Kasus Hiperaktif
Kasus Hiperaktif
Andi, siswa kelas III Sekolah Dasar Wonokromo Surabaya tampak tak bisa duduk tenang.
Energi anak itu seperti tiada habisnya. Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, suka
mendominasi pergaulan, berlarian ke sana-kemari dan sering mengganggu teman-temannya.
Tak heran bila di sekolah, semua teman Andi tidak menyukainya. Mereka beranggapan Andi
musuh besar atau troublemaker yang selalu membuat kesal atau menyulut kemarahan banyak
orang, termasuk guru di sekolah. Beberapa minggu yang lalu kaki andi terkilir karena
memanjat pohon disekolahnya kemudian terpeleset.
Asuhan Keperawatan hiperaktif berdasarkan kasus
1. Pengkajian
Nama : An. A
Pendidikan terakhir : TK
1.1 riwayat penyakit: riwayat penyakit tidak ada laporan dari orang tua (tidak ada data).
1.2 penampilan umum dan perilaku motorik: tampak tak bisa duduk tenang, Energi anak
1.8 Peran dan hubungan: semua teman Andi tidak menyukai andi, Mereka beranggapan
Andi musuh besar atau troublemaker yang selalu membuat kesal atau menyulut
1.9 Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri: Beberapa minggu yang lalu kaki andi
2. Diagnosa keperawatan
2.2 Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi dan interpretasi yang salah tentang
informasi
3. Intervensi
3.1.1 Tujuan:
- Adanya penurunan aktifitas hiperaktif: bisa duduk tenang, tidak berlarian kesana
kemari
- Anak bisa mengungkapkan perasaan kepada orang yang lebih tua misal: guru di
sekolah
- Observasi perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari – hari
mencelakai diri
- Dapatkan kontrak verbal atau tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya
untuk tidak mencelakakan diri sendiri dan menyetujui untuk menemukan staf pada
- Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan-
perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu:
buku catatan kemarahan “dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan.
- Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai dari percobaan.
3.2 Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi dan interpretasi yang salah tentang
informasi
3.2.1 Tujuan:
- Dapat berinteraksi dengan teman dan guru dengan baik dan wajar.
3.2.3 Intervensi
- Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri, aktivitas
kelompok kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi, seperti bus sekolah,
- Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi
langkah
- Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan antisipasi respons
perilaku
- Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat, anak, dan
keluarga