I. Tujuan Percobaan
Mengetahui prinsip kerja alat ukur
Mengetahui tpe-tipe alat ukur induksi
Mengetahui prinsip kerja Wattmeter dan KWh meter
Membandingkan hasil pengukuran dari tipe alat ukur induksi
Mengenal pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur induksi
Mengenal metode pengukuran daya dan membandingkan
1
digunakan sebagai alat ukur energi (energy kWh-meter). Prinsip kerjanya
berdasarkan gaya interaksi antara flux magnet AC dengan arus Eddy pada
piringan aluminium atau piringan tembaga.
Arus energi mempunyai dua fluks magnet yang dihasilkan dari suatu
arus mengalir pada kumparan. Kedua magnet fluks tersebut memotong
piringan.
Piringan dipotong oleh 2 fluks magnet 1 dan 2 pada titik P1 dan P2.
Fluks ke-1 1 menyebabkan arus pusar 1 (I1). Arus pusar ini melalui titik
P2. Interaksi yang terjadi antara I1 dan 1 menyebabkan momen gerak I
(Mg1). Demikian juga 2 menyebabkan momen arus pusar 2 (I2) yang
melalui P1 dan interaksi arus pusar 2 (I2) dan fluks 2 (2) menyebabkan
momen gerak 2 (Mg2).
2
Mg2 = K. 1. 2 Cos (90 + + ) …………………… (3)
Resultan kedua momen tersebut menyebabkan berputarnya piringan :
Mg = Mg1 – Mg2
Mg = K. 1. 2 Sin Cos …………………………. (4)
Untuk mendapatkan momen gerak yang besar diusahakan :
1. Sin = 1 : maka beda fasa sudut antara 1 dan 2 adalah 90.
2. Cos = 1 : maka ada beda sudut fasa antara I dan E.
Gambar 2.Feraris
Seperti dalam gambar terpasang 2 pasang kumparan. Pasangan
kumparan pertama dihubungkan seri dengan induktor besar . Kedua
pasang kumparan tersebut dihubungkan dengan tegangan yang sama.
Arus yang mengalir pada kumparan pertama (IR) mempunyai beda sudut
fasa sebesar terhadap arus kumparan kedua (IL), harga hampir
mendekati 90.
Fluksi yang timbul akan merupakan medan putar, medan putar ini
akan menyebabkan arus pusar pada motor. Dan interaksi medan putar
dengan arus pusar akan mengakibatkan, momen gerak yang memutar
rotor-rotor tersebut akan berputar searah putaran medan putar seperti
KWh meter. Tetapi bila rotor tersebut mendapat momen lawan berupa
pegas maka rotor tersebut akan berhenti pada saat terjadi keseimbangan.
Dimana :
3
V : Tegangan sumber
I : Arus yang melalui I seri dengan R
IL : Arus yang melalui kumparan 2 seri dihasilkan L
R : Fluksi magnetik yang menghasilkan IR
L : Fluksi magnetik yang menghasilkan IL
ER : Tegangan induksi karena R
EL : Tegangan induksi karena L
IER : Arus pusar karena ER
IEL : Arus pusar karena EL
4
Gambar 4. shaped P
Untuk Amperemeter
Mg = K. I2. Sin Cos ……………………….. (11)
= I2 Sin Cos ……………………….. (12)
Untuk Voltmeter
Mg = KV2 Sin Cos ……………………….. (13)
= V2 Sin Cos ……………………….. (14)
KWh METER
kWh meter adalah alat pengukur energi listrik yang mengukur secara
langsung hasil kali tegangan, arus factor kerja,kali waktu yang tertentu
(UI Cos φ t) yang bekerja padanya selama jangka waktu tertentu
tersebut. Hal ini berdasarkan bekerjanya induksi megnetis oleh medan
magnit yang dibangkitkan oleh arus melalui kumparan arus terhadap disc
(piring putar) kWh meter, dimana induksi megnetis ini berpotongan
dengan induksi mgnetis yang dibangkitkan oleh arus melewati kumparan
tegangan terhadap disc yang sama.
5
Koppel putar dapat dibangkitkan terhadap disc karena induksi
magnetis kedua medan magnit tersebut diatas bergeser fasa sebesar 90 0
satu terhadap lainnya (azas Ferraris). Hal ini dimungkinkan dengan
konstruksi kumparan tegangan dibuat dalam jumlah besar gulungan
sehingga dapat dianggap induktansi murni.
6
Sistem penggerak terdiri dari dua kumparan. Kumparan pertama
dihubungkan dengan tegangan yang disebut dengn kumparan tegangan
dan kumparan yang kedua dihubungkan dengan arus disebut kumparan
arus.
Kumparan tegangan mempunyai jumlah lilitan yang banyak sehingga
arus (Iv) yang dihasilkan akan mempunyai beda sudut hampir 90
terhadap tegangan. Untuk KWh meter momen pengereman yang
besarnya sebanding dengan kecepatan putarnya.
N = K V I Cos …………………………………. (15)
Total Putaran = K. energi
totalperputaran
Dengan : Kons tan ta ( K )
energi
7
Dari persamaan (11) Wattmeter 1 = v ; 2 dan = - (lihat
diagram vector)
Mg = K v 1 Sin (-). Cos
Karena v sebanding dengan V dan 1 dan sebanding dengan I
serta f, z dan . Maka :
Mg = K V I Cos ……………………………… (16)
Momen lawan karena pegas Me = S
= V I Cos
= K V I Cos …………………………………. (17)
Daya beban :
P = V I Cos ……………………….. (18)
Dimana :
V : tegangan beban
I : arus beban
: sudut fasa beban
: sudutnya fasa antara Iv dengan V
F : frekuensi
Z : impedansi arus pusar
v : fluksi akibat arus Iv
i : fluksi akibat arus Ii
Ev : tegangan induksi akibat v
Ei : tegangan induksi akibat i
Ipv : arus pusar akibat v
Ipi : arus pusar akibat i
: sudut fasa antara v dan i
8
Gambar 8. Bagian Bagian kWh Meter
BAGIAN – BAGIAN kWh METER
1. Kumparan Tegangan
2. Kumparan arus
3. Elemen Penggerak/piringan
4. Rem Magnit
5. Register
6. Name Plate
7. Terminal Klemp
Badan (body) terdiri dari :
a. Bagian atas
b. Bagian bawah
Kumparan arus terdiri dari :
a. Pada kWh meter 1 phasa kumparan arus 1 set
b. Pada kWh meter 3 phasa 3 kawat kumparan arus 2 set
c. Pada kWh meter 3 phasa 4 kawat kumparan 3 set
Pada kumparan arus dilengkapi dengan kawat tahanan atau lempengan
besi yang berfungsi sebagai pengatur Cosinus phi (factor kerja)
Kumparan Tegangan terdiri dari :
1. Pada kWh meter 1 phasa …………………………… 1 Set
9
2. Pada kWh meter 3 phasa 3 kawat ……………………. 2 set
3. Pada kWh meter 3 phasa 4 kawat ……………………. 3 Set
Piringan
Piringan kWh meter ditempatkan dengan dua buah bantalan (atas dan
bawah) yang digunakan agar piringan kWh meter dapat berputar dengan
mendapat gesekan sekecil mungin.
Rem Magnit
Rem magnit adalah terbuat dari magnit permanen, mempunyai satu
pasang kutub (Utara dan selatan) yang gunanya untuk :
a. Mengatasi akibat adanya gaya berat dari piringan kWh meter
b. Menghilangkan / meredam ayunan perputaran piringan serta alat
kalibrasi semua batas arus.
WATTMETER
Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang
pembacaannya dalam satuan watt di mana merupakan kombinasi
voltmeter dan amperemeter. Cara menggunakan wattmeter pertama-tama
telitilah kedudukan jarum penunjuknya jika kedudukannya sudah tepat
pada angka 0 berarti wattmeter sudah siap untuk digunakan. Apabila
kedudukan jarum penunjuk belum tepat pada angka 0, maka harus diatur
dengan memutar sekrup pengatur kedudukan jarum. Pengukuran daya
listrik secara langsung adalah dengan menggunakan wattmeter, ada
beberapa jenis wattmeter, antara lain wattmeter elektrodinamik,
wattmeter induksi, wattmeter elektrostatik dan sebagainya. Yang paling
10
banyak digunakan adalah wattmeter elektrodinamik, karena sesuai
dengan karakteristiknya. Jika ditinjau dari fasanya ada 2 jenis, yaitu :
wattmeter 1 fasa dan wattmeter 3 fasa.
A. Wattmeter 1 Fasa
Wattmeter 1 (satu) fasa dapat dibangun dengan komponen
utama berupa elektrodinamometer. Elektrodinamometer
merupakan komponen utama dari wattmeter analog.
Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya,
wattmeter tipe Elektrodinamometer dapat dipakai untuk mengukur
daya searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk setiap
bentuk gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada
gelombang sinus saja. “Wattmeter tipe elektrodinamometer” terdiri
dari satu pasang kumparan yaitu kumparan tetap yang disebut
kumparan arus dan kumparan berputar yang disebut dengan
kumparan tegangan, sedangkan alat penunjuknya akan berputar
melalui suatu sudut, yang berbanding lurus dengan hasil perkalian
dari arus-arus yang melalui kumparan-kumparan tersebut.
11
putar sebanding dengan perkalian Ic dan Ip, defleksi ratarata
selama satu perioda dapat dituliskan :
Dimana :
rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan
K = konstanta instrumen
Ic = arus sesaat dalam kumparan arus
Ip = Arus sesaat di dalam kumparan tegangan
Dengan menganggap sementara Ic sama dengan arus beban I
(secara aktual Ic = Ip + I) dan menggunakan nilai Ip = e/Rp
didapatkan :
12
dengan fluks utama. Berarti efek I dihilangkan dan wattmeter
menunjukkan daya yang sesuai.
B. Wattmeter 3 fasa
Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak, memerlukan
pemakaian dua atau lebih wattmeter. Kemudian daya nyata total
diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan masing-masing
wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa
daya nyata dapat diukur dengan mengurangi satu elemen wattmeter
dan sejumlah kawat-kawat dalam setiap fasa banyak, dengan
persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat common terhadap
semua rangkaian potensial. Gambar konfigurasi wattmeter dibawah
menunjukkan sambungan dua wattmeter untuk pengukuran
konsumsi daya oleh sebuah beban tiga fasa yang setimbang yang
dihubungkan secara delta. Kumparan arus wattmeter 1
dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan tegangan
dihubungkan antara (jala-jala, line) A dan C. Kumparan arus
wattmeter 2 dihubungkan dalam jaringan B , dan kumparan
tegangannya antara jaringan B dan C. Daya total yang dipakai oleh
beban setimbang tiga fasa sama dengan penjumlahan aljabar dari
kedua pembacaan wattmeter. Diagram fasor gambar diagram fasor
tegangan tiga fasa dibawah menunjukkan tegangan tiga fasa V AC,
VCB dan arus tiga fasa IAC, ICB, dan IBA. Beban yang dihubungkan
secara delta dan dihubungkan secara induktif dan arus fasa
ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut θ.
13
Gambar 10. Kofigurasi wattmeter 3 fasa
14
Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan masing-masing wattmeter
adalah:
W1= VAC. IA’A Cos (30°- θ) = VI Cos (30°- θ)
W2= VBC. IB’B Cos (30°+ θ) = VI Cos (30°+ θ)
Dan
W1+W2 = VI Cos (30°- θ) + VI Cos (30°+ θ)
= VI Cos 30° Cos θ + Sin 30° Sin θ + Cos 30° Cos θ - Sin 30°
Sin θ)
= 3 VI Cos θ
Persamaan diatas merupakan besarnya daya total dalam sebuah
rangkaian tiga fasa, dan karena itu kedua wattmeter pada gambar
secara tepat mengukur daya total tersebut. Dapat ditunjukkan
bahwa penjumlahan aljabar dari pembacaan kedua wattmeter akan
memberikan nilai daya yang benar untuk setiap kondisi yang tidak
setimbang. Jika kawat netral dari system tiga fasa juga tersedia
seperti halnya pada beban yang tersambung dalam hubungan
bintang 4 kawat, sesuai dengan teorema Blondel, diperlukan tiga
wattmeter untuk melakukan daya nyata total.
15
I = arus (Ampere)
Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu fasa dan
daya untuk tiga fasa.
Pada sistem 1 fasa dirumuskan sebagai berikut:
� = � × � × cos �
Dimana:
V = tegangan kerja (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos f = faktor daya
� = 3. � × � × cos �
Dimana:
V = tegangan kerja (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos f = faktor daya
Hukum LENTZ
Hukum elektromagnetisme, induksi elektromagnetik yang berasal
dari arah gaya gerak listrik induksi. Yang dapat ditentukan oleh gaya
gerak listrik induksi elektromagnetik yang dihasilkan dalam arah.
Hukum Lenz adalah hukum kekekalan energi dalam fenomena induksi
elektromagnetik diwujudkan. Hukum Lenz dapat dinyatakan sebagai:
pengaruh arus induksi yang disebabkan oleh arus induksi selalu melawan
alasan.
Hukum Lens berbunyi : “Arus induksi mengalir pada penghantar
atau kumparan dengan arah berlawanan dengan gerakan yang
menghasilkannya” atau “medan magnet yang ditimbulkannya melawan
perubahan fluks magnet yang menimbulkannya”.
16
GAYA LORENTZ
Gaya Lorentz adalah gaya (dalam bidang fisika) yang ditimbulkan
oleh muatan listrikyang bergerak atau oleh aruslistrik yang berada dalam
suatumedan magnet, B. Arah gaya ini akan mengikuti arah maju skrup
yang diputar dari vektor arah gerak muatan listrik (v) ke arah medan
magnet, B, seperti yang terlihat dalam rumus berikut:
di mana
di mana
F = gaya yang diukur dalam unit satuan newton
I = arus listrik dalam ampere
B = medan magnet dalam satuan tesla
= perkalian silang vektor, dan
17
L = panjang kawat listrik yang dialiri listrik dalam satuan meter.
Kesalahan
a. Pengaruh Frekuensi
Alat ukur induksi sangat dipengaruhi oleh frekuensi, mengingat alat
ukur ini hanya untuk arus/tegangan bolak-balik saja. Dari persamaan 4 :
f
Mg = K. 1. 2 Sin Cos
z
Faktor terpengaruh oleh frekuensi sebagai berikut :
*Z = R2 X 2
X = 2f.L
Dengan naiknya frekuensi, impedansi Z juga akan naik.
R
* Cos = , dengan naiknya f, Z naik dan Cos turun.
Z
b. Faktor Temperatur
Dengan naiknya temperatur, baik karena temperature luar maupun
arus pusar akan membesar impedansi Z seperti pada (a) dimana Z ini
sangat berpengaruh pada momen gerak dari alat ukur ini. Sebenarnya yang
mempengaruhi kenaikkan harga Z tersebut adalah tahanan R-nya.
Kompensasi dapat dilakukan dengan tahanan shunt yang mempunyai
koefisien tahanan yang positif dan benar.
B. Pengukuran Daya
Dalam pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur induksi
sumber arus/tegangan harus bolak-balik.
P = V I Cos
18
Ada beberapa cara pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur
induksinya diantaranya :
1. Pengukuran Daya Satu Fasa
Dengan menggunakan Wattmeter
Suatu Wattmeter satu fasa dapat langsung mengukur daya yang
diserap beban, karena semua besaran arus dan Cos sydah tercakup di
dalamnya. Rangkaian pengkuran dengan Wattmeter satu fasa dapat
dilihat pada gambar dengan daya yang diukur adalah :
P = E I Cos
V1 = V2 + V3 + 2V2 + V3 Cos
19
V32 V22 V12
PL =
2R
R 2 2
PL = ( I 3 I 2 I 12 )
2
20
2. Pengukuran Daya Tiga Fasa
Metoda ini lazim disebut metoda Aron, dimana tegangan
diambil kedua Wattmeter adalah tegangan-tegangan fasa-fasa dengan
menggunakan 2 Wattmeter dapat diukur daya tiga fasa pengukuran dari
beban balik hubungan delta () maupun hubungan bintang (Y).
Pengukuran daya tiga fasa tersebut dengan menjumlahkan dua buah
pengukuran yang ditunjukkan oleh Wattmeter P1 dan P2, maka
21
1. KWh meter ………………………………… 1 Buah
2. Wattmeter ………………………………... 1 Buah
3. voltmeter ………………………………….. 1 Buah
4. Amperemeter ……………………………….. 1 Buah
5. Sumber PLN ………………………………….. 1 Buah
6. Voltmeter ……………………………….. 1 Buah
7. Stopwatch ……………………………….. 1 Buah
8. Kawat Penghubung ………………………….. 1 Buah
22
Beban di rangkai seri
Beban di rangkai pararel
7. Catat hasil pengamatan pada table 1a dan 1b !
V. Data Pengamatan
A. Tabel Percobaan
1. Percobaan dengan KWh meter
a. Rangkaian seri
Tabel 1a Untuk rangkaian seri
Beban V I Cos t
(watt) (Volt) (A) (sekon)
23
200 220 0,32 67
400 220 0,23 47
600 220 0,19 37
b. Rangkaian parallel
Tabel 1b Untuk rangkaian Pararel
Beban V I Cos t
(watt) (Volt) (A) (sekon)
200 220 0,91 109
400 220 1,8 375
600 220 2,7 558
800 220 3,53 727
1000 220 4,44 915
Beban V I Cos t
(watt) (Volt) (A) (sekon)
200 220 0,31 47
400 220 0,22 68
600 220 0,18 88
b. Rangkaian paralel
Tabel 2b Untuk rangkaian Pararel
Beban V I Cos t
(watt) (Volt) (A) (sekon)
200 220 0,9 15
400 220 1,8 8
600 220 2,62 5
800 220 3,4 3
1000 220 4,44 2
B. Wiring Diagram
Wiring kWh Meter
24
PARALLEL BEBAN 200 W
25
Gambar 22. Wiring diagram parallel beban 600 watt
26
PARAREL BEBAN 1000 W
27
Gambar 26. Wiring diagram seri beban 400 watt
Wiring Wattmeter
28
PARAREL BEBAN 200 W
29
Gambar 32. Wiring diagram pararel beban 1000 watt
30
a. Untuk paralel
- Dengan Kwh Meter
i.
* Untuk beban 2 lampu
3600 3600
N 240 / s
t 15
3600 3600
N 514,3 / s
t 7
ii.
* Untuk beban 2 lampu
N 240
0,67 / Ws
Pwatmeter 360
* Untuk beban 3 lampu
N 400
0,69 / Ws
Pwatmeter 580
iii.
* Untuk beban 2 lampu
P = V.I cos φ
= 220.1.0,85
31
= 187 Watt
iv
* Untuk Beban 2 lampu
N 240
1,28 / Ws
P 187
B. Untuk seri
- Dengan Kwh Meter
i.
* Untuk beban 1 lampu
32
3600 3600
N 112 .5 / s
t 32
iii
* Untuk beban 1 lampu
P = V.I cos φ
33
= 220.0.5.0,85
= 93,5 Watt
iv
* Untuk Beban 1 lampu
N 112,59
1,2 / Ws
P 93,5
34
N 47,36
1.27 / Ws
P 37,41
UNTUK TABEL 2
DENGAN WATTMETER
a. Rangkaian seri
Beban 200
S = V I = 220 = 79,2 VA
Cos = = = 0,84
Beban 400
S = V I = 220 = 50.6 VA
Cos = = = 0,92
Beban 600
S = V I = 220 = 39,6 VA
Cos = = = 0,95
b. Rangkaian paralel
Beban 200
S = V I = 220 = 200,2 VA
Cos = = = 0,54
Beban 400
S = V I = 220 = 396 VA
Cos = = = 0,94
Beban 600
S = V I = 220 = 594 VA
Cos = = = 0,93
Beban 800
S = V I = 220 = 776,6 VA
Cos = = = 0,93
Beban 1000
S = V I = 220 = 976,8 VA
35
Cos = = = 0,93
36
VII. Tugas Akhir dan Pertanyaan
1. Jelaskan prinsip kerja KWhmeter secara jelas dan singkat?
Jawab:
Mengukur energi dengan cara setiap kali arus melewati piringan
didalam KWHMeter akan membuat piringan didalam KWHMeter
bergerak dan mennjukkan energi pemakaian.
2. Sebutkan perbedaan KWhmeter dan Wattmeter (minimal 3 buah)?
Kwhmeter : - mengukur energi
- tidak ada momen lawan
- tidak memakai pegas
Wattmeter : - mengukur daya
- ada momen lawan
- memakai pegas
3. Suatu ampermeter induksi tipe shaded pole mempunyai defleksi
penuh 400º pada arus I = 10 ampere. Beda fasa antara fluks shaded
dan tidak Shaded = 50º.
Jawab :
a. berapa sudut defleksi untuk I = 5 ampere
b. bila antara sudut defleksi shaded dan tidak shaded =
40º,berapa sudut defleksi untuk = 10 ampere?
Jawab:
a. Dik : I1 = 10 A
θ1 = 400º
I2 = 5 A
Jawab:
θ1 / θ2 = K.I1.(f/z).cosα.sinβ / K.I2.(f/z).cosα.sin β
θ1 / θ2 = I1² / I2²
θ2 = (I1²/I2²). θ1
= (5² / 10²) . 400º
= (25 / 100).400
= 100 º
37
b. Dik :β1 = 50 º
β2 = 40º
Jawab :
θ1 / θ2 = K.I1².(f/z).cos α.sin β / K.I2².(f/z).cos α.sinβ
400º / θ2 = sin 50º / sin 40º
θ2 = (400.0,64) / 0,76
= 256 / 0,76
= 336,84
4. Gambarkan rangkaian pengukuran 1 fasa pada hubungan bintang dan
Hubungan delta ?serta buktikan Ptotal = P1 + P2 + P3
38
Daya pada sumber
P1 = I1.V1.Cos φ
P2 = I2.V2.Cos φ
P3 = I3.V3.Cos φ
39
di mana
Gambar 36. Gaya lorentz
F adalah gaya (dalam satuan/unit newton)
B adalah medan magnet (dalam unit tesla)
q adalah muatan listrik (dalam satuan coulomb)
v adalah arah kecepatan muatan (dalam unit meter per detik)
× adalah perkalian silang dari operasi vektor.
Untuk gaya Lorentz yang ditimbulkan oleh arus listrik, I, dalam suatu
medan magnet (B), rumusnya akan terlihat sebagai berikut (lihat arah
gaya dalam kaidah tangan kanan):
di mana
F = gaya yang diukur dalam unit satuan newton
I = arus listrik dalam ampere
B = medan magnet dalam satuan tesla
= perkalian silang vektor, dan
L = panjang kawat listrik yang dialiri listrik dalam satuan meter.
8. Penjelasan rumus
VIII. Analisa
1. Pada percobaan jika rangkaiannya diserikan maka lampunya akan
lebih redup dibanding jika rangkaian diparalelkan.Hal ini disebabkan
karena pada hubung seri tegangan terbagi sehingga tegangan pada
setiap lampu lebih kecil.
2. Pada hubung seri jika diberi beban maka daya yang dibutuhkan akan
lebih sedikit dan putaran piringan akan semakin lambat, sehingga
40
energi yang dibutukan lebih sedikit. Berbeda dengan hubung paralel
jika beban ditambah daya yang dibutuhkan akan semakin besar dan
perputaran akan semakin cepat sehingga energi yang dibutuhkan
semakin besar. Kesimpulannya untuk memperkecil pengeluaran energi
hubung seri lebih tepat untuk dipakai.
3. Pada percobaan 1 (dengan KWHMeter) dengan percobaan 2 (dengan
Wattmeter) hasil pengukuran daya tidak berbeda jauh hanya pada
KWH Meter kita dapat mengetahui penggunaan Energi dengan melihat
perioda piringan.
4. Kesalahan pengukuran dan perhitungan cukup besar hal ini disebabkan
adanya pengaruh frekuensi dan adanya temperatur luar yang dapat
mempengaruhi impedansinya.
IX. Kesimpulan
1. Prinsip kerja alat ukur induksi adalah memanfaatkan momen gerak
untuk memutar piringan yang ditimbulkan oleh suatu fluks magnit dan
arus bolak-balik.
2. Alat ukur induksi dibagi 2 yaitu tipe feraris dan shaded pole. Secara
fisik tipe feraris memiliki 2 pasang kumparan dan tipe shaded pole
memakai piringan dab satu kumparan yang memiliki fluks magnit.
3. Prinsip kerja Wattmeter dan KWHMeter induksi sama, perbedaannya
adalah letak ada atau tidaknya momen lawan. KWHMeter tidak
menggunakan pegas sebagai momen lawan sehingga piringan akan
terus berputar. Jumlah putaran tersebut akan menunukkan energi yang
diukur.
4. Ada beberapa cara pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur
induksi yaitu:
a. Untuk pengukuran daya dapat menggunakan wattmeter atau metoda 3
Voltmeter dan 3 Amperemeter.
b. Untuk Pengukuran daya tiga fasa dapat menggunakan metoda Aron
Hubung bintang dan metoda Aron Hubung Delta.
41
X. Daftar Pustaka
Modul praktikum II-A, Laboratorium Teknik Energi Elektrik, Jurusan
Teknik Elektro, ITENAS, 2007.
Anonim,http://id.swewe.net/word_show.htm/?34925_1&Lenz
Anonim.https://www.scribd.com/doc/96033155/3-Teori-Dasar-kWh
Anonim.http://melidapolban.blogspot.com/2006/07/alat-ukur-azas-
induksi.html
42