Anda di halaman 1dari 12

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU


STUDI KASUS KELURAHAN GEDAWANG
KECAMATAN BANYUMANIK, KOTA SEMARANG

Kurnia Seruyaningtyas*), Dwi Siwi Handayani**), Budi Prasetyo Samadikun**)


1) Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
E-mail: kurniaseruyaningtyas@gmail.com

Abstrak
Kelurahan Gedawang merupakan kelurahan yang terletak di bagian selatan Kecamatan
Banyumanik, Kota Semarang dengan luas wilayah 270,20 Ha dan ketinggian ± 200 mdpl. Kelurahan
Gedawang tediri dari 59 Rukun Tetangga (RT) dan 10 Rukun Warga (RW). Kelurahan Gedawang
terdiri dari 8545 jiwa dan 2467 KK. Sampai saat ini pengelolaan sampah yang telah dilakukan
belum optimal dan hanya sebatas kumpul-angkut-buang. Sehingga menyebabkan penumpukan
sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS). Oleh karena itu dilakukan penelitian yang
bertujuan menganalisis kondisi persampahan di Kelurahan Gedawang dan merencanakan teknis
pengelolaan sampah terpadu untuk diterapkan di Kelurahan Gedawang. Metode penelitian ini
adalah penelitian tindakan dan deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data meliputi sampling
sampah, wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi. Penentuan sampling sampah dilakukan
dengan probably sampling dengan metode sesuai SNI 19-3964-1994. Kajian kuesioner dilakukan
dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dengan
analisis skoring, analisis hubungan timbal balik dan analisis simetris. Hasil analisis data penelitian
didapatkan rata-rata timbulan sampah Kelurahan Gedawang sebesar 2,345 liter/hari dan berat
0,117 kg/hari. Dilakukan perencanaan aspek kelembagaan dengan pembentukan KSM. Hukum dan
peraturan pengelolaan sampah di Kelurahan Gedawang berdasarkan Perda Kota Semarang No 6
Tahun 2012. Peran serta masyarakat meliputi pemilahan dan pewadahan sesuai dengan jenis
sampah, serta pengurangan dan pendaur ulangan sampah. Aspek teknis operasional sub pewadahan
direncanakan 5 jenis wadah sesuai dengan jenis sampah, dengan jumlah alat pengumpul sebanyak 6,
direncanakan kegiatan pemilahan dan pengomposan di TPS 3R dengan luas 200 m2. Biaya yang
dibutuhkan dalam perencaaan pengelolaan sampah terpadu berjumlah Rp 442.881.000,- yang
bersumber dari biaya investasi dan iuran warga.

Kata Kunci : Sampah, Perencanaan Teknis, Pengelolaan Sampah Terpadu.

Abstract
[Technical Planning of Integrated Waste Management Case Study : Gedawang Village,
Districts Banyumanik, Semarang City]. Gedawang is a village located in the southern
part of the District Banyumanik, Semarang City with an area of 270.20 hectares and a
height of ± 200 masl. Gedawang consisting of 59 RT and 10 RW. Population in Gedawang
are 8545 and 2467 households. Now, waste management, which has been done is not ideal
and only a get-haul waste. Thus causing the accumulation of garbage in Shelter Trash
(TPS). This research to analyze the condition of the waste management in the Village
Gedawang and make technically planning of integrated waste management. This research
method is descriptive quantitative research and action. Data collection techniques include
garbage sampling, interviews, questionnaires, observation and documentation.
Determination of garbage is done by sampling probably appropriate sampling method SNI
19-3964-1994. Study questionnaire was conducted with a purposive sampling method.
1 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Data analysis using quantitative descriptive technique with scoring analysis, analysis of
mutual relations and symmetrical analysis. Results of data analysis obtained an average
waste generation Gedawang village of 2.345 liters / day and weighing 0.117 kg / day.
Institutional aspects of planning done by the formation of KSM, the laws and regulations
of waste management in Sub Gedawang based Semarang City Regulation No. 6 of 2012.
Public participation includes sorting and lug according to the type of waste, and the
reduction and recycling of garbage. Technical and operational aspects of the planned sub
lug 5 types of container in accordance with the type of waste, with the number of
collection tool as 6, the planned activities of sorting and composting at the polling station
with an area of 200 m2. The cost involved in designing integrated waste management
amounted to Rp 442.881.000, - derived from investments and contributions of citizens.

Key word : Waste, Integrated Waste Management, Planning.

PENDAHULUAN Perda Kota Semarang No 6 Tahun 2012,


Latar belakang penanganan sampah dengan pembuangan
Adanya sampah merupakan suatu terbuka dan membakar sampah yang tidak
konsekuensi dari aktifitas manusia. Menurut sesuai dengan persyaratan merupakan larangan
Undang-Undang No 18 Tahun 2008, sampah dan terdapat sanksi apabila dilakukan
merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia pelanggaran tersebut.
dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Penanganan sampah yang salah di
Jumlah volume sampah berimbang dengan laju Kelurahan Gedawang, selain disebabkan oleh
pertumbuhan penduduk dan tingkat konsumsi banyaknya terdapat lahan kosong, juga
masyarakat terhadap material yang digunakan dikarenakan kurangnya fasilitas dalam
sehari-hari. pengelolaan sampah. Wilayah perkampungan
Kelurahan Gedawang adalah salah satu belum seluruhnya warga memiliki wadah
kelurahan yang terletak di Kecamatan sampah, apabila telah memiliki wadah sampah
Banyumanik dengan luas wilayah 270,20 Ha pun belum sesuai dengan persyaratan wadah
terdiri dari 10 Rukun Warga (RW) dengan sampah yang baik, yaitu wadah tidak bertutup
jumlah penduduk pada tahun 2016 sebanyak dan bocor. Selain wadah, pengangkutan
8545 jiwa dan memiliki 2467 KK (Arsip sampah di Kelurahan Gedawang juga belum
Kelurahan Gedawang, 2016). Kelurahan merata. Wilayah perkampungan khususnya
Gedawang terdiri dari wilayah perumahan dan RW 2 dan 3 belum terlayani pengangkutan
perkampungan. Perbedaan kondisi wilayah ini sampahnya secara menyeluruh. Pengangkutan
pun menyebabkan pengelolaan sampah yang sampah di Kelurahan Gedawang ini dilakukan
berbeda. oleh RT/RW dan pihak swasta (bukan warga
Penanganan sampah di Kelurahan Kelurahan Gedawang) setiap 2 hari sekali.
Gedawang masih menggunakan paradigma Kelurahan Gedawang yang terdiri dari 10 RW
lama. Wilayah perkampungan sebagian besar dengan jumlah timbulan sampah 20,80 m3 per
masih menggunakan cara kumpul-buang atau hari (Analisis Penulis, 2016), memiliki 2 TPS
kumpul-bakar sedangkan di wilayah dengan masing-masing terdiri dari container
perumahan pun masih menggunakan cara penampung sampah dengan volume 6 m3 dan
kumpul-angkut-buang. Banyak terdapatnya ritasi pengangkutan 2 hari sekali. Hal inilah
lahan kosong di wilayah perkampungan dan yang menyebabkan penumpukan sampah dan
kurangnya pengetahuan warga merupakan ceceran sampah di sekitar lokasi TPS. Belum
penyebab warga melakukan pembuangan dan adanya pengolahan sampah di lokasi TPS juga
pembakaran sampah sembarangan. Menurut menyebabkan penumpukan sampah. Bahkan

2 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

untuk RW 4, RW 7 dan RW 9 melakukan 2. Teknik Pengambilan Sampel


pembuangan sampah di TPS Pudakpayung. Teknik pengambilan sampel dalam
Karena selain lokasi TPS Pudakpayung yang penelitian ini menggunakan teknik probably
lebih dekat juga dikarenakan TPS yang ada di sampling untuk sampling sampah dan
Kelurahan Gedawang sudah menumpuk purposive sampling untuk penentuan
sampahnya. responden kuesioner.
Paradigma pengelolaan sampah di Sampling Sampah Pengukuran timbulan
Kelurahan Gedawang masih bertumpu pada sampah dan komposisi sampah dilakukan
kumpul-angkut-buang sudah saatnya diganti selama 8 hari berturut-turut pada tanggal 27
dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Juli 2016 – 3 Agustus 2016. Sesuai dengan
Paradigma baru pengelolaan sampah ini SNI 19-3964-1994 tentang Metode
memandang sampah sebagai sumber daya Pengambilan dan Pengukuran Contoh
yang memiliki nilai ekonomi dan dapat Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
dimanfaatkan. Salah satu caranya adalah  Jumlah contoh jiwa dan kepala keluarga
dengan sistem pengelolaan sampah terpadu. (KK)
Pengelolaan sampah terpadu adalah pemilihan Cd = 1 (menurut SNI 19-3964-1994, Kota
dan penerapan teknik-teknik, teknologi, dan Semarang termasuk Kota Besar)
program-program manajemen yang sesuai, Ps = 8545 (Arsip Kelurahan Gedawang, 2016)
untuk mencapai sasaran dan tujuan yang N = 5 jiwa/KK (Monografi Kelurahan
spesifik dari pengelolaan sampah (Damanhuri, Gedawang, 2016)
2010). Sistem pengelolaan sampah terpadu
merupakan kombinasi dari sistem pengelolaan = 1 √8545
sampah dengan cara daur ulang (recycling) = 93 jiwa
dan pengomposan, dengan sistem pembuangan
= = 18 KK
akhir nantinya dengan cara landfilling.
Pendekatan ini merupakan manifestasi dari  Perhitungan Jumlah Sampel Perumahan
sistem 3R yaitu reduce, reuse, dan recycle atau a. Sampel dari perumahan permanen
3M (Mengurangi, Mengggunakan kembali, keluarga = (18 x 94 %) = 16 rumah
dan Mendaur ulang). Selain itu konsep b. Contoh dari perumahan semi permanen
pengelolan sampah terpadu juga merupakan keluarga = (18 x 4%) = 2 rumah
salah satu cara untuk mengatasi semakin c. Contoh dari perumahan non permanen
berkurangnya lahan di TPA Jatibarang. keluarga = (18 x 2% ) = 0 rumah
 Perhitungan Jumlah Sampel Non
Tujuan Penelitian Perumahan
Tujuan dari Perencanaan Teknis Sistem
Pengelolaan Sampah Terpadu adalah:
Keterangan:
1. Menganalisis kondisi eksisting pengelolaan
S = jumlah contoh masing-masing jenis
sampah di Kelurahan Gedawang,
bangunan non perumahan
Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.
Cd = koefisien bangunan non perumahan
2. Merencanakan teknis sistem pengelolaan
Ts = jumlah bangunan non perumahan
sampah terpadu di Kelurahan Gedawang,
Detail perhitungan:
Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.
Cd = 1 (menurut SNI 19-3964-1994, Kota
Semarang termasuk Kota Besar)
METODOLOGI
Pendidikan = 9 Unit
Metodologi penelitian ini meliputi :
Warung Makan = 5 Unit
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Fasilitas Agama = 38 Unit
Dilaksanakan pada bulan April –
Maka :
September 2016 dengan lokasi penelitian di
 Sampel Pendidikan:
Kelurahan Gedawang, Kecamatan
Banyumanik, Kota Semarang. = 1 √9 = 3 Unit
 Sampel Warung Makan:
3 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

= 1 √5 = 2 Unit Tabel 1. Berat dan Persentase Komposisi


 Sampel Fasilitas Agama: Sampah Kelurahan Gedawang Tahun 2016
= 1 √38 = 6 Unit
Kuesioner Responden. Responden dalam
penelitian ini tersebar ke seluruh RW di
Kelurahan Gedawang dan perangkat
kelurahan.

Keterangan :
n = sampel
N = populasi
d = derajat kebebasan (misal: 0,1; 0,05 ;
0,01) Sumber : Analisis Peneliti, 2016
Dengan Populasi Jumlah penduduk Tingkat Pelayanan Sampah. Kelurahan
sebanyak 2467 KK (Arsip Kelurahan Gedawang memiliki 2 buah kontainer
Gedawang, 2016) maka jumlah responden penampung sampah yang terletak di RW 1
adalah: dan TPS BMK 09 Kelurahan Gedawang yang
= terletak di RW 6 yang digunakan untuk
melayani sampah. Berikut tingkat pelayanan
= 99 responden ≈ 100 responden masing-masing TPS:
3. Teknik Pengumpulan Data
a. TPS RW 1 Kelurahan Gedawang
Pengumpulan data dalam penelitian ini
TPS RW 1 Kelurahan Gedawang memiliki
menggunakan:
fasilitas kontainer penampung sampah tanpa
a. Kuesioner
bangunan apapun dan terletak di pinggir jalan.
b. Wawancara
TPS RW 1 ini melayani RW 1 dan RW 3
c. Observasi
Kelurahan Gedawang. Dengan tingkat
d. Dokumentasi
pelayanan sebagai berikut :
4. Teknik Analisis Data Jumlah KK pelayanan TPS RW 1
Data primer maupun sekunder yang
= 555 KK = 1764 jiwa.
didapatkan kemudian dilakukan perhitungan.
% Tingkat Pelayanan TPS RW 1
Selanjutnya dilakukan analisis skoring,
= x 100%
analisis hubungan timbal balik, dan analisis
simetri. = x 100% = 75 %
Timbulan per KK
HASIL dan PEMBAHASAN = 2,435 l/orang/hari x 5
A. Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan = 12,175l/KK/hari
Sampah di Kelurahan Gedawang Kapasitas pelayanan maksimal
Timbulan dan Komposisi Sampah.
Berdasarkan perhitungan hasil sampling = =
yang telah dilakukan, berat sampah per = 492 KK/hari
kapita kelurahan Gedawang mencapai Ritasi pengangkutan sampah TPS RW I ke
0,117 kg/orang/hari. Dengan volume TPA Jatibarang mencapai 2 hari sekali.
sampah per kapita mencapai 2,435 Pengangkutan sampahnya dilakukan dengan
liter/orang/hari. menggunakan armroll truck berkapasitas 6 m3.
Jumlah sampah yang tidak terangkut ke TPA
Komposisi Sampah. Berikut tabel komposisi adalah sebagai berikut :
sampah di kelurahan Gedawang : Timbulan sampah yang masuk ke TPS
= timbulan/kapita x jumlah penduduk

4 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

= 2,435 l/orang/hari x 1764 orang = 9114,20 l/hari


= 4295,34 l/hari Dengan pengangkutan ke TPA Jatibarang 2
Dengan pengangkutan ke TPA Jatibarang 2 hari sekali, maka:
hari sekali, maka: = 9114,20 l/hari x 2
= 4295,34 l/hari x 2 = 18228,41 liter
= 8590,69 l = 18,2 m3
= 8,6 m3 Timbulan sampah yang tersisa atau menumpuk
Timbulan sampah yang tersisa atau = 18,2 m3 - 6 m3 = 12,2 m3
menumpuk Berikut kondisi eksisting TPS BMK 09
= 8,6 m3 - 6 m3 = 2,6 m3 Kelurahan Gedawang:
Berikut kondisi eksisting TPS RW 1
Kelurahan Gedawang:

Gambar 1. Kondisi Eksisting TPS RW 1 Gambar 2. Kondisi Eksisting TPS BMK 09


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016 Kelurahan Gedawang
b. TPS BMK 09 Kelurahan Gedawang Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
TPS BMK 09 Gedawang melayani RW 2, Analisis Proyeksi
5, 6, 8 dan 10. TPS BMK 09 Kelurahan Dalam perencanaan teknis sistem pengelolaan
Gedawang ini terletak di RW 6 terdiri dari sampah terpadu dilakukan proyeksi penduduk
kontainer penampung sampah dan bangunan dan proyeksi timbulan sampah.
untuk meletakkan kontainer sampah yang Berdasarkan perhitungan proyeksi
memiliki dimensi 5m x 8m. Dengan tingkat penduduk dengan metode least square
pelayanan sebagai berikut : didapatkan jumlah penduduk pada tahun 2035
Jumlah KK pelayanan TPS BMK 09 berjumlah 16164 jiwa. Sementara itu untuk
= 1045 KK = 3743 jiwa. timbulan sampah Kelurahan Gedawang pun
% Tingkat Pelayanan TPS BMK 09 mengalami kenaikan mengikuti tingkat inflasi.
= x 100% Sehingga didapatkan jumlah timbulan sampah
pada tahun 2035 sebesar 2,462 liter/orang/hari.
= x 100% = 75 %
Timbulan per KK Aspek Teknis Operasional
= 2,435 liter/orang/hari x 5 Analisis kondisi eksisting aspek teknis
= 12,175 liter/KK/hari operasional meliputi pewadahan,
Kapasitas pelayanan maksimal pengumpulan, pemindahan (TPS) dan
= = pengangkutan.
Pewadahan. Pola pewadahan sampah
= 492 KK/hari kelurahan Gedawang adalah individual.
Ritasi pengangkutan sampah TPS BMK Wadah sampah yang digunakan memiliki
09 Gedawang ke TPA Jatibarang mencapai 2 bentuk silinder dengan volume 40-50 liter,
hari sekali. Pengangkutan sampahnya dengan bahan karet, plastic maupun kayu.
dilakukan dengan menggunakan armroll truck Berikut contoh wadah sampah di Kelurahan
berkapasitas 6 m3. Jumlah sampah yang tidak Gedawang :
terangkut ke TPA adalah sebagai berikut :
Timbulan sampah yang masuk ke TPS
= timbulan/kapita x jumlah penduduk
= 2,435 l/orang/hari x 3743 orang
5 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

menggunakna armroll truck. Ritasi


pengangkutan sampah mencapai 2 hari sekali.
Aspek Kelembagaan.
Kelurahan Gedawang belum memiliki
kelompok pengelola sampah (KSM).
Pengelolaan sampah masih dilakukan oleh
Kelurahan sehingga pelaksanaannya belum
Gambar 3. Contoh Wadah Sampah di optimal.
Kelurahan Gedawang. Aspek Hukum dan Peraturan
Sumber : Dokumentasi Penulis,2016 Peraturan pengelolaan sampah di Kelurahan
Pengumpulan. Pola pengumpulan sampah Gedawang berdasarkan Perda Kota Semarang
kelurahan Gedawang adalah individual tidak No 6 Tahun 2012.
langsung, dengan jumlah alat pengumpul 5 Aspek Peran Serta Masyarakat
dan dilakukan oleh 5 orang petugas inti. Peran Serta masyarakat dalam kegiatan
Pengumpulan dilakukan setiap 2 hari sekali pengelolaan sampah meliputi pewadahan
dengan ritasi pengangkutan 4 kali pada pagi sampah dan pembayaran iuran sampah. Selain
dan sore hari. Berikut gambar contoh alat itu terdapat kelompok warga yang telah
pengumpul sampah Kelurahan Gedawang: melakukan pengolahan sampah dengan
pembuatan pupuk cair dan bank sampah.
Namun pelaksanaannya masih belum teratur
dan terorganisir.
Aspek Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan pengelolaan sampah
Kelurahan Gedawang berasal dari iuran warga.
B. Perencanaan Teknis Sistem Pengelolaan
Sampah Terpadu Kelurahan Gedawang
Gambar 4. Contoh Alat Pengumpul Aspek Teknis Operasional
Sampah Kelurahan Gedawang. Perencanaan aspek teknis operasional
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016 pengelolaan sampah meliputi tingkat
Pemindahan dan TPS. Kelurahan Gedawang pelayanan sampah, pewadahan, pengumpulan,
memiliki 2 buah TPS, yaitu TPS RW 1 dan pemindahan dan TPS 3R, penanganan sampah
TPS BMK 09 Kelurahan Gedawang. Berikut dan pengolahan sampah.
lokasi kedua TPS : Tingkat Pelayanan Sampah. Berdasarkan
perhitungan tingkat pelayanan sampah,
diketahui bahwa pelayanan sampah Kelurahan
Gedawang mencapai 75% namun terjadi
penumpukan sampah di TPS. Oleh karena itu
direncanakan untuk melakukan pengelolaan
sampah secara terpadu untuk mengatasi
penumpukan sampah yang terjadi dengan
metode 3R.
Pemilahan dan pewadahan.
Perencanaan pemilahan dan pewadahan
sampah dilakukan secara bertahap. Dengan
jenis pemilahan sampah, yaitu sampah daur
ulang, sampah guna ulang, sampah mudah
terurai, sampah B3 dan sampah lain-lain.
Gambar. 5 Lokasi TPS Kelurahan Gedawang Wadah sampah yang direncanakan berbahan
Pengangkutan. Setelah sampah terkumpul di plastic, bertutup, ringan, ekonomis, dan mudah
TPS dilakukan pengangkutan sampah ke TPA dipindahkan. Berikut contoh wadah sampah
Jatibarang Kota Semarang dengan yang direncanakan :
6 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

 JAP=

= = 6 Alat Pengumpul
Berdasarkan perencanaan aspek pewadahan
dan pemilahan, sampah yang terangkut sudah
dalam bentuk terpilah dari sumbernya.
Sehingga alat pengumpulnya pun perlu
dimodifikasi untuk dapat mengangkut sampah
Gambar 6. Perencanaan Wadah Sampah
yang sudah terpilah. Solusi yang ada adalah
Dengan kapasitas masing-masing wadah
dengan memberi sekat pada gerobak motor
sebagai berikut :
sampah.
Tabel 2. Perencanaan Kapasitas Wadah
Sampah

Sumber : Analisis Peneliti, 2016


Gambar 7. Rencana Alat Pengumpul Sampah
Pengumpulan. Perencanaan pengumpulan Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2014.
sampah di Kelurahan Gedawang meliputi Pemindahan dan TPS 3R.
penambahan 1 alat pengumpul, dengan Perencanaan dilakukan dengan merencanakan
periodisasi 1 hari sekali dan jumlah ritasi 2 sarana dan prasarana untuk mendukung fungsi
kali dan disertai dengan penambahan personel TPS BMK – 09 Kelurahan Gedawang dan
pengumpul sampah. Berikut perhitungan menjadikan TPS BMK 09 Kelurahan
jumlah alat pengumpul: Gedawang menjadi TPS 3R. Pengolahan
Perhitungan Timbulan Sampah Terlayani sampah organik di TPS dilakukan dengan
 Hasil Proyeksi Timbulan Sampah di Tahun pengomposan. Menurut Dirjen Cipta Karya
2035 =2,5 liter/orang/hari (2012), sampah dengan komposisi sampah
 Jumlah Penduduk Terlayani = 984 KK organik mencapai 60% alternatif yang dapat
 Jumlah per KK = 5 orang (Monografi digunakan adalah dengan pengomposan.
semesteran Kelurahan Gedawang, 2016) Sedangkan sampah lain yang masuk ke TPS
akan disortasi lagi berdasarkan komposisinya.
 Total timbulan sampah = 2,5
liter/orang/hari x 984 KK x 5 = 12.300 Pemilahan di TPS ini direncanakan akan
liter/hari mendayagunakan pemulung yang berada di
Kelurahan Gedawang.
 Periodisasi = 1 hari sekali
Dalam Permen PU No. 03/PRT/M/2013
 Timbulan per periode =12.300 liter/hari x 1
disebutkan TPS BMK - 09 minimal memiliki
hari sekali = 12.300 liter/hari luas 200 m2. Oleh karena itu dilakukan
 Ritasi = 2 kali perluasan lahan TPS BMK 09 Kelurahan
 Kapasitas alat pengumpul = 1 m3 (SNI Gedawang. Namun terdapat masalah baru
3242:2008) apabila dilakukan perluasan TPS, hal ini
 Faktor Pemadatan = 1,2 (SNI 3242:2008) disebabkan lahan di sekitar TPS bukan
 Perhitungan Jumlah Alat Pengumpul (JAP) merupakan tanah pemerintah, melainkan tanah
milik warga. Sehingga solusi yang
direncanakan adalah pemerintah melakukan
tukar tanah dengan warga. Berikut
7 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

perencanaan sarana prasarana dan fasilitas di


TPS 3R BMK 09 Kelurahan Gedawang :
1. Kantor
Ruangan kantor direncanakan untuk 2 orang
petugas jaga setiap harinya. Dimensi : 3m x
3m.
2. Area Penerimaan
Area penerimaan berfungsi untuk bongkar
muatan sampah dari alat pengumpul.
Luas ruang penerimaan = 24
3. Area Pemilahan Gambar 8. Struktur Organisasi KSM
Pada area ini tersedia wadah komunal berupa Sumber : Analisis Peneliti, 2016
bak penampung yang terbuat dari kayu untuk 5 Aspek Hukum dan Peraturan
jenis sampah yang dilakukan pemilahan. Peraturan pengelolaan sampah Kelurahan
- Kapasitas bak penampung sampah bahan Gedawang berdasarkan kepada Perda Kota
kompos = Semarang No 6 Tahun 2012, namun lebih
- Kapasitas bak penampung sampah guna diperketat kembali disertai dengan sanksi dan
reward.
ulang =
Aspek Peran Serta Masyarakat
- Kapasitas bak penampung sampah daur
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan
ulang = sampah Kelurahan Gedawang ini meliputi :
- Kapasitas bak penampung sampah B3 1. Melakukan pemilahan sampah di sumber;
= 0,25 2. Melakukan pengolahan sampah dengan
- Kapasitas bak penampung sampah lain-lain konsep 3R;
= 0,25 3. Berkewajiban membayar iuran atau
4. Area Pencacahan retribusi sampah tiap bulan;
Luas area pencacahan = 3,5 m2. 4. Mematuhi aturan mengenai pengelolaan
5. Area Pengomposan sampah;
Direncanakan 7 buah bak, dengan luas 5. Turut serta menjaga lingkungan sekitarnya
masing-masing bak: p x l =3,2 m x 2 m. ;
6. Area Pengayakan dan Pengemasan 6. Ikut serta dan aktif dalam kegiatan
7. Gudang atau Area Penyimpanan sosialisasi maupun program kerja mengenai
Dimensi : p x l = 4m x 2m pengelolaan sampah.
8. Toilet Aspek Pembiayaan
Dimensi 1,5 m x 1,5 m. Biaya yang direncanakan meliputi:
9. Area Kontainer : 1. Biaya Investasi
Mampu menampung 2 buah kontainer Biaya investasi meliputi biaya administrasi
ukuran 6 m3. dan biaya penyediaan sarana prasarana
Selain perencanaan fasilitas di atas, pengelolaan sampah. Biaya investasi yang
direncanakan pula tanaman barrier di direncanakan sebesar Rp 442.881.000,00.
sekitar lokasi TPS, tanaman yang 2. Sumber Dana
digunakan adalah tanaman pucuk merah. Dana yang digunakan dalam pembiayaan
Aspek Kelembagaan bersumber dari APBN, APBD Provinsi
Perencaaan aspek kelembagaan meliputi Jawa Tengah, APBD Kota Semarang, kas
pembentukan KSM sebagai pengelola kelurahan, iuran warga, dan swasta atau
sampah di Kelurahan Gedawang. CSR.
Berikut struktur organisasi KSM yang 3. Biaya Penyusutan
direncanakan : Merupakan biaya akibat penyusutan harga
dari barang atau peralatan yang dibeli.
Penyusutan terjadi pada tiga komponen
pengelolaan sampah yaitu motor tossa
8 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

sampah, alat pencacah sampah dan TPS. PENUTUP


Pada tahun 2016 misalnya, jumlah Kesimpulan
penyusutan yang terjadi pada keempat 1. Pengelolaan sampah di Kelurahan
komponen ini adalah Rp 25.000.000,- dan Gedawang belum dilakukan secara optimal.
pada tahun 2035 mencapai Rp 25.551.373,- Volume timbulan sampah per orang per
. Biaya ini terus meningkat sesuai dengan hari mencapai 2,435 liter/orang/hari dan
pertumbuhan ekonomi. berat sampah mencapai 0,117
4. Biaya Operasional dan Pemeliharaan kg/orang/hari. Pola pengelolaan sampah
Biaya ini meliputi pemeliharaan alat, menggunakan paradigma lama, yaitu
penyediaan bahan dan alat, upah tenaga kumpul-amgkut-buang.
kerja, pembayaran listrik dan air. Biaya 2. Perencanaan teknis pengelolaan sampah
operasional dan pemeliharaan pada tahun terpadu di Kelurahan Gedawang meliputi :
2016 mencapai Rp 390.408.000,- dan terus  Rencana kegiatan pewadahan dan
meningkat sesuai dengan pertumbuhan pemilahan sampah di sumber menjadi
ekonomi sehingga pada tahun 2035 5 jenis sampah yaitu sampah mudah
mencapai Rp 805.320.642,-. terurai, sampah guna ulang, sampah
5. Hasil Penjualan Sampah daur ulang, sampah B3 dan sampah
Hasil penjualan sampah merupakan lain-lain.
keuntungan yang diperoleh dari hasil  Rencana kegiatan pengumpulan
penjualan kompos, sampah kaca, sampah dibutuhkan 6 alat pengumpul yang
plastik, sampah kertas, sampah kaleng, dan terdiri dari 1 pick up dan 5 motor
sampah logam besi yang masih layak jual gerobak dalam pengelolaan sampah di
kepada pihak lapak. Kelurahan Gedawang. Pengumpulan
Berdasarkan perhitungan, hasil penjualan ini dilakukan 2 hari sekali dengan
sampah Kelurahan Gedawang pada tahun ritasi 2 kali.
2016 mencapai Rp 106.123.714,- dan pada  Perencanaan rekonstruksi TPS BMK
tahun 2035 mencapai Rp 413.252.077,-. 09 Kelurahan Gedawang menjadi
6. Iuran sampah TPS 3R dengan wilayah pelayanan
Iuran sampah merupakan iuran yang RW 3,5,6,8 dan sebagian kecil RW 10
berasal dari warga yang dibayarkan kepada dengan lahan TPS 3R berasal dari
pengelola sampah, yang digunakan untuk tukar tanah antara Kelurahan dan
biaya operasional dan pemeliharaan. Besar warga.
harga dasar iuran sampah pada tahun 2016  Kegiatan yang dilakukan di TPS
sebesar Rp 2.674,-. Dengan jumlah iuran adalah pemilahan sampah dengan
untuk kelas 1 sebesar Rp 22.248,- , kelas 2 mendayagunakan pemulung, penjualan
sebesar Rp 13.905,- dan untuk kelas 3 sampah layak jual ke bandar lapak,
sebesar Rp 5.562,- Iuran sampah ini dan pengomposan sampah organik
mengalami kenaikan sesuai dengan dengan metode open bin.
pertumbuhan ekonomi.  Pengolahan sampah lain yang
7. Neraca laba dan rugi dilakukan oleh kelompok warga
Neraca laba rugi berfungsi untuk adalah dengan pembuatan pupuk cair
mengetahui keuntungan dan kerugian dan bank sampah.
dalam pelaksanaan sistem pengelolaan  Aspek kelembagaan dibentuk KSM
sampah terpadu. Pada perencanaan ini yang menjadi pengelola sampah
pengelolaan sampah mendapatkan tingkat kelurahan, KSM ini diharapkan
keuntungan dan terus mengalami dapat melakukan pengelolaan sampah
peningkatan. Laba yang didapatkan pada dengan baik.
tahun 2016 mencapai Rp 150.809.433,- dan  Aspek hukum dan peraturan,
pada tahun 2035 mencapai Rp Kelurahan Gedawang mengacu kepada
379.561.500,-. Perda Kota Semarang No 6 Tahun

9 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

2012. Selain itu peraturan ini juga DAFTAR PUSTAKA


ditegakkan dan dibuat lebih mengikat Anonim. 2003. Pedoman Pengelolaan
dengan adanya sanksi dan reward. Persampahan Perkotaan
 Dari segi aspek pembiayaan, Depkimpraswil. Jakarta : Direktorat
perencanaan teknis pengelolaan Jenderal Tata Perkotaan dan Tata
sampah terpadu ini memerlukan biaya Pedesaan.
sebesar Rp 442.881.000,-. Pembiayaan Anonim. 2008. Undang-Undang Republik
ini diperoleh dari APBD Kota Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Semarang, Kas Kelurahan, iuran tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta :
warga, dan bantuan dari pihak swasta Kementerian Hukum dan Hak Asasi
atau CSR. Sedangkan untuk biaya Manusia.
harga dasar iuran sampah per bulannya Anonim. 2009. Undang-Undang Republik
Kelurahan Gedawang sebesar Rp Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
2.674,- dan mengalami pembagian tentang Lalu Lintas dan Angkutan
sesuai dengan kelasnya serta Jalan. Jakarta : Kementerian Hukum
mengalami peningkatan setiap dan Hak Asasi Manusia.
tahunnya sesuai dengan kenaikan Anonim. 2010. Peraturan Menteri Dalam
pertumbuhan ekonomi kota Semarang. Negeri No 33 Tahun 2010 tentang
 Peran serta masyarakat dalam Pedoman Pengelolaan Sampah. Jakarta
perencanaan teknis pengelolaan : Kementerian Dalam Negeri
sampah terpadu ini adalah Anonim. 2012. Peraturan Daerah Kota
melakukan pembayaran iuran Semarang Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah. Semarang : Dinas
sampah setiap bulannya melakukan
Pertamanan dan Kebersihan Kota
pemilahan sampah dan melakukan Semarang.
pengurangan sampah dengan reuse. Anonim. 2013. Peraturan Menteri Pekerjaan
Saran Umum No 3 Tahun 2013 tentang
1. Perlu penambahan TPS 3R guna Penyelenggaraan Prasarana dan
melayani RW yang lain yang belum Sarana Persampahan dalam
terlayani. Penanganan Sampah Rumah Tangga
2. Perlu penelitian lebih lanjut terkait dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
kualitas kompos dan pupuk cair yang Tangga. Jakarta : Kementerian
dihasilkan dan kerja sama dengan Pekerjaan Umum.
pemerintah dalam pemasarannya. Anonim. 2014. Peraturan Daerah Kota
3. Pemerintah perlu memberikan tenaga Semarang Nomor 14 Tahun 2011
pendamping atau fasilitator dalam tentang Rencana Tata Ruang dan
pelaksanaan pengelolaan sampah Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-
untuk membantu KSM atau warga 2031. Semarang.
dalam mengatasi masalah sampah Anonim. 2015. Tanaman Pucuk Merah.
yang muncul di lapangan. www.ijoasri.com diakses pada tanggal
4. Pemerintah perlu membuat program 18 September 2016 pukul 18.48
khusus dalam pengelolaan sampah Anonim. 2015. Sarana Pengangkutan
seperti PAMSIMAS guna mengatasi Sampah. www.nawasis.com diakses
masalah sampah yang semakin pada tanggal 18 September 2016 pukul
meningkat jumlahnya. 19.08
Anonim. 2016. Reuse Waste.
www.pinterest.com diakses pada
tanggal 21 September 2016 pukul 22.38
Anonim. 2016. Monografi Semesteran
Kelurahan Gedawang Tahun 2016.

10 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Semarang : Pemerintah Kota Badan Pusat Statistik. 2015. Banyumanik


Semarang Dalam Angka 2015. Semarang : Badan
Anonim. 2016. Arsip Kelurahan Gedawang Pusat Statistik.
Tahun 2011-2016. Semarang : Damanhuri, E & Padmi, T. 2007.
Pemerintah Kota Semarang. Pengomposan (Bagian 1). Bandung :
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Institut Teknologi Bandung.
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Damanhuri, E & Padmi, T. 2010. Diktat
Artiningsih, N. 2008. Peran Serta Masyarakat Kuliah Pengelolaan Sampah. Bandung
dalam Pengelolaan Sampah Rumah : Institut Teknologi Bandung.
Tangga. Semarang : Universitas Darmasetiawan, M. 2004. Sampah dan Sistem
Diponegoro. TESIS Pengelolaannya. Jakarta :
Badan Standar Nasional. 1994. SK SNI 19- Ekamitra Engineering.
3964-1994 Tentang Metode Departemen Permukiman dan Prasarana
Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Wilayah. 2002. Petunjuk Teknis
Timbulan Dan Komposisi Sampah Pengomposan Sampah Organik Skala
Perkotaan. Jakarta : Balitbang DPU Lingkungan. Bandung : Pusat
Badan Standar Nasional. 2002. SK SNI 19- Penelitian dan Pengembangan
2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Teknologi Permukiman.
Operasional Pengolahan Sampah Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Petunjuk
Perkotaan. Jakarta : Balitbang DPU Teknis Tata Cara Dasar-Dasar
Badan Standar Nasional. 2004. SK SNI 19- Pengelolaan Air Limbah. Jakarta :
7040-2004 Tentang Pengomposan. Direktorat Jenderal Cipta Karya
Jakarta : Balitbang DPU Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Buku
Badan Standar Nasional. 2008. SK SNI 3242- Pedoman 3R Berbasis Masyarakat di
2008 Tentang Pengelolaan Sampah di Kawasan Pemukiman. Jakarta :
Pemukiman. Jakarta : Balitbang DPU Direktorat Jenderal Cipta Karya
Badan Pusat Statistik. 2009. Kota Semarang Departemen Pekerjaan Umum. 2012. Materi
Dalam Angka. Semarang : Badan Bidang Sampah I Deseminasi dan
Pusat Statistik. Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP.
Badan Pusat Statistik. 2010. Kota Semarang Jakarta : Direktorat Jenderal Cipta
Dalam Angka. Semarang : Badan Karya.
Pusat Statistik. Jusihdani, AN. 2016. Optimalisasi Tempat
Badan Pusat Statistik. 2011. Kota Semarang Pengolahan Sampah (TPS) BMK-
Dalam Angka. Semarang : Badan 05 Kelurahan Pudakpayung
Pusat Statistik. Kecamatan Banyumanik Kota
Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Semarang Semarang. Semarang : Universitas
Dalam Angka. Semarang : Badan Diponegoro. (SKRIPSI).
Pusat Statistik. Kementerian Pekerjaan Umum. 2014.
Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Semarang Petunjuk Teknis Pengembangan
Dalam Angka. Semarang : Badan Kelompok Swadaya Masyarakat.
Pusat Statistik. Jakarta : Direktorat Jenderal Cipta
Badan Pusat Statistik. 2012. Banyumanik Karya.
Dalam Angka 2012. Semarang : Badan Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta :
Pusat Statistik. Ghalia Indonesia
Badan Pusat Statistik. 2013. Banyumanik Primasari, I. 2011. Perencanaan Pengelolaan
Dalam Angka 2013. Semarang : Badan Sampah Terpadu Berbasis 3R di
Pusat Statistik. Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
Badan Pusat Statistik. 2014. Banyumanik Semarang : Universitas Diponegoro
Dalam Angka 2014. Semarang : Badan (SKRIPSI).
Pusat Statistik.

11 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian


Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta
: Penerbit Graha Ilmu.
Sucipto, D. 2012. Teknologi Pengolahan Daur
Ulang Sampah. Yogyakarta : Gosyen
Publishing.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Bisnis
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung : Alfabeta
Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Suriasumantri, S. 2003. Filsafat Ilmu : Sebuah
Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan.
Suripin. 2004. Sistem Drainase yang
Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi
Offset.
Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S.
1993. Integrated Solid Waste
management. New York : McGraw-
Hill.
Tchobanoglous G & Kreith F. 2002.
Handbook of Solid Waste Management
(Second Edition). McGraw-Hill, Inc.
New York.
Widi, R. K. 2010. Asas Metodologi Penelitian.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Yohan, M. 2012. Perencanaan Sistem
Pengelolaan Sampah Terpadu Di
Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang. Semarang : Universitas
Diponegoro (SKRIPSI)

12 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai