Anda di halaman 1dari 7

Bab I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN

C. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk.

B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI


1. Trauma tembus, yaitu dengan penetrasi ke dalam rongga perut, dapat disebabkan oleh
luka tusuk atau luka tembak.
2. Trauma tumpul, yaitu trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum, dapat
disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk
pengaman. Kematian akibat trauma perut dapat dikurangi dengan diagnosis dan
tindakan segera, biasanya disebabkan oleh pendarahan atau peradangan dalam rongga
perut.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
- Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
- Respon stres simpatis
- Perdarahan dan pembekuan darah
- Kontaminasi bakteri
- Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
- Kehilangan darah.
- Memar/jejas pada dinding perut
- Kerusakan organ-organ.
- Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
- Iritasi cairan usus
- Bisisng usus melemah
- Mual dan muntah
- Penurunan kesadaran (letargi, malaise, gelisah)
D. PATOFISIOLOGI

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan
lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya
trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut
dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek
statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini
Trauma
juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga
(kecelakaan)
tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah

kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah
Penetrasi & Non-Penetrasi
kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi

tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang
Terjadi perforasi lapisan abdomen
terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)
jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi

tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra
Menekan saraf peritonitis
abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari

luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat
Motilitas usus
mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.

2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
Disfungsi usus → Resiko infeksi
struktur tulang dinding thoraks.

3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara
Refluks usus mendadak
output dapat menyebabkan gaya robek
cairan berlebih
pada organ dan pedikel vaskuler.
Gangguan cairan Nutrisi kurang dari
dan eloktrolit kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik
E. KOMPLIKASI
1. Anemia
2. Trombosis Vena
3. Emboli Pulmonar
4. Stress Ulserasi dan perdarahan
5. Pneumonia
6. Tekanan ulserasi
7. Atelektasis
8. Sepsis

(Paul, direvisi tanggal 28 Juli 2008)

1. Pankreas: Pankreatitis, Pseudocyta formasi, fistula pancreas-duodenal, dan


perdarahan.
2. Limfa: perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin, diaphoresis, dan
syok.

3. Usus: obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok.

4. Ginjal: Gagal ginjal akut (GGA)


(Catherino, 2003 : 251-253)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah: Hb, Ht, leukosit
2. Pemeriksaan Urine: penting untuk mengetahui adanya lesi saluran kemih.
3. Radiologi : biasanya dilakukan foto opot polos perut dalam posisi tegak dan miring kekiri
untuk melihat:
- keadaan tulang belakang dan panggul
- adanya benda asing (pada luka tembak)
- bayangan otot pesoas
- udara bebas ( intra/ ekstra peritoneal)
4. Parasintesis perut, dilakukan pada trauma tumpul perut yang dilakukan menimbulkan
kelainan dalam rongga perut.
5. Lavase peritoneal: dilakukan melalui kanula yang dimasukkan lewat insisi kecil digaris
tengah dibawah pusat; bila pada aspirasi tidak keluar apa-apa, dimasukan kira-kira 1000
ml larutan nacl o,9%, lalu dikeluarkan lagi.
Hasilnya positif bila ditemukan hal berikut:
1. Cairan yang keluar kemerahan
2. Terdapat empedu
3. Ditemukan bakteri atau eritrosit >100.000/mm3
4. Ditemukan lekosit lebih dari 500/mm3
5. Ditemukan amylase lebih dari 100 u/100ml cairan

G. PENATALAKSANAAN
1. Trauma tembus abdomen
a. Mengawasi dan mengatasi gangguan fungsi vital seperti syok atau gangguan jalan
nafas:
- Infuse cairan atau transfuse darah
- Pemelihara jalan nafas
- Memasang sonde lambung
- Profilaksis tetanus sesuai ketentuan
- Antibiotic
b. Laparotomi
2. Trauma tumpul
a. Lakukan pengkajian fisik
b. Observasi tanda dan gejala perdarahan yang sering mengikuti cedera abdomen
c. Kaji nyeri PQRST
d. Observasi terhadap peningkatan distensi abdomen
e. Pemeriksaan rectal atau vagina untuk diagnosis cedera pelvis kandung kencing dan
dinding usus.
f. Lavase diagnostic untuk menguji perdarahan peritoneal
g. Pemasangan selang nasogastrik untuk mencegah dan aspirasi.

H. PENCEGAHAN

Bab III
PROSES KEPERAWATAN

A. DATA FOKUS
1. Data obyektif
- Perdarahan
- Jejas / luka memar pada abdomen
- Bising usus melemah
2. Data subjektif
- Nyeri tekan pada daerah abdomen.
- Terjadi kekauan pada dinding abdomen.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya


pertahanan tubuh.
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

C. INTERVENSI
Diagnosa 1
Intervensi :

1. Kaji tanda-tanda vital


Rasional: untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
Rasional: mengidentifikasi keadaan perdarahan

3. Kaji tetesan infus


Rasional: awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
5. Tranfusi darah
Rasional: menggantikan darah yang keluar.

D. EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai