Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan
BAB I
HAKIKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1. Mengenai belajar, yang mana meliputi teori-teori, ciri khas perilaku belajar
untuk peserta didik, dan prinsip-prinsip di dalamnya.
2. Mengenai proses belajar, yaitu tahapan peristiwa dan perbuatan yang terjadi di
dalam proses belajar mengajar peserta didik.
3. Mengenai situasi belajar, yaitu suasan dan kondisi lingkungan, baik itu yang
bersifat fisik ataupun non fisik yang berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar peserta didik.
Pada dasarnya ruang lingkup psikologi pendidikan membahas hal-hal
sebagai berikut:
1. Hereditas dan Lingkungan
Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis
karateristik individu dari pihak orang tuanya, sedangkan lingkungan
merupakan hal-hal yang mencakup segala materil dan stimuli di dalam dan di
luar diri individu baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun yang bersifat
sosial kultural. Contoh hereditas: ada anak yang memiliki bakat menyanyi,
menggambar yang di bawa dari lahir entah itu bawaan yang dimiliki oleh ayah
maupun ibunya. Contoh lingkungan: anak yang tinggal di daerah pegunungan
akan cenderung bersifat lebih keras dari pada anak yang tinggal di daerah
pantai, anak yang tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak yang
tinggal di daerah panas. Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh keadan alam
yang berbeda. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap
perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah peristiwa biologis pada mahluk hidup berupa
perubahan ukuran yang bersifat tidak reversibel atau tidak dapat kembali ke
asal. Perkembangan adalah perubahan struktur dan fungsi yg bersifat spesifik
menuju tercapainya kedewasaan. Setiap manusia itu memiliki proses
pertumbuhan dan perkembangan, manusia berawal dari bayi yang dilahirkan
dalam keadaan suci dengan memiliki bakat, sifat, dll yang diturunkan oleh
orang tuanya kemudian dirawat, dibimbing hingga dewasa, kemudian berbaur
dengan lingkungan sekitarnya sehingga perlahan bakat maupun sifat
bawaannya muncul. Misalnya anak diperkenalkan bagaimana cara memegang
3
pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan
belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan
diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat
untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh.
BAB II
HEREDITAS DAN LINGKUNGAN
A. Hereditas
Hereditas adalah suatu proses penurunan sifat-sifat atau benih dari generasi
ke generasi lain, melalui plasma benih, bukan dalam bentuk tingkah laku
melainkan struktur tubuh. Hereditas pada individu berupa Warisan “Specifik
genes” yang berasal dari kedua orang tuanya. “Genes” ini terhimpun di dalam
kromosom-kromosom atau “Colared Bodies”. Kromosom-kromosom baik dari
pihak ayah maupun pihak ibbu berinteraksi membentuk pasangan-pasangan . Dua
anggota dari masing-masing pasangan memiliki bentuk dan fungsi yang sama.
Pasangan kromosom dimana dalam masing-masing kromosom terdapat sejumlah
genes dan masing masing genes memiliki sifat tertentu, membentuk persenyawaan
genes yang demikian menjalin senyawa sifat-sifat genes.
Setiap sel dalam tubuh memiliki hereditas identik sebagai akibat dari adanya
proses individu dan differensiasi. Hereditas juga merupakan factor pertama yang
mempengaruhi perkembangan indvidu. Setiap individu memulai kehidupannya
sebagai organism yang bersel tunggal yang bentuknya sangat kecil, garis
tengahnya lebih kurang 1/200 inci (1/80 cm). sel ini merupakan perpaduan antara
sel telur dengan sel sperma. Di dalam rahim, sel benih yang telah dibuahi teris
bertambah besar dengan jalan pembelahan sel menjadi organism yang bersel dua,
empat, delapan, dst. Hingga setekah kurang lebih 9 bulan menjadi organism yang
sempurna.
Diantara semua sel, sebagian sel dicadangkan untuk fungsi pembiakan atau
pembenihan. Sel-sel ini di sebut sel “germ” sejak individu dilahirkan ia telah
memiliki sel-sel germ ini. Ketika individu mencapai kematangan seksual, dalam
tubuhnya terjadi pembentukan sel-sel benih yang prosesnya berasal dari sel-sel
Germ. Apabila proses ini terjadi pada anak laki-laki, maka terbentuklah bahan
yang di sebut sperma. Apabila proses ini terjadi pada anak perempuan maka
terbentuklah bahan yang disebut ovum atau telur-telur dalam kandungan. Produksi
benih ini akan lebih nyata ketika anakmencapai tingkat pubertas. Apabila dua
6
B. Lingkungan
Pengertian lingkungan menurut psikologi ialah segala sesuatu yang ada di
dalam atau di luar individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau
perkembangannya. Lingkungan dapat berupa benda-benda atau objek-objek alam,
orang-orang dan karyanya serta berupa fakta-fakta objektif yang terdapat dalam
diri individu, seperti kondisi organ, perubahan -perubahan organ dan lain-lain.
Lingkungan mencakup segenap stimulasi yang di terima oleh induvidu mulai
sejak dalam konsesi, kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya berupa:
sifat-sifat “genes”, interaksi “genes” selera, keinginan, persaan, tujuan-tujuan,
minat, kebutuhan, kemauan emosi, dan kapasitas intelektual.
Lingkungan terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal dan lingkungan
eksternal. Lingkungan internal terdiri dari kondisi organ dan material dalam diri
seseorang, seperti: gizi, vitamin, suhu, sistem urat saraf, motivasi, kemauan, dan
sebagainya. Lingkungan eksternal ialah lingkungan alam (natural environment)
dan lingkungan sosial (social environment), lingkungan alam meliputi suhu, iklim,
geografis, waktu pagi siang dan malam. Lingkungan sosial dapat berupa orang
atau pribadi seseorang, sekumpulan orang seperti keluarga, masyarakat, teman-
teman sekelas, dan organisasi.
Fungsi lingkungan atau peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan
dapat dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi
perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab pengaruh lingkungan
7
dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik dan sangat
menunjang perkembangan suatu petensi atau bersifat negatif yaitu pengaruh
lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat atau merusak perkembangan
individu
atau bahan maka dapat diharapkan akan semakin baik pula hasil perkembangan
yang akan terjadi, dan sebaliknya semakin kurang baik kondisi bawaan yang
dimiliki seorang anak tentunya sulit untuk memperoleh hasil perkembangan yang
baik. Adapun belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
berkembang dengan baik sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah positif
dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga.
Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk
mendapatkan perubahan Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan
perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang
baru. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan yang
mempengaruhi tingkah laku sesorang. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis
dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa
baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya.
Oleh karenanya, proses belajar anak dapat melalui beragam cara, yang salah
satunya tergantung kepada sifat warisan yang diturunkan oleh orang tua kepada
anaknya.
BAB III
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh
otot yang lebih besar. Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran
yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sesuai dengan
fungsi yang dilayaninya dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak,
keterampilan motorik dapat dibagi menjadi empat kategori antara lain:
a. Keterampilan bantu diri (self-help), yaitu anak harus mempelajari
keterampilan motorik yang memungkinkan mereka mampu melakukan
segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Keterampilan ini meliputi
keterampilan makan, berpakaian, merawat diri, dan mandi.
b. Keterampilan bantu sosial (social-help), yaitu anak harus menjadi anggota
yang kooperatif untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima di
dalam keluarga, sekolah, dan tetangga. Sehingga diperlukan keterampilan
tertentu, seperti membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah.
c. Keterampilan bermain, dalam hal ini anak harus mempelajari keterampilan
bermain bola, ski, menggambar, melukis, dan memanipulasi alat bermain
agar dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau dapat menghibur
diri di luar kelompok sebaya.
d. Keterampilan sekolah, semakin banyak dan semakin baik keterampilan
yang dimiliki, semakin baik pula penyesuaian sosial yang dilakukan dan
semakin baik prestasi sekolahnya, baik dalam prestasi akademis maupun
dalam prestasi yang bukan akademis.
2. Perkembangan gerak halus
Disebut gerakan halus, bila hanya melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Gerakan
halus ini memerlukan koordinasi yang cermat.
3. Perkembangan bahasa
Yaitu kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan dan pendapat melalui
pengucapan kata, kemampuan mengerti dan memahami perkataan orang lain
serta kemampuan berpikir. Terdapat enam hal penting dalam belajar berbicara
antara lain:
a. Persiapan fisik untuk berbicara
Pada waktu lahir, saluran suara kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah
13
terlalu besar untuk saluran suara. Sebelum semua sarana itu rnencapai
bentuk yang lebih matang, saraf dan otot mekanisme suara tidak dapat
menghasilkan bunyi yang diperlukan bagi kata-kata.
b. Kesiapan mental untuk berbicara
Kesiapan mental untuk berbicara bergantung pada kematangan otak,
khususnya bagian asosiasi di otak.
c. Model yang baik untuk ditiru
Agar anak tahu mengucapkan kata dengan betul, dan kemudian
menggabungkannya menjadi kalimat yang betul, maka mereka harus
memiliki model bicara yang baik untuk ditiru. Jika mereka kekurangan
model yang baik, maka mereka akan sulit belajar berbicara dan hasil yang
dicapai berada di bawah kemampuan mereka.
d. Kesempatan untuk berpraktek
Jika karena alasan apapun kesempatan berbicara dihilangkan, jika mereka
tidak dapat membuat orang lain mengerti, mereka akan putus asa dan
marah. Ini seringkali melemahkan motivasi mereka untuk belajar bicara.
e. Motivasi
Jika anak mengetahui bahwa mereka dapat memperoleh apa saja yang
mereka inginkan tanpa memintanya, dan jika pengganti bicara seperti
tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut, maka dorongan untuk
belajar berbicara akan melemah.
f. Bimbingan
Cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah: (1)
menyediakan model yang baik, (2) mengatakan kata-kata dengan perlahan
dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan (3) memberikan
bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap kesalahan
yang mungkin dibuat anak dalam meniru model tersebut.
4. Perkembangan kemandirian sosial
Merupakan kemampuan dalam pergaulan, berkawan, disiplin, mengenal sopan
santun dan kemampuan anak memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak
bergantung pada orang lain. Beberapa pengaruh pengalaman sosial awal
terhadap penyesuaian pribadi dan sosial individu, yaitu:
14
membalas senyuman.
6-9 bulan : duduk dengan kepala tegak, meraih benda/mainan yang terjangkau
olehnya, tertawa/berteriak melihat benda yang menarik, mengenali
orang lain dan takut kepada orang yang tidak dikenal.
9-12 bulan : berjalan merambat, meraup benda kecil sebesar biji jagung,
memanggil ibu dan ayah, bermain ciluk-ba.
12-18 bulan : berjalan sendiri tanpa terjatuh, mengambil benda kecil sebesar biji
jagung dengan ibu jari dan telunjuk, mengungkapkan keinginan
secara sederhana, minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.
18-24 bulan : mencoret dengan alat tulis, menunjuk dan menyebutkan bagian
tubuh dengan benar, meniru pekerjaan rumah tangga.
2-3 tahun : naik turun tangga, melepas pakaian sendiri, menyebut namanya
sendiri, makan dan minum sendiri, mencuci tangan sendiri, BAB
dan BAK di toilet, bercerita, melihat buku bergambar.
4-5 tahun : melompat dengan satu kaki, mengancingkan kancing baju sendiri,
bercerita mengenai diri dan peristiwa yang dialaminya, berpakaian
sendiri.
BAB IV
HAKIKAT PEMBELAJARAN
A. Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Hal ini karena
melibatkan seluruh mental, seperti ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari
segi guru, proses belajar tersebut dapat diamati secara langsung, artinya proses
belajar yang merupakan proses internal siswa yang dapat diamati dan dipahami
oleh guru. Proses belajar tersebut terlihat banyak melalui perilaku siswa ketika
mempelajari bahan belajar. Perilaku belajar tersebut merupakan respon siswa
terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari guru. Belajar adalah
proses perubahan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan latihan.
Perilaku dikategorikan menjadi tiga domain: (1) Kognitif (kecerdasan berfikir),
(2) Afektif (sikap, perasaan, emosi), dan (3) Psikomotorik (skill atau ketrampilan).
Diharapkan siswa memiliki keseimbangan antara ketiga domain tersebut.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses
pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar
yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar
belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan
guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal
utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran.
B. Komponen Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai
akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku
yang dapat diamati dan diukur. Tujuan pembelajaran harus tercantum dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tujuan pembelajaran perlu
dirumuskan dengan jelas, karena digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
18
secara tepat juga dapat merangsang siswa bersikap aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
5. Hasil / Evaluasi Pembelajaran
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang
bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan
tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi
dapat dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa untuk mengukur
sampai di mana suatu bagian pelajaran tertentu sudah dikuasai oleh siswa,
misalnya suatu unit ataupun bab tertentu dalam buku pelajaran. Penilaian
keberhasilan pembelajaran dilakukan berdasarkan penentuan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
3. Dilihat dari sifat kesulitan belajarnya, kesulitan belajar pada siswa dapat
berupa kesulitan belajar yang sifatnya menetap dan kesulitan belajar yang
sifatnya sementara.
4. Dilihat dari fokus penyebabnya, belajar pada siswa dapat berupa kesulitan
belajar karena faktor inteligensia dan kesulitan belajar karena faktor non-
inteligensia.
Terdapat beberapa ciri-ciri umum seorang siswa dapat dikatakan mengalami
kesulitan belajar, antara lain:
1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah / di bawah rata-rata yang dicapai
oleh kelompok kelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha
dengan keras tetap saja nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan
kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan tugas-
tugasnya.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan. Misalnya: mudah tersinggung,
murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
Sedangkan bentuk-bentuk kesulitan belajar dapat berupa: kesulitan
mendengarkan, kesulitan belajar berfikir, kesulitan membaca, kesulitan menulis,
kesulitan mengeja, dan kesulitan berhitung.
Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa
yaitu yang bersumber dari dalam diri siswa (internal), meliputi: faktor fisiologis
dan psikologis dan faktor yang bersumber dari luar diri siswa (eksternal), meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat.
21
PSIKOLOGI PENDIDIKAN