Anda di halaman 1dari 3

TATA LAKSANA DBD DI JAWA TENGAH

D. KEADAAN LINGKUNGAN

Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada


peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif, preventif dan
protektif. Adapun pelaksanaannya bersama dengan masyarakat, diharapkan secara
epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan
masyarakat.

Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalah


masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh berbagai
faktor antara lain dana dan adanya otonomi. Sedangkan permasalahan utama yang
dihadapi masyarakat adalah akses terhadap kualitas lingkungan yang masih sangat
rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia
Sehat 2010.

Beberapa indikator penting kesehatan lingkungan dapat dikemukakan, sebagai


berikut :

a. Rumah / Bangunan

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan
nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas.

Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan


merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya
penyakit yang berbasis lingkungan.

Tahun 2004 jumlah rumah di Provinsi Jawa Tengah seluruhnya 6.997.108


buah, jumlah yang diperiksa 2.219.885 buah. Dan rumah yang memenuhi syarat
kesehatan 1.573.488 buah (70.88 %). Target SPM bidang kesehatan Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 adalah 75 %.

Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria,


diantaranya adalah bebas jentik nyamuk. Bebas jentik nyamuk disini terutama bebas
jentik nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit demam berdarah
dengue.

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian
terutama pada anak serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.

Nyamuk Aedes aegypti ini hidup dan berkembang biak pada tempat-tempat
penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti : bak
mandi/wc, minuman burung, air tandon, air tempayan/gentong, kaleng, ban bekas dan
lain lain. Di Provinsi Jawa Tengah nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di pelosok
kota dan desa, kecuali di wilayah yang ketinggiannya lebih dari 1.000 meter di atas
permukaan laut. Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan,
dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.

Di Provinsi Jawa Tengah kasus demam berdarah berfluktuasi jumlahnya setiap


tahun dan cenderung meningkat. Demikian pula wilayah yang terjangkit bertambah
luas. Perkembangan yang tidak memuaskan mengenai wabah demam berdarah ini
diduga karena kemudahan penularan yang dipicu oleh tingkat kepadatan penduduk,
semakin meningkatnya arus transportasi/mobilitas penduduk antar wilayah, angka
kepadatan nyamuk Aedes aegypti tinggi, rendahnya angka bebas jentik dan belum
optimalnya pengorganisasian upaya pengelolaan pemberantasan penyakit demam
berdarah.

Jumlah rumah/bangunan yang ada di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004,


adalah 6.997.108 buah, rumah/bangunan yang diperiksa hanya 1.940.406 buah (27.73
%). Dari rumah/bangunan yang diperiksa, 1.455.636 buah (75.02 %) bebas jentik
nyamuk Aedes aegypti (masih dibawah target SPM bidang Kesehatan Kab/Kota di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005, yaitu rumah/bangunan bebas jentik nyamuk 95
%).

Untuk mencegah dan mengendalikan populasi nyamuk penularnya (Aedes


aegypti) perlu digalakkan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui
kegiatan 3 M ( Menguras – Menutup – Mengubur ) secara terus menerus yang
melibatkan peran serta masyarakat. Keberadaan nyamuk penular ini sangat erat
hubungannya dengan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Guna membina
peran serta masyarakat secara efektif. Kegiatan pembinaannya perlu dikoordinasikan
oleh Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit demam berdarah
( POKJANAL DBD ) yang merupakan forum kerja lintas sektoral dengan makna yang
terkandung dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang menekankan pentingnya
prinsip pemerataan, yang didalam pelaksanaannya menuntut upaya promotif,
preventif, kuratif serta rehabilitatif, peran serta masyarakat, kerja sama lintas sektoral
sebagai strategi untuk mencapai kesehatan bagi semua.

Sumber : http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profile2004/bab4.htm

Anda mungkin juga menyukai