BAB 2 ........................................................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi....................................................................................................... 10
BAB 3 ......................................................................................................................... 15
KESIMPULAN .......................................................................................................... 15
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri yang
Penyebab KPD ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui banyak penelitian
seksual misalnya chlamydia trachomatis, dan nesceria gonorrhea. Selain itu infeksi
yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput ketuban
/amnion yang abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa
ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah
dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
2
1.3 Manfaat
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput
ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan,
dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu
Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm
Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before the onset
bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hakimi (2003)
mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1 jam atau lebih sebelum
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam
belum terdapat tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi
4
rahim disebut ketuban pecah dini (periode laten). Kondisi ini merupakan penyebab
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 dan pada multipara kurang dari 5cm.
Ada juga yang disebut ketuban pecah dini preterm yakni ketuban pecah saat usia
kehamilan belum masa aterm atau kehamilan dibawah 38 – 42 minggu. Arti klinis
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka
kemungkinan terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi
besar
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian
terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul sering kali merupakan
3. KPD sering diikuti dengan adanya tanda – tanda persalinan sehingga dapat
5
2.2 Epidemiologi
matriks ekstra seluler amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin
dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, preterm dan pada
Secara umum insidensi KPD terjadi sekitar 7 – 12 % (Chan, 2006). Insidensi KPD kira
2.3 Etiologi
genetik)
3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan
terjadinya kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten makin tinggi
6
pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin dan komplikasi ketuban
akan lebih tipis dan yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum
air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion dapat terjadi pada kasus anensefalus,
dengan berat badan berlebihan pada semua usia kehamilan sehingga kadar
cairan amnion juga akan berlebih. Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan
1. Inkompetensia serviks
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
7
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar. Serviks smemiliki suatu kelainan anatomi yang nyata, yang bisa
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi.
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
terjadikarena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
3. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia
menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan
tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan
8
selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,
4. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah
volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
5. Kelainan letak
Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.
6. Penyakit infeksi
.Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian
khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh
persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah
9
2.4 Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena
seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degenerasi
Dua belas hari setelah ovum dibuahi , terrbentuk suatu celah yang dikelilingi
amnion primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah tersebut melebar dan
dengan korion yang akhirnya menbentuk kantung amnion yang berisi cairan amnion.
Cairan amnion , normalnya berwarna putih , agak keruh serta mempunyai bau yang
khas agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1,008 yang seiring dengan
tuannya kehamilan akan menurun dari 1,025 menjadi 1,010. Asal dari cairan amnion
belum diketahui dengan pasti , dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Diduga
cairan ini berasal dari lapisan amnion sementara teori lain menyebutkan berasal dari
janin dan cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, dan transparan. Selaput amnion
melekat erat pada korion (sekalipun dapat dikupas dengan mudah). Selaput ini
menutupi permukaan fetal pada plasenta sampai pada insertio tali pusat dan kemudian
berlanjut sebagai pembungkus tali pusat yang tegak lurus hingga umbilikus janin.
10
Sedangkan korion merupakan membran eksternal berwarna putih dan terbentuk dari
vili – vili sel telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut
Dalam keadaan normal jumlah cairan amnion pada kehamilan cukup bulan
sekitar 1000 – 1500 cc, keadaan jernih agak keruh, steril, bau khas, agak manis, terdiri
dari 98% - 99% air, 1- 2 % garam anorganik dan bahan organik (protein terutama
albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks kaseosa, dan sel – sel epitel dan sirkulasi
sekitar 500cc/jam
5. Pada persalinan, membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril
a. Devaskularisasi
11
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi yang
2.5 Patogenesis
komponen sel dari membran fetal dan juga peningkatan dari enzim protease tertentu.
Kekuatan membran fetal adalah dari matriks ekstraselular amnion. Kolagen interstitial
terutama tipe I dan tipe III yang dihasilan dari sel mesenkim juga penting dalam
dalam remodeling tissue dan degenerasi kolagen. MMP – 2, MMP – 3, dan MMP – 9
ditemukan dengan konsentrasi tinggi pada kehamilan dengan ketuban pecah dini.
(TIMPs). TIMPs ini pula rendah dalam cairan amnion pada wanita dengan ketuban
pecah dini. Peningkatan enzim protease dan penurunan inhibitor mendukung bahwa
apoptosis dimembran fetal pada ketuban pecah dini berbanding dengan membran pada
kolagen dan kematian sel yang membawa kelemahan pada dinding membran fetal.
12
2.6 Diagnosis
laboratorium.
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala cairan seperti urin
dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah dari
2. Inspeksi
Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah,
dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin jelas.
3. Pemeriksaan Inspekulo
seperti vaginal toucher dapat meningkatkan resiko infeksi, cairan yang keluar dari
vagina perlu diperiksa : warna, bau, dan PH nya, yang dinilai adalah
Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan perdarahan dari
serviks. Dilihat juga prolapsus tali pusat atau ekstremitas janin. Bau dari
KPD. Melakukan perasat valsava atau menyuruh pasien untuk batuk untuk
13
Cairan amnion di konfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test.
Kertas lakmus akan berubah menjadi biru jika PH 6 – 6,5. Sekret vagina
warna. Kertas nitrazin ini dapat memberikan positif palsu jika tersamarkan
4. Mikroskopis (tes pakis). Jika terdapat pooling dan tes nitrazin masih samar
dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks
posterior. Cairan diswab dan dikeringkan diatas gelas objek dan dilihat dengan
5. Dilakukan juga kultur dari swab untuk chlamydia, gonnorhea, dan stretococcus
group B
3. Tes pakis
4. Tes lakmus
14
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
semua kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada kehamilan
yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada
kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 %
kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum
adanya infeksi dan usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan
untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan
yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang
15
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo;2011.h.677-81.
Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi 8.
16