Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI DAN


HIDROKUINON DALAM KOSMETIK KRIM RACIKAN
DOKTER

OLEH:

PATIMAH SIMAMORA

NIM : 150309243

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maraknya kosmetik racikan dokter yang diberikan kepada pasien dinilai


dapat membahayakan konsumen. Dua zat kimia yang sering ditambahkan
dalam kosmetik adalah hidrokuinon dan merkuri, karena kemampuan zat
tersebut untuk menghambat pembentukan melanin pada permukaan kulit dan
menjadikan kulit putih mulus dalam waktu yang relatif singkat (Syafnir et al.,
2011).

Kosmetik berbentuk krim yang mengandung hidrokuinon banyak


digunakan untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah. Daya kerja
pemucatan hidrokuinon sangat lambat dan akan lebih cepat dengan kadar yang
lebih tinggi, tetapi kadar yang tinggi akan memberikan efek samping yang
tidak diinginkan (Ibrahim et al., 2004).

Hidrokuinon lebih dari 2% merupakan golongan obat keras yang


penggunaannya berdasarkan resep dokter. Kadar hidrokuinon yang melebihi
5% dapat menimbulkan kemerahan dan rasa terbakar pada kulit. Bahaya
pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi
kulit, kulit kemerahan, rasa terbakar, kelainan ginjal, kanker darah dan kanker
hati. Pemakaian yang berlebih dapat menyebabkan iritasi kulit, namun jika
dihentikan seketika akan berefek lebih buruk. Kadar hidroquinon dalam krim
yang beredar di pasaran hanya diperbolehkan 2%, lebih dari itu dipergunakan
sebagai obat (BPOM RI, 2007).

Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom 80 dengan berat


molekul relatif 200,59. Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang berasal dari
bahasa yunani hydrargyricum yang berarti cairan berwarna perak (SPU, 2007)

Dalam kosmetik krim biasanya digunakan merkuri anorganik, yaitu


ammoniated mercury, merkuri juga dapat ditemukan dalam kosmetik yang
lain, misalnya dalam produk pembersih make up mata dan maskara.
Ammoniated mercury 1-10 % digunakan sebagai bahan pemutih kulit dalam
sediaan krim karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya
pemutih pada kulit sangat kuat. Karena toksisitasnya terhadap organ-organ

ginjal, saraf dan otak sangat kuat maka pemakaiannya dilarang dalam sediaan
kosmetik (WHO, 2011).

Menurut Peraturan Mentri Keseharan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998


tentang bahan, zat warna, substrat, zat pengawet dan tabir surya pada
kosmetik. Dalam kadar yang sidikitpun merkuri dapat bersifat racun. Mulai
dari perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam, alergi, iritasi, serta pada
pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal
dan gangguan perkembangan janin. Bahkan, paparan jangka pendek dalam
dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paru-
paru serta merupakan zat karsinogenik (BPOM RI, 2007)

Karena masyarakat percaya sepenuhnya kepada dokter spesialis yang


menanganinya, seringkali tidak peduli apakah kosmetik yang diberikan telah
terdaftar di BPOM atau belum. Kesadaran dokter juga diperlukan sehingga
tidak hanya mendahulukan profit tapi juga keamanan. Masyarakat yang hanya
melihat hasil tanpa melihat efek juga tidak pernah tahu bahwa ternyata
kosmetik yang digunakan mengandung zat kimia yang berbahaya.

Banyaknya dokter yang memberikan kosmetik racikan untuk kon tersebut,


diduga dapat membahayakan konsumen. Hal ini diakibatkan kecenderungan
penggunaan hidrokuinon dan merkuri dalam sediaan kosmetik racikan dokter.
Untuk menghindari terjadinya efek yang tidak diinginkan, maka peneliti
menguji kosmetik racikan dokter untuk dianalisis kandungan hidrokuinon dan
merkuri dalam krimm sediaannya. Karena kedua zat tersebut sumen yang
tidak diketahui dengan jelas kandungan dalam sediaan krim kosmetik dapat
membahayakan kesehatan konsumen.

Terdapat beberapa metode pada penentuan kadar merkuri. Yaitu dengan


spektrofotometri serapan atom dan titrasi ditizon (DepKes, 1995), CVAAS
(Irianto, 1998 & Parenkuan et al., 2013),dan metode kompleksometri (RAY &
Underwood, 2002).

Penetapan kadar hidrokuinon ada beberapa metode yang dapat digunakan,


diantaranya dengan Titrasi Redoks (DepKes, 1995), Spektrofotometri UV
(Pedro et al., 2007), Kolorimetri (Ibrahimet al., 2004), Thin Layer
Chromatography (Siddique et al., 2012), High Perform
LiquidChromatography (BPOM, 2005), Gas Chromatography Mass
Spectrofotometry (Saito et al., 1994), Miselar Elektro Kromatografi

(Jangseokim dan Youngseong Kim, 2005) dan Capillary


Electrochromatography (Desiderio et al., 2000).

Penelitian ini dilakukan pengukuran kadar merkuri dengan alat Mercury


Analyzer karena alat ini dapat mendeteksi hingga konsentrasi ppt, spesifik
untuk merkuri, preparasi yang sederhana, dan aman (Akaojicho, 2003).
Sedangkan untuk analisis hidrokuinon menggunakan alat HPLC karena dapat
dilakukan pada suhu ruang, kolom dapat digunakan berulang, cepat, dan
mudah dioperasikan secara otomatis (Harmita, 2005).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah dalam 4 sampel krim racikan dokter mengandung hidrokuinon ?

2. Apakah dalam 3 sampel krim racikan dokter mengandung merkuri ?

3. Berapakah kadar hidrokuinon yang terdapat dalam 4 sampel yang diuji ?

4. Berapakah kadar merkuri yang terdapat dalam 3 sampel yang diuji ?

5. Apakah kadar hidrokuinon dan merkuri yang terdapat dalam krim racikan
dokter tersebut masih berada pada batas yang diizinkan pemerintah ?
1.3 Hipotesa Penelitian

1. Diduga beberapa krim kosmetik racikan dokter yang banyak digunakan


mengandung hidrokuinon dan atau merkuri.

2. Diduga adanya kandungan hidrokuinon yang melebihi batas yang


diperbolehkan dalam krim kosmetik racikan dokter

1.4 Tujuan Penelitian

3. Menganalisis kadar hidrokuinon dalam kosmetik racikan dokter

4. Menganalisis kadar merkuri dalam kosmetik racikan dokter

5. Menilai apakah krim racikan dokter yang dianaisis masih dalam taraf
aman

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat umum

a. Memberi informasi pada masyarakat agar berhati-hati dalam


menggunakan kosmetik yang digunakan terutama yang tidak
teregistrasi di BPOM

b. Masyarakat lebih berhati-hati dalam menggunakan kosmetik racikan


dokter

2. Manfaat khusus

a. Memperdalam ilmu peneliti tentang analisa

b. Memberi masukan kepada pemerintah supaya lebih ketat untuk


mengawasi keamanan kosmetik racikan dokter
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat


Penelitian dilakukan di laboratorium kosmetik di Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
yang berlangsung dari bulan Maret 2018 hingga bulan September 2018

3.2 Tekhnik Pengambilan Sampel


Sampel krim kosmetik yang digunakan untuk penelitian diambil sebanyak 4 sampel secara
acak. Sampel diambil dari beberapa wilayah di daerah Padang bulan,Setia
Budi,Amplas,Pancing berdasarkan kecenderungan pemakaian konsumen yang tinggi terhadap
produk tersebut.

3.3 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisis hidrokuinon
HPLC Dionex yang dilengkapi dengan detektor UV, volume injeksi 20 μL , kolom analitik
ODS/C18 dengan dimensi 4,6 mm x 150 mm. waterbath
dengan temperatur 600 C, vortex, membran filter 0,2 µm, syring filter 0,2 µm, sentrifuge,
spatula, pipet ukur, pipet tetes, spuit, mikro pipet 500 μL – 1 ml, batang pengaduk, timbangan
analitik dan alat-alat gelas.
b. Analisis merkuri
Mercury analyzer NIC MA 3000, neraca analitik, pipet ukur, mikro pipet 20
– 200 µL , batang pengaduk, spatula, penangas listrik dan alat-alat gelas.

3.4 Bahan
a. Analisis hidrokuinon
Standar hidrokuinon, As.stearat, TEA, cera alba, vaselin album, PG,
aquades, aquabides, metanol, 4 sampel krim racikan dokter.

b. Analisis merkuri
Standar baku merkuri, HNO3 pekat, aquades, 3 sampel krim racikan dokter.

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Analisis Hidrokuinon
1. Pembuatan fase gerak
Air : metanol (40 : 60), 60 ml metanol dicampurkan dengan 40 ml air
2. Penentuan panjang gelombang maksimum
Larutan standar hidrokuinon dengan konsentrasi 10 ppm, dibuat spektrum
serapan dari panjang gelombang 200 - 400 nm dengan spektrofotometri
UV-Vis. Tentukan panjang gelombang maksimumnya (ASEAN, 2005)
3. Pembuatan standar hidrokuinon
Sebanyak 50 mg standar hidrokuinon ditimbang dan dimasukkan kedalam
labu ukur 50 mL, ditambahkan dengan 25 mL fase gerak kemudian dikocok
dan dicukupkan volumenya hingga tanda batas. Dipipet 5 mL dari larutan
induk dimasukkan dalam 50 mL labu ukur dan ditambahkan fase gerak
hingga tanda batas. Dibuat standar dengan konsentrasi 20 ppm, 30 ppm, 40
ppm, 50 ppm dan 60 ppm. Diinjeksikan kedalam alat HPLC dengan panjang
gelombang 290 nm, laju alir 1 mL/menit dan volume injeksi 20 µL. Dibuat
kurva kalibrasinya dengan memplotkan peak area vs konsentrasi, dihitung
nilai LOD dan LOQ (ASEAN, 2005)
4. Pembuatan krim simulasi
R/ Hidrokuinon 12,5 mg
Asam stearat 229 mg
Cera alba 30 mg
Vaselin 122 mg
Propilen glikol 122 mg
TEA 23 mg
Aquades ad 1g
Lelehkan asam stearat, cera alba dan vaselin diatas water bath
dengan suhu 600 C (M1) sebagai fase minyak. TEA, propilen glikol
dan aquades dipanaskan sebagai fase air (M2). Campurkan M2 pada
M1, digerus hingga homogen hingga dapat membentuk massa krim
kemudian ditambakan hidrokuinon kedalam krim dan digerus hingga
homogen. (Anief, 2000)
5. Preparasi krim simulasi
Sebanyak 12,5 mg krim simulasi ditimbang kemudian dimasukkan dalam
beaker glass 25 mL. dibilas dengan fase gerak hingga tidak ada basis yang
tersisa. Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, divortex selama 1
menit, diletakkan diatas water bath dengan suhu 600 C selama 15 menit,
dinginkan dalam temperatur ruangan. Ditambah fase gerak hingga tanda
batas 50 mL dalam labu ukur, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan
disentrifuge dan disaring dengan membran filter 0,2 µm kemudian
diinjeksikan kedalam alat HPLC dengan panjang gelombang 290 nm, laju
alir 1 mL/menit dan volume injeksi 20 µL. hasil yang diperoleh dianalisis
dan dihitung % perolehan kembalinya (ASEAN, 2005).
6. Preparasi sampel krim racikan dokter
Sebanyak 1 g sampel krim ditimbang kemudian dimasukkan dalam beaker
glass 25 mL, ditambahkan fase gerak hingga basis tidak ada yang tertinggal
dalam beker sambil dipanaskan. Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 50
mL, divortex selama 1 menit, diletakkan diatas water bath dengan suhu 60
0
C selama 15 menit, dinginkan dalam temperatur ruangan. Ditambah fase
gerak hingga tanda batas 50 mL dalam labu ukur kemudian dihomogenkan.
Larutan disentrifuge selama 10 menit pada kecepatan 5000 rpm kemudian
disaring dengan membran filter 0,2 µm. Filtrat diinjeksikan kedalam alat
HPLC dengan panjang gelombang hingga 290 nm, laju alir 1 mL/menit dan
volume injeksi 20 µL. Hasil yang didapat dianalisis kadarnya. Perlakuan
tersebut dilakukan secara duplo (ASEAN, 2005).
3.5.2 Analisis Merkuri (Akaojicho et al, 2003)
1. Pembuatan larutan L-sistein
Timbang L-systein sebanyak 10 mg, kemudian larutkan dengan aquades 10
mL dan masukkan kedalam labu ukur 1 L, dicukupkan dengan aquades
hingga 500 mL. tambahkan asam nitrat pekat sebanyak 2 mL dan
dicukupkan dengan aquades hingga 1 L.
2. Pembuatan kurva kalibrasi
Pipet 5 mL larutan Hg(NO3) dengan konsentrasi 1000 ppm kedalam labu
ukur 50 mL, dicukupkan dengan larutan adisi L-sistein sehingga
konsentrasinya 100 ppm, encerkan larutan dari 100 ppm ke 1 ppm ke 100
ppb ke 50 ppb dan 5 ppb.
3. Pengukuran kadar merkuri pada sampel
Masing-masing sampel dimasukkan kedalam boat alat Mercury Analyzer
dengan menggunakan tusuk gigi kedalam alat.

Anda mungkin juga menyukai