Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung
Disusun oleh :
Fitri Afifah Nurullah 12100115068
Windy Nuraini Shufian 12100115045
Bagus Wanda Habibullah 12100115151
Preseptor :
Yudi Feriandi, dr
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas di Fakultas Kedokteran Univesitas Islam Bandung.
Makalah dengan judul “Pengamatan Pangan Industri Rumah Tangga Rumah Roti
Tawar.” merupakan hasil pengamatan yang dilakukan di Industri Roti yang bertempat di
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh sebab itu, demi bertambahnya wawasan dan pengetahuan penulis dalam penyusunan
karya ilmiah dikemudian hari, penulis dengan lapang dada menerima segala kritik dan saran
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai besarnya dari berbagai pihak.
Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H.
Ieva B Akbar, dr., AIF, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, Titik
Respati, drg selaku koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi
Dokter Universitas Islam Bandung, Yudi Feriandi, dr., selaku preseptor utama Kelompok 18
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter Universitas Islam Bandung,
elvin,dr., selaku Kepala UPF Puskesmas Baleendah dan preseptor lapangan Kelompok 18
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter Universitas Islam Bandung,
seluruh staf UPF Puskesmas Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Bapak
Dadan selaku pemilik industri Rumah Roti Tawar dan semua pihak yang tidak dapat
Selain ucapan terima kasih, penulis juga ingin menyampaikan permohonan maaf
kepada semua pihak apabila selama pembuatan makalah ini, penulis banyak melakukan
Semoga amal ibadah kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan
pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap
Penulis
BAB I
PROFIL INDUSTRI
dengan modal awal Rp. 2.000.000,-. Ide membuka usaha industri roti ini dimulai dari bapak
Dadan yang pada awalnya bekerja di Industri Roti Sari Rejeki. Pemilik Roti Sari Rejeki itu
merupakan kaka kandung dari bpk Dadan. Beliau yang merasa jenuh bekerja di Industri Roti
Sari Rejeki dan berfikir untuk membuat usaha sendiri dari resep yang telah diketahui selama
bekerja di industri roti sari rejeki. Pemasaran Industri Roti bpk Dadan dengan cara menjual
berlangganan pada usaha industri Rumah Roti Tawar. Menurut pengakuan bpk Dadan
sehari pembuatan roti ini memerlukan 50 kg tepung. Industri Roti ini memiliki 3 bentuk
Pemasaran Roti, ada yang berbentuk persegi panjang dengan pinggiran polos, bentuk persegi
panjang dengan pinggiran bergerigi, dan bentuk bulat. Harga penjualan masing-masing
bentuk juga berbeda. Bentuk yang persegi panjang dengan pinggiran polos dijual dengan
harga 4000/bungkus. Bentuk yang persegi panjang dengan pinggiran bergerigi dijual dengan
harga 3000/bungkus. Bentuk bulat dijual dengan harga 7000/bungkus. Satu bungkus bentuk
bulat berisi 4 buah roti. Satu hari roti dengan bentuk persegi panjang polos dan persegi
panjang bergerigi dibuat 60 bungkus sedangkan roti berbentuk bulat dibuat dengan jumlah 40
bungkus perhari.
Bangunan terletak di dalam gang ditengah-tengah rumah warga. Jarak bangunan dengan
Puskesmas 3 km. Akses untuk dapat menuju tempat industri dapat menggunakan mobil,
kelamin laki-laki. Rentang usia para pekerja adalah 30 sampai 40 tahun. Masing-masing
pekerja memiliki tugasnya masing-masing, satu orang membuat adonan, mencetak adonan,
menyiapkan loyang dan memanggang, serta peran mengemas roti yang sudah jadi dilakukan
oleh semua pegawai. Mayoritas tingkat pendidikan adalah lulusan SD dan SMP. Jam kerja
pada industri Rumah Roti Tawar tidak menentu tergantung dari banyaknya pemesanan.
Menurut pengakuan bpk Dadan jam kerja bisa terjadi dari jam 07.00 sampai jam 12.00,
namun apabila pemesanan lebih banyak jam kerja bisa terjadi dari jam 07.00 sampai jam
14.00.
Industri rumah ini terdapat di sebuah rumah kontrakan di dalam seguah gangberupa
bangunan semi permanen. Ruang produksi roti tawar memiliki luas 19.5mdan pembungkusan
roti tawar juga dilakukan di dalam ruangan tersebut juga. Kondisi ruangan berlantai semen
yang ditutupi oleh karpet plastic.Ruangan tersebut terdapat alat-alat yang digunakan dalam
proses pembuatan Roti tawar seperti baskom, tempat mengaduk adonan, timbangan, meja
kayu, kain lap, cetakan, loyang-loyang untuk memanggang roti tawar danoven yang
menggunakan api dari tabung gas LPG 3 kg. Tidak terdapat sarana dan prasarana kebersihan
1. Timbangan
Timbangan terbuat dari besi digunakan untuk menimbang gula, mentega dan
dengan plastic agar debu dan kotoran tidak tercampur ke dalam bahan-bahan
ataupun adonan.
Gambar 1.3: sebuah timbangan yang dipakai untuk menimbang bahan-bahan
produksi serta digunakan untuk menimbang adonan yang dibagi-
bagi dalam ukuran kecil. Timbangan terbuat dari besi, tampak kotor
dan diletakkan di dekat bahan-bahan produksi.
Alat ini berupa sebuah wadah berbentuk balok tanpa tutup di atasnya berbahan
dasar kayu. Alat ini digunakan untuk mencampur tepung, ragi, mentega, gula,
garam dan air untuk menjadi sebuah adonan yang kenyal. Sebelum dan setelah
digunakan alat ini dibersihkan dengan lap kering saja. Tidak ada jadwal khusus
untuk membersihkan alat yang terbuat dari kayu ini dengan air ataupun larutan
tempat menyimpan air juga sering diletakkan di dalam alat ini bila alat ini tidak
tidak bersih.
Gambar 1.4 : alat yang digunakan sebagai wadah untuk mencampur bahan-
bahan yang akan menjadi adonan roti tawar. Alat ini berbentuk
balok tanpa tutup yang terbuat dari kayu.
produksi. Meja terbuat dari kayu dan tidak dilapisi oleh plastic. Meja berfungsi
untuk sebagai tempat membagi adonan menjadi ukuran-ukuran kecil, lalu
dibentuk menjadi 3 jenis, bola, elips dan balok sebelum dimasukkan ke dalam
adonan sebaiknya harus dibeli alas plastic yang bersih sehingga adonan tidak
Gambar 1.5 : meja kayu besar yang digunakan untuk membagi adonan menjadi
ukuran kecil lalu membentuk adonan menjadi bentuk yang
diinginkan sebelum dipanggang. Meja tidak dialas plasti bersih dan
tidak dibersihkan secara rutin.
Sebelum dan setelah digunakan dibersihkan dengan cara dicuci dengan air dan
sabun lalu dikeringkan. Sebelum digunakan kembali Loyang dan cetakan roti ini
diulas dengan mentega agar tidak lengket dengan bantuan kuas. Setelah itu
besi dan seng yang dimodifikasi oleh pemilik. Oven terdiri dari dua ruangan,
ruangan atas untuk meletakkan roti yang sudah berada di dalam cetakan. Ruangan
bawah untuk pemanas. Api berasal dari tabung LPG 3kg yang terletak disebelah
oven. Hal ini sangat berbahaya karena ruangan di sekitar oven sangat panas,
tabung LPG 3kg diletakkan di lantai mudah tersandung dan mudah terbakar. Cara
dalam oven lalu disulut dengan menggunakan korek api hingga sederet tititk-titik
api di dalam oven menyala. Setelah api rata dan ruangan bagian atas oven terasa
Rak penyimpanan sementara terbuat dari kayu dan papan tripleks, tidak diberi alas
Gambar 1.8 : Rak penyimpanan roti yang masih panas sebelum dikemas. Rak
terbuat dari kayu dan tripleks yang tidak tertutup dan tidak dialasi
dengan plastic.
ditutup kembali)
kembali)
c. Garam 1/2 ons (garam dimasukkan ke dalam timbangan menggunakan tangan)
d. Mentega ½ kilo (mentega tidak ditutup setelah digunakan)
helm
pengolah adonan tidak pernah dicuci, hanya dibersihkan menggunakan kain saja)
Gambar 1.17 proses pencampuran bahan olahan menjadi satu
4. Bahan adonan diaduk selama 15 menit menggunakan tangan (tanpa memakai sarung
6. Bahan yang sudah dipadatkan kemudian di ambil dan ditimbang sesuai takaran
di meja pengolahanb
8. Adonan dibentuk sesuai bentuk roti yang diinginkan kemudian adonan dimasukkan ke
dalam alat pencetak roti (pembuat tidak menggunakan sarung tangan dan sempat
9. Setelah adonan di masukkan ke alat pencetak roti, adonan dibiarkan selama 15 menit
agar mengembang
1.22 Gambar proses memasukkan bahan roti ke pencetak roti
memasukkan adonan ke dalam oven tidak menggunakan APD sarung tangan, dan
11. Setelah selesai adonan yang sudah jadi roti di simpan di lemari terbuka untuk
pendinginan (lemari terbuka tidak dilindungi oleh jaring berventilasi atau pelindung
sehingga memudahkan hewan dari luar menempel pada roti dan tempat lemari terbuka
Gambar 1.24 tempat lemari pendingin yang diatasnya dibuat menyimpan helm dan
12. Setelah adonan roti dingin kemudian pinggir roti dirapikan dengan gunting dan di
Gambar 1.25 proses merapihkan roti yang sudah jadi dengan gunting dan tidak
Pengambilan
bahan
Proses
memasukkan bahan
ke dalam alat
proses pendingan
Proses pemanasan pencetak roti
bahan jadi di lemari
terbuka
/
Pendistribusian
Gambar 1.27
Tepat alat pelindung diri yang disediakan oleh pemilik berupa celemek, tetapi tidak
semua pekerja menggunakan alat tersebut.
b. Fasilitas pengobatan
Tidak terdapat peralatan P3K di tempat kerja.
BAB II
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan, letak bangunan produksi roti
tawae ini terletak di berdampingan dengan rumah warga, dapat ditempuh dengan
mobil dan motor 3 menit dari jalan raya ditambah berjalan kaki selama 2 menit.
lingkungan sekitar industri belum terpelihara dengan baik namun tidak banyak
Gambar 2.1 Kondisi rumah produksi roti tawar dari luar tampak dari gang
a. Atap
Kondisi atap ruangan produksi tampak kotor. Atap terbuat dari genteng
tanah liat. Jarak antara atap dan lantai terlalu rendah membuat suhu ruang
menjadi lebih panas. Pada plafon terpasang papan tripleks namun tidak
semua tertutupi papan tersebut. Selain itu dilapisi juga dengan plastik yang
sudah berdebu dan tampak kumuh. Pada ruang pemanggangan, atap berupa
seng yang juga tidak cukup tinggi sehingga ruangan itu terasa sangat panas
Gambar 2.2 Kondisi plafon produksi roti tawar berupa papan tripleks dilapisi
plastik
Gambar 2.3 Kondisi atap tempat pemanggangan roti tawar. Di ruangan itu terdapat
oven. Atap berupa seng tidak dilapisi dengan papan tripleks. Jarak atap
dengan lantai terlalu dekat.Kondisi plafon produksi roti tawar berupa
papan tripleks dilapisi plastik
b. Dinding
Dinding ruang produksi kondisinya tidak cukup bersih, dinding terbuat
dari papan tripleks tidak berlapis. Dinding di cat, namun tampak berdebu
yang dibakar dengan api dari LPG, dengan kondisi dinding yang terbuat dari
papan, tempat produksi ini lebih rawan terbakar dan bias merambat ke
c. Ventilasi
Terdapat 3 ventilasi yang masing berukuran sekitar 40x80cm2.
Ventilasi tampak sangat kotor dengan debu dan tidak cukup untuk pertukaran
udara di tempat pembuatan roti tawar tersrbut. Selama produksi pintu utama
dibuka lebar untuk menurunkan suhu dalam ruangan yang panas. Terdapat 3
jendela yang juga terbuka saat produksi. Saat produksi terdapat 4 orang yang
selalu berdada di dalam ruangan, namun jendela dan ventilasi juga tidak
d. Pencahayaan
Pencahayaan dalam ruangan produksi kurang baik karena berasal dari
cahaya yang masuk melalui jendala ukuran 80x80cm2 dan satu pintu yang
remang.
Gambar 2.4 Kondisi jendela dan lampu pijar ruamh produksi roti tawar.
Plafon pada bagian ini hanya berupa papan tripleks yang tidak
tertutup sempurna dan kotor
Gambar 2.5 Tempat Produksi Rumah Roti Tawar di antara pemukiman warga
a. Lantai
Lantai bangunan di tempat produksi terbuat dari semen yang ditutupi
a. Sumber air
Sumber air untuk keperluan produksi, dan untuk cuci tangan maupun cuci
peralatan menggunakan sumber air yang berasal dari air ledeng. Dibawah ini
salah satu contoh gamar ember berisi air yang digunakan untuk membuat adonan
Gambar 2.7 sumber air ledeng yang dipakai untuk proses pembuatan roti
yang terbuat dari kayu. Adonan tepung, mentega, gula, susu dan bahan-bahan
pernah di cuci dengan air bersih. Hal tersebut dapat menimbulkan suatu
Lemari tersebut berada di samping pintu keluar. Pintu tersebut terbuka selama
proses pembuatan berlangsung. Hal ini dapat menyebabkan debu dari luar
yang mencantumkan nama pabrik. Daftar bahan yang digunakan, berat bersih,
nama dan alat produksi, tanggal kadaluarsa, kode produksi, dan nomor
produksi tidak tercantumkan pada label. Label yang digunakan juga tidak
Industri rumah roti tawar beranggotakan pekerja yang berasal dari tetangga
pemilik industri. Tidak ada aturan baku yang membatasi pekerja untuk bekerja,
sehingga jika ada pekerja yang sakit maka pemilik memperbolehkan mereka untuk
beristirahat. Jika ada pekerja yang sakit tetapi merasa mampu untuk melaksanakan
tugas, maka ia diperbolehkan untuk bekerja. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor
risiko untuk penularan penyakit, terutama jika mereka yang sakit melakukan kontak
terhadap pekerja yang sehat maka hal tersebut bisa menjadi salah satu faktor risiko
Pekerja di industri rumah roti terlihat sehat, namun dari segi kebersihannya
terlihat masih kurang. Pekerja tidak memakai alas kaki dan sarung tangan dalam
melakukan pengolahan pangan. Pekerja juga tidak menggunakan pakaian kerja dan
pakaiannya pun terlihat kurang bersih. Namun pekerja menggunakan apron. Hal ini
Pekerja di industri rumah roti tidak terbiasa untuk cuci tangan dengan
pekerjaannya, pekerja terbiasa menelpon tanpa mencuci tangan sebelum dan sesudah
mengangkat telepon.
Gambar 2.12 Pekerja Menelpon didalam Ruang Produksi
2.3 Ergonomi
Pekerja melakukan produksi dengan posisi berdiri, bungkuk dan jongkok sekitar 6-8
jam. Selain itu, pekerja juga melakukan gerakan yang sama berulang-ulang saat proses
pengadonan dan pengovenan. Posisi bungkuk dalam waktu yang cukup lama, secara
ergonomi tidak baik. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya pegal-pegal, kesemutan dan
low back pain pada pekerja yang dapat mengurangi produktivitas kerja mereka.
Gambar 2.13 Posisi tidak Egonomis
Tabel 2.1 Identifikasi bahaya dan resiko industri rumah roti tawar
Prasarana/Proses Menimbang adonan
Bahaya Fisik Tempat menimbang dekat dengan oven yang sedang
dioperasikan
Hazard
Bahaya Kimia -
Bahaya Biologis -
Bahaya Ergonomis Menimbang dalam posisi berjongkok
Resiko Bahaya Psikososial -
PAK/PAHK
KAK
Prasarana/Proses Mengaduk adonan
Bahaya Fisik -
Bahaya Kimia
Bahaya Biologis Tempat mengaduk adonan terbuat dari kayu kotor, lembab
Hazard
PAK/PAHK
KAK Strain wrist joint, Carpal Tunnel Syndrome
Prasarana/Proses Pencetakan
Bahaya Fisik
Bahaya Kimia
Hazard
KAK
Bahaya Kimia -
Bahaya Biologis -
Bahaya Ergonomis
Bahaya Psikososial -
Resiko
PAK/PAHK
KAK Burn Injury
Prasarana/Proses Pendinginan Rot
Bahaya Fisik
Bahaya Kimia
Bahaya Biologis Tempat pendinginan roti terletak dekat dengan pintu
2.4 Dampak Industri Terhadap Lingkungan Sekitar
Tidak terdapat limbah yang berbahaya yang dapat mencemari lingkungan sekitar.
BAB III
Identification Hazard and Risk Assessment. Metode ini digunakan untuk identifikasi bahaya yang
jalannya proses da risiko-risiko yang terdapat pada suatu peralatan yang dapat menimbulkan risik
merugikan baik bagi manusia, lingkungan maupun fasilitas system yang ada. Analisa kualitatif
terhada resiko dengan menggunakan tabel Risk Matrix to determine Risk Level.
Tabel 3.1 Tabel Risk Matrix to determine Risk Level.
Keterangan :
Severity : Tingkat keparahan (dampak atau ukuran risiko yang terjadi)
Minor : Tidak ada kerugian atau hanya kerugian yang ringan dengan waktu yang
diderita kurang dari empat hari dan kerugian finansial kurang dari Rp 1.500.000
Moderate : Kerugian yang ditimbulkan lebih dari empat hari atau satu hari dirawat di
jiwa.
Likehood : Besarnya kemungkinan terjadi atau frekuensi terjadinya risiko dlam setiap
lebih tinggi.
Medium Risk :Bisa melakukan kegiatan kerja. Langkah-langkah pengendalian sementara
kontrol admnistratif.
High Risk : Pekerjaan tidak boleh dilakukan sampai tingkat risiko ditekan hingga tingkat
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada industri rumah tangga Rumah
Roti Tawar menggunakan Identification Hazard and Risk Assessment didapatkan beberapa
- Keracunan makanan
- Vulnus Sisum yang terkontaminasi
Possible - Sprain and Strain
-
Wrist Joint
- Pneumonia - Major Burn Injury
Remote -
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diketahui maka ditentukan prioritas masalah
dengan menggunakan metode kriteria matriks risk assesement, maka dapat didapatkan masalah
sebagai berikut:
Low Back Pain
Myalgia
De Quervain Syndrome
ISPA
No
MinorPermasalahan
burn injury Total skor Urutan
M S V C
(MxSxVxC) Prioritas
2 Myalgia 4 4 4 4 256 3
S : Severity (besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukan dengan case fatality rate masing-masing)
C : Community/Political concern (menunjunkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau
kegusaran masyarakat dan para politisi (Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat)
Akar masalah tersebut diprioritaskan menggunakan metode CARL
7 Konsentrasi 7 6 7 7 2058 6
menurun
Keterangan :
C = Capability
A = Accessibility
R = Readiness
L = Leverage
Total = CxAxRxL
3.2 Penentuan Cara Pemecahan Masalah yang Sudah Ditetapkan
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diketahui maka penentuan cara pemecahan
Berdasarkan prioritas masalah yang terjadi pada industri Roti Tawar yaitu Low Back
Pain, maka prioritas pemecahan masalah yang diambil menggunakan metode Reinke adalah :
A 5 4 5 4 25 II
B 5 5 3 5 15 III
C 4 3 3 4 9 IV
D 4 3 5 2 30 I
Keterangan :
A : Penggunaan APD selama melakukan pembuatan roti
B : Manajemen sumber daya manusia dengan cara bergantian saat bekerja
C : Strectching selama 15 menit disela-sela pekerjaan
D : Pemberian poster
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan di lapangan yang berada di Desa
1. Gambaran umum sehat lingkungan indutri ditinjau dari segi bangunan, fasilitas, dan
kurang terjaga.
4. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diketahui maka ditentukan prioritas
masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks risk assesement, maka dapat
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat kami berikan
diantaranya :
1. Puskesmas
a. Puskesmas diharapkan dapat melakukan pengawasan berkala pada industri-
industri rumah tangga yang ada di wilayah puskesmas, terutama kepada rumah
industri rumah roti tawar agar higienitas tempat produksi, kesehatan dan
keselamatan pekerja, serta kualitas hasil produksi dapat terjaga dengan baik.
b. Melakukan pemeriksaan dan penilaian kesehatan terhadap karyawan di indrustri
siomay untuk mengetahui ada tidaknya penyakit akibat kerja, penyakit akibat
tangan sebelum dan setelah produksi serta tidak mengkonsumsi makanan saat