Anda di halaman 1dari 8

Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Objek .........................................................................................................................

(Julzarika & Carolita)

KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN BERBASIS OBJEK PADA CITRA SATELIT


SPOT DENGAN MENGGUNAKAN METODE TREE ALGORITHM
(Object Based on Land Cover Classification of SPOT Satellite Image
Using Tree Algorithm Method)

Atriyon Julzarika dan Ita Carolita


Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN
Jl. Kalisari No. 8, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710
E-mail: verbhakov@yahoo.com

Diterima (received): 25 Juni 2015; Direvisi (revised): 10 Agustus 2015; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 11 Oktober 2015

ABSTRAK

Perkembangan klasifikasi berbasis objek sudah dikenal sejak kemajuan recognition pada bidang
fotogrametri kedokteran sekitar tahun 1970. Klasifikasi berbasis objek ini kemudian digunakan pada bidang
penginderaan jauh. Klasifikasi ini diaplikasikan pada klasifikasi penutup lahan dengan berbagai pendekatan
metode. Pada penelitian ini, penutup lahan berbasis objek dilakukan menggunakan pendekatan region growing
dan teknik klasifikasi dengan menggunakan metode tree algorithm. Klasifikasi ini menggunakan citra satelit
SPOT wilayah Danau Limboto. Proses pertama yang dilakukan adalah melakukan segmentasi dengan
penentuan parameter skala 15, shape 0,1 dan compactness 0,5. Pembuatan tree algorithm ini didasarkan pada
jenis sampel yang dipilih sesuai dengan jenis klas objek. Kemudian hasil klasifikasi ini dilakukan uji geostatistik
berupa classification stability, best classification result, error matrix based on TTA Mask, dan error matrix based
on samples. Tulisan ini bertujuan untuk menentukan teknik klasifikasi penutup lahan berbasis objek pada citra
satelit SPOT menggunakan metode tree algorithm. Teknik klasifikasi ini diharapkan bisa meningkatkan
ketelitian (akurasi dan presisi) klasifikasi penutup lahan serta dapat menjadi alternatif metode klasifikasi yang
telah tersedia saat ini.

Kata kunci: objek, segmentasi, tree algorithm, uji geostatistik, Danau Limboto

ABSTRACT

The development of object-based classification has been known since the recognition progress in the field
of medical photogrammetry in about the year of 1970. Object-based classification is then also used in the field
of remote sensing. This classification was applied to land cover with various approach of methods. In this
study, object-based land cover classification used an approach of region growing and classification technique
by tree algorithm. This classification used SPOT satellite imagery of Lake Limboto. The first process was
determined the segmentation with scale parameter 15, shape 0.1 and compactness 0.5. The making of tree-
algorithm was based on the type of sample selected according to the type of objects class. Then the results of
the classification has been used to perfom geostatistical tests of classification stability, best classification result,
error matrix based on TTA Mask, and error matrix based on samples. This paper aims to determine the land
cover objects based classification technique on the SPOT satellite imagery using tree algorithm method. This
classification technique is expected to increase accuracy and precision of land cover classification and can be
used as an alternative method of classification that has been available at this time.

Keywords: object, segmentation, tree algorithm, geostatistical test, Lake Limboto

PENDAHULUAN dengan resolusi menengah (10 m pankromatik dan


20 m multispektral). Citra satelit SPOT terdiri atas
Saat ini perkembangan teknologi empat band, yaitu hijau, merah, NIR, dan SWIR
penginderaan jauh sudah memasuki kemajuan (CNES, 2011).
yang signifikan. Kemajuan teknologi ini telah Berdasarkan proses pengolahan, klasifikasi
mencakup berbagai aplikasi keteknikan dan non terdiri atas dua jenis, yaitu manual dan digital.
keteknikan. Penginderaan jauh telah menghasilkan Klasifikasi manual meliputi klasifikasi digitasi on
berbagai pemanfaatan dari sensor satelit, pesawat, screen, sedangkan klasifikasi digital meliputi
unmanned mapping, sonar, dan lain-lain (Burtch, klasifikasi berbasis piksel dan klasifikasi berbasis
2004). Penelitian ini menggunakan data SPOT objek. Metode yang digunakan untuk klasifikasi
yang digunakan untuk klasifikasi penutup lahan. digital ini meliputi unsupervised, supervised, dan
Satelit SPOT merupakan satelit penginderaan jauh decision tree (ENVI, 2011). Penelitian ini fokus
milik CNES, Perancis yang difungsikan untuk satelit pada jenis klasifikasi decision tree. Klasifikasi ini
sumber daya alam. Satelit SPOT merupakan satelit bisa dilakukan jika telah disiapkan tree algorithm-

97
Majalah Ilmiah Globë Volume 17 No. 2 Desember 2015: 97 -104

nya. Metode tree algorithm ini menggambarkan Pada tahun 1970an, telah terjadi
kondisi pemisahan klas objek sesuai dengan perkembangan teknologi di bidang fotogrametri
sampel yang dipilih untuk pembuatan algoritmanya kedokteran (Center for Photogrammetry, 2008).
(Julzarika, 2010). Klasifikasi berbasis piksel Salah satu kemajuan pada bidang ini adalah
merupakan model klasifikasi digital yang telah mampu melakukan klasifikasi berdasarkan objek
dilakukan sejak penemuan ilmu fotogrametri dalam pada susunan sel dan hasil rongent (Karabork et
mengklasifikasi foto udara (Gonzalez, 2008). al., 2000). Penemuan ini kemudian dinamakan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dengan recognition (Kaab, 1999). Penginderaan
teknik klasifikasi penutup lahan berbasis objek jauh kemudian mengadopsi penemuan klasifikasi
pada citra satelit SPOT menggunakan metode tree berbasis objek pada awal tahun 1990an (Smith et
algorithm. Teknik klasifikasi ini diharapkan bisa al., 1998). Recognition pada bidang fotogrammetri
meningkatkan ketelitian (akurasi dan presisi) kedokteran ini diaplikasikan pada data
klasifikasi penutup lahan serta dapat menjadi penginderaan jauh, terutama pada citra satelit
alternatif metode klasifikasi yang telah tersedia saat resolusi spasial tinggi (1-5 m) dan resolusi sangat
ini. tinggi (<1 m). Recognition ini kemudian dinamakan
sebagai klasifikasi berbasis objek (Fan, 2008).
METODE Objek yang dimaksud adalah kumpulan dari
beberapa piksel yang kemudian membentuk suatu
Data yang digunakan pada penelitian ini kondisi yang dapat dibedakan terhadap sekitarnya
adalah citra satelit SPOT dengan resolusi spasial (Suthau et al., 2000). Klasifikasi berbasis objek ini
20 m, tanggal akuisisi 27 Oktober 2011. Citra ini harus menggunakan metode segmentasi yang
memiliki empat band, yaitu band hijau, merah, NIR, bertujuan untuk pemisahan antar objek klasifikasi
dan SWIR. Wilayah kajian terletak di Danau dengan kondisi dan syarat tertentu (Espindola et
Limboto, Gorontalo. Danau Limboto dipilih sebagai al., 2006). Ada tiga faktor yang mempengaruhi
lokasi penelitian karena danau ini merupakan satu kondisi dan syarat pada segmentasi, yaitu skala,
dari 15 danau kritis yang ditetapkan sebagai shape, dan compectness (eCognition, 2011).
prioritas utama di Indonesia oleh Kementerian Parameter skala merupakan istilah abstrak
Lingkungan Hidup dan LAPAN. Danau kritis yang yang menentukan nilai maksimum heterogenitas
dimaksud adalah danau yang mengalami yang dibolehkan dalam menghasilkan objek-objek
penyempitan luas, pengurangan volume, degradasi citra (eCognition, 2011). Untuk data yang
lingkungan, banyak ditumbuhi tanaman hama heterogen objek-objek yang dihasilkan untuk scale
seperti enceng gondok, serta mempengaruhi parameter tertentu akan menjadi lebih kecil
kesehatan lingkungan daerah tangkapan air. daripada data yang lebih homogen. Dengan
Gambar 1 merupakan tampilan citra satelit SPOT memodifikasi nilai parameter skala dapat dibuat
wilayah danau Limboto. ukuran objek-objek citra yang beragam (Erawanta
et al., 2010). Homogenitas objek yang merupakan
acuan parameter skala ditentukan di dalam
komposisi kriteria homogenitas. Pada keadaan ini
homogenitas digunakan sebagai sinonim untuk
heterogenitas minimum. Secara internal tiga kriteria
yang dihitung antara lain: Warna, Smoothness dan
Compactness. Ketiga kriteria homogenitas ini bisa
digunakan dengan beranekaragam kombinasi.
Untuk sebagian besar kasus, kriteria warna
merupakan yang terpenting dalam menghasilkan
objek-objek tertentu. Meski demikian suatu nilai
tertentu dari homogenitas bentuk seringkali dapat
meningkatkan kualitas ekstraksi objek (Manakos et
al., 2000). Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa
compactness dari objek-objek spasial berhubungan
dengan konsep bentuk citra. Sehingga kriteria
bentuk sangat membantu dalam menghindari hasil
berupa objek citra yang patah terutama pada data
tekstur (misal data radar). Gambar 2 merupakan
penjelasan dari parameter segmentasi.

Gambar 1. Citra SPOT wilayah Danau Limboto.

98
Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Objek .........................................................................................................................(Julzarika & Carolita)

Gambar 2. Parameter segmentasi.

Kriteria warna dapat ditentukan secara tidak objek-objek non compact hanya oleh kontras
langsung dengan memodifikasi kriteria bentuk. spektral yang relatif lemah.
Dalam pengaruhnya dengan mengurangi nilai
dalam kolom bentuk maka dapat didefinisikan
berapa persen nilai-nilai spektral pada layer citra SPOT
yang akan berkontribusi terhadap keseluruhan (orthoimage dan radiometrik)
kriteria homogenitas (Zan, 2003). Pembobotan ini
berlawanan dengan persentase homogenitas
bentuk yang ditentukan dalam kolom bentuk. Segmentasi
Homogenitas spasial dari objek-objek menjadi lebih (skala15: shape 0.1: compactness 0.5)
optimum dengan memasukkan bobot kriteria
bentuk dengan nilai 1. Meskipun demikian, kriteria Tree Algorithm dengan
bentuk tidak dapat memiliki nilai lebih dari 0,9, penentuan sampel
terkait dengan fakta bahwa tanpa informasi spektral
dari citra, objek-objek yang dihasilkan tidak akan
berkaitan dengan informasi spektral sama sekali. Klasifikasi berbasis objek
Penelitian ini menggunakan diagram alir penelitian
pada Gambar 3.
Kriteria smoothness digunakan untuk
Uji
mengoptimalkan objek-objek citra berkaitan dengan geostatistik
smoothness dari batas-batas objek (eCognition,
2011). Sebagai contoh kriteria smoothness harus
digunakan ketika mengerjakan data yang sangat
heterogen untuk menghindari objek dari batas-
Informasi spasial penutup
batas yang berjumbai, sementara mempertahankan
lahan
kemampuan untuk menghasilkan objek-objek non
compact. Kriteria compactness digunakan untuk Gambar 3. Diagram alir penelitian
mengoptimumkan objek-objek citra dikaitkan
dengan compactness (eCognition, 2011). Kriteria Data masukan yang digunakan adalah citra
ini harus digunakan ketika objek-objek citra satelit SPOT dengan kondisi sudah dilakukan
berbeda yang lebih compact tetapi dipisahkan dari
99
Majalah Ilmiah Globë Volume 17 No. 2 Desember 2015: 97 -104

koreksi geometrik (orthorektifikasi) dan koreksi kriteria segmentasi yang sudah ditentukan tadi.
radiometrik. Uji geostatistik meliputi classification Kemudian dilakukan pembuatan tree algorithm.
stability, Best classification result, error matrix Pembuatan tree algorithm ini bersifat tetap
based on TTA mask, dan error matrix based on sehingga bisa diaplikasikan untuk daerah lain
samples. Klasifikasi penutup lahan yang dilakukan selain wilayah kajian dengan kondisi data yang
pada penelitian ini berbasis objek dengan metode mirip. Tree algorithm yang dibuat ini menggunakan
tree algorithm. Klasifikasi berbasis objek ini sampel yang bersifat relatif sedikit dan pemisahan
menggunakan segmentasi dengan kriteria skala 15, sampel lebih dipengaruhi oleh pengguna klasifikasi.
shape 0,1 dan compactness 0,5. Segmentasi ini Penelitian ini menggunakan tree algorithm karena
bertujuan untuk memisahkan batas objek dengan memberikan akurasi dan presisi paling tinggi saat
akurasi tinggi dan presisi yang lebih baik. Metode ini terhadap hasil klasifikasi serta membutuhkan
pemisahan antar objek ini menggunakan region waktu singkat dalam proses pengerjaan klasifikasi
growing (Pohle & Toennies, 2001). Objek yang berbasis objek. Gambar 4 merupakan tree
dimaksud pada penelitian ini adalah gabungan algorithm yang dibuat untuk klasifikasi penutup
beberapa piksel dengan kondisi shape dan lahan dengan citra SPOT.
compactness yang sama pada skala tertentu. .
Proses pertama yang dilakukan adalah
melakukan segmentasi pada citra SPOT dengan
Informasi Sebaran Sampel untuk Tree Algorithm

Keterangan sampel

Gambar 4. Sampel untuk pembuatan tree algorithm.


.

100
Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Objek .........................................................................................................................(Julzarika & Carolita)

Setiap klas menggunakan sampel sebanyak mampu memisahkan separabilitas antar objek/klas
10 region untuk pembuatan tree algorithm. sehingga akan membuat tree algorithm yang
Pembuatan skema ini ditentukan secara otomatis menghasilkan hasil klasifikasi dengan akurasi
dengan mempertimbangkan nilai statistik dan tinggi. Syarat dan kondisi yang diperlukan adalah
parameter segmentasi dari region-region yang berupa data telah dilakukan ortorektifikasi dan
dijadikan sebagai sampel tadi. Gambar 5 koreksi radiometrik yang meliputi radiometrik
merupakan tampilan sampel yang digunakan untuk standar, normalisasi, atmosfer, dan topografi.
pembuatan tree algorithm Kemudian dilakukan klasifikasi berbasis objek
Parameter segmentasi berupa skala, shape, yang disesuaikan dengan kondisi tree algorithm
compactness berpengaruh signifikan terhadap yang dibuat tadi. Klasifikasi penutup lahan dengan
sampel yang dijadikan pembuatan tree algorithm. pendekatan metode region growing ini akan
Semakin kecil nilai skala dan shape dengan menghasilkan klasifikasi dengan kondisi akurasi
compactness seimbang pada nilai 0,5 maka dan presisi lebih baik (Bins et al., 1996).

Data (SPOT)

Awan (1) Non Awan

Awan (2) Bayangan Awan Vegetasi (1) Non Vegetasi

Awan (3) Tubuh Air (1) Permukiman Sawah (1)

Hutan (1) Vegetasi (2)


Sawah (2) Tubuh Air (2)

Semak (1) Belukar

Hutan (2) Ladang/Tegalan Semak (2) Vegetasi Air

Gambar 5. Tree algorithm pada citra SPOT.

Parameter segmentasi berupa skala, shape, klasifikasi manual. Selain itu pendekatan
compactness berpengaruh signifikan terhadap pemisahan objek dengan metode region growing ini
sampel yang dijadikan pembuatan tree algorithm. akan menjadi alternatif pengganti metode
Semakin kecil nilai skala dan shape dengan pemisahan objek lainnya seperti metode ECHO
compactness seimbang pada nilai 0,5 maka (Extraction and Classification of Homogenous
mampu memisahkan separabilitas antar objek/klas Objects) (Kettig dan Landgrebe, 1976). Hasil
sehingga akan membuat tree algorithm yang klasifikasi pada penelitian ini dilakukan pengujian
menghasilkan hasil klasifikasi dengan akurasi akurasi dan presisi dengan pendekatan secara
tinggi. Syarat dan kondisi yang diperlukan adalah geostatistik. Uji secara geostatistik ini
berupa data telah dilakukan ortorektifikasi dan menggunakan empat metode pendekatan, yaitu:
koreksi radiometrik yang meliputi radiometrik (eCognition, 2011).
standar, normalisasi, atmosfer, dan topografi. Metode ini bertujuan untuk melihat kestabilan
Tahap selanjutnya dilakukan klasifikasi suatu objek berdasarkan nilai mean, standar
berbasis objek yang disesuaikan dengan kondisi deviasi, minimum, dan maksimum. Pengecekan
tree algorithm yang dibuat tadi. Klasifikasi penutup dilakukan terhadap klas sawah2, tubuh air2,
lahan dengan pendekatan metode region growing hutan2, ladang/tegalan2, perkebunan, belukar,
ini akan menghasilkan klasifikasi dengan kondisi semak2, vegetasi air, permukiman, sawah1. Tabel
akurasi dan presisi lebih baik (Bins et al., 1996). 1 menampilkan kondisi classification stability.
Kestabilan klasifikasi yang dimaksud jika nilai mean
HASIL DAN PEMBAHASAN dan standar deviasi bernilai kecil sehingga akan
menimbulkan nilai korelasi pada objek sama
Hasil penutup lahan dengan metode tree mendekati satu dan korelasi mendekati nol pada
algorithm ini merupakan salah satu metode objek yang berbeda. Secara tidak langsung, akan
alternatif untuk meningkatkan akurasi dan presisi. menyebabkan nilai minimum dan maksimum
Metode klasifikasi berbasis objek diharapkan dapat bernilai kecil.
menjadi alternatif klasifikasi berbasis piksel dan

101
Majalah Ilmiah Globë Volume 17 No. 2 Desember 2015: 97 -104

Pendekatan uji geostatistik dengan metode ini bisa memenuhi standar klasifikasi penutup lahan
memiliki kemiripan dengan classification stability. internasional dan nasional, yaitu pada angka 80%.
Perbedaannya pada pendekatan algorithma Pemilihan sampel akan lebih berpengaruh terhadap
dengan mencari kondisi maksimum pada setiap tree algorithm yang dibuat, juga sangat berdampak
klas objek. Nilai maksimum diusahakan mencapai pada nilai akurasi dan presisi hasil klasifikasi
satu sehingga nilai mean dan standar deviasi penutup lahan.
secara tidak langsung juga akan bertambah, akan Metode uji geostatistik ini bertujuan untuk
tetapi nilai korelasi pada objek sama tetap melihat kondisi matriks confusion atau hubungan
mendekati satu dan korelasi mendekati nol pada error yang terjadi antar klas objek dengan
objek yang berbeda. Tabel 2 merupakan tampilan membandingkan terhadap sampel yang digunakan
best classification result. dalam klasifikasi dan sampel tersebut yang
dianggap benar. Table 4 merupakan tampilan
matriks confusion terhadap sampel pada hasil
Tabel 1. Best classification result.
klasifikasi berbasis objek pada SPOT wilayah
Klas Objek Mean StDev Min Max
danau Limboto.
Sawah2 203 0.973 0.030 0.76 1
Tubuh air2 244 0.975 0.029 0.83 1 Nilai akurasi yang diperoleh berupa producer
Hutan2 290 0.992 0.008 0.94 1 87.5 %, User 80 %, Helden 88.89 %, Short 80 %,
Ladang/tegalan2 122 0.991 0.006 0.95 1 dan KIA per class 67.16 % serta overall 52.5 %.
Perkebunan 125 0.989 0.010 0.95 1 Secara umum, klasifikasi berbasis objek ini bisa
Belukar 57 0.971 0.024 0.91 0.99 memenuhi standar klasifikasi penutup lahan
Semak2 172 0.977 0.015 0.90 1 internasional dan nasional, yaitu pada angka 80%.
Vegetasi air 272 0.982 0.014 0.91 1 Perbaikan sampel masih diperlukan sehingga akan
Permukiman 442 0.980 0.025 0.84 1 berguna untuk meningkatkan akurasi hasil
Sawah1 506 0.988 0.007 0.95 1
klasifikasi.
Gambar 6 merupakan hasil klasifikasi penutup
Metode uji geostatistik ini bertujuan untuk lahan dengan metode tree algorithm. Hasil
melihat kondisi matriks confusion atau hubungan klasifikasi ini berupa informasi spasial penutup
error yang terjadi antar klas objek dengan lahan danau Limboto. Klas penutup lahan tersebut
membandingkan terhadap data yang dianggap berupa sawah, tubuh air, hutan, ladang/tegalan,
benar, misal data lapangan. Tabel 3 merupakan perkebunan, belukar, semak, vegetasi air,
tampilan matriks confusion hasil klasifikasi berbasis permukiman. Hasil ini bisa digunakan sebagai data
objek pada SPOT wilayah danau Limboto. masukan untuk melihat perubahan penutup lahan
Nilai akurasi yang diperoleh berupa producer di Danau Limboto. Selain itu juga bermanfaat untuk
91,11%, User 82,49%, Helden 90,4%, Short kajian klasifikasi berbasis objek, koreksi radiometrik
82,49%, dan KIA per class 77.94 % serta overall citra SPOT, dan lain-lain
58,5%. Secara umum, klasifikasi berbasis objek ini
.
Tabel 2. Classification stability.
Klas Objek Mean StdDev Minimum Maximum
Sawah2 203 0.05059 0.02831 9.489e-005 0.1453
Tubuh air2 244 0.08793 0.07296 0.00025 0.2429
Hutan2 290 0.00549 0.00427 4.13e-005 0.0188
Ladang/tegalan2 122 0.00538 0.00391 6.396e-005 0.0171
Perkebunan 125 0.01022 0.01045 6.425e-005 0.0583
Belukar 57 0.00595 0.00513 7.89e-005 0.0223
Semak2 172 0.01204 0.00938 0.000199 0.0405
Vegetasi air 272 0.06256 0.06368 2.76e-005 0.262
Permukiman 442 0.01903 0.02494 5.78e-006 0.182
Sawah1 506 0.01869 0.01529 2.74e-006 0.08

.
Tabel 3. Error matrix based on TTA Mask.
User\Reference Sawah Tubuh Hutan2 Ladang/ Perke- Belukar Semak2 Vegetasi Permu- Sawah Sum
Class 2 air2 tegalan2 bunan air kiman 1
Confusion Matrix
Sawah2 1718 0 0 0 0 0 0 1222 0 0 2940
Tubuh air2 0 2077 0 0 0 0 0 441 0 0 2518
Hutan2 0 0 2205 1760 84 1821 1273 466 0 0 7609
Ladang/tegalan2 0 0 0 828 0 0 243 0 0 0 1071
Perkebunan 0 0 0 0 2136 0 0 514 0 0 2650
Belukar 0 0 446 99 0 0 0 0 0 0 545
Semak2 0 0 0 490 678 0 465 0 0 0 1633
Vegetasi air 167 0 0 0 2150 0 0 3869 0 0 6186
Permukiman 0 0 0 146 457 125 0 0 0 0 728
Sawah1 0 0 0 958 3668 0 1557 0 0 0 6183
Unclassified 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sum 1885 2077 2651 4281 9173 1946 3538 6512 0 0

102
Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Objek .........................................................................................................................(Julzarika & Carolita)

Tabel 4. Error matrix based on samples.


User\Reference Sawah Tubuh Hutan2 Ladang/ Perke- Belukar Semak2 Vegetasi Permu- Sawah Sum
Class 2 air2 tegalan2 bunan air kiman 1
Confusion Matrix
Sawah2 7 0 0 0 0 0 0 7 0 4 18
Tubuh air2 0 12 0 0 0 0 0 3 0 0 15
Hutan2 0 0 8 6 1 9 5 2 0 0 31
Ladang/tegalan2 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 3
Perkebunan 0 0 0 0 9 0 0 2 0 1 12
Belukar 0 0 3 1 0 0 0 0 0 1 5
Semak2 0 0 0 2 4 0 2 0 0 1 9
Vegetasi air 1 0 0 0 9 0 0 18 0 4 32
Permukiman 0 0 0 1 3 1 0 0 20 0 25
Sawah1 0 0 0 3 15 0 6 0 0 9 33
Unclassified 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sum 8 12 11 15 41 10 14 32 20 20

Gambar 4. Hasil klasifikasi berbasis objek dengan metode tree algorithm.

KESIMPULAN
UCAPAN TERIMA KASIH
Klasifikasi berbasis objek dengan metode tree
algorithm dapat meningkatkan ketelitian secara Terima kasih kami ucapkan kepada LAPAN
geostatistik berupa producer 87.5%, User 80%, atas data SPOT yang digunakan.
Helden 88,89%, Short 80%, dan KIA per class
67,16% serta overall 52,5%. Pembentukan tree DAFTAR PUSTAKA
algorithm sangat bergantung pada kondisi sampel
yang digunakan pada klasifikasi sehingga juga Bins, S.L., Fonseca, G.L., Erthal, J.G., Mitsuo, F. (1996).
akan berpengaruh pada ketelitian. Satu klas Satellite Imagery Segmentation: A Region Growing
menggunakan 10 sampel region. Parameter Approach, National Institute for Space Research,
segmentasi berpengaruh pada pendefinisian objek Image Processing Division, São José dos Campos,
Brasil.
klas sehingga juga berdampak pada kualitas
sampel yang digunakan pada klasifikasi berbasis
objek.

103
Majalah Ilmiah Globë Volume 17 No. 2 Desember 2015: 97 -104

Burtch, R. (2004). History of Geodesy. Surveying Applications. Department of Geography, Zurich,


Engineering, Ferris State University. Switzerland.
Center for Photogrammetry. (2008). History of Geodesy Karabork, H., Yildiz, F., Coskun, E. (2000). Object
(Photogrammetry). Ferris State University. recognition for interior orientation in digital
CNES, 2011. SPOT 4 Characteristics. Perancis. photogrammetry. ISPRS.
eCognition Developer, 2011. Reference book-eCognition Kettig, R. L., & Landgrebe, D. A. (1976). Classification of
Developer 8.7, Trimble, GmbH, Munich, Germany. multispectral image data by extraction and
ENVI, 2011. Reference book-ENVI Professional 4.8, ITT classification of homogeneous objects.Geoscience
Visual Information Solution. Electronics, IEEE Transactions on, 14(1), 19-26.
Erawanta, Prihandito, Harintaka. (2010). Klasifikasi Manakos, I., Schneider, T., & Ammer, U. (2000). A
berorientasi obyek pada citra satelit QuickBird. comparison between the ISODATA and the
Media Teknik. Fakultas Teknik, Universitas Gadjah eCognition classification methods on basis of field
Mada. data. IAPRS, 33, 133-139.
Espindola, G.M., Camara, G., Reis, I.A., Bins, L.S., Pohle, R., & Toennies, K. D. (2001, July). Segmentation
Monteiro, A.M. (2006). Parameter Selection for of medical images using adaptive region growing.
Region-Growing Image Segmentation Algorithms In Medical Imaging 2001 (pp. 1337-1346).
Using Spatial Autocorrelation, International Journal International Society for Optics and Photonics. Otto-
of Remote Sensing, 27(14), pp. 3035-3040, 20 July von-Guericke University Magdeburg, Department of
2006. Simulation and Graphics. Germany.
Fan, H. (2008). Theoretical Geodesy. Division of Smith, J., Willey, J., Minnick, R. (1998). Introduction to
Geodesy, Royal Institute of Technology Stockholm, Geodesy: The History and Concepts of Modern
Swedia. Geodesy. Navtechgps, USA.
Gonzalez, (2008). Digital Image Processing. Pearson Suthau, T., Zuran, D., Brinkmann, J. (2000).
Education International. Photogrammetric measurement of linear objects
Julzarika, A. (2010). Tree Algorithm/Hierarchy and Object with CCD cameras-Super-elastic wires in
Based-Supervised Classification in mixed area orthodontics as example. ISPRS 2000, Vol. XXXIII,
using WorldView-2 in Semarang City, Indonesia. Amsterdam.
WorldView-2: 8 band research challenge. Digital Zan, Q. (2003). A Hierarchical Object-Based Approach
Globe World Challenge. USA. for Urban Land-Use Classification from Remote
Kaab, A. (1999). Photogrammetry for Early Recognition Sensing Data, ITC Dissertation No.103.
of High Mountain Hazards: New Techniques and

104

Anda mungkin juga menyukai