I. KONSEP TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi payudara
Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria, dan terdapat
dalam fascia superficialis dinding thorax ventral. Baik wanita, maupun laki-laki
memiliki sepasang mammae, tetapi glandula mammaria biasanya hanya berkembang
pada wanita. Pada laki-laki glandula mammaria ini rudimenter dan dan tidak berfungsi
(Moore, 2013).
Pada bagian mammae yang paling menonjol terdapat sebuah papilla, dikelilingi
oleh daerah kulit lebih gelap yang disebut aerola. Mamae berisi sampai 20 glandula
mammaria yang masing-masing memiliki saluran dalam bentuk ductus lactiferus.
Ductus lactiferus bermuara pada papilla mammae. Alas mammae wanita berbentuk
4
lebih kurang seperti lingkaran yang dalam arah kraniokaudal terbentang antara costa II
sampai costa VI, dan dalam arah melintang dari tepi lateral sternum sampai linea
medioclavicularis (Moore, 2013).
Dua pertiga bagian mammae bertumpu pada fascia profunda yang menutupi
musculus serratus anterior. Antara glandula mammaria dan fascia profunda terdapat
jaringan ikat jarang dengan sedikit lemak, dikenal sebagai ruang retromamer, yang
memungkinkan mammae bergerak sedikit terhadap dasarnya. Glandula mammaria
ditambatkan dengan kokoh kepada dermis kulit di atasnya melalui septa fibrosa yang
disebut ligamentum suspensorium cooper. Ligamentum ini terutama terbentuk baik
sekali pada bagian kranial glandula mammaria dan membantu menunjang jaringan
glandula mammaria (Moore, 2013).
Perdarahan kelenjar mammae berasal dari ramus perforans areteri thoracica
interna dan arteri intercostalis. Arteri axillaris juga memperdarahi kelenjar mammae
melalui arteri thoracalis lateralis dan arteri thoracoacromialis, vena sesuai dengan
arterinya (Snell, 2006).
Penyaluran limfe dari mammae sangat penting karena peranya pada metastasis
(penyebaran) sel kanker. Limfe disalurkan ke plexus lymphaticus subareolaris.
Bagian terbesar (kira-kira 75%) disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke
kelompok pektoral, apikal, subskapular, lateral, dan sentral. Bagian terbesar dari
sisanya disalurkan ke nodi lymphoidei infraclaviculares, supraclaviculares, dan
parasternales. Sedikit limfe disalurkan melalui pembuluh limfe dari mammae
sebelahnya dan pembuluh limfe dinding abdomen ventral (Moore, 2013).
b. Fisiologi payudara
Payudara mulai berkembang saat pubertas. Perkembangan ini dirangsang oleh
estrogen yang berasal dari siklus seks bulanan perempuan, estrogen yang merangsang
pertumbuhan kelenjar mammae payudara dan deposit lemak untuk membentuk massa
payudara. Selain itu, pertumbuhan yang jauh lebih besar terjadi selama keadaan
estrogen tinggi pada kehamilan, dan pada saat itulah jaringan kelenjar berkembang
sempurna untuk pembentukan air susu (Hall, 2014).Sepanjang masa kehamilan,
sejumlah besar estrogen yang disekresi oleh plasenta menyebabkan sistem duktus
5
payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan, jumlah stroma payudara
meningkat dan sejumlah lemak terbentuk dalam stroma (Hall, 2014).
Perkembangan akhir payudara menjadi organ penyekresi air susu juga
memerlukan progesteron. Setelah sistem duktus berkembang, progesteron bersinergi
dengan estrogen, juga dengan semua hormon-hormon lain yang menyebabkan
pertumbuhan lebih lanjut lobulus payudara, dengan pertunasan alveolus, dan
perkembangan sifat-sifat sekresi sel-sel alveoli (Hall,2014).
Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik payudara
selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah menghambat
sekresi air susu yang sesungguhnya. Sebaliknya, hormon prolaktin mempunyai efek
yang berlawanan pada sekresi air susu yaitu merangsangnya. Hormon ini disekresi
oleh kelenjar hipofisis anterior dan konsentrasinya dalam darah meningkat secara
tetap dari minggu kelima kehamilan sampai kelahiran bayi, meningkat menjadi 10-20
kali dari kadar normal saat tidak hamil (Hall, 2014).
Disamping itu, plasenta menyekresi sejumlah besar human chorionic
simatomammotropin, yang mungkin mempunyai sifat laktogenik, jadi menyokong
prolaktin dari hipofifis selama kehamilan. Walaupun begitu, karena efek supresi dari
estrogen dan progesteron, jadi hanya beberapa mililiter cairan yang disekresi setiap
hari sampai bayi dilahirkan. Cairan yang disekresi selama beberapa hari terakhir
sebelum dan beberapa hari pertama setelah persalinan disebut kolostrum (Hall, 2014).
Setelah bayi dilahirkan, hilangnya tiba-tiba sekresi estrogen maupun progesteron
dari plasenta memungkinkan efek laktogenik dari prolaktin mengambil peran dalam
memproduksi air susu secara alami, dan setelah 1 sampai 7 hari kemudian, payudara
mulai menyekresi air susu dalam jumlah sangat besar sebagai pengganti kolostrum
(Hall, 2014).
B. DEFENISI
Kanker payudara (Carcinoma Mammae) adalah kanker yang terjadi payudara
karena adanya pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel kelenjar dan saluranya
(Siregar, 2013).
Sementara menurut Sulistyowati (2012), kanker payudara merupakan hasil dari
perubahan sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol.
6
C. ETIOLOGI
Penyebab kanker payudara sampai saat ini belum jelas, tetapi terdapat faktor-faktor
resiko yang dapat menyebabkan kanker payudara. Faktor-faktor tersebut dibagi
menjadi faktor yang sudah dipastikan dan faktor yang belum dipastikan.
1. Faktor resiko yang sudah dipastikan
Usia
Kanker payudara jarang terjadi pada perempuan berusia kurang dari
30 tahun. Setelah itu, risiko meningkat secara tetap sepanjang usia
(Kumar, 2013). Wanita yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi
untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang lebih
muda. Risiko ini terus meningkat dari usia 40 (Andrews, 2014).
Paritas
Paritas adalah suatu keadaan yang telah melahirkan anak yang viabel.
Paritas dapat dibedakan menjadi, nuliparitas adalah seorang
perempuan yang belum pernah melahirkan sama sekali. Primipara
adalah wanita yang pernah mengandung dan wanita tersebut
melahirkan satu atau lebih anak yang hidup. Multipara adalah seorang
wanita yang telah dua kali atau lebih mengandung apakah janin itu
hidup atau mati saat lahir. Grandemultipara adalah wanita yang telah
enam kali atau lebih mengandung janin viabel (Dorland, 2014).
Insiden tinggi terjadi pada keadaan nulipara. Sedangkan insidens
rendah terjadi pada keadaan multipara (menurun dengan setiap
kelahiran). Menurut penelitian Sulistyowati di RSUD Dr.Soegiri
Kabupaten Lamongan tahun (2012) menyebutkan bahwa lebih dari
sebagian responden termasuk risiko tinggi (nulipara dan
grandemultipara) yaitu 34 orang (68,0%).
Nuliparitas dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker
payudara karena lebih lama terpapar dengan hormon estrogen
dibandingkan dengan wanita yang memiliki anak. Adanya tingkat
estrogen yang lebih tinggi pada wanita mengembangkan risiko kanker
7
payudara dibandingkan wanita yang tidak terkena kanker payudara
(Siregar, 2013).
Genetika dan Riwayat Keluarga
Sekitar 5 hingga 10% kanker payudara berkaitan dengan mutasi
herediter spesifik. Perempuan lebih besar kemungkinan nya
membawa gen kerentanan kanker payudara jika mereka mengidap
kanker payudara sebelum menopause, mengidap kanker payudara
bilateral, mengidap kanker terkait lain (misal, kanker ovarium),
riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota keluarga
terjangkit sebelum menopause), atau berasal dari kelompok etnik
tertentu (Kumar, 2013).
Penelitian menemukan pada wanita dengan dengan saudara primer
menderita kanker payudara, probabilitas terkena kanker payudara
lebih tinggi 2-3 kali di banding wanita tanpa riwayat keluarga.
Penelitian ini menunjukkan gen utama yang terkait dengan timbulnya
kanker payudara adalah BRCA-1 dan BRCA-2 (Desen, 2013).
Usia Menarche
Menarche dini, yaitu sebelum 12 tahun dan menopause lambat, yaitu
setelah usia 55 tahun, meningkatkan faktor risiko pada wanita. Wanita
yang menjalani ooforektomi premenopause pada dasarnya mengalami
penurunan risiko menderita kanker payudara (Andrews, 2014).
Riwayat Reproduksi
Usia menarche kecil, henti haid lanjut dan siklus haid pendek
merupakan faktor risiko tinggi kanker payudara. Selain itu, yang
seumur hidup tidak menikah atau belum menikah, partus pertama
berusia lebih dari 30 tahun dan setelah partus belum menyusui,
berinsiden relatif tinggi (Desen, 2013).
2. Faktor Risiko yang Belum Dipastikan
a. Pajanan Lama Estrogen Eksogen
Pajanan lama estrogen eksogen pascamenopause, yang dikenal sebagai
terapi sulih (ERT, Estrogen Replacement Therapy), diakui dapat mencegah
atau paling tidak menunda onset osteoporosis dan melindungi pemakai dari
8
penyakit jantung dan stroke. Namun, terapi ini juga menyebabkan
peningkatan moderat insidensi kanker payudara. Insidensi sedikit lebih
tinggi pada perempuan yang menggunakan kombinasi estrogen dan
progesteron. Namun, para perempuan ini umumnya datang dengan kanker
yang stadium klinisnya belum terlalu lanjut dan memperlihatkan angka
mortalitas lebih rendah dibandingkan dengan kanker yang timbul pada
perempuan yang belum pernah mendapat terapi sulih hormon. Jika semua
pro dan kontra dipertimbangkan, manfaat TSE jauh lebih besar daripada
kemungkinan efek sampingnya dalam kaitanya dengan peningkatan
keseluruhan usia harapan hidup bagi sebagian besar perempuan (Kumar,
2012).
b. Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral juga dicurigai meningkatkan risiko kanker payudara.
Walupun buktinya juga saling bertentangan, formulasi yang baru berupa
dosis rendah seimbang estrogen dan progesteron hanya sedikit
meningkatkan risiko, yang lenyap 10 tahun setelah penghentian
pemakaiannya (Kumar, 2012).
c. Radiasi Pengion
Radiasi pengion ke dada meningkatkan risiko kanker payudara. Besar
risiko bergantung pada dosis radiasi, waktu sejak pajanan, dan usia. Hanya
perempuan yang diradiasi sebelum usia 30 tahun, saat perkembangan
payudara, yang tampaknya terkena. Sebagai contoh, 20% sampai 30%
perempuan yang diradiasi untuk penyakit hodgkin saat remaja dan pada usia
sekitar 20 tahun, maka akan terjangkit kanker payudara, tetapi risiko pada
perempuan yang diterapi pada usia setelah itu tidak meningkat. Dosis
radiasi yang rendah pada penapisan mamografi hampir tidak berefek pada
insidensi kanker payudara. Setiap kemungkinan efek dikompensasi oleh
manfaat deteksi dini kanker payudara (Kumar, 2012).
Berdasarkan penelitian epidemiologi, banyak faktor risiko lain yang
belum dipastikan, misalnya kegemukan, konsumsi alkohol, dan diet tinggi
lemak, diperkirakan berperan dalam terbentuknya kanker payudara
walaupun bukti umumnya bersifat kesimpulan (Kumar, 2012).
9
D. EPIDEMIOLOGI
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit degenaratif yang paling
banyak menyerang perempuan. Selain menyerang perempuan, kanker payudara
juga menyerang laki- laki, walaupun jumlahnya lebih sedikit dari perempuan. Data
terbaru dari American Cancer Society telah menghitung bahwa di tahun 2013, ada
2.240 kasus baru kanker payudara pada pria dengan angka kematian sebesar 410.
Sementara sekitar 39.620 wanita meninggal dunia setiap tahunnya karena kanker
payudara. Di perkirakan jumlah kasus kanker payudara akan meningkat 1.050.346
kasus per tahun. Di asia, berdasarkan data GLOBACON tahun 2002 kasus kanker
payudara terutama pada wanita terhitung 1,15 juta kasus. Sementara Di Indonesia,
data Global Burden Of Center pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kanker
payudara merupakan kanker terbanyak pada perempuan (26 per100.000) diikuti
kanker leher rahim sebanyak (16 per 100.000). Jumlah ini juga didukung dengan
data yang dikumpulkan oleh SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) tahun 2007,
kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS
di Indonesia yaitu sebanyak 16,85%. Karena tingginya kasus kanker peyudara di
Indonesia, WHO bahkan memperkirakan kasus kanker payudara pada wanita akan
terus meningkat tiap tahunnya.
E. PATOGENESIS
Seperti pada kanker lainya, penyebab kanker payudara masih belum
diketahui. Namun, tiga faktor tampaknya penting :
1. Perubahan Genetik
Selain yang menyebabkan sindrom familial diatas, perubahan genetik juga
diduga berperan dalam timbulnya kanker payudara sporadik. Seperti pada
sebagian besar kanker lainya, mutasi yang memengaruhi protoonkogen dan gen
penekan tumor di epitel payudara ikut serta dalam proses transformasi
onkogenik. Di antara berbagai mutasi tersebut, yang paling banyak dipelajari
adalah ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2 (HER2/NEU), yang diketahui
mengalami amplifikasi pada hampir 30% kanker payudara. Gen ini adalah
anggota dari famili reesptor faktor pertumbuhan epidermis, dan ekspresi
berlebihanya berkaitan dengan prognosis yang buruk. Secara analog,
10
amplifikasi gen RAS dan MYC juga dilaporkan terjadi pada sebagian kanker
payudara manusia. Mutasi gen penekan tumor RB1 dan TP53 juga ditemukan.
Dalam transformasi sel epitel normal menjadi sel kanker, kemungkinan besar
terjadi banyak mutasi didapat (Kumar, 2012).
2. Pengaruh Hormon
Kelebihan estrogen endogen, atau lebih tepat ketidakseimbangan hormon,
jelas berperan penting. Banyak faktor risiko yang telah disebutkan – usia subur
yang lama, nuliparitas, dan usia lanjut saat memiliki anak pertama –
mengisyaratkan peningkatan pajanan ke kadar estrogen yang tinggi saat daur
haid. Tumor ovarium fungsional yang mengeluarkan estrogen dilaporkan
berkaitan dengan kanker payudara pada perempuan pascamenopause. Estrogen
merangsang pembentukan faktor pertumbuhan oleh sel epitel payudara normal
dan oleh sel kanker. Dihipotesiskan bahwa reseptor estrogen dan progesteron
yang secara normal terdapat di sel epitel payudara, mungkin berkaitan dengan
promotor pertumbuhan, seperti transforming growth factor a (berkaitan dengan
faktor pertumbuhan epitel) platelet-derived growth-factor, dan faktor
pertumbuhan fibroblas yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara, untuk
menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor (Kumar, 2012).
3. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan diisyaratkan oleh insidensi kanker payudara yang
berbeda - beda dalam kelompok yang secara genetis homogen dan perbedaan
geografik.
Faktor lingkungan lain yang penting adalah radiasi dan estrogen eksogen
(Kumar, 2012).
11
Faktor predisposisi dan resiko tinggi
PATHWAYS
Hiper plasia pada sel mammae
Mendesak
Mendesak Mendesak
Sel syaraf
jaringan Pembuluh
sekitar Menekan jaringan darah Aliran darah
pada mammae Interupsi sel saraf
terhambat
Mensuplai sel
nutrisi ke
jaringan ca nyeri
hipoxia
Peningkatan
konsistensi Ukuran
mammae mammae Necrose
Hipermetabolis ke abnormal jaringan
jaringan
Mammae Bakteri Patogen
membengkak
12
Suplai nutrisi Kurang
jaringan lain pengetahuan
Infeksi
Massa tumor mendesak Mammae
ke jaringan luar asimetrik
Berat badan turun
cemas
F. MANIFESTASI KLINIK
Gejala umum Ca mamae adalah:
Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan
Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
Ada cairan yang keluar dari puting susu
Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi
retraksi
13
Ada rasa sakit
Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat
Ada pembengkakan didaerah lengan
Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah
Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
15
2. Stadium IIa
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
3. Stadium IIb
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
16
4. Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.
5. Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan terdapat
penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus
17
(LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar
ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga
luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa
sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan
atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh
6. Stadium III
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular
ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral
18
7. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang
rusuk.
19
3. 2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri sendiri 50%
dari waktu sadar.
4. 3 : Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu tiduran
lebih 50% dari waktu sadar.
5. 4 : Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri, hanya tiduran
saja.
20
21
I. KOMPLIKASI
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang dan
hati. Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:
a. metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh
darahkapiler
b. ( penyebaran limfogen dan hematogen0, penyebarab hematogen dan
limfogen dapat mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang ,otak
,syaraf.
c. gangguan neuro varkuler
d. Faktor patologi
e. Fibrosis payudara
f. kematian
J PENATALAKSANAAN MEDIS CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)
1. Pembedahan
a) Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor.
Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi
diangkat atau tidak diangkat.
b) Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis
mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak
diangkat.
c) Lumpectomy/tumor
d) Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat. Exsisi
dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar
tumor tersebut.
e) Wide excision/mastektomy parsial.
f) Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
g) Ouadranectomy.
h) Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
2. Radiotherapy
22
a) Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan
therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri
karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
b) Chemotherapy
c). Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan
therapi endokrin lainnya.
23
(2) Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
(3) Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
(4) Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
(5) Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
(6) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan
(7) Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
(8) Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi
atau tanda-tanda radang.
(9) Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
(10) Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
e) Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
(1) Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
(2) Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah
dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi
makanan mengandung MSG.
(3) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena,
nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
(4) Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
(5) Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan
ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
(6) Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri
24
(7) Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan
haknya sebagai wanita normal.
(8) Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi social.
(9) Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan.
(10) Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus
asaan.
(11) Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan
lapang dada.
f) Pemeriksaan Diagnostik
(1) Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik,
identifikasi metastatik dan evaluasi.
(2) biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2
(3) Penanda tumor
(4) Mammografi
(5) sinar X dada
25
5. Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan dengan kurang
pemajanan informasi
6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi tubuh
7. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh, perubahan
dalam citra diri
26
kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
27
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
29
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management
berhubungan dengan Skin and Mucous o Anjurkan pasien untuk
pengangkatan bedah jaringan Membranes menggunakan pakaian yang
Kriteria Hasil : longgar
Integritas kulit yang o Hindari kerutan padaa tempat
baik bisa tidur
dipertahankan o Jaga kebersihan kulit agar
(sensasi, elastisitas, tetap bersih dan kering
temperatur, hidrasi, o Mobilisasi pasien (ubah posisi
pigmentasi) pasien) setiap dua jam sekali
Tidak ada luka/lesi o Monitor kulit akan adanya
pada kulit kemerahan
Perfusi jaringan baik o Oleskan lotion atau
30
Menunjukkan minyak/baby oil pada derah
pemahaman dalam yang tertekan
proses perbaikan o Monitor aktivitas dan
kulit dan mencegah mobilisasi pasien
terjadinya sedera o Monitor status nutrisi pasien
berulang
Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami
Ansietas berhubungan NOC : NIC :
dengan diagnosa, Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
pengobatan, dan prognosanya Coping kecemasan)
. Kriteria Hasil : Gunakan pendekatan yang
Klien mampu menenangkan
mengidentifikasi Nyatakan dengan jelas harapan
dan mengungkapkan terhadap pelaku pasien
gejala cemas Jelaskan semua prosedur dan
Mengidentifikasi, apa yang dirasakan selama
mengungkapkan dan prosedur
menunjukkan tehnik Temani pasien untuk
untuk mengontol memberikan keamanan dan
cemas mengurangi takut
Vital sign dalam Berikan informasi faktual
batas normal mengenai diagnosis, tindakan
Postur tubuh, prognosis
ekspresi wajah, Dorong keluarga untuk
bahasa tubuh dan menemani anak
tingkat aktivitas Lakukan back / neck rub
menunjukkan Dengarkan dengan penuh
berkurangnya perhatian
31
kecemasan Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Kurang pengetahuan tentang NOC : Teaching : Dissease Process
penyakit, Kowlwdge : disease o Kaji tingkat pengetahuan klien
perawatan,pengobatan process dan keluarga tentang proses
kurang paparan terhadap Kowledge : health penyakit
informasi Behavior o jelaskan tentang patofisiologi
Kriteria Hasil : penyakit, tanda dan gejala serta
Pasien dan keluarga penyebabnya
menyatakan o sediakan informasi tentang
pemahaman tentang kondisi klien
penyakit, kondisi, o Berikan informasi tentang
prognosis dan perkembangan klien
program pengobatan o Diskusikan perubahan gaya
32
kesehatan lainnya o Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
o Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan gejala
yang muncul pada petugas
kesehatan
Gangguan body image 1) Klien tidak malu Diskusikan dengan klien atau
berhubungan dengan dengan keadaan dirinya. orang terdekat respon klien
kehilangan bagian dan fungsi 2) Klien dapat terhadap penyakitnya.
tubuh menerima efek Rasional : membantu dalam
pembedahan. memastikan masalah untuk
memulai proses pemecahan masalah
Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi
dapat membantu pasien memulai
proses adaptasi.
Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima
keadaan dirinya.
Anjurkan keluarga klien untuk
selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih
ada orang yang memperhatikannya.
33