Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGANTAR KIMIA INDUSTRI 2

“HALOGENASI”

DI SUSUN OLEH :
ZULKIFLI
09220150078
D.1

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian, sehingga dalam kehidupan kita
dapat berkarya serta melaksanakan tugas dan kewajiban dibidang masing – masing. Semoga
kita semua selalu mendapat petunjuk dan perlindungan-Nya sepanjang masa. Dan dalam
pada itu dengan izin-Nya, Alhamdulillah niat dan tekad penyusun untuk menyelesaikan
penyusunan makalah “Hidrogenasi” dapat tersusun dengan baik.

Selanjutnya pada kesempatan ini penyusun setulus hati menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada Ibu Dr Rismawati Rasyid, ST., MT. yang telah membimbing dan
memberikan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pengantar Industri kimia 2

Makalah ini di susun dengan bahasa sederhana berdasarkan berbagai literatur


tertentu dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai teori yang di bahas.
Kendati demikian, tak ada gading yang tak retak.Penyusun menyadari bahwa dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penyusun terbuka dengan senang
hati menerima kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan
penyempurnaan proposal ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Makassar, 22 Desember 2017

PENYUSUN

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
2.1 Pengertian Halogenasi ............................................................................ 3
2.2 Reaksi-reaksi antara Alkena dengan Unsur-unsur Halogen ................... 3
2.3 Reaksi-reaksi antara Alkana dengan Unsur-unsur Halogen ....................... 4
2.4 Reaksi-reaksi antara Sikloalkana dengan Unsur-unsur Halogen ................ 6
2.5 Contoh halogenasi dalam industry……………………………………... 7

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………… 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Halogenasi diambil dari kata halogen yaitu anggota golongan unsur yang sangat aktif,
terdiri dari fluorin, bromin, iodin, klorin, atau astatin, yang mempunyai sifat kimia sama.
Sedangkan halogenasi tersebut merupakan prosesnya yaitu pemasukan halogen ke dalam
senyawa organik, baik secara penambahan (adisi) maupun secara penggantian (substitusi).

Halogenasi merupakan reaksi yang terjadi antara ikatan karbon-karbon rangkap (C=C)
pada senyawa-senyawa alkena seperti etena dengan unsur-unsur halogen seperti klorin,
bromin dan iodin.

Proses halogenasi banyak digunakan dalam industry, yaitu : pembuatan industrial


solvent trichloro ethylene, intermediate penting seperti chloro benzene, vinyl chloride,
sebagar refrigerant hidrochloro carbon, dan masih banyak lagi kegunaannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a) Apa itu Halogenasi ?
b) Apa saja reaksi – reaksi antara Alkena dengan unsur-unsur Halogen?
c) Apa saja reaksi-reaksi antara Alkana dengan Unsur-unsur Halogen?
d) Apa saja reaksi-reaksi antara Sikloalkana dengan Unsur-unsur Halogen?
e) Bagaimana penggunan halogen dalam industry?
1.3 TUJUAN
a) Mengetahui apa itu Halogenasi ?
b) Mengetahui reaksi – reaksi antara Alkena dengan unsur-unsur Halogen?
c) Mengetahui reaksi-reaksi antara Alkana dengan Unsur-unsur Halogen?
d) Mengetahui reaksi-reaksi antara Sikloalkana dengan Unsur-unsur Halogen?
e) Mengetahui bagaimana penggunan halogen dalam industry?

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Halogenasi yaitu proses memasukkan 1 gugus halogen atau lebih. Cara penggantian gugus
halogen ada beberapa cara, yaitu:

1. Mengganti H

Reaksi: RH + X2 →RX + HX

C5H12 + Cl2→C5H11Cl + HCl

2. Addisi

Reaksi: RCH = CHR’ + X2→RCHX – CHXR’

CH3 – CH = CH2 + Br2→CH3 – CHBr – CH2Br

3. Mengganti suatu gugus (substitusi)

Reaksi:

RCH2OH + HX→ RCH2X + H2O

Halogenasi terdapat dalam proses:

1.Pembuatan insektisida, misal DDT.

2.Pembuatan hasil akhir dengan hasil antaranya adalah halogen, misal C6H6Cl dan
C5H11Cl

3.Pembuatan obat-obatan (banyak digunakan bromide dan iodida) dan zat warna.

4. Sebagai bahan pendingin (Freon 12) dan bahan bakar roket (sebab F stabil dan

pada suhu tinggi cepat terbakar dengan panas yang tinggi).

2
2.2 Reaksi-reaksi antara Alkena dengan Unsur-unsur Halogen

1. Etena dengan fluorin


Etena bereaksi ledakan (eksplosif) dengan fluorin menghasilkan karbon
dan gas hidrogen fluoride. Reaksi ini bukan merupakan reaksi yang
bermanfaat, dan jarang dibahas pada pembahasan tingkat dasar

2. Etena dengan klorin atau bromin atau iodin


Reaksi yang terjadi antara etena dengan klorin atau bromin atau iodin
adalah reaksi adisi.

Sebagai contoh, bromin ditambahkan membentuk 1,2-dibromoetana.

Reaksi dengan bromin terjadi pada suhu kamar.


Klorin bereaksi lebih cepat dibanding bromin, tapi sifat kimia
reaksi cukup mirip.
Iodin bereaksi jauh lebih lambat, tapi sifat kimia reaksi juga mirip.
Reaksi dengan bromin jauh lebih mungkin ditemui dibanding
reaksi dengan klorin dan iodin.
Penggunaan air bromin sebagai sebuah reaksi uji untuk alkena

Jika menggoncang sebuah alkena dengan air bromin atau


menggelembungkan sebuah alkena wujud gas (seperti etena) melalui
bromin cair murni atau melalui sebuah larutan bromin dalam sebuah
pelarut organik seperti tetraklorometana, maka bromin yang berwarna
coklat kemerah-merahan akan berubah warna (tidak berwarna).

Sifat kimia reaksi uji

3
Reaksi uji ini menjadi rumit dengan adanya fakta bahwa produk utama
yang dihasilkan bukan 1,2-dibromoetana. Air juga terlibat dalam reaksi,
dan kebanyakan hasil reaksi adalah 2-bromoetanol.

2.3 Reaksi-reaksi antara Alkana dengan Unsur-unsur Halogen

1. Alkana dengan fluorin

Reaksi ini menimbulkan ledakan (eksplosif) bahkan pada suhu dingin


dan ruang gelap, dan cenderung dihasilkan karbon dan hidrogen
fluoride. Sebagai contoh:

2. Alkana dengan iodin

Iodin tidak bereaksi dengan alkana – sekurang-kurangnya pada kondisi


laboratorium yang normal.

3. Alkana dengan klorin atau bromin

Tidak ada reaksi yang terjadi dalam kondisi gelap (tanpa cahaya).

Jika terdapat cahaya, reaksi yang terjadi sedikit mirip dengan fluorin,
yakni menghasilkan sebuah campuran karbon dan hidrogen halida.

4
Keagresifan reaksi berkurang tajam semakin ke bawah golongan mulai
dari fluorin sampai klorin sampai bromin.

Reaksi-reaksi yang menarik terjadi dengan adanya sinar ultraviolet


(begitu juga sinar matahari). Reaksi-reaksi ini disebut reaksi fitokimia,
dan terjadi pada suhu kamar.

Metana dengan klorin


Reaksi substitusi terjadi dengan mekanisme dimana atom-atom
hidrogen dalam metana digantikan oleh atom-atom klorin. Hasil reaksi
adalah campuran klorometana, diklorometana, triklorometana dan
tetraklorometana.

Campuran antara gas tidak berwarna dengan sebuah gas berwarna


hijau ini akan menghasilkan hidrogen klorida dalam bentuk uap asap dan
kabut cairan-cairan organik. Semua produk organik berbentuk cair dalam
suhu kamar terkecuali klorometana yang merupakan sebuah gas

Jika klorin diganti dengan bromin, kita bisa mencampur metana


dengan uap bromin, atau menggelembungkan metana melalui cairan
bromin – paparkan kedua prosedur ini terhadap sinar UV. Campuran gas
yang terbentuk akan berwarna merah-coklat dan bukan hijau.

5
.

Reaksi-reaksi ini tidak bisa digunakan untuk membuat senyawa-senyawa


organik yang dihasilkan dalam laboratorium karena campuran hasil
reaksinya sangat sulit dipisahkan.

Reaksi alkana-alkana yang lebih besar dengan klorin

Sebagai contoh, dengan propana, akan diperoleh salah satu dari dua isomer
berikut:

Jika salah satu dari dua isomer yang terbentuk ini hanya secara kebetulan
tanpa ada faktor lain, maka bisa diperoleh jumlah isomer yang tiga kali lebih
banyak dengan klorin pada atom karbon ujung. Ada 6 hidrogen yang bisa terganti
pada atom-atom karbon ujung dan hanya 2 pada atom karbon tengah

Sebenarnya, jumlah setiap dari dua isomer ini yang diperoleh hampir sama.
Jika digunakan bromin, kebanyakan hasil reaksi adalah isomer dimana
bromin terikat pada atom karbon tengah, bukan pada atom karbon ujung.

2.4 Reaksi-reaksi antara Sikloalkana dengan Unsur-unsur Halogen

Dibawah sinar UV, siklopropana akan mengalami reaksi substitusi dengan


klorin atau bromin. Akan tetapi, sikloalkana juga memiliki kemampuan untuk
bereaksi dalam kondisi tanpa cahaya

Dengan adanya sinar UV, siklopropana bisa mengalami reaksi adisi


dimana cincinnya terputus. Sebagai contoh, dengan bromin, siklopropana
menghasilkan1,3-dibromopropana.

6
Reaksi ini masih bisa terjadi dengan adanya sinar biasa – tetapi reaksi
substitusi juga terjadi pada kondisi ini.

Struktur cincin terputus karena siklopropana mengalami regangan


cincin. Sudut-sudut ikatan dalam cincin menjadi 60° dan tidak normal lagi
yaitu sekitar 109.5° ketika karbon membentuk empat ikatan tunggal.

Timpang tindih antara orbital-orbial atom dalam pembetukan ikatan C-


C tidak lagi seperti pada keadaan normal, dan terjadi tolak-menolak yang
cukup besar antara pasangan-pasangan elektron ikatan. Sistem akan menjadi
lebih stabil jika cincin terputus.

2.5 CONTOH HALOGENASI DALAM INDUSTRI

Reaksi C5H12 + Cl2 Dalam Fase Gas

C5H12 + Cl2 dalam fase gas dimasukkan dalam suatu reaktor bentuk pipa yang
dibelok-belokan. C5H12 yang dipakai bisa normal atau iso.

C5H12 : Cl2 = 15 : 1

Kecepatan aliran gas-gas itu dalam reaktor bisa mencapai 90 km/jam. Tidak
o
diperlukan katalisator sebab reaksinya secara radikal bebas. Suhu reaksi 250 C –

o
300 C. C5H12 semula berupa zat cair, mengandung air sedikit. Dari bahan-bahan ini

dapat dibuat monokhlor pentana dan amil alkohol. Kemungkinan juga terjadi 5%
C5H10Cl2, walau sudah dipakai perbandingan 15 : 1. Ada juga yang tidak bereaksi
tetap sebagai C5H12. Air yang ada tidak boleh masuk. Kita harus

7
mempunyai alat penguap dan alat pemisah hasil (dengan mengetahui sifat-sifat dari
bahan dan hasilnya). Panas reaksi yang timbul besar dan reaksi berjalan cepat, maka
pengawasan suhu harus ketat. Dinding reaktor terbuat dari bahan yang mudah dilewati
panas.

C5H12 dijenuhkan dengan HCl. Bila dalam C5H12 terkandung air dan dapat
dipisahkan.

Kelebihan C5H12 berguna untuk menghilangkan panas agar tidak terjadi


peledakkan dan agar tidak terbentuk polihalogenasi.

o
Hidrokarbon dipompa pada tekanan 75 psig melalui pemanas dan diuapkan pada 85 C.

Uap ini dilewatkan ventury throat dipertemukan dengan uap Cl2 yang

o
masuk pada 50 C dan tekanan 60 psi. Pada daerah ini kecepatan uap pentana 60 mph

lebih dengan perbandingan HC dan Cl2 kira-kira 15 : 1.

Pada kondisi ini campuran Cl2 dan dan HC akan terbaik pada suhu rendah dan dengan
tidak adanya bahan pengaktif, tidak akan terjadi pembakaran dan kecepatan campuran
pada reaksi rendah yang menyebabkan aliran reaksi tidak akan mengalir kembali dari
reaktor ke alat pencampur. Rectifier akan me-reflux pentana dan khlor pentana dari
dephlegmator.

8
Menurut Hass, khlorinasi pentana menghasilkan semua kemungkinan isomer dan
o
jika reaksi dijalankan sekitar suhu 300 C, didapat perbandingan hasil sebagai

berikut:

Dari n-pentana : 24% primer dan 76% sekunder.

Dari iso-pentana : 50% primer, 28% sekunder dan 22% tertier

2.5.1 Pembuatan DDT (1,1,1 – trikhloro – 2,2 – bis p – khlorophenil etan)

DDT sudah lama dikenal sebagai insektisida organik yang sudah dikembangkan
puluhan tahun terakhir ini karena biaya produksinya rendah. DDT dihasilkan jika
khloral atau khloral hidrat direaksikan dengan monokhlorbenzen menggunakan
katalisator asam sulfat.

C6H4Cl

H2SO4
CCl3CHO +2C6H5Cl

CCl3CH +

H2O

C6H4Cl

9
Secara teoritis, kemungkinan terjadi isomer-isomer cukup banyak dan hasilnya bisa
diperoleh dengan pemekatan. Para, isomer para atau p,p’ – DDT, melebur pada

o o
108,5 C – 109 C dan terkandung dalam hasil kira-kira 70-75%. Sedang p,p’-

o
DDT yang melebur pada 74-74,5 C terdapat kira-kira 19-21%. Berdasar sifat-sifat

insektisida standard, p,p’-DDT yang lebih aktif.

Khloral dan monokhlorbenzen dipadatkan dengan adanya asam sulfat berasap pada

o
kira-kira 20 C. Air yang terjadi dari reaksi diambil oleh asam, yang dipisahkan dari

reaksi, lalu dikeluarkan. Kelebihan monokhlorbenzen digunakan untuk melarutkan


DDT begitu terbentuk. Lapisan solven dicuci air dan dikeringkan untuk memungut
monokhlorbenzen dan untuk mendapatkan DDT yang lunak, lalu didinginkan dan
diturunkan.

Salah satu masalah dalam pendinginan dan penghalusan DDT adalah berdasarkan

o
pada fase transisi kristal, kira-kira pada 65 C dan mempunyai kecenderungan menjadi

sangat dingin sampai menjadi bubur yang agak stabil. Cara terbaik bubur

o
DDT dikristalkan pada 65-75 C diikuti penurunan suhu sampai suhu kamar

10
2.5.2 Pembuatan Monokhlorbenzen (MCB)

Khlorinasi benzen umumnya dilakukan dalam tangki-tangki yang sempit dan tinggi,
dilengkapi jaket pendingin atau pendingin permukaan. Alat-alat ini juga dilengkapi
dengan kondensor refluk dan sirkulasi luar yang melalui pendingin. Cl2 dimasukkan
melalui pipa distributorn (dari besi) di dekat dasar reaktornya. Benzen tak berair masuk
ke khlorinator ditambah sejumlah kecil FeCl3 anhidrid (0,1-0,5%).

Cl2 masuk dengan digelembungkan, kecepatan umpan dikontrol untuk


mempertahankan suhu. Dengan sirkulasi luar, khlorinasi benzen dipertahankan pada

o
55-60 C. Jika sampel menunjukkan densitas yang dibutuhkan, aliran Cl2 dihentikan.

Jika semua benzen dikhlorinasi, operasi dihentikan jika densitas

o
mencapai 1,28 pada suhu 15 C. Waktu yang dibutuhkan kira-kira 6 jam. Ada

o
industri yang mengontrol suhunya pada 25-40 C dan densitas hasil pada 1,06-1,1

untuk membatasi jumlah benzenpolikhlor.

HCl yang keluar lewat vent dalam dephlegmator atau sistem pemadatan dicuci
dengan khloro atau o-dikhlorobenzen untuk mengambil berbagai kabut-kabut
senyawa organik.

11
Benzen yang sudah dikhlorinasi dimasukkan ke dalam netralisator berbentuk tangki
baja vertikal yang berjaket dilengkapi dengan refluk dan vent. Larutan kaustik soda
ditambahkan sampai memberikan reaksi alkalis. Pada netralisator dilengkapi
pengaduk propeller atau turbin dari bahan tahan karat. Aliran dipertahankan tetap
hangat oleh jaket uap air selama pengolahan netralisasi.

Jika tes kedua memperlihatkan reaksi alkalis yang lemah, benzen yang dikhlorinasi
dipindahkan ke dalam tangki pengendap dan dibiarkan selama beberapa jam. Endapan
yang keluar dari dasar, kaya dengan dikhlorobenzen. Bagian yang atas dipompa ke
tangki penyimpan yang dipanasi untuk mencegah terjadinya kristalisasi.

Sistem pemurnian berbentuk kolom horizontal yang dilengkapi dengan


dephlegmator dan kondensor. Fraksi pertama terdiri dari benzen dan air. Fraksi kedua
(yang mempunyai spesifik graviti 1,09-1,108) adalah khlorobenzen yang belum murni
yang kemudian dimasukkan ke dalam alat distilasi. Khlorobenzen murni didapatkan
dengan spesifik graviti 1,108. Adanya p-dikhlorobenzen dalam embunan ditunjukkan
oleh kenaikan densitas distilat. Titik ini diawasi secara ketat untuk mencegah
kontaminasi hasil utama. Isomer para yang mempunyai titik didih agak rendah, dapat
dipungut dengan murni menggunakan fraksinasi. Residu senyawa orto terkontaminasi
isomer para dan derivat polikhloro, terutama 1,2,4-trikhlorobenzen

12
BAB III
KESIMPULAN

Halogenasi yaitu proses memasukkan 1 gugus halogen atau lebih. Cara


penggantian gugus halogen ada beberapa cara, yaitu:
1. Mengganti H
2. Addisi
3. Mengganti suatu gugus (substitusi)
Zat-zat pereaksi untuk halogenasi:

1. Cl2, Br2, I2 dan F2

2. HX

- Tipe-tipe reaksi Halogenasi


1. Reaksi-reaksi antara Alkena dengan Unsur-unsur Halogen
2. Reaksi-reaksi antara Alkana dengan Unsur-unsur Halogen
3. Reaksi-reaksi antara Sikloalkana dengan Unsur-unsur Halogen

- Faktor-faktor yang mempengaruhi Halogenasi


Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya adalah konsentrasi, katalis,
suhu ,luas permukaan, tekanan dan energi aktivasi. Semakin besar konsentrasi dari sampel
yang digunakan maka laju reaksi semakin besar.

- Penerapan proses Halogenasi terjadi di industry : Reaksi C5H12 + Cl2 Dalam Fase Gas,
Pembuatan DDT (1,1,1 – trikhloro – 2,2 – bis p – khlorophenil etan), Pembuatan
Monokhlorbenzen (MCB)
-

13
DAFTAR PUSTAKA

 Stevens, Malcolm P, 2001. Polymer Chemistry : An Introduction, diindonesiakan oleh


Lis Sopyan, cetakan pertama, PT Pradnya Paramita : Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai