HIDROGENASI
HIDROGENASI
“HALOGENASI”
DI SUSUN OLEH :
ZULKIFLI
09220150078
D.1
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian, sehingga dalam kehidupan kita
dapat berkarya serta melaksanakan tugas dan kewajiban dibidang masing – masing. Semoga
kita semua selalu mendapat petunjuk dan perlindungan-Nya sepanjang masa. Dan dalam
pada itu dengan izin-Nya, Alhamdulillah niat dan tekad penyusun untuk menyelesaikan
penyusunan makalah “Hidrogenasi” dapat tersusun dengan baik.
Selanjutnya pada kesempatan ini penyusun setulus hati menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada Ibu Dr Rismawati Rasyid, ST., MT. yang telah membimbing dan
memberikan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pengantar Industri kimia 2
PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
2.1 Pengertian Halogenasi ............................................................................ 3
2.2 Reaksi-reaksi antara Alkena dengan Unsur-unsur Halogen ................... 3
2.3 Reaksi-reaksi antara Alkana dengan Unsur-unsur Halogen ....................... 4
2.4 Reaksi-reaksi antara Sikloalkana dengan Unsur-unsur Halogen ................ 6
2.5 Contoh halogenasi dalam industry……………………………………... 7
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Halogenasi diambil dari kata halogen yaitu anggota golongan unsur yang sangat aktif,
terdiri dari fluorin, bromin, iodin, klorin, atau astatin, yang mempunyai sifat kimia sama.
Sedangkan halogenasi tersebut merupakan prosesnya yaitu pemasukan halogen ke dalam
senyawa organik, baik secara penambahan (adisi) maupun secara penggantian (substitusi).
Halogenasi merupakan reaksi yang terjadi antara ikatan karbon-karbon rangkap (C=C)
pada senyawa-senyawa alkena seperti etena dengan unsur-unsur halogen seperti klorin,
bromin dan iodin.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Halogenasi yaitu proses memasukkan 1 gugus halogen atau lebih. Cara penggantian gugus
halogen ada beberapa cara, yaitu:
1. Mengganti H
Reaksi: RH + X2 →RX + HX
2. Addisi
Reaksi:
2.Pembuatan hasil akhir dengan hasil antaranya adalah halogen, misal C6H6Cl dan
C5H11Cl
3.Pembuatan obat-obatan (banyak digunakan bromide dan iodida) dan zat warna.
4. Sebagai bahan pendingin (Freon 12) dan bahan bakar roket (sebab F stabil dan
2
2.2 Reaksi-reaksi antara Alkena dengan Unsur-unsur Halogen
3
Reaksi uji ini menjadi rumit dengan adanya fakta bahwa produk utama
yang dihasilkan bukan 1,2-dibromoetana. Air juga terlibat dalam reaksi,
dan kebanyakan hasil reaksi adalah 2-bromoetanol.
Tidak ada reaksi yang terjadi dalam kondisi gelap (tanpa cahaya).
Jika terdapat cahaya, reaksi yang terjadi sedikit mirip dengan fluorin,
yakni menghasilkan sebuah campuran karbon dan hidrogen halida.
4
Keagresifan reaksi berkurang tajam semakin ke bawah golongan mulai
dari fluorin sampai klorin sampai bromin.
5
.
Sebagai contoh, dengan propana, akan diperoleh salah satu dari dua isomer
berikut:
Jika salah satu dari dua isomer yang terbentuk ini hanya secara kebetulan
tanpa ada faktor lain, maka bisa diperoleh jumlah isomer yang tiga kali lebih
banyak dengan klorin pada atom karbon ujung. Ada 6 hidrogen yang bisa terganti
pada atom-atom karbon ujung dan hanya 2 pada atom karbon tengah
Sebenarnya, jumlah setiap dari dua isomer ini yang diperoleh hampir sama.
Jika digunakan bromin, kebanyakan hasil reaksi adalah isomer dimana
bromin terikat pada atom karbon tengah, bukan pada atom karbon ujung.
6
Reaksi ini masih bisa terjadi dengan adanya sinar biasa – tetapi reaksi
substitusi juga terjadi pada kondisi ini.
C5H12 + Cl2 dalam fase gas dimasukkan dalam suatu reaktor bentuk pipa yang
dibelok-belokan. C5H12 yang dipakai bisa normal atau iso.
C5H12 : Cl2 = 15 : 1
Kecepatan aliran gas-gas itu dalam reaktor bisa mencapai 90 km/jam. Tidak
o
diperlukan katalisator sebab reaksinya secara radikal bebas. Suhu reaksi 250 C –
o
300 C. C5H12 semula berupa zat cair, mengandung air sedikit. Dari bahan-bahan ini
dapat dibuat monokhlor pentana dan amil alkohol. Kemungkinan juga terjadi 5%
C5H10Cl2, walau sudah dipakai perbandingan 15 : 1. Ada juga yang tidak bereaksi
tetap sebagai C5H12. Air yang ada tidak boleh masuk. Kita harus
7
mempunyai alat penguap dan alat pemisah hasil (dengan mengetahui sifat-sifat dari
bahan dan hasilnya). Panas reaksi yang timbul besar dan reaksi berjalan cepat, maka
pengawasan suhu harus ketat. Dinding reaktor terbuat dari bahan yang mudah dilewati
panas.
C5H12 dijenuhkan dengan HCl. Bila dalam C5H12 terkandung air dan dapat
dipisahkan.
o
Hidrokarbon dipompa pada tekanan 75 psig melalui pemanas dan diuapkan pada 85 C.
Uap ini dilewatkan ventury throat dipertemukan dengan uap Cl2 yang
o
masuk pada 50 C dan tekanan 60 psi. Pada daerah ini kecepatan uap pentana 60 mph
Pada kondisi ini campuran Cl2 dan dan HC akan terbaik pada suhu rendah dan dengan
tidak adanya bahan pengaktif, tidak akan terjadi pembakaran dan kecepatan campuran
pada reaksi rendah yang menyebabkan aliran reaksi tidak akan mengalir kembali dari
reaktor ke alat pencampur. Rectifier akan me-reflux pentana dan khlor pentana dari
dephlegmator.
8
Menurut Hass, khlorinasi pentana menghasilkan semua kemungkinan isomer dan
o
jika reaksi dijalankan sekitar suhu 300 C, didapat perbandingan hasil sebagai
berikut:
DDT sudah lama dikenal sebagai insektisida organik yang sudah dikembangkan
puluhan tahun terakhir ini karena biaya produksinya rendah. DDT dihasilkan jika
khloral atau khloral hidrat direaksikan dengan monokhlorbenzen menggunakan
katalisator asam sulfat.
C6H4Cl
H2SO4
CCl3CHO +2C6H5Cl
CCl3CH +
H2O
C6H4Cl
9
Secara teoritis, kemungkinan terjadi isomer-isomer cukup banyak dan hasilnya bisa
diperoleh dengan pemekatan. Para, isomer para atau p,p’ – DDT, melebur pada
o o
108,5 C – 109 C dan terkandung dalam hasil kira-kira 70-75%. Sedang p,p’-
o
DDT yang melebur pada 74-74,5 C terdapat kira-kira 19-21%. Berdasar sifat-sifat
Khloral dan monokhlorbenzen dipadatkan dengan adanya asam sulfat berasap pada
o
kira-kira 20 C. Air yang terjadi dari reaksi diambil oleh asam, yang dipisahkan dari
Salah satu masalah dalam pendinginan dan penghalusan DDT adalah berdasarkan
o
pada fase transisi kristal, kira-kira pada 65 C dan mempunyai kecenderungan menjadi
sangat dingin sampai menjadi bubur yang agak stabil. Cara terbaik bubur
o
DDT dikristalkan pada 65-75 C diikuti penurunan suhu sampai suhu kamar
10
2.5.2 Pembuatan Monokhlorbenzen (MCB)
Khlorinasi benzen umumnya dilakukan dalam tangki-tangki yang sempit dan tinggi,
dilengkapi jaket pendingin atau pendingin permukaan. Alat-alat ini juga dilengkapi
dengan kondensor refluk dan sirkulasi luar yang melalui pendingin. Cl2 dimasukkan
melalui pipa distributorn (dari besi) di dekat dasar reaktornya. Benzen tak berair masuk
ke khlorinator ditambah sejumlah kecil FeCl3 anhidrid (0,1-0,5%).
o
55-60 C. Jika sampel menunjukkan densitas yang dibutuhkan, aliran Cl2 dihentikan.
o
mencapai 1,28 pada suhu 15 C. Waktu yang dibutuhkan kira-kira 6 jam. Ada
o
industri yang mengontrol suhunya pada 25-40 C dan densitas hasil pada 1,06-1,1
HCl yang keluar lewat vent dalam dephlegmator atau sistem pemadatan dicuci
dengan khloro atau o-dikhlorobenzen untuk mengambil berbagai kabut-kabut
senyawa organik.
11
Benzen yang sudah dikhlorinasi dimasukkan ke dalam netralisator berbentuk tangki
baja vertikal yang berjaket dilengkapi dengan refluk dan vent. Larutan kaustik soda
ditambahkan sampai memberikan reaksi alkalis. Pada netralisator dilengkapi
pengaduk propeller atau turbin dari bahan tahan karat. Aliran dipertahankan tetap
hangat oleh jaket uap air selama pengolahan netralisasi.
Jika tes kedua memperlihatkan reaksi alkalis yang lemah, benzen yang dikhlorinasi
dipindahkan ke dalam tangki pengendap dan dibiarkan selama beberapa jam. Endapan
yang keluar dari dasar, kaya dengan dikhlorobenzen. Bagian yang atas dipompa ke
tangki penyimpan yang dipanasi untuk mencegah terjadinya kristalisasi.
12
BAB III
KESIMPULAN
2. HX
- Penerapan proses Halogenasi terjadi di industry : Reaksi C5H12 + Cl2 Dalam Fase Gas,
Pembuatan DDT (1,1,1 – trikhloro – 2,2 – bis p – khlorophenil etan), Pembuatan
Monokhlorbenzen (MCB)
-
13
DAFTAR PUSTAKA
14