depresi.
d. ELIMINASI :
Gejala : Perubahan pada pola devekasi mis: darah pada feses, nyeri pada devekasi.
Gejala : Kebiasaan diet buruk ( mis: rendah serat, tinggi lemak adiktif). Anoreksia,
mual/muntah. Perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot
f. NEUROSENSORI :
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat.
h. PERNAFASAN :
i. INTERAKSI SOSIAL :
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker. Sisi primer:
Penyakit primer, tangga ditemukan/ didiagnosis.
Riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang
diberikan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.
5. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berkenaan dengan kanker.
3. INTEVENSI KEPERAWATAN
Analgesic Administration
Faktor yang berhubungan :
Tentukan lokasi,
Agen injuri (biologi, kimia, karakteristik, kualitas,
fisik, psikologis) dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2 Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
- Pengobatan
- Terapi
pembatasan gerak
- Kurang
pengetahuan
tentang kegunaan
pergerakan fisik
- Indeks massa
tubuh diatas 75
tahun percentil
sesuai dengan
usia
- Kerusakan
persepsi sensori
- Tidak nyaman,
nyeri
- Kerusakan
muskuloskeletal
dan
neuromuskuler
- Intoleransi
aktivitas/penuruna
n kekuatan dan
stamina
- Depresi mood
atau cemas
- Kerusakan
kognitif
- Penurunan
kekuatan otot,
kontrol dan atau
masa
- Keengganan
untuk memulai
gerak
- Gaya hidup yang
menetap, tidak
digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif
atau umum
3 Risiko kerusakan NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure
integritas kulit and Mucous Membranes Management
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
Bersihkan lingkungan
Kriteria Hasil : setelah dipakai pasien
Faktor-faktor resiko : lain
Klien bebas dari tanda dan Pertahankan teknik
- Prosedur Infasif gejala infeksi isolasi
- Ketidakcukupan Menunjukkan kemampuan Batasi pengunjung bila
pengetahuan untuk untuk mencegah timbulnya perlu
menghindari paparan infeksi
Instruksikan pada
patogen Jumlah leukosit dalam
pengunjung untuk
- Trauma batas normal
mencuci tangan saat
- Kerusakan jaringan dan Menunjukkan perilaku hidup
berkunjung dan setelah
peningkatan paparan sehat
berkunjung
lingkungan meninggalkan pasien
- Ruptur membran amnion Gunakan sabun
- Agen farmasi antimikrobia untuk cuci
(imunosupresan) tangan
- Malnutrisi Cuci tangan setiap
- Peningkatan paparan sebelum dan sesudah
lingkungan patogen tindakan kperawtan
- Imonusupresi
Gunakan baju, sarung
- Ketidakadekuatan imum
tangan sebagai alat
buatan
pelindung
- Tidak adekuat pertahanan
Pertahankan lingkungan
sekunder (penurunan Hb,
aseptik selama
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi) pemasangan alat
- Tidak adekuat pertahanan Ganti letak IV perifer
tubuh primer (kulit tidak dan line central dan
utuh, trauma jaringan, dressing sesuai dengan
penurunan kerja silia, petunjuk umum
cairan tubuh statis, Gunakan kateter
perubahan sekresi pH, intermiten untuk
perubahan peristaltik) menurunkan infeksi
- Penyakit kronik kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan keperawatan Klien Gangguan Sistem
http://www.scribd.com/doc/128144121/Patofis-Osteosarcoma
http://www.scribd.com/doc/49448400/PATOFISIOLOGI-OSTEOSARCOMA
wordpress.com/2010/02/27/asuhan-keperawatan-
osteosarkoma/http://alam414m.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-askep-
osteosarcoma.html
http://agusnadianus.blogspot.com/2012/05/askep-osteosarkoma-agus-nadianus-s-kep.html