Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFENISI

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung(Danielle. 1999: 244 ).
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan
dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 ).

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim


pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang


sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling


sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 ).

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan


sebagai berikut :
1) Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.
2) Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain.
Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain.
Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized
pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau
lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3) Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah
dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau mungkin
datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-
paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah
perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.
Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi
berikut :
1. Osteokondroma
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor tulang jinak yang
paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 – 20 tahun. Tumor ini tumbuh pada
permukaan tulang sebgai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa
benjolan. 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang
hanya memiliki satu osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
2. Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di bagian tengah tulang.
Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak menimbulkan nyeri, tidak perlu
diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika
tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri, mungkin
perlu dilakukan biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut bias berkembang menjadi
kanker atau tidak.
3. Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung
tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang
merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui
pembedahan ; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
4. Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia
kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan
memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan
melalui pembedahan.
5. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan atau
tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang
memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang
otot disekitar tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor
diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak radioaktif bias membantu menentukan lokasi
yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen dengan tehnik yang
khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk
mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk
mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini umumnya
tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya. Biasanya menimbulkan
nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan
dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar
struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan
pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor akan muncul kembali
setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa tumbuh menjadi kanker.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat di
dalamtubuh, pemben Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik
yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan posfat.Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang
membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium
dan posfat.
Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel.
Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen.Sedangkan sel tulang
terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang disebut osifikasi.
Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
ke dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka
kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke
tulang.Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang
memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi.Tidak seperti osteoblas dan
osteosit, osteoklas mengikis tulang.Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium
dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

D. MANIFESTASI KLINIK

1. Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena

2. Fraktur patologik

3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

5. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun
dan malaise.

E. ETIOLOGI

1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

2. Keturunan

3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget ( akibat pajanan
radiasi)
F. PATOFISIOLOGI

Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik
(destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).Beberapa tumor tulang
sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara
lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.

Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung
bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari
massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen
jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang
seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap
gambarannya di dalam tulang. Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak
diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu
proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor
maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga
terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

G. KOMPLIKASI

1. Akibat langsung : Patah tulang

2. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh.

3. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterapi.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan
penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum
pemberian kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi.
Pemeriksaan darah untuk kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH)
dan alkaline phosphatase (ALP). Pasien dengan peningkatan nilai ALP pada saat
diagnosis mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai metastase pada
paru. Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai peningkatan nilai LDH kurang
dapat menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai LDH
normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk :
· LDH
· ALP (kepentingan prognostik)
· Hitung darah lengkap
· Hitung trombosit
· Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase
(ALT), bilirubin, dan albumin.
· Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium,
phosphorus.
· Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine.
· Urinalisis
b) Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk
investigasi.Ketika dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan
distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT
kurang sensitf bila dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal dari tumor namun
dapat digunakan untuk menentukan metastase pada paru-paru. Isotopic bone scanning
secara umum digunakan untuk mendeteksi metastase pada tulang atau tumor
synchronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat menggantikan bone scan.
c) X-Ray
Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi tulang
karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan lebih jauh
yang tepat. Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi kebanyakan menunjukkan
campuran antara area litik dan sklerotik.
d) CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan, terutama
pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di mandibula
dan maksila pada osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan
osteosarkoma sekunder).
e) MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor karena
kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI
merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari
osteosarkoma dan membantu dalam menentukan manajemen pembedahan yang tepat.
Untuk tujuan stadium dari tumor, penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen
pada tempat asalnya merupakan hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak
yang tertutupi fascia merupakan bagian dari kompartemen. Penyebaran tumor
intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang penting dari penyakit intraoseus
adalah jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan
adanya skip metastase.
f) Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari lesi.
Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous biopsi.
Pada pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan
modalitas pencitraan satu satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal,
karena penggunaan CT atau MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan metal.
Meskipun ultrasonography dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan
lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari
lesi.
g) Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop pada
bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene diphosphonate (MDP).
Bone scan sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit multifokal. skip lesion
dan metastase paru-paru dapat juga dideteksi, namun skip lesion paling konsisten jika
menggunakan MRI. Karena osteosarkoma menunjukkan peningkatan ambilan dari
radioisotop maka bone scan bersifat sensitif namun tidak spesifik.
I. STADIUM
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat
untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk bermetastase ke
kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan
derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase. Sistem ini dapat
digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak). Komponen
utama dari sistem stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi
anatomi dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
Untuk menjadi intra kompartemen, osteosarkoma harus berada diantara periosteum.
Lesi tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika osteosarkoma telah
menyebar keluar dari periosteum maka derajatnya menjadi IIB. Untuk kepentingan secara
praktis maka pasien digolongkan menjadi dua yaitu pasien tanpa metastase (localized
osteosarkoma) dan pasien dengan metastse (metastatic osteosarkoma).
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis.Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan
amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh
atau ekstremitas yang sakit.Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi,
atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX)
dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.Bila
terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal
intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau
kortikosteroid.
Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb-sparing (dapat dilakukan
pada 80% pasien) dan diikuti dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen.
Osteosarkoma merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai
peranan dalam manajemen rutin.
1. Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi (dimulai tahun 1970), osteosarkoma ditangani secara
primer hanya dengan pembedahan (biasanya amputasi). Meskipun dapat mengontrol
tumor secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi tumor yang
biasanya berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa
pada saat diagnosis pasien mempunyai mikrometastase. Oleh karena hal tersebut maka
penggunaan adjuvant kemoterapi sangat penting pada penanganan pasien dengan
osteosarkoma.Pada penelitian terlihat bahwa adjuvant kemoterapi efektif dalam
mencegah rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal yang dapat direseksi.
Penggunaan neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah pengangkatan
tumor karena ukuran tumor telah mengecil, namun juga dapat memberikan parameter
faktor prognosa. Obat yang efektif adalah doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan
methotrexate dosis tinggi dengan leucovorin. Terapi kemoterapi tetap dilanjutkan satu
tahun setelah dilakukan pembedahan tumor
2. Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai batas
bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika
memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan
tergantung dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara
individual.Batas radikal, didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh kompartemen
yang terlibat (tulang, sendi, otot) biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi
kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan amputasi
radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year survival rates sebesar 50-70%
dan sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal amputasi. Fraktur patologis,
dengan kontaminasi semua kompartemen dapat mengeksklusikan penggunaan terapi
pembedahan limb salvage, namun jika dapat dilakukan pembedahan dengan reseksi
batas bebas tumor maka pembedahan limb salvage dapat dilakukan. Pada beberapa
keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun lebih dari 80% pasien
dengan osteosarkoma pada eksrimitas dapat ditangani dengan pembedahan limb
salvage dan tidak membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan, maka dapat
dilakukan rekonstruksi limb-salvage yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi
individual, sebagai berikut :
a. Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan
tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien yang
mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan yang terbatas
untuk fiksasi tulang yang stabil (osteosynthesis).
b. Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan, terutama
selama kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.
c. Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter
atau expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas
merupakan permasalahan tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien remaja.
d. Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang
berada pada distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang besar
sehingga alternatif pembedahan hanya amputasi.
PATHWAY

Faktor Resiko, Keturunan (Hereditery), Virus Onkogenik, dan Radiasi Ion

Sel Tumor Menginvasi Jaringan Lunak

Respon Osteolitik Respon Osteoblastik (Pembentukan


Tulang)

Destruksi Tulang Penimbunan Periosteum Tulang yang baru dekat lempat lesi
terjadi

Penghancuran Tulang Lokal Terjadi pertumbuhan tulang yang


abortif

Osteoporosis Pembedahan Penambahan massa


tulang

Fraktur

Nyeri Akut
Kerusakan Integritas Kulit Kerusakan Mobilitas Fisik

Resiko Infeksi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Anamnesis, meliputi :

-Identitas. meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, dll.

-Keluhan Utama. Pada umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan adalah
nyeri pada daerah yang mengalami masalah. Nyeri merupakan keluhan utama pada tumor
ganas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan PQRST.

-Riwayat Penyakit Sekarang. Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul dan secara
umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Kadang-kadang
klien mengeluhkan adanya suatu pembengkakan atau benjolan. Pembengkakakn atau
benjolan ini dapat timbul secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama dan dapat
juga secara tiba-tiba.

-Riwayat penyakit dahulu. Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya tumor dan keganasan. Adanya riwayat fraktur terbuka yang
meninggalkan bekas sikatriks dapat mendukung terjadinya suatu lesi pada jaringan lunak.
Faktor kebiasaan kurang baik seperti merokok akan mendukung terjadinya keganasanpada
sistem pernapasan yang dapat bermetastasis ke sistem muskuloskeletal. Berapa lama klien
pernah terpapar radiasi dan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya proliferasi sel-sel
baru dan peningkatan pertumbuhan osteoklas akan memungkinkan tumbuhnya suatu tumor
dan keganasan pada sistem muskuloskeletal.

- Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu yang
mengalami keluhan yang sama dengan klien.

-Riwayat psikososial. Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon tau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

2. Pemeriksaan fisik
-Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

-Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

-Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit

-mungkin hebat atau dangkal

-sering hilang dengan posisi flexi

-anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek
berat

Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional

a. AKTIFITAS / ISTIRAHAT :

Gejala : Kelemahan dan atau keletihan.

Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur misalnya, nyeri, ansietas, berkeringat malam.

Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan.

b. SIRKULASI :

Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.

c. INTEGRITAS EGO :

Gejala : Faktor stres ( keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres ( mis:
Merokok, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius). Masalah tentang perubahan
dalam penampila mis: pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak bermakna, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.

d. ELIMINASI :

Gejala : Perubahan pada pola devekasi mis: darah pada feses, nyeri pada devekasi.

Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.


e. MAKANAN / CAIRAN :

Gejala : Kebiasaan diet buruk ( mis: rendah serat, tinggi lemak adiktif). Anoreksia,
mual/muntah. Perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot

Tanda : perubahan pada turgor kulit/kelembaban; edema.

f. NEUROSENSORI :

Gejala : pusing, sinkope.

g. NYERI ATAU KENYAMANAN :

Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat.

h. PERNAFASAN :

Gejala : Merokok ( tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok).


Pemajanan abses.

i. INTERAKSI SOSIAL :

Gejala : Ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan ( berkenan


dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan). Masalah tentang fungs/ tanggung jawab
peran.

j. PENYULUHAN ATAU PEMBELAJARAN :

Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker. Sisi primer:
Penyakit primer, tangga ditemukan/ didiagnosis.

Riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang
diberikan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, nyeri dan


amputasi.

3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan atau jaringan berhubungan


dengan penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.

4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

5. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berkenaan dengan kanker.

3. INTEVENSI KEPERAWATAN

1 Nyeri NOC : NIC :

Definisi :  Pain Level, Pain Management


 Pain control,  Lakukan pengkajian
Sensori yang tidak  Comfort level nyeri secara
menyenangkan dan Kriteria Hasil : komprehensif termasuk
pengalaman emosional yang lokasi, karakteristik,
muncul secara aktual atau  Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
(tahu penyebab nyeri, kualitas dan faktor
potensial kerusakan jaringan mampu menggunakan presipitasi
atau menggambarkan adanya tehnik nonfarmakologi  Observasi reaksi
kerusakan (Asosiasi Studi untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari
Nyeri Internasional): serangan mencari bantuan) ketidaknyamanan
mendadak atau pelan  Melaporkan bahwa nyeri  Gunakan teknik
intensitasnya dari ringan berkurang dengan komunikasi terapeutik
menggunakan manajemen untuk mengetahui
sampai berat yang dapat
nyeri pengalaman nyeri
diantisipasi dengan akhir yang  Mampu mengenali nyeri pasien
dapat diprediksi dan dengan (skala, intensitas, frekuensi  Kaji kultur yang
durasi kurang dari 6 bulan. dan tanda nyeri) mempengaruhi respon
 Menyatakan rasa nyaman nyeri
setelah nyeri berkurang  Evaluasi pengalaman
 Tanda vital dalam rentang nyeri masa lampau
Batasan karakteristik : normal  Evaluasi bersama
pasien dan tim
- Laporan secara verbal kesehatan lain tentang
atau non verbal ketidakefektifan kontrol
- Fakta dari observasi nyeri masa lampau
- Posisi antalgic untuk  Bantu pasien dan
menghindari nyeri keluarga untuk mencari
- Gerakan melindungi dan menemukan
- Tingkah laku berhati-hati dukungan
- Muka topeng  Kontrol lingkungan
- Gangguan tidur (mata yang dapat
sayu, tampak capek, sulit mempengaruhi nyeri
atau gerakan kacau, seperti suhu ruangan,
menyeringai) pencahayaan dan
- Terfokus pada diri sendiri kebisingan
- Fokus menyempit  Kurangi faktor
(penurunan persepsi presipitasi nyeri
waktu, kerusakan proses  Pilih dan lakukan
berpikir, penurunan penanganan nyeri
interaksi dengan orang (farmakologi, non
dan lingkungan) farmakologi dan inter
- Tingkah laku distraksi, personal)
contoh : jalan-jalan,  Kaji tipe dan sumber
menemui orang lain nyeri untuk menentukan
dan/atau aktivitas, intervensi
aktivitas berulang-ulang)  Ajarkan tentang teknik
- Respon autonom (seperti non farmakologi
diaphoresis, perubahan  Berikan analgetik untuk
tekanan darah, perubahan mengurangi nyeri
nafas, nadi dan dilatasi  Evaluasi keefektifan
pupil) kontrol nyeri
- Perubahan autonomic  Tingkatkan istirahat
dalam tonus otot  Kolaborasikan dengan
(mungkin dalam rentang dokter jika ada keluhan
dari lemah ke kaku) dan tindakan nyeri tidak
- Tingkah laku ekspresif berhasil
(contoh : gelisah,  Monitor penerimaan
merintih, menangis, pasien tentang
waspada, iritabel, nafas manajemen nyeri
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Analgesic Administration
Faktor yang berhubungan :
 Tentukan lokasi,
Agen injuri (biologi, kimia, karakteristik, kualitas,
fisik, psikologis) dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2 Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :

 Joint Movement : Exercise therapy :


Active ambulation
Definisi :  Mobility Level
 Self care : ADLs  Monitoring vital
Keterbatasan dalam  Transfer sign
kebebasan untuk performance sebelm/sesudah
pergerakan fisik tertentu Kriteria Hasil : latihan dan lihat
pada bagian tubuh atau respon pasien saat
 Klien meningkat latihan
satu atau lebih
dalam aktivitas fisik  Konsultasikan
ekstremitas  Mengerti tujuan dari dengan terapi fisik
peningkatan tentang rencana
Batasan karakteristik : mobilitas ambulasi sesuai
 Memverbalisasikan dengan kebutuhan
- Postur tubuh yang
tidak stabil selama
perasaan dalam  Bantu klien untuk
meningkatkan menggunakan
melakukan kekuatan dan
kegiatan rutin tongkat saat
kemampuan berjalan dan cegah
harian berpindah
- Keterbatasan terhadap cedera
 Memperagakan  Ajarkan pasien atau
kemampuan untuk penggunaan alat
melakukan tenaga kesehatan
Bantu untuk lain tentang teknik
keterampilan mobilisasi (walker)
motorik kasar ambulasi
- Keterbatasan  Kaji kemampuan
kemampuan untuk pasien dalam
melakukan mobilisasi
keterampilan  Latih pasien dalam
motorik halus pemenuhan
- Tidak ada kebutuhan ADLs
koordinasi atau secara mandiri
pergerakan yang sesuai kemampuan
tersentak-sentak  Dampingi dan
- Keterbatasan Bantu pasien saat
ROM mobilisasi dan
- Kesulitan berbalik bantu penuhi
(belok) kebutuhan ADLs
- Perubahan gaya ps.
 Berikan alat Bantu
berjalan (Misal : jika klien
penurunan memerlukan.
kecepatan  Ajarkan pasien
berjalan, kesulitan bagaimana
memulai jalan, merubah posisi dan
langkah sempit, berikan bantuan
kaki diseret, jika diperlukan
goyangan yang
berlebihan pada
posisi lateral)
- Penurunan waktu
reaksi
- Bergerak
menyebabkan
nafas menjadi
pendek
- Usaha yang kuat
untuk perubahan
gerak
(peningkatan
perhatian untuk
aktivitas lain,
mengontrol
perilaku, fokus
dalam anggapan
ketidakmampuan
aktivitas)
- Pergerakan yang
lambat
- Bergerak
menyebabkan
tremor
Faktor yang
berhubungan :

- Pengobatan
- Terapi
pembatasan gerak
- Kurang
pengetahuan
tentang kegunaan
pergerakan fisik
- Indeks massa
tubuh diatas 75
tahun percentil
sesuai dengan
usia
- Kerusakan
persepsi sensori
- Tidak nyaman,
nyeri
- Kerusakan
muskuloskeletal
dan
neuromuskuler
- Intoleransi
aktivitas/penuruna
n kekuatan dan
stamina
- Depresi mood
atau cemas
- Kerusakan
kognitif
- Penurunan
kekuatan otot,
kontrol dan atau
masa
- Keengganan
untuk memulai
gerak
- Gaya hidup yang
menetap, tidak
digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif
atau umum
3 Risiko kerusakan NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure
integritas kulit and Mucous Membranes Management

Definisi : Perubahan Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien


pada epidermis dan untuk
dermis  Integritas kulit yang menggunakan
baik bisa pakaian yang
Batasan karakteristik : dipertahankan longgar
(sensasi, elastisitas,  Hindari kerutan
- Gangguan pada temperatur, hidrasi, padaa tempat tidur
bagian tubuh pigmentasi)  Jaga kebersihan
- Kerusakan lapisa  Tidak ada luka/lesi kulit agar tetap
kulit (dermis) pada kulit bersih dan kering
- Gangguan  Perfusi jaringan baik  Mobilisasi pasien
permukaan kulit  Menunjukkan (ubah posisi
(epidermis) pemahaman dalam pasien) setiap dua
Faktor yang proses perbaikan jam sekali
berhubungan : kulit dan mencegah  Monitor kulit akan
terjadinya sedera adanya kemerahan
Eksternal : berulang  Oleskan lotion atau
 Mampu melindungi minyak/baby oil
- Hipertermia atau kulit dan pada derah yang
hipotermia mempertahankan tertekan
- Substansi kimia kelembaban kulit dan  Monitor aktivitas
- Kelembaban udara perawatan alami dan mobilisasi
- Faktor mekanik pasien
(misalnya : alat yang  Monitor status
dapat menimbulkan nutrisi pasien
luka, tekanan,  Memandikan pasien
restraint) dengan sabun dan
- Immobilitas fisik air hangat
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :

- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

4 Resiko infeksi NOC : NIC :

Definisi : Peningkatan resiko  Immune Status Infection Control (Kontrol


masuknya organisme patogen  Risk control infeksi)

 Bersihkan lingkungan
Kriteria Hasil : setelah dipakai pasien
Faktor-faktor resiko : lain
 Klien bebas dari tanda dan  Pertahankan teknik
- Prosedur Infasif gejala infeksi isolasi
- Ketidakcukupan  Menunjukkan kemampuan  Batasi pengunjung bila
pengetahuan untuk untuk mencegah timbulnya perlu
menghindari paparan infeksi
 Instruksikan pada
patogen  Jumlah leukosit dalam
pengunjung untuk
- Trauma batas normal
mencuci tangan saat
- Kerusakan jaringan dan  Menunjukkan perilaku hidup
berkunjung dan setelah
peningkatan paparan sehat
berkunjung
lingkungan meninggalkan pasien
- Ruptur membran amnion  Gunakan sabun
- Agen farmasi antimikrobia untuk cuci
(imunosupresan) tangan
- Malnutrisi  Cuci tangan setiap
- Peningkatan paparan sebelum dan sesudah
lingkungan patogen tindakan kperawtan
- Imonusupresi
 Gunakan baju, sarung
- Ketidakadekuatan imum
tangan sebagai alat
buatan
pelindung
- Tidak adekuat pertahanan
 Pertahankan lingkungan
sekunder (penurunan Hb,
aseptik selama
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi) pemasangan alat
- Tidak adekuat pertahanan  Ganti letak IV perifer
tubuh primer (kulit tidak dan line central dan
utuh, trauma jaringan, dressing sesuai dengan
penurunan kerja silia, petunjuk umum
cairan tubuh statis,  Gunakan kateter
perubahan sekresi pH, intermiten untuk
perubahan peristaltik) menurunkan infeksi
- Penyakit kronik kandung kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik
bila perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)

 Monitor tanda dan


gejala infeksi sistemik
dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan teknik
isolasi k/p
 Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif
5 Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management
. nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi
 Nutritional Status : makanan
Definisi : Intake nutrisi food and Fluid Intake  Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk  Nutritional Status : ahli gizi untuk
keperluan metabolisme nutrient Intake menentukan jumlah
tubuh.  Weight control kalori dan nutrisi
Kriteria Hasil : yang dibutuhkan
Batasan karakteristik : pasien.
- Berat badan 20 % atau  Adanya peningkatan  Anjurkan pasien
lebih di bawah ideal berat badan sesuai untuk
- Dilaporkan adanya dengan tujuan meningkatkan
intake makanan yang  Beratbadan ideal intake Fe
kurang dari RDA sesuai dengan tinggi  Anjurkan pasien
(Recomended Daily badan untuk
Allowance)  Mampumengidentifikas meningkatkan
- Membran mukosa dan i kebutuhan nutrisi protein dan vitamin
konjungtiva pucat  Tidk ada tanda tanda C
- Kelemahan otot yang malnutrisi  Berikan substansi
digunakan untuk  Menunjukkan gula
menelan/mengunyah peningkatan fungsi  Yakinkan diet yang
- Luka, inflamasi pada pengecapan dari dimakan
rongga mulut menelan mengandung tinggi
- Mudah merasa  Tidak terjadi serat untuk
kenyang, sesaat penurunan berat badan mencegah
setelah mengunyah yang berarti konstipasi
makanan  Berikan makanan
- Dilaporkan atau fakta yang terpilih (
adanya kekurangan sudah
makanan dikonsultasikan
- Dilaporkan adanya dengan ahli gizi)
perubahan sensasi  Ajarkan pasien
rasa bagaimana
- Perasaan membuat catatan
ketidakmampuan makanan harian.
untuk mengunyah  Monitor jumlah
makanan nutrisi dan
- Miskonsepsi kandungan kalori
- Kehilangan BB dengan  Berikan informasi
makanan cukup tentang kebutuhan
- Keengganan untuk nutrisi
makan  Kaji kemampuan
- Kram pada abdomen pasien untuk
- Tonus otot jelek mendapatkan
- Nyeri abdominal nutrisi yang
dengan atau tanpa dibutuhkan
patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah Nutrition Monitoring
kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau  BB pasien dalam
steatorrhea batas normal
- Kehilangan rambut  Monitor adanya
yang cukup banyak penurunan berat
(rontok) badan
- Suara usus hiperaktif  Monitor tipe dan
- Kurangnya informasi, jumlah aktivitas
misinformasi yang biasa
dilakukan
Faktor-faktor yang  Monitor interaksi
berhubungan : anak atau orangtua
Ketidakmampuan selama makan
pemasukan atau  Monitor lingkungan
mencerna makanan atau selama makan
mengabsorpsi zat-zat gizi  Jadwalkan
berhubungan dengan pengobatan dan
faktor biologis, tindakan tidak
psikologis atau ekonomi. selama jam makan
 Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor makanan
kesukaan
 Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan
intake nuntrisi
 Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

http://www.scribd.com/doc/128144121/Patofis-Osteosarcoma

http://www.scribd.com/doc/49448400/PATOFISIOLOGI-OSTEOSARCOMA

wordpress.com/2010/02/27/asuhan-keperawatan-

osteosarkoma/http://alam414m.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-askep-

osteosarcoma.html

http://agusnadianus.blogspot.com/2012/05/askep-osteosarkoma-agus-nadianus-s-kep.html

Anda mungkin juga menyukai