Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
HAKIKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Definisi Psikologi Pendidikan


Pendidikan merupakan sebuah proses belajar menuju kehidupan yang lebih
baik. Pendidikan pada dasarnya dapat dilangsungkan dimana saja, kapan saja, dan
oleh siapa saja, baik secara otodidak dari lingkungannya, maupun diajarkan oleh
orang lain yang terlebih dahulu telah mengetahui apa yang sedang dipelajari
tersebut. Pada cara yang pertama, proses pendidikan dilakukan seorang diri
dengan memperhatikan berbagai kejadian yang ada di alam sekitar, sedangkan
pada cara yang kedua, pendidikan ditularkan oleh seorang ahli (yang biasa disebut
guru) kepada muridnya. Ketika proses belajar dilakukan seorang diri, maka
psikologi pendidikan tidak begitu dipentingkan, namun ketika pendidikan
ditularkan dari seorang guru, maka psikologi pendidikan sangat dibutuhkan.
Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku
manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang proses-
proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang
tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan efektivitas pendidikan.
Dalam psikologi pendidikan dipelajari berbagai hal mengenai teknis hubungan
baik antara guru, murid, dan lingkungan pendidikan dengan harapan terciptanya
lingkungan pendidikan yang kondusif dan mendukung proses pendidikan itu
sendiri. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada
persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan tindakan belajar. Psikologi pendidikan muncul untuk
memberikan perbaikan pada dunia pendidikan dalam menerapkan kurikulum,
proses belajar mengajar, layanan konseling dan evaluasi untuk mendapatkan
kualitas anak didik yang lebih baik.

B. Objek Kajian dan Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan


Secara garis besar, banyak ahli psikologi yang membatasi objek kajian dari
psikologi pendidikan menjadi 3 macam, antara lain adalah:
2

1. Mengenai belajar, yang mana meliputi teori-teori, ciri khas perilaku belajar
untuk peserta didik, dan prinsip-prinsip di dalamnya.
2. Mengenai proses belajar, yaitu tahapan peristiwa dan perbuatan yang terjadi di
dalam proses belajar mengajar peserta didik.
3. Mengenai situasi belajar, yaitu suasan dan kondisi lingkungan, baik itu yang
bersifat fisik ataupun non fisik yang berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar peserta didik.
Pada dasarnya ruang lingkup psikologi pendidikan membahas hal-hal
sebagai berikut:
1. Hereditas dan Lingkungan
Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis
karateristik individu dari pihak orang tuanya, sedangkan lingkungan
merupakan hal-hal yang mencakup segala materil dan stimuli di dalam dan di
luar diri individu baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun yang bersifat
sosial kultural. Contoh hereditas: ada anak yang memiliki bakat menyanyi,
menggambar yang di bawa dari lahir entah itu bawaan yang dimiliki oleh ayah
maupun ibunya. Contoh lingkungan: anak yang tinggal di daerah pegunungan
akan cenderung bersifat lebih keras dari pada anak yang tinggal di daerah
pantai, anak yang tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak yang
tinggal di daerah panas. Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh keadan alam
yang berbeda. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap
perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah peristiwa biologis pada mahluk hidup berupa
perubahan ukuran yang bersifat tidak reversibel atau tidak dapat kembali ke
asal. Perkembangan adalah perubahan struktur dan fungsi yg bersifat spesifik
menuju tercapainya kedewasaan. Setiap manusia itu memiliki proses
pertumbuhan dan perkembangan, manusia berawal dari bayi yang dilahirkan
dalam keadaan suci dengan memiliki bakat, sifat, dll yang diturunkan oleh
orang tuanya kemudian dirawat, dibimbing hingga dewasa, kemudian berbaur
dengan lingkungan sekitarnya sehingga perlahan bakat maupun sifat
bawaannya muncul. Misalnya anak diperkenalkan bagaimana cara memegang
3

pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan
belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan
diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat
untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh.

Disamping dua aspek di atas, ruang lingkup psikologi pendidikan juga


mencakup pembahasan tentang proses pendidikan dan pengaruhnya terhadap
individu secara personal maupun sosial. Karen itu, psikologi pendidikan dapat
memberikan sumbangsih terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan
pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem
evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan utama dalam
pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan
pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

C. Teori-Teori Psikologi Pendidikan


Terdapat beberapa terori-teori psikologi pendidikan yang menjadi konsep
dasar pelaksanaan psikologi dalam dunia pendidikan. Di sini hanya disinggung
dua teori dalam psikologi pendidikan, antara lain:
1. Teori Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku.
Perubahan tersebut merupakan dampak dari adanya interaksi antara stimulus
dan respon. Dapat diartikan bahwa belajar merupakan bentuk perubahan
tingkah laku pada siswa dari interaksi terhadap stimulus. Seseorang dikatakan
sudah belajar jika terdapat perubahan pada perilakunya. Kemudian, dalam teori
ini, konsep yang diutamakan adalah input atau stimulus yang diberikan seperti
guru mengajarkan pada siswa cara membaca. Kemudian output yang
merupakan hasil atau respon akibat dari stimulus, seperti siswa menjadi bisa
membaca walaupun masih terbata- bata. Hal tersebutlah yang dikatakan
belajar. Namun apabila pada outputnya siswa masih belum bisa membaca,
maka proses tersebut belum dikatakan sebagai kegiatan belajar karena tidak
ada hasil dari stimulus yang diberikan.
4

2. Operant Conditioning Theory


Operant conditioning adalah tipe pembelajaran dimana perilaku dikontrol
oleh konsekuensi yang bisa diperoleh. Kunci dari operant conditioning ini
adalah dukungan positif dan negatif, hukuman positif dan negatif. Dukungan
positif adalah memberikan sesuatu yang menyenangkan pada suatu perilaku.
Contohnya: Guru yang memberikan pujian pada siswanya karena telah
menjawab dengan benar. Dukungan negatif adalah membuang sesuatu yang
tidak menyenangkan sebagai sikap yang bisa diterima. Contohnya: Di luar
sangat bising, sehingga menyalakan TV dengan keras membuat lebih nyaman
dan mengurangi suara bising yang tidak menyenangkan. Kemudian, hukuman
positif digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak menyenangkan.
Contohnya: Ketika ada seorang anak yang nakal di kelas, dia menerima
hukuman berdiri di depan kelas. Hukuman negatif digunakan untuk
mengurangi perilaku yang tidak menyenangkan dengan mengambil sesuatu
yang menyenangkan. Contoh: Kevin merusak boneka adiknya, sehingga dia
tidak diperbolehkan main di luar dengan temannya.
5

BAB II
HEREDITAS DAN LINGKUNGAN

A. Hereditas
Hereditas adalah suatu proses penurunan sifat-sifat atau benih dari generasi
ke generasi lain, melalui plasma benih, bukan dalam bentuk tingkah laku
melainkan struktur tubuh. Hereditas pada individu berupa Warisan “Specifik
genes” yang berasal dari kedua orang tuanya. “Genes” ini terhimpun di dalam
kromosom-kromosom atau “Colared Bodies”. Kromosom-kromosom baik dari
pihak ayah maupun pihak ibbu berinteraksi membentuk pasangan-pasangan . Dua
anggota dari masing-masing pasangan memiliki bentuk dan fungsi yang sama.
Pasangan kromosom dimana dalam masing-masing kromosom terdapat sejumlah
genes dan masing masing genes memiliki sifat tertentu, membentuk persenyawaan
genes yang demikian menjalin senyawa sifat-sifat genes.
Setiap sel dalam tubuh memiliki hereditas identik sebagai akibat dari adanya
proses individu dan differensiasi. Hereditas juga merupakan factor pertama yang
mempengaruhi perkembangan indvidu. Setiap individu memulai kehidupannya
sebagai organism yang bersel tunggal yang bentuknya sangat kecil, garis
tengahnya lebih kurang 1/200 inci (1/80 cm). sel ini merupakan perpaduan antara
sel telur dengan sel sperma. Di dalam rahim, sel benih yang telah dibuahi teris
bertambah besar dengan jalan pembelahan sel menjadi organism yang bersel dua,
empat, delapan, dst. Hingga setekah kurang lebih 9 bulan menjadi organism yang
sempurna.
Diantara semua sel, sebagian sel dicadangkan untuk fungsi pembiakan atau
pembenihan. Sel-sel ini di sebut sel “germ” sejak individu dilahirkan ia telah
memiliki sel-sel germ ini. Ketika individu mencapai kematangan seksual, dalam
tubuhnya terjadi pembentukan sel-sel benih yang prosesnya berasal dari sel-sel
Germ. Apabila proses ini terjadi pada anak laki-laki, maka terbentuklah bahan
yang di sebut sperma. Apabila proses ini terjadi pada anak perempuan maka
terbentuklah bahan yang disebut ovum atau telur-telur dalam kandungan. Produksi
benih ini akan lebih nyata ketika anakmencapai tingkat pubertas. Apabila dua
6

individu berlainan jenis kelamin melakukan perkawinan, terjadilah proses genetis


seperti yang dikemukakan di atas dalam rangka membentuk individu baru.
Proses genetis individu berawal dari pertemuan antara 24 kromosom pihak
ayah dan 24 kromosom pihak ibu. Keempat puluh delapan kromosom itu
bercampur dan berinteraksi membentuk pasangan-pasangan baru. Akibat dari
peristiwa ini maka terjadilah pertemuan Genes pada setiap pasangan Kromosom
dari pihak ayah dan ibu yang memiliki sifat tertentu . Akibat dari pertemuan genes
itulah maka terjadi perubahan sifat hereditas. Jadi dasar hereditas dari perbedaan
individual adalah adanya kombinasi-kombinasi genes yang mengakibatkan adanya
perubahan-perubahan sifat genes.

B. Lingkungan
Pengertian lingkungan menurut psikologi ialah segala sesuatu yang ada di
dalam atau di luar individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau
perkembangannya. Lingkungan dapat berupa benda-benda atau objek-objek alam,
orang-orang dan karyanya serta berupa fakta-fakta objektif yang terdapat dalam
diri individu, seperti kondisi organ, perubahan -perubahan organ dan lain-lain.
Lingkungan mencakup segenap stimulasi yang di terima oleh induvidu mulai
sejak dalam konsesi, kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya berupa:
sifat-sifat “genes”, interaksi “genes” selera, keinginan, persaan, tujuan-tujuan,
minat, kebutuhan, kemauan emosi, dan kapasitas intelektual.
Lingkungan terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal dan lingkungan
eksternal. Lingkungan internal terdiri dari kondisi organ dan material dalam diri
seseorang, seperti: gizi, vitamin, suhu, sistem urat saraf, motivasi, kemauan, dan
sebagainya. Lingkungan eksternal ialah lingkungan alam (natural environment)
dan lingkungan sosial (social environment), lingkungan alam meliputi suhu, iklim,
geografis, waktu pagi siang dan malam. Lingkungan sosial dapat berupa orang
atau pribadi seseorang, sekumpulan orang seperti keluarga, masyarakat, teman-
teman sekelas, dan organisasi.
Fungsi lingkungan atau peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan
dapat dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi
perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab pengaruh lingkungan
7

dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik dan sangat
menunjang perkembangan suatu petensi atau bersifat negatif yaitu pengaruh
lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat atau merusak perkembangan
individu

C. Pengaruh Hereditas terhadap Tumbuh Kembang Individu


Hereditas memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak, warisan (turunan atau pembawaan) tersebut antara lain:
1. Bentuk tubuh dan warna kulit
Pengaruh turunan terhadap pertumbuhan jasmani anak. Bagaimanapun
tingginya teknologi untuk mengubah bentuk dan warna kulit seseorang, namun
faktor turunan tidak dapat diabaikan begitu saja.
2. Sifat-sifat
Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi
dari ibu, ayah atau kakek dan nenek, seperti penyabar, pemarah, kikir.
3. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan
penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Misalnya, mengingat,
memahami, berbahasa dan sebagainya.
4. Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis
kemampuan yang dimiliki seseorang, seperti seni musik, matematika, dan
bahasa.
5. Penyakit
Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak.
Unsur-unsur hereditas yang berupa potensi-potensi fisik dan mental
psikologi itu dalam proses perkembangan akan berfungsi sebagai faktor dasar atau
faktor bahan yang akan mempengaruhi proses perkembangan. Dalam setiap
proses perkembangan itu diperlukan bahan dasar, sebab tanpa adanya bahan dasar
itu maka pertumbuhan fisik dan perkembangan mental psikologi anak tidak akan
terjadi. Tentunya semakin baik potensi kondisi pembawaan sebagai faktor dasar
8

atau bahan maka dapat diharapkan akan semakin baik pula hasil perkembangan
yang akan terjadi, dan sebaliknya semakin kurang baik kondisi bawaan yang
dimiliki seorang anak tentunya sulit untuk memperoleh hasil perkembangan yang
baik. Adapun belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
berkembang dengan baik sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah positif
dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga.
Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk
mendapatkan perubahan Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan
perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang
baru. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan yang
mempengaruhi tingkah laku sesorang. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis
dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa
baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya.
Oleh karenanya, proses belajar anak dapat melalui beragam cara, yang salah
satunya tergantung kepada sifat warisan yang diturunkan oleh orang tua kepada
anaknya.

D. Pengaruh Lingkungan Terhadap Tumbuh Kembang Individu


Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sesuai dengan definisi lingkungan yang telah dibahas, maka lingkungan dapat
diartikan sebagai: keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah
tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan
keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya pengaruh
lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu bergantung pada
keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
1. Keluarga
Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi
rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam merawat yang sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat
9

pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah


anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
2. Sekolah
Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak
pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan
dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di sekolah mereka dapat belajar
bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis
sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak. Anak yang
memasuki sekolah guru berbeda kepribadiannya dengan anak yang masuk
sekolah kejuruan teknik. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan
berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak bersekolah.
3. Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga
termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di
lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi
perkembangan jiwanya.
4. Keadaan Alam sekitar
Keadaan alam sekitar tempat tinggal anak juga berpengaruh bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam tempat tinggal manusia memiliki
bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran rendah dan daerah pantai.
Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal. Sebagai
contoh, anak yang tinggal di daerah pegunungan akan cenderung bersifat lebih
keras daripada anak yang tinggal di daerah pantai, anak yang tinggal di daerah
dingin akan berbeda dengan anak yang tinggal di daerah panas. Perbedaan di
atas adalah akibat pengaruh keadan alam yang berbeda. Keadaan alam yang
berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan
anak.

Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah,


dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu.
Hubungan antara individu dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling
10

timbal balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya


individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.

E. Pandangan tentang Hereditas dan Lingkungan


Secara umum mengenai pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan, sifat individu, pola pikir bahkan termasuk
intelegensi, sebagai berikut:
1. Hereditas menetapkan batas perkembangan yang dapat dilakukan oleh
lingkungan. Bagaimanapun juga besarnya dampak stimulus lingkungan yang
diterima oleh organisme namun perkembangan organisme yang bersangkutan
tidak dapat melampaui batas yang telah ditetapkan oleh faktor keturunan.
Sebagai contoh, bagaimanapun usaha mendidik seekor monyet, ia tidak akan
pernah dapat menyamai manusia.
2. Lingkungan dapat memodifikasi efek hereditas. Suatu lingkungan yang buruk
dapat saja mengubah warisan sifat seseorang yang baik semata-mata karena ia
berada dalam asuhan lingkungan tersebut.
3. Tidak ada satupun karakteristik atau perilaku yang tidak ditentukan bersama
oleh factor lingkungan dan faktor keturunan. Lingkungan dan keturunan
berinteraksi dalam mempengaruhi perilaku. Dengan kata lain, hereditas
menentukan apa yang dapat dilakukan oleh individu sedangkan lingkungan
menentukan apa yang akan dilakukan oleh individu.
4. Faktor lingkungan tampak kurang berperan dalam membentuk karakteristik
fisik. Tapi cenderung lebih berperan dalam membentuk karakteristik dan
kepribadian.
11

BAB III
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan amsalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yan bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogran), ukuran panjang (cm, meter)
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks. Perkembangan merupakan interaksi kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Ditandai oleh bertambahnya
kemampuan dan keterampilan dalam struktur fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan. Perkembangan dimulai pada masa
pranatal, dan memiliki berbagai dimensi yang saling berhubungan, memiliki
variasi yang besar dalam kecepatan dan sifatnya berkelanjutan. Memang
perkembangan paling cepat adalah di masa pertumbuhan janin sampai masa
kanak-kanak. Setelah itu, meskipun tetap berkembang, tetapi melambat
kecepatannya seiring dengan usia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan (growth)
berkaitan dengan perubahan aspek fisik tubuh, sedangkan perkembangan
(development) berkaitan dengan pematangan atau peningkatan kemampuan dalam
struktur dan fungsi organ/individu.

B. Aspek Tumbuh Kembang Anak


Ada empat aspek tumbuh kembang yang perlu dibina dalam menghadapi
masa depan anak yaitu:
1. Perkembangan gerak kasar
Yang dimaksud gerakan (motorik) adalah semua gerakan yang mungkin
dilakukan oleh seluruh tubuh. Perkembangan motorik diartikan sebagai
perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan
perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di
otak. Disebut gerakan kasar, bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian
12

besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh
otot yang lebih besar. Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran
yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sesuai dengan
fungsi yang dilayaninya dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak,
keterampilan motorik dapat dibagi menjadi empat kategori antara lain:
a. Keterampilan bantu diri (self-help), yaitu anak harus mempelajari
keterampilan motorik yang memungkinkan mereka mampu melakukan
segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Keterampilan ini meliputi
keterampilan makan, berpakaian, merawat diri, dan mandi.
b. Keterampilan bantu sosial (social-help), yaitu anak harus menjadi anggota
yang kooperatif untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima di
dalam keluarga, sekolah, dan tetangga. Sehingga diperlukan keterampilan
tertentu, seperti membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah.
c. Keterampilan bermain, dalam hal ini anak harus mempelajari keterampilan
bermain bola, ski, menggambar, melukis, dan memanipulasi alat bermain
agar dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau dapat menghibur
diri di luar kelompok sebaya.
d. Keterampilan sekolah, semakin banyak dan semakin baik keterampilan
yang dimiliki, semakin baik pula penyesuaian sosial yang dilakukan dan
semakin baik prestasi sekolahnya, baik dalam prestasi akademis maupun
dalam prestasi yang bukan akademis.
2. Perkembangan gerak halus
Disebut gerakan halus, bila hanya melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Gerakan
halus ini memerlukan koordinasi yang cermat.
3. Perkembangan bahasa
Yaitu kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan dan pendapat melalui
pengucapan kata, kemampuan mengerti dan memahami perkataan orang lain
serta kemampuan berpikir. Terdapat enam hal penting dalam belajar berbicara
antara lain:
a. Persiapan fisik untuk berbicara
Pada waktu lahir, saluran suara kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah
13

terlalu besar untuk saluran suara. Sebelum semua sarana itu rnencapai
bentuk yang lebih matang, saraf dan otot mekanisme suara tidak dapat
menghasilkan bunyi yang diperlukan bagi kata-kata.
b. Kesiapan mental untuk berbicara
Kesiapan mental untuk berbicara bergantung pada kematangan otak,
khususnya bagian asosiasi di otak.
c. Model yang baik untuk ditiru
Agar anak tahu mengucapkan kata dengan betul, dan kemudian
menggabungkannya menjadi kalimat yang betul, maka mereka harus
memiliki model bicara yang baik untuk ditiru. Jika mereka kekurangan
model yang baik, maka mereka akan sulit belajar berbicara dan hasil yang
dicapai berada di bawah kemampuan mereka.
d. Kesempatan untuk berpraktek
Jika karena alasan apapun kesempatan berbicara dihilangkan, jika mereka
tidak dapat membuat orang lain mengerti, mereka akan putus asa dan
marah. Ini seringkali melemahkan motivasi mereka untuk belajar bicara.
e. Motivasi
Jika anak mengetahui bahwa mereka dapat memperoleh apa saja yang
mereka inginkan tanpa memintanya, dan jika pengganti bicara seperti
tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut, maka dorongan untuk
belajar berbicara akan melemah.
f. Bimbingan
Cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah: (1)
menyediakan model yang baik, (2) mengatakan kata-kata dengan perlahan
dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan (3) memberikan
bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap kesalahan
yang mungkin dibuat anak dalam meniru model tersebut.
4. Perkembangan kemandirian sosial
Merupakan kemampuan dalam pergaulan, berkawan, disiplin, mengenal sopan
santun dan kemampuan anak memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak
bergantung pada orang lain. Beberapa pengaruh pengalaman sosial awal
terhadap penyesuaian pribadi dan sosial individu, yaitu:
14

a. Perilaku sosial yang menetap


Karena pola perilaku yang dipelajari pada usia dini cenderung menetap,
hal ini mempengaruhi perilaku dalam situasi sosial pada usia selanjutnya.
b. Sikap sosial yang menetap
Sekali sikap terbentuk, lebih sukar mengubahnya dibandingkan dengan
mengubah perilaku.
c. Pengaruh terhadap partisipasi sosial
Pengalaman sosial awal mempengaruhi tingkat partisipasi sosial individu
di masa kanak-kanak dan di kemudian hari.
d. Pengaruh terhadap penerimaan sosial
Ada hubungan yang erat antara sikap menyukai aktivitas sosial dan
penerimaan sosial. Semakin baik sikap anak terhadap aktivitas sosial,
semakin besar kemungkinan untuk menjadi populer.
e. Pengaruh terhadap pola khas perilaku
Pengalaman sosial awal menentukan apakah anak akan menjadi cenderung
sosial, tidak sosial, atau antisosial, dan apakah anak akan menjadi seorang
pemimpin atau seorang pengikut.
f. Pengaruh terhadap kepribadian
Pengalaman sosial awal meninggalkan kesan pada kepribadian anak.
Sikap yang positif terhadap diri sendiri lebih sering dijumpai pada orang
yang pengalaman sosial awalnya menyenangkan.

C. Tahapan Tumbuh Kembang Balita (0-5 Tahun)


Semakin besar dan bertambahnya usianya, secara bertahap anak pun
memperluas lingkup interaksinya. Hal ini juga sejalan dengan makin
bertambahnya kemampuan anak melakukan gerakan yang terkendali dan disadari.
Berikut ini adalah tangga/tahapan perkembangan anak:
0-3 bulan : menggerakkan kedua lengan dan tungkainya sama mudahnya,
memberi reaksi ke arah sumber cahaya, mengeluarkan suara,
membalas senyuman.
3-6 bulan : mengangkat kepala tegak, menggenggam benda yang disentuhkan
pada punggung tangannya, mencari sumber suara yang keras,
15

membalas senyuman.
6-9 bulan : duduk dengan kepala tegak, meraih benda/mainan yang terjangkau
olehnya, tertawa/berteriak melihat benda yang menarik, mengenali
orang lain dan takut kepada orang yang tidak dikenal.
9-12 bulan : berjalan merambat, meraup benda kecil sebesar biji jagung,
memanggil ibu dan ayah, bermain ciluk-ba.
12-18 bulan : berjalan sendiri tanpa terjatuh, mengambil benda kecil sebesar biji
jagung dengan ibu jari dan telunjuk, mengungkapkan keinginan
secara sederhana, minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.
18-24 bulan : mencoret dengan alat tulis, menunjuk dan menyebutkan bagian
tubuh dengan benar, meniru pekerjaan rumah tangga.
2-3 tahun : naik turun tangga, melepas pakaian sendiri, menyebut namanya
sendiri, makan dan minum sendiri, mencuci tangan sendiri, BAB
dan BAK di toilet, bercerita, melihat buku bergambar.
4-5 tahun : melompat dengan satu kaki, mengancingkan kancing baju sendiri,
bercerita mengenai diri dan peristiwa yang dialaminya, berpakaian
sendiri.

D. Tahapan Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)


1. Aspek Kognitif
Menurut Piaget, anak usia 6-12 tahun berada dalam tahap Operasional
Konkret. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan
benda-benda yang bersifat konkret. Pada tahap ini, ditandai dengan tiga
kemampuan baru yang akan dikuasai anak, yaitu kemampuan mengklasifikasikan
(mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan (menghubungkan/
menghitung) angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan angka,
seperti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping itu, pada
masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem
solving) yang sederhana.
Kemampuan kognitif pada masa ini merupakan dasar diberikannya ilmu
seperti membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Untuk mengembangkan
16

daya nalarnya, anak di latih untuk bisa mengungkapkan pendapatnya terhadap


berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa lain yang terjadi di sekitar.
2. Aspek Fisik/Motorik
Perubahan fisik yang terjadi pada masa ini, akan berjalan lebih lambat di
banding masa bayi dan masa awal kanak-kanak. Pada awal periode (usia 6 tahun),
anak terlihat masih seperti anak kecil. Nanti, di akhir periode (usia 12 tahun), anak
sudah berubah dan mulai tampak seperti orang dewasa. Apalagi ada beberapa
anak yang mengalami pubertas di akhir periode ini. Pada masa usia sekolah, anak
sudah siap menerima pelajaran keterampilan yang berkaitan dengan motorik,
seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenang, bermain
bola, dan atletik.
3. Aspek Bahasa
Kemampuan anak dalam mengenal dan menguasai perbendaharaan kata
(vocabulary) mengalami perkembangan yang pesat pada usia anak sekolah.
Sekitar 2.500 kata yang dikuasai oleh anak usia 6 tahun, akan meningkat mejadi
50.000 kata yang bisa dikuasai saat nanti anak berusia 11-12 tahun.
Seiring dengan tingkat berpikir anak yang sudah lebih maju, anak akan banyak
bertanya soal watu dan sebab akibat. Ditambah dengan adanya pelajaran bahasa
yang di dapat anak di sekolah, maka diharapkan pada periode ini anak bisa
memiliki keterampilan mengolah informasi yang di terima, serta berpikir dan
menyatakan gagasannya.
4. Aspek Sosio-Emosional
Menurut Erikson, anak usia 6-12 tahun akan memasuki tahap Industrial vs
Inferioritas. Kalau sebelumnya anak banyak berada di lingkungan keluarga, pada
tahap ini anak akan banyak keluar ke lingkungan sekolah. Sehingga semua aspek
memiliki peran bagi anak (orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi
perhatian, teman harus menerima kehadirannya). Tapi sayangnya, anak tidak
selalu mendapatkan itu semua. Sehingga orang tua harus paham tentang kondisi
sekolah anak, teman sepermainanya, dan sebagainya.
17

BAB IV
HAKIKAT PEMBELAJARAN

A. Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Hal ini karena
melibatkan seluruh mental, seperti ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari
segi guru, proses belajar tersebut dapat diamati secara langsung, artinya proses
belajar yang merupakan proses internal siswa yang dapat diamati dan dipahami
oleh guru. Proses belajar tersebut terlihat banyak melalui perilaku siswa ketika
mempelajari bahan belajar. Perilaku belajar tersebut merupakan respon siswa
terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari guru. Belajar adalah
proses perubahan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan latihan.
Perilaku dikategorikan menjadi tiga domain: (1) Kognitif (kecerdasan berfikir),
(2) Afektif (sikap, perasaan, emosi), dan (3) Psikomotorik (skill atau ketrampilan).
Diharapkan siswa memiliki keseimbangan antara ketiga domain tersebut.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses
pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar
yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar
belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan
guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal
utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran.

B. Komponen Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai
akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku
yang dapat diamati dan diukur. Tujuan pembelajaran harus tercantum dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tujuan pembelajaran perlu
dirumuskan dengan jelas, karena digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
18

dari proses pembelajaran itu sendiri. Perumusan tujuan pembelajaran harus


berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang
telah ditentukan. Tujuan pembelajaran juga harus dirumuskan secara lengkap
dan spesifik agar tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam.
2. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada dasarnya merupakan isi dari kurikulum,
yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan
rinciannya. Isi dari proses pembelajaran tercermin dalam materi pembelajaran
yang dipelajari oleh siswa. Pemilihan materi pembelajaran tentu saja harus
sejalan dengan ukuran-ukuran yang digunakan untuk memilih isi kurikulum
bidang studi yang bersangkutan.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan,
menguraikan, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu. Ketepatan penggunaan metode pembelajaran oleh guru
memunkinkan siswa untuk mencapai tujuan belajar baik dari segi kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Agar metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru tepat, guru harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber
dan fasilitas, situasi kondisi dan waktu. Penggunaan metode
pembelajarandengan memperhatikan beberapa faktor di atas diharapkan
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Macam-macam metode
pembelajaran misalnya: metode ceramah, demonstrasi, diskusi, dll.
4. Media Pembelajaran
Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran
disebut juga media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau
media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat
merangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan yang
disampaikan. Media pembelajaran bermanfaat untuk memperjelas penyajian
pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, artinya materi yang disampaikan
keluar dari batas yang seharusnya diajarkan. Penggunaan media pembelajaran
19

secara tepat juga dapat merangsang siswa bersikap aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
5. Hasil / Evaluasi Pembelajaran
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang
bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan
tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi
dapat dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa untuk mengukur
sampai di mana suatu bagian pelajaran tertentu sudah dikuasai oleh siswa,
misalnya suatu unit ataupun bab tertentu dalam buku pelajaran. Penilaian
keberhasilan pembelajaran dilakukan berdasarkan penentuan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).

C. Masalah Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan yang
menyebabkan seorang siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
baik seperti siswa lain pada umumnya yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu
sehingga ia terlambat atau bahkan tidak dapat mencapai tujuan belajar yang
diharapkan. Seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar bila peserta
didik yang bersangkutan menunjukkan kegagalan atau tidak dapat mencapai
tujuan belajar yang ditetapkan. Di antara kegagalan tersebut adalah jika dalam
waktu yang telah ditentukan peserta didik tidak dapat mencapai kriteria minimal
penguasaan materi yang telah ditetapkan oleh guru.
Terdapat beberapa macam pengelompokan kesulitan belajar pada siswa
sebagai berikut:
1. Dilihat dari jenis kesulitannya, kesulitan belajar dikelompokkan menjadi
kesulitan belajar ringan, sedang dan berat.
2. Dilihat dari jenis bidang studi yang dipelajarinya, kesulitan belajar pada siswa
dapat berupa kesulitan belajar pada sebagian kecil maupun sebagian besar
bidang studi.
20

3. Dilihat dari sifat kesulitan belajarnya, kesulitan belajar pada siswa dapat
berupa kesulitan belajar yang sifatnya menetap dan kesulitan belajar yang
sifatnya sementara.
4. Dilihat dari fokus penyebabnya, belajar pada siswa dapat berupa kesulitan
belajar karena faktor inteligensia dan kesulitan belajar karena faktor non-
inteligensia.
Terdapat beberapa ciri-ciri umum seorang siswa dapat dikatakan mengalami
kesulitan belajar, antara lain:
1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah / di bawah rata-rata yang dicapai
oleh kelompok kelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha
dengan keras tetap saja nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan
kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan tugas-
tugasnya.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan. Misalnya: mudah tersinggung,
murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
Sedangkan bentuk-bentuk kesulitan belajar dapat berupa: kesulitan
mendengarkan, kesulitan belajar berfikir, kesulitan membaca, kesulitan menulis,
kesulitan mengeja, dan kesulitan berhitung.
Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa
yaitu yang bersumber dari dalam diri siswa (internal), meliputi: faktor fisiologis
dan psikologis dan faktor yang bersumber dari luar diri siswa (eksternal), meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat.
21

MODUL MATA KULIAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI


BAKTI FILADELFIA JAKARTA
CABANG NGANJUK
22

Anda mungkin juga menyukai