Anda di halaman 1dari 42

MODUL II – 3

ALAT UKUR INDUKSI (AUI)

I. Tujuan Percobaan
 Mengetahui prinsip kerja alat ukur
 Mengetahui tpe-tipe alat ukur induksi
 Mengetahui prinsip kerja Wattmeter dan KWh meter
 Membandingkan hasil pengukuran dari tipe alat ukur induksi
 Mengenal pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur induksi
 Mengenal metode pengukuran daya dan membandingkan

II. Teori Pendahuluan


Induksi adalah suatu keadaan listrik hasil akibat adanya medan magnet
yang bangkit disekitar kumparan berarus listrik. Bila suatu konduktor
ditempatkan dalam medan magnit dari arus bolak-balik, maka arus-arus
putar akan dibangkitkan didalam konduktor tersebut. Medan-medan
magnit dari arus-arus putar ini dan dari arus bolak-balik yang
menyebabkannya, akan memberikan interaksi yang menimbulkan momen
gerak pada konduktor; dan prinsip ini akan mendasari kerja daripada alat-
alat ukur induksi.
Alat ukur induksi ini mempunyai sistem perputaran sederhana dan
kokoh, lagi pula, mudah dibuat sebagai alat ukur dengan sudut penunjukan
yang lebar. Suatu aspek yang lain daripada alat ukur induksi ini, adalah
kemungkinan didapatkannya momen putar yang relatif besar. Akan tetapi
alat ukur ini penggunaanya hanya untuk arus balak-balik, dan sebagai alat
penunjuk, hanya dipergunakan pada panil-panil listrik.
Alat ukur induksi ini dapat diklasifikasikan dalam medan yang berputar
atau medan yang bergerak; akan tetapi pada bagian ini hanya dari type
medan yang bergerak, akan dijelaskan lebih lanjut. Prinsip ini juga
dipergunakan dalam alat-alat ukur energi pada arus bolak-balik.
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa alat ukur azas induksi ini
hanya dapat digunakan untuk besar AC, dan pada umumnya hanya

1
digunakan sebagai alat ukur energi (energy kWh-meter). Prinsip kerjanya
berdasarkan gaya interaksi antara flux magnet AC dengan arus Eddy pada
piringan aluminium atau piringan tembaga.
Arus energi mempunyai dua fluks magnet yang dihasilkan dari suatu
arus mengalir pada kumparan. Kedua magnet fluks tersebut memotong
piringan.
Piringan dipotong oleh 2 fluks magnet 1 dan 2 pada titik P1 dan P2.
Fluks ke-1 1 menyebabkan arus pusar 1 (I1). Arus pusar ini melalui titik
P2. Interaksi yang terjadi antara I1 dan 1 menyebabkan momen gerak I
(Mg1). Demikian juga 2 menyebabkan momen arus pusar 2 (I2) yang
melalui P1 dan interaksi arus pusar 2 (I2) dan fluks 2 (2) menyebabkan
momen gerak 2 (Mg2).

Gambar 1. Prinsip AUI


Tegangan efektif yang terjadi :
E1 = w . 
Bila impedansi lintasan arus pusar sebesar Z maka harga efektif arus pusar :
l1 = el / z = w / z . ǿ1 ............................................................... (1)
Arus pusar ini berbeda sudut fasanya terhadap tegangan induksi sebesar
. Demikian juga di 2 dimana tegangan E2 tertinggal 90 terhadap 2 dan I2
tertinggal  terhadap E2 sudut fasanya antara I1 dan 2 adalah 90 -  + .
Mg1 = K. 1. 2 Cos (90 -  + ) ……………………. (2)
Beda sudut fasa antara I2 dan 2 adalah 90 + + .

2
Mg2 = K. 1. 2 Cos (90 +  + ) …………………… (3)
Resultan kedua momen tersebut menyebabkan berputarnya piringan :
Mg = Mg1 – Mg2
Mg = K. 1. 2 Sin  Cos  …………………………. (4)
Untuk mendapatkan momen gerak yang besar diusahakan :
1. Sin  = 1 : maka beda fasa sudut antara 1 dan 2 adalah 90.
2. Cos  = 1 : maka ada beda sudut fasa antara I dan E.

Ada 2 macam yipe AUI, yaitu :


1. Tipe Feraris

Gambar 2.Feraris
Seperti dalam gambar terpasang 2 pasang kumparan. Pasangan
kumparan pertama dihubungkan seri dengan induktor besar . Kedua
pasang kumparan tersebut dihubungkan dengan tegangan yang sama.
Arus yang mengalir pada kumparan pertama (IR) mempunyai beda sudut
fasa sebesar  terhadap arus kumparan kedua (IL), harga  hampir
mendekati 90.
Fluksi yang timbul akan merupakan medan putar, medan putar ini
akan menyebabkan arus pusar pada motor. Dan interaksi medan putar
dengan arus pusar akan mengakibatkan, momen gerak yang memutar
rotor-rotor tersebut akan berputar searah putaran medan putar seperti
KWh meter. Tetapi bila rotor tersebut mendapat momen lawan berupa
pegas maka rotor tersebut akan berhenti pada saat terjadi keseimbangan.
Dimana :

3
V : Tegangan sumber
I : Arus yang melalui I seri dengan R
IL : Arus yang melalui kumparan 2 seri dihasilkan L
R : Fluksi magnetik yang menghasilkan IR
L : Fluksi magnetik yang menghasilkan IL
ER : Tegangan induksi karena R
EL : Tegangan induksi karena L
IER : Arus pusar karena ER
IEL : Arus pusar karena EL

Momen gerak yang ditimbulkan adalah :


Mg = K.1. 2 Sin  Cos 
Mg = K. IR. IL Sin  Cos  …………………….. (5)
Harga IR dan IL sebanding dengan arus I dan juga sebanding dengan
tegangan V.
Untuk Amperemeter :
Mg = K. I2. Sin  Cos  …………………………. (6)
Momen lawan Me = S.
= I2 Sin  Cos  …………………………. (7)
Untuk Voltmeter :
Mg = KV2 Sin  Cos  …………………….. (8)
= V2 Sin  Cos  …………………………... (9)

2. Tipe Shaded Pole


Pada tipe ini memakai piringan dan satu kumparan yang
menimbulkan fluks magnet. Agar sistem ini terdapat 2 fluks yang
mempunyai beda fasa tertentu, maka fluks utama tersebut dibagi dua
dengan membagi pada intinya.
Untuk membuat beda fasanya, di salah satu dari bagian inti yang
terbagi dua tersebut ditambah cincin/ring tembaga. Keadaan ini disebut
Shaded Pole.

4
Gambar 4. shaped P

Momen gerak yang ditimbulkan :


Mg = K t s Sin  Cos  ………………….......... (10)
t dan s sebanding dengan I untuk Amperemeter dan juga
sebanding dengan V untuk Voltmeter.

Untuk Amperemeter
Mg = K. I2. Sin  Cos  ……………………….. (11)
= I2 Sin  Cos  ……………………….. (12)

Untuk Voltmeter
Mg = KV2 Sin  Cos  ……………………….. (13)
= V2 Sin  Cos  ……………………….. (14)

KWh METER
kWh meter adalah alat pengukur energi listrik yang mengukur secara
langsung hasil kali tegangan, arus factor kerja,kali waktu yang tertentu
(UI Cos φ t) yang bekerja padanya selama jangka waktu tertentu
tersebut. Hal ini berdasarkan bekerjanya induksi megnetis oleh medan
magnit yang dibangkitkan oleh arus melalui kumparan arus terhadap disc
(piring putar) kWh meter, dimana induksi megnetis ini berpotongan
dengan induksi mgnetis yang dibangkitkan oleh arus melewati kumparan
tegangan terhadap disc yang sama.

5
Koppel putar dapat dibangkitkan terhadap disc karena induksi
magnetis kedua medan magnit tersebut diatas bergeser fasa sebesar 90 0
satu terhadap lainnya (azas Ferraris). Hal ini dimungkinkan dengan
konstruksi kumparan tegangan dibuat dalam jumlah besar gulungan
sehingga dapat dianggap induktansi murni.

Gambar 5. prinsip kerja KWh meter


Keterangan Gambar :
M = Magnit permanent
Cp = inti besi kumparan tegangan
Wp = kumparan tegangan yang dapat dianggap sebagai
reaktansi murni, karena lilitan cukup besar
Cc = Inti besi kumparan arus
Wc = kumparan arus
Ip = arus yang mengalir melalui Wp
I = Arus beban yang mengalir melalui Wc
F = Kumparan penyesuaian fasa yang diberi tahanan R
RGS = Register
1L & 2S = Terminal sumber daya masuk
2L & 1S = Terminal daya keluar

6
Sistem penggerak terdiri dari dua kumparan. Kumparan pertama
dihubungkan dengan tegangan yang disebut dengn kumparan tegangan
dan kumparan yang kedua dihubungkan dengan arus disebut kumparan
arus.
Kumparan tegangan mempunyai jumlah lilitan yang banyak sehingga
arus (Iv) yang dihasilkan akan mempunyai beda sudut hampir 90
terhadap tegangan. Untuk KWh meter momen pengereman yang
besarnya sebanding dengan kecepatan putarnya.
N = K V I Cos  …………………………………. (15)
Total Putaran = K. energi
totalperputaran
Dengan : Kons tan ta ( K ) 
energi

Gambar 6. Diagram vektor

Gambar 7. KWh meter 1 fasa

7
Dari persamaan (11) Wattmeter 1 = v ; 2 dan  =  -  (lihat
diagram vector)
Mg = K v 1  Sin (-). Cos 
Karena v sebanding dengan V dan 1 dan sebanding dengan I
serta f, z dan . Maka :
Mg = K V I Cos  ……………………………… (16)
Momen lawan karena pegas Me = S 
= V I Cos 
 = K V I Cos  …………………………………. (17)
Daya beban :
P = V I Cos  ……………………….. (18)
Dimana :
V : tegangan beban
I : arus beban
 : sudut fasa beban
 : sudutnya fasa antara Iv dengan V
F : frekuensi
Z : impedansi arus pusar
v : fluksi akibat arus Iv
i : fluksi akibat arus Ii
Ev : tegangan induksi akibat v
Ei : tegangan induksi akibat i
Ipv : arus pusar akibat v
Ipi : arus pusar akibat i
 : sudut fasa antara v dan i

8
Gambar 8. Bagian Bagian kWh Meter
BAGIAN – BAGIAN kWh METER
1. Kumparan Tegangan
2. Kumparan arus
3. Elemen Penggerak/piringan
4. Rem Magnit
5. Register
6. Name Plate
7. Terminal Klemp
Badan (body) terdiri dari :
a. Bagian atas
b. Bagian bawah
Kumparan arus terdiri dari :
a. Pada kWh meter 1 phasa kumparan arus 1 set
b. Pada kWh meter 3 phasa 3 kawat kumparan arus 2 set
c. Pada kWh meter 3 phasa 4 kawat kumparan 3 set
Pada kumparan arus dilengkapi dengan kawat tahanan atau lempengan
besi yang berfungsi sebagai pengatur Cosinus phi (factor kerja)
Kumparan Tegangan terdiri dari :
1. Pada kWh meter 1 phasa …………………………… 1 Set

9
2. Pada kWh meter 3 phasa 3 kawat ……………………. 2 set
3. Pada kWh meter 3 phasa 4 kawat ……………………. 3 Set

Piringan
Piringan kWh meter ditempatkan dengan dua buah bantalan (atas dan
bawah) yang digunakan agar piringan kWh meter dapat berputar dengan
mendapat gesekan sekecil mungin.

Rem Magnit
Rem magnit adalah terbuat dari magnit permanen, mempunyai satu
pasang kutub (Utara dan selatan) yang gunanya untuk :
a. Mengatasi akibat adanya gaya berat dari piringan kWh meter
b. Menghilangkan / meredam ayunan perputaran piringan serta alat
kalibrasi semua batas arus.

Roda gigi dan Alat Pencatat (register)


Sebagai transmisi perputaran piringan, sehingga alat pencatat
merasakan adanya perputaran, untuk mencatat jumlah energi yang
diukur oleh kWh meter tersebut dan mempunyai satuan, puluhan,
ratusan, ribuan dan puluh ribuan

WATTMETER
Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang
pembacaannya dalam satuan watt di mana merupakan kombinasi
voltmeter dan amperemeter. Cara menggunakan wattmeter pertama-tama
telitilah kedudukan jarum penunjuknya jika kedudukannya sudah tepat
pada angka 0 berarti wattmeter sudah siap untuk digunakan. Apabila
kedudukan jarum penunjuk belum tepat pada angka 0, maka harus diatur
dengan memutar sekrup pengatur kedudukan jarum. Pengukuran daya
listrik secara langsung adalah dengan menggunakan wattmeter, ada
beberapa jenis wattmeter, antara lain wattmeter elektrodinamik,
wattmeter induksi, wattmeter elektrostatik dan sebagainya. Yang paling

10
banyak digunakan adalah wattmeter elektrodinamik, karena sesuai
dengan karakteristiknya. Jika ditinjau dari fasanya ada 2 jenis, yaitu :
wattmeter 1 fasa dan wattmeter 3 fasa.
A. Wattmeter 1 Fasa
Wattmeter 1 (satu) fasa dapat dibangun dengan komponen
utama berupa elektrodinamometer. Elektrodinamometer
merupakan komponen utama dari wattmeter analog.
Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya,
wattmeter tipe Elektrodinamometer dapat dipakai untuk mengukur
daya searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk setiap
bentuk gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada
gelombang sinus saja. “Wattmeter tipe elektrodinamometer” terdiri
dari satu pasang kumparan yaitu kumparan tetap yang disebut
kumparan arus dan kumparan berputar yang disebut dengan
kumparan tegangan, sedangkan alat penunjuknya akan berputar
melalui suatu sudut, yang berbanding lurus dengan hasil perkalian
dari arus-arus yang melalui kumparan-kumparan tersebut.

Gambar 9. Kosntruksi wattmeter 1 fasa


Arus sesaat didalam kumparan yang berputar (kumparan

tegangan) adalah Ip, besarnya dimana e adalah tegangan

sesaat pada jala – jala dan Rp adalah tahanan total


kumparantegangan beserta tahanan serinya. Defleksi kumparan

11
putar sebanding dengan perkalian Ic dan Ip, defleksi ratarata
selama satu perioda dapat dituliskan :

Dimana :
rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan
K = konstanta instrumen
Ic = arus sesaat dalam kumparan arus
Ip = Arus sesaat di dalam kumparan tegangan
Dengan menganggap sementara Ic sama dengan arus beban I
(secara aktual Ic = Ip + I) dan menggunakan nilai Ip = e/Rp
didapatkan :

Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah :

dimana E dan I menyatakan nilai – nilai rms tegangan dan arus f


menyatakan sudut fasa antara tegangan dan arus. Wattmeter
elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk
mempertahankan medan magnetnya, tetapi ini biasanya sangat
kecil dibandingkan daya beban sehingga dapat diabaikan, Jika
diperlukan pembacaan daya yang tepat, arus kumparan harus sama
dengan arus beban, dan kumparan potensial harus dihubungkan
diantara terminal beban. Kesulitan dalam menempatkan
sambungan kumparan tegangan diatasi dengan wattmeter
yang terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan,
masingmasing mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu
kumparan menggunakan kawat lebih besar yang membawa arus
beban ditambah arus untuk kumparan tegangan. Kumparan lain
menggunakan kawat kecil (tipis) dan hanya membawa arus ke
kumparan tegangan. Tetapi arus ini berlawanan dengan arus
didalam kumparan besar, menyebabkan fluks yang berlawanan

12
dengan fluks utama. Berarti efek I dihilangkan dan wattmeter
menunjukkan daya yang sesuai.

B. Wattmeter 3 fasa
Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak, memerlukan
pemakaian dua atau lebih wattmeter. Kemudian daya nyata total
diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan masing-masing
wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa
daya nyata dapat diukur dengan mengurangi satu elemen wattmeter
dan sejumlah kawat-kawat dalam setiap fasa banyak, dengan
persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat common terhadap
semua rangkaian potensial. Gambar konfigurasi wattmeter dibawah
menunjukkan sambungan dua wattmeter untuk pengukuran
konsumsi daya oleh sebuah beban tiga fasa yang setimbang yang
dihubungkan secara delta. Kumparan arus wattmeter 1
dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan tegangan
dihubungkan antara (jala-jala, line) A dan C. Kumparan arus
wattmeter 2 dihubungkan dalam jaringan B , dan kumparan
tegangannya antara jaringan B dan C. Daya total yang dipakai oleh
beban setimbang tiga fasa sama dengan penjumlahan aljabar dari
kedua pembacaan wattmeter. Diagram fasor gambar diagram fasor
tegangan tiga fasa dibawah menunjukkan tegangan tiga fasa V AC,
VCB dan arus tiga fasa IAC, ICB, dan IBA. Beban yang dihubungkan
secara delta dan dihubungkan secara induktif dan arus fasa
ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut θ.

13
Gambar 10. Kofigurasi wattmeter 3 fasa

Gambar 11. Diagram fasor tegangan 3 fasa


Kumparan arus wattmeter 1 membawa arus antara I A’A yang
merupakan penjumlahan vector dan arus-arus fasa IAC dan IAB.
Kumparan potensial wattmeter 1 dihubungkan ke tegangan antara
VAC.Dengan cara sama kumparan arus wattmeter 2 membawa arus
antara IB’B yang merupakanpenjumlahan vektor dari arus-arus fasa
IBA dan IAC, sedang tegangan pada kumparan tegangannya adalah
tegangan antara VBC. Karena beban adalah setimbang, tegangan
fasa dan arus-arus fasa samabesarnya dan dituliskan :
VAC = VBC = V dan IAC = ICB =IBA = I

14
Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan masing-masing wattmeter
adalah:
W1= VAC. IA’A Cos (30°- θ) = VI Cos (30°- θ)
W2= VBC. IB’B Cos (30°+ θ) = VI Cos (30°+ θ)
Dan
W1+W2 = VI Cos (30°- θ) + VI Cos (30°+ θ)
= VI Cos 30° Cos θ + Sin 30° Sin θ + Cos 30° Cos θ - Sin 30°
Sin θ)
= 3 VI Cos θ
Persamaan diatas merupakan besarnya daya total dalam sebuah
rangkaian tiga fasa, dan karena itu kedua wattmeter pada gambar
secara tepat mengukur daya total tersebut. Dapat ditunjukkan
bahwa penjumlahan aljabar dari pembacaan kedua wattmeter akan
memberikan nilai daya yang benar untuk setiap kondisi yang tidak
setimbang. Jika kawat netral dari system tiga fasa juga tersedia
seperti halnya pada beban yang tersambung dalam hubungan
bintang 4 kawat, sesuai dengan teorema Blondel, diperlukan tiga
wattmeter untuk melakukan daya nyata total.

Prinsip kerja wattmeter induksi sama dengan prinsip kerja


amperemeter dan voltmeter induksi. Pengukuran daya arus searah
dapat dilakukan dengan alat ukur wattmeter. Didalam instrumen ini
terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan kumparan
tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan
tersebut berbanding lurus dari hasil perkalian arus dan tegangan.
Daya listrik dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok sesuai dengan catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik
DC dan daya listrik AC. Daya listrik DC dirumuskan sebagai:
�=��
Dimana:
P = daya (Watt)
V = tegangan (Volt)

15
I = arus (Ampere)

Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu fasa dan
daya untuk tiga fasa.
 Pada sistem 1 fasa dirumuskan sebagai berikut:

� = � × � × cos �
Dimana:
V = tegangan kerja (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos f = faktor daya

 Pada sistem 3 fasa dirumuskan sebagai:

� = 3. � × � × cos �
Dimana:
V = tegangan kerja (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos f = faktor daya

Hukum LENTZ
Hukum elektromagnetisme, induksi elektromagnetik yang berasal
dari arah gaya gerak listrik induksi. Yang dapat ditentukan oleh gaya
gerak listrik induksi elektromagnetik yang dihasilkan dalam arah.
Hukum Lenz adalah hukum kekekalan energi dalam fenomena induksi
elektromagnetik diwujudkan. Hukum Lenz dapat dinyatakan sebagai:
pengaruh arus induksi yang disebabkan oleh arus induksi selalu melawan
alasan.
Hukum Lens berbunyi : “Arus induksi mengalir pada penghantar
atau kumparan dengan arah berlawanan dengan gerakan yang
menghasilkannya” atau “medan magnet yang ditimbulkannya melawan
perubahan fluks magnet yang menimbulkannya”.

16
GAYA LORENTZ
Gaya Lorentz adalah gaya (dalam bidang fisika) yang ditimbulkan
oleh muatan listrikyang bergerak atau oleh aruslistrik yang berada dalam
suatumedan magnet, B. Arah gaya ini akan mengikuti arah maju skrup
yang diputar dari vektor arah gerak muatan listrik (v) ke arah medan
magnet, B, seperti yang terlihat dalam rumus berikut:

di mana

Gambar 12. Gaya lorentz


F adalah gaya (dalam satuan/unit newton)
B adalah medan magnet (dalam unit tesla)
q adalah muatan listrik (dalam satuan coulomb)
v adalah arah kecepatan muatan (dalam unit meter per detik)
× adalah perkalian silang dari operasi vektor.

Untuk gaya Lorentz yang ditimbulkan oleh arus


listrik, I, dalam suatu medan magnet (B),
rumusnya akan terlihat sebagai berikut (lihat arah
gaya dalam kaidah tangan kanan):

di mana
F = gaya yang diukur dalam unit satuan newton
I = arus listrik dalam ampere
B = medan magnet dalam satuan tesla
= perkalian silang vektor, dan

17
L = panjang kawat listrik yang dialiri listrik dalam satuan meter.

Kesalahan
a. Pengaruh Frekuensi
Alat ukur induksi sangat dipengaruhi oleh frekuensi, mengingat alat
ukur ini hanya untuk arus/tegangan bolak-balik saja. Dari persamaan 4 :

f
Mg = K. 1. 2 Sin  Cos 
z
Faktor terpengaruh oleh frekuensi sebagai berikut :

*Z = R2  X 2

X = 2f.L
Dengan naiknya frekuensi, impedansi Z juga akan naik.
R
* Cos  = , dengan naiknya f, Z naik dan Cos  turun.
Z

Ditinjau dari factor tersebut terlihat bahwa dengan naiknya frekuensi


harga momen akan mengecil.

b. Faktor Temperatur
Dengan naiknya temperatur, baik karena temperature luar maupun
arus pusar akan membesar impedansi Z seperti pada (a) dimana Z ini
sangat berpengaruh pada momen gerak dari alat ukur ini. Sebenarnya yang
mempengaruhi kenaikkan harga Z tersebut adalah tahanan R-nya.
Kompensasi dapat dilakukan dengan tahanan shunt yang mempunyai
koefisien tahanan yang positif dan benar.

B. Pengukuran Daya
Dalam pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur induksi
sumber arus/tegangan harus bolak-balik.
P = V I Cos 

18
Ada beberapa cara pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur
induksinya diantaranya :
1. Pengukuran Daya Satu Fasa
Dengan menggunakan Wattmeter
Suatu Wattmeter satu fasa dapat langsung mengukur daya yang
diserap beban, karena semua besaran arus dan Cos  sydah tercakup di
dalamnya. Rangkaian pengkuran dengan Wattmeter satu fasa dapat
dilihat pada gambar dengan daya yang diukur adalah :

P = E I Cos 

Gambar 13. Rangkaian pengukuran daya bolak-balik satu fasa dengan


watt meter.

Kesalahan pada Wattmeter satu fasa antara lain adalah


disebabkan oleh sifat induktif kumparan tegangan. Hal ini
menyebabkan arus yang mengalir pada kumparan tegangan tidak
sefasa dengan tegangan yang diukur.

1. Metoda 3 Voltmeter dan 3 Amperemeter


Pengukuran satu fasa dapat dilakukan memakai 3 Voltmeter
(lihat gambar 8) dari diagram vector didapat :

V1 = V2 + V3 + 2V2 + V3 Cos 

Karena itu daya pada beban dapat dihitung dengan rumus :

19
V32  V22  V12
PL =
2R

Gambar 14. Pengukuran daya 1 fasa dengan 3 voltmeter dan diagram


vektor metoda 3 amperemeter.

Pengukuran daya satu fasa dapat juga dilakukan dengan menggunakan


3 Amperemeter.

Gambar 15. Pengukuran daya 1 fasa dengan 3 amperemeter dan diagram


vektor.

Dari diagram vector didapat : I1 = I2 +I3 + 2 I2 + I3 Cos 


Dan daya yang dapat dihitung dengan rumus :

R 2 2
PL = ( I 3 I 2  I 12 )
2

20
2. Pengukuran Daya Tiga Fasa
Metoda ini lazim disebut metoda Aron, dimana tegangan
diambil kedua Wattmeter adalah tegangan-tegangan fasa-fasa dengan
menggunakan 2 Wattmeter dapat diukur daya tiga fasa pengukuran dari
beban balik hubungan delta () maupun hubungan bintang (Y).
Pengukuran daya tiga fasa tersebut dengan menjumlahkan dua buah
pengukuran yang ditunjukkan oleh Wattmeter P1 dan P2, maka

Gambar 16. pengukuran metoda aron hubung bintang

Gambar 17. pengukuran metoda aron hubung delta.

III. Alat-Alat yang Digunakan

21
1. KWh meter ………………………………… 1 Buah
2. Wattmeter ………………………………... 1 Buah
3. voltmeter ………………………………….. 1 Buah
4. Amperemeter ……………………………….. 1 Buah
5. Sumber PLN ………………………………….. 1 Buah
6. Voltmeter ……………………………….. 1 Buah
7. Stopwatch ……………………………….. 1 Buah
8. Kawat Penghubung ………………………….. 1 Buah

IV. Prosedur percobaan


Alat Ukur Induksi

1. Percobaan dengan kWh Meter

Gambar 18. Proses pengukuran menggunakan KWh meter

1. Rangkai alat ukur tersebut sesuai gambar 4.1.


2. Tegangan supply hanya boleh dipasang bila sudah di setujui
oleh asisten
3. Hubungkan rangkaian dengan tegangan supply sebesar 220
V!
4. Catat tegangan, arus, dan daya yang terukur oleh alat ukur
tersebut!
5. Hitunglah waktu yang di tempuh untuk waktu setiap
putaran piringan pada KWh meter dengan jumlah putaran
yang telah di tentukan oleh asisten!
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk setiap beban yang berbeda!

22
 Beban di rangkai seri
 Beban di rangkai pararel
7. Catat hasil pengamatan pada table 1a dan 1b !

Gambar 19. Proses pengukuran menggunakan KWh meter

2. Percobaan menggunakan Wattmeter


1. Merangkai alat ukur tersebut sesuai gambar.
2. Tegangan supply hanya boleh di pasang bila sudah disetujui
oleh asisten.
3. Menghubungkan rangkaian dengan tegangan supply
sebesar 220 V.
4. Mencatat tegangan, arus, dan daya yang terukur oleh alat
ukur tesebut.
5. Mengulangi langkah 4 untuk setiap beban yang berbeda.
6. Mencatat hasil pengamatan pada tabel 2a dan 2b.

V. Data Pengamatan
A. Tabel Percobaan
1. Percobaan dengan KWh meter
a. Rangkaian seri
Tabel 1a Untuk rangkaian seri

Beban V I Cos t
(watt) (Volt) (A) (sekon)

23
200 220 0,32 67
400 220 0,23 47
600 220 0,19 37
b. Rangkaian parallel
Tabel 1b Untuk rangkaian Pararel

Beban V I Cos t
(watt) (Volt) (A) (sekon)
200 220 0,91 109
400 220 1,8 375
600 220 2,7 558
800 220 3,53 727
1000 220 4,44 915

2. Percobaan dengan wattmeter


a. Rangkaian seri
Tabel 2a Untuk rangkaian Seri

Beban V I Cos t
(watt) (Volt) (A) (sekon)
200 220 0,31 47
400 220 0,22 68
600 220 0,18 88
b. Rangkaian paralel
Tabel 2b Untuk rangkaian Pararel

Beban V I Cos t
(watt) (Volt) (A) (sekon)
200 220 0,9 15
400 220 1,8 8
600 220 2,62 5
800 220 3,4 3
1000 220 4,44 2

B. Wiring Diagram
Wiring kWh Meter

24
 PARALLEL BEBAN 200 W

Gambar 20. Wiring diagram parallel beban 200 watt

 PARALLEL BEBAN 400 W

Gambar 21. Wiring diagram parallel beban 400 watt

 PARAREL BEBAN 600 W

25
Gambar 22. Wiring diagram parallel beban 600 watt

 PARAREL BEBAN 800 W

Gambar 23. Wiring diagram parallel beban 800 watt

26
 PARAREL BEBAN 1000 W

Gambar 24. Wiring diagram parallel beban 800 watt

 SERI BEBAN 200 W

Gambar 25. Wiring diagram seri beban 200 watt

 SERI BEBAN 400 W

27
Gambar 26. Wiring diagram seri beban 400 watt

 SERI BEBAN 600 W

Gambar 27. Wiring diagram seri beban 600 watt

Wiring Wattmeter

28
 PARAREL BEBAN 200 W

Gambar 28. Wiring diagram pararel beban 200 watt

 PARAREL BEBAN 400 W

Gambar 29. Wiring diagram pararel beban 400 watt

 PARAREL BEBAN 600 W

Gambar 30. Wiring diagram pararel beban 600 watt

 PARAREL BEBAN 800 W

Gambar 31. Wiring diagram pararel beban 800 watt

 PARAREL BEBAN 1000 W

29
Gambar 32. Wiring diagram pararel beban 1000 watt

 SERI BEBAN 200 W

Gambar 33. Wiring diagram seri beban 200 watt

 SERI BEBAN 400 W

Gambar 34. Wiring diagram seri beban 400 watt

 SERI BEBAN 600 W

Gambar 35. Wiring diagram seri beban 600 watt

VI. Pengolahan Data


Untuk tabel 1

30
a. Untuk paralel
- Dengan Kwh Meter
i.
* Untuk beban 2 lampu
3600 3600
N   240 / s
t 15

* Untuk beban 3 lampu


3600 3600
N   400 / s
t 9

* Untuk beban 4 lampu

3600 3600
N   514,3 / s
t 7

ii.
* Untuk beban 2 lampu
N 240
  0,67 / Ws
Pwatmeter 360
* Untuk beban 3 lampu
N 400
  0,69 / Ws
Pwatmeter 580

* Untuk beban 4 lampu


N 514,3
  0,64 / Ws
Pwatmeter 800

iii.
* Untuk beban 2 lampu
P = V.I cos φ
= 220.1.0,85

31
= 187 Watt

*) Untuk beban 3 lampu


P = V.I cos φ
= 220.1,4.0,85
= 261,8 Watt

*) Untuk beban 4 lampu


P = V.I cos φ
= 220.1,9.0,85
= 355,3 Watt

iv
* Untuk Beban 2 lampu
N 240
  1,28 / Ws
P 187

* Untuk Beban 3 lampu


N 400
  1,52 / Ws
P 261,8

* Untuk Beban 4 lampu


N 514,3
  1,44 / Ws
P 355,3

B. Untuk seri
- Dengan Kwh Meter
i.
* Untuk beban 1 lampu

32
3600 3600
N   112 .5 / s
t 32

* Untuk beban 2 lampu


3600 3600
N   72 / s
t 50

* Untuk beban 3 lampu


3600 3600
N   57,14 / s
t 63

* Untuk beban 4 lampu


3600 3600
N   47,36 / s
t 76
ii.
* Untuk beban 1 lampu
N 112,59
  0,93 / Ws
Pwatmeter 120

* Untuk beban 2 lampu


N 72
  0,6 / Ws
Pwatmeter 120

* Untuk beban 3 lampu


N 57,14
  0,57 / Ws
Pwatmeter 100

* Untuk beban 4 lampu


N 47,36
  0,59 / Ws
Pwatmeter 80

iii
* Untuk beban 1 lampu
P = V.I cos φ

33
= 220.0.5.0,85
= 93,5 Watt

* Untuk beban 2 lampu


P = V.I cos φ
= 220.0,4.0,85
= 74.8 Watt

* Untuk beban 3 lampu


P = V.I cos φ
= 220.0,3.0,85
= 56,1 Watt

* Untuk beban 4 lampu


P = V.I cos φ
= 220.0,2.0,85
= 37,4 Watt

iv
* Untuk Beban 1 lampu
N 112,59
  1,2 / Ws
P 93,5

* Untuk Beban 2 lampu


N 72
  0,96 / Ws
P 74.8

* Untuk Beban 3 lampu


N 57.14
  1,01 / Ws
P 56,1

* Untuk Beban 4 lampu

34
N 47,36
  1.27 / Ws
P 37,41

UNTUK TABEL 2
DENGAN WATTMETER
a. Rangkaian seri
 Beban 200
S = V I = 220 = 79,2 VA

Cos = = = 0,84

 Beban 400
S = V I = 220 = 50.6 VA

Cos = = = 0,92

 Beban 600
S = V I = 220 = 39,6 VA

Cos = = = 0,95
b. Rangkaian paralel
 Beban 200
S = V I = 220 = 200,2 VA

Cos = = = 0,54
 Beban 400
S = V I = 220 = 396 VA

Cos = = = 0,94
 Beban 600
S = V I = 220 = 594 VA

Cos = = = 0,93
 Beban 800
S = V I = 220 = 776,6 VA

Cos = = = 0,93

 Beban 1000
S = V I = 220 = 976,8 VA

35
Cos = = = 0,93

36
VII. Tugas Akhir dan Pertanyaan
1. Jelaskan prinsip kerja KWhmeter secara jelas dan singkat?
Jawab:
Mengukur energi dengan cara setiap kali arus melewati piringan
didalam KWHMeter akan membuat piringan didalam KWHMeter
bergerak dan mennjukkan energi pemakaian.
2. Sebutkan perbedaan KWhmeter dan Wattmeter (minimal 3 buah)?
Kwhmeter : - mengukur energi
- tidak ada momen lawan
- tidak memakai pegas
Wattmeter : - mengukur daya
- ada momen lawan
- memakai pegas
3. Suatu ampermeter induksi tipe shaded pole mempunyai defleksi
penuh 400º pada arus I = 10 ampere. Beda fasa antara fluks shaded
dan tidak Shaded = 50º.
Jawab :
a. berapa sudut defleksi untuk I = 5 ampere
b. bila antara sudut defleksi shaded dan tidak shaded =
40º,berapa sudut defleksi untuk = 10 ampere?
Jawab:
a. Dik : I1 = 10 A
θ1 = 400º
I2 = 5 A
Jawab:
θ1 / θ2 = K.I1.(f/z).cosα.sinβ / K.I2.(f/z).cosα.sin β
θ1 / θ2 = I1² / I2²
θ2 = (I1²/I2²). θ1
= (5² / 10²) . 400º
= (25 / 100).400
= 100 º

37
b. Dik :β1 = 50 º
β2 = 40º
Jawab :
θ1 / θ2 = K.I1².(f/z).cos α.sin β / K.I2².(f/z).cos α.sinβ
400º / θ2 = sin 50º / sin 40º
θ2 = (400.0,64) / 0,76
= 256 / 0,76
= 336,84
4. Gambarkan rangkaian pengukuran 1 fasa pada hubungan bintang dan
Hubungan delta ?serta buktikan Ptotal = P1 + P2 + P3

Daya pada Sumber


P1 = I1.V1.Cos φ
P2 = I2.V2.Cos φ
P3 = I3.V3.Cos φ

Daya Pada Beban


P1’ = I1’.V1’.Cos φ
P2’ = I2’.V2’.Cos φ
P3’ = I3’.V3’.Cos φ
Jika Beban Seimbang : V1 = V2 = V3 = V

Ptotal = (P1+P2+P3) – (P1’+P2’+P3’)


= (P1+P2+P3) – (I1’.V.Cos φ + I2’.V.Cos φ + I3’.V.Cos φ)
= (P1+P2+P3) – V.Cos φ(I1’+ I2’+ I3’)
= (P1+P2+P3) – 0
= (P1+P2+P3)

38
Daya pada sumber
P1 = I1.V1.Cos φ
P2 = I2.V2.Cos φ
P3 = I3.V3.Cos φ

Daya pada beban


Pa = (I1a-I2a)V12 cos φ
Pb = (I1b-I3a)V23 cos φ
Pc = (I2b-I3b)V13 cos φ

Jika Beban Seimbang : V12 = V23 = V13 = V

Ptotal = (P1+P2+P3) – (P1’+P2’+P3’)


= (P1+P2+P3) – ((I1a-I2a) cos φ + (I1b-I3a)V cos φ + (I2b-
I3b)V cos φ)
= (P1+P2+P3) – V.Cos φ((I1a-I2a) +(I1b-I3a)+ (I2b-I3b))
= (P1+P2+P3) – 0
= (P1+P2+P3)
5. Kaidah lorebntz dan flaming

Gaya Lorentz adalah gaya (dalam bidang fisika) yang ditimbulkan


oleh muatan listrikyang bergerak atau oleh aruslistrik yang berada
dalam suatumedan magnet, B. Arah gaya ini akan mengikuti arah maju
skrup yang diputar dari vektor arah gerak muatan listrik (v) ke arah
medan magnet, B, seperti yang terlihat dalam rumus berikut:

39
di mana
Gambar 36. Gaya lorentz
F adalah gaya (dalam satuan/unit newton)
B adalah medan magnet (dalam unit tesla)
q adalah muatan listrik (dalam satuan coulomb)
v adalah arah kecepatan muatan (dalam unit meter per detik)
× adalah perkalian silang dari operasi vektor.
Untuk gaya Lorentz yang ditimbulkan oleh arus listrik, I, dalam suatu
medan magnet (B), rumusnya akan terlihat sebagai berikut (lihat arah
gaya dalam kaidah tangan kanan):

di mana
F = gaya yang diukur dalam unit satuan newton
I = arus listrik dalam ampere
B = medan magnet dalam satuan tesla
= perkalian silang vektor, dan
L = panjang kawat listrik yang dialiri listrik dalam satuan meter.

6. Jelaskan rumus prinsip kWh meter secara matematis


7. Jelaskan macam macam AUI

8. Penjelasan rumus

VIII. Analisa
1. Pada percobaan jika rangkaiannya diserikan maka lampunya akan
lebih redup dibanding jika rangkaian diparalelkan.Hal ini disebabkan
karena pada hubung seri tegangan terbagi sehingga tegangan pada
setiap lampu lebih kecil.
2. Pada hubung seri jika diberi beban maka daya yang dibutuhkan akan
lebih sedikit dan putaran piringan akan semakin lambat, sehingga

40
energi yang dibutukan lebih sedikit. Berbeda dengan hubung paralel
jika beban ditambah daya yang dibutuhkan akan semakin besar dan
perputaran akan semakin cepat sehingga energi yang dibutuhkan
semakin besar. Kesimpulannya untuk memperkecil pengeluaran energi
hubung seri lebih tepat untuk dipakai.
3. Pada percobaan 1 (dengan KWHMeter) dengan percobaan 2 (dengan
Wattmeter) hasil pengukuran daya tidak berbeda jauh hanya pada
KWH Meter kita dapat mengetahui penggunaan Energi dengan melihat
perioda piringan.
4. Kesalahan pengukuran dan perhitungan cukup besar hal ini disebabkan
adanya pengaruh frekuensi dan adanya temperatur luar yang dapat
mempengaruhi impedansinya.

IX. Kesimpulan
1. Prinsip kerja alat ukur induksi adalah memanfaatkan momen gerak
untuk memutar piringan yang ditimbulkan oleh suatu fluks magnit dan
arus bolak-balik.
2. Alat ukur induksi dibagi 2 yaitu tipe feraris dan shaded pole. Secara
fisik tipe feraris memiliki 2 pasang kumparan dan tipe shaded pole
memakai piringan dab satu kumparan yang memiliki fluks magnit.
3. Prinsip kerja Wattmeter dan KWHMeter induksi sama, perbedaannya
adalah letak ada atau tidaknya momen lawan. KWHMeter tidak
menggunakan pegas sebagai momen lawan sehingga piringan akan
terus berputar. Jumlah putaran tersebut akan menunukkan energi yang
diukur.
4. Ada beberapa cara pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur
induksi yaitu:
a. Untuk pengukuran daya dapat menggunakan wattmeter atau metoda 3
Voltmeter dan 3 Amperemeter.
b. Untuk Pengukuran daya tiga fasa dapat menggunakan metoda Aron
Hubung bintang dan metoda Aron Hubung Delta.

41
X. Daftar Pustaka
Modul praktikum II-A, Laboratorium Teknik Energi Elektrik, Jurusan
Teknik Elektro, ITENAS, 2007.

Anonim,http://id.swewe.net/word_show.htm/?34925_1&Lenz

Anonim.https://www.scribd.com/doc/96033155/3-Teori-Dasar-kWh

Anonim.http://melidapolban.blogspot.com/2006/07/alat-ukur-azas-
induksi.html

42

Anda mungkin juga menyukai