Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN PADA POST PARTUM SECTIO


CAESARIA

OLEH
I GEDE PATRIA PRASTIKA
NIM. P07120215059
KELAS 2B DIV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM
DENGAN SECTIO CAESARIA

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio caesaria adalah suata cara melahirkan janin dengan insisi pada abdomen
dan uterus (Jhonson,2009)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)
Jadi berdasarkan sumber diatas dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui depan perut atau vagina untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

2. Penyebab / Faktor Presidposisi


Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor
sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai
berikut
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu
tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian
maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
4. Klasifikasi
a. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini adalah:
1) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
2) Bahaya peritonitis tidak besar.
3) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna.
b. Sectio cacaria klasik atau section cecaria corporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen atas uterus.
c. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak
dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
d. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
1) Atonia uteri
2) Plasenta accrete
3) Myoma uteri
4) Infeksi intra uteri berat

5. Gejala Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :
a. Nyeri akibat luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g. Terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham
prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan

6. Pemeriksaan Diagnostic / Penunjang


a. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang
itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi
lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
e. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal :
Menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap :
Mengevaluasi trombosit dan hematocrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
a. Penatalaksanaan secara medis
1) Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain Walaupun
pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria keefektifannaya masih
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
b. Kateterisasi
c. Pengaturan Diit
Makanan dan minuman diberikan setelah klien Flatus, diilakukan secara bertahap
dari minum air putih sedikit tapi sering. Makanan yanf diberikan berupa bubur
saring, selanjutnya bubur, nasi tim dan makanan biasa.
d. Penatalaksanaan secara keperawatan
1) Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
30 menit pada 4 jam kemudian.
2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3) Mobilisasi
4) Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur
dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat
berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
5) Pembalutan luka ( Wound Dressing / wound care)
6) Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima
setelah operasi

8. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi
menjadi:
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung
3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-
cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme
paru yang sangat jarang terjadi.
d. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptur uteri.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin,
prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien.
d. Pola-pola fungsi kesehatan :
1) Pola manajemen kesehatan – Persepsi Kesehatan
2) Pola Metabolik - Nutrisi
3) Pola Eleminasi
4) Pola Aktivitas - Latihan
5) Pola Istirahat - Tidur
6) Pola Persepsi - Kognitif
7) Pola Konsep Diri – Persepsi Diri
8) Pola Pola Hubungan - Peran
9) Pola Reproduktif – Seksualitas
10) Pola Toleransi Terhadap Stres – Koping
11) Pola Keyakinan – Nilai
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning
4) Telinga
Bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan
yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae. Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang
striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
7) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
8) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
9) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan gangguan sensorik motorik
ditandai dengan retensi urine
b. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemik
c. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
ketidakmampuan membasuh tubuh, ketidakmampuan mengenakan pakaian pada
bagian bawah tubh, ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi secara
komplet.
d. Ketidakefektifan Pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
orangtua tentang pentingnya pemberian ASI ditandai dengan inefektif laktasi
e. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan karena
tanggung jawab menjadi orang tua yang memiliki bayi yang baru lahir, ditandai
dengan tidak merasa cukup istirahat.
f. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera ditandai dengan ekspresi wajah
nyeri (meringis), perubahan posisi untuk menghindari nyeri, dan sikap
melindungi area nyeri.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC


Urine berhubungan ..... x 24 jam, diharapkan pasien mampu Urinary Retention Care
dengan gangguan memenuhi kriteria hasil : 1. Observasi perubahan urine, warna jumlah dan bau
sensorik motorik ditandai NOC 2. Kaji keluhan tidak bisa berkemih, berkemih berdarah,
dengan retensi urine. Urinary elimiation tidak bisa menahan urine tiba-tiba, berkemih pada
Urinary continuence malam hari
Kriteria Hasil : 3. Beri intake minum 2-2,5 liter perhari dan anjurkan klien
1. Pola urine kembali normal 6-7 kali setiap berkemih tiap 3-4 jam
hari 4. Berikan privasi dan tutupi pasien dengan baik untuk
2. Produksi urine lebih besar atau sama dengan kesopanan.
30 cc/ menit 5. Berikan posisi yang nyaman pada pasien saat berkemih
3. Tidak ada residu urine >100-200 cc 6. Bersihkan daerah sekitar meatus urettra dengan larutan
4. Warna jernih dan tidak keruh anti-bakteri .
5. Tidak ada darah 7. Ajarkan klien untuk perawatan perianal yang benar dari
6. Tidak ada tekanan dalam mengeluarkan depan kebelakang setiap kali selesai berkemih dan
urine defekasi
7. Bau urin yang tidak menyengat 8. Menerapkan katerisasi intermten yang sesuai
9. Kolaborasi dengan pemberian obat anti bakteri dengan
tim medik
2 Resiko syok Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC
berhubungan dengan ..... x 24 jam, diharapkan pasien mampu Manajemen Hipovolemik
hipovolemik. memenuhi kriteria hasil : 1. Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi .
NOC 2. Monitor adanya sumber-sumber kehilangan cairan .
Keparahan syok: hipovolemik. 3. Monitor asupan dan pengeluaran .
Kriteria Hasil : 4. Tawarkan pilihan minum setiap 1 sampai 2 am saat
1. Tidak dehidrasi. terjaga, jika tidak ada kontraindikasi.
2. Tidak ada penurunan kesadaran. 5. Tingkatkan integritas kulit pada pasien yang tidak dapat
3. Tidak ada nyeri dada. bergerak dan memiliki kulit kering dengan tepat.
4. Wajah tidak pucat. 6. Instruksikan pada pasien dan atau keluarga tindakan-
tindakan yang di lakukan untuk mengatasi hipovolemia .

3 Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC


berhubungan dengan ..... x 24 jam, diharapkan pasien mampu Bantuan perawatan diri
kelemahan ditandai memenuhi kriteria hasil : 1. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
dengan ketidakmampuan NOC 2. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat kebersihan
membasuh tubuh, Perawatan diri : berpakaian diri , alat bantu untuk berpakaian , berdandan , eliminasi
ketidakmampuan Perawatan diri : Mandi .
mengenakan pakaian Perawatan diri : eliminasi 3. Pertimbangkan budaya pasien ketika meningkatkan
pada bagian bawah tubh, KriteriaHasil aktifitas perawatan diri .
ketidakmampuan 1. Mengambil pakaian. 4. Berikan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
melakukan hygiene 2. Memakai pakaian bagian bawah. lingkungan yang hangan , santai , tertutup , dan
eliminasi secara komplet. 3. Masuk dan keluar dari kamar mandi. berdasarkan pengalaman individu .
4. Mengambil alat/bahan mandi. 5. Bantu pasien menerima kebutuhan pasien terkait dengan
5. Mencuci badan bagian atas dan bawah. kondisi ketergantunganya .
6. Membersihkan area perineum 6. Ajarkan orang tua tau keluarga untuk mendukung
7. Mengeringkan badan. kemandirian dengan membantu hanya ketika pasien tak
8. Merespon saat kandung kemih penuh mampu melakukan perawatan diri .
dengan tepat waktu.
9. Mengosongkan kandung kemih.
10. Mengosongkan usus.
11. Mengelap sendiri setelah buang urin dan
buang air besar.
4 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC
Pemberian ASI ..... x 24 jam, diharapkan pasien mampu Supresi laktasi
berhubungan dengan memenuhi kriteria hasil : 1. Diskusikan pilihan untuk mengeluarkan ASI ( misalnya
kurangnya pengetahuan NOC menggunakan tangan , manual , dan memompa listrik )
orangtua tentang Keberhasilan Menyusui : Bayi 2. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan ASI yang cukup
pentingnya pemberian Kriteria Hasil : melalui tangan , manual atau memompalistrik untuk
ASI ditandai dengan 1. Berat badan bayi bertambah sesuai usia. mengurangi tekanan payudara tapi tidak untuk
inefektif laktasi 2. Feses cair, kuning dan berserat perhari mengosongkan payudara.
sesuai dengan usia. 3. Bantu pasien dalam menentukan jadwal (misalnya,
frekuensi dan durasi) untuk mengeluarkan ASI
berdasarkan faktor individu (misalnya lamanya waktu
sejak persalinan, frekuensi mengosongkan payudara, dan
jumlah ASI yang saat ini sedang diproduksi).
4. Berikan obat supresi laktasi, jka tepat.
5. Berikan bimbingan antisipatif terhadap perubahan
fisiologis (kram rahim dan adanya ASI yang sedikit
pasca supresi laktasi)
5 Gangguan Pola tidur Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC
berhubungan dengan ..... x 24 jam, diharapkan pasien mampu Sleep Enhancement
pola tidur tidak memenuhi kriteria hasil: 1. Tentukan pola tidur/aktivitas pasien.
menyehatkan karena NOC 2. Dorong pasien untuk menetapkan rutinitas tidur untuk
tanggung jawab menjadi memfasilitasi perpindahan dari terjaga menuju tidur.
Rest: extent and Pattern
orang tua yang memiliki 3. Bantu meningkatkan jumlah jam tidur, jika diperlukan.
Sleep : extent and Pattern
bayi yang baru lahir, 4. Ajarkan pasien dan orang terdekat mengenai faktor yang
Kriteria Hasil :
ditandai dengan tidak berkontribusi terjadinya gangguan pola tidur (misalnya,
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal
merasa cukup istirahat. fisiologis, psikologis, pola hidup, perubahan shift kerja
2. Pola tidur, kualitas dalam batas normal
yang panjang dan berlebihan, dan faktor lingkungan
3. Perasaan fresh sesduadah tidr atau istrahat
lainnya.
4. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang
5. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik
meningkatkan tidur
untuk meningkatkan tidur
6 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC
dengan agens pencedera ..... x 24 jam, diharapkan pasien mampu Pain management
ditandai dengan ekspresi memenuhi kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperehnsif
wajah nyeri (meringis), NOC termasuk tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
perubahan posisi untuk Pain control keparahan nyeri.
menghindari nyeri, dan Tingkat Nyeri 2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis dan
sikap melindungi area Kriteria hasil : frekuensi.
nyeri. 1. Mampu mengontrol nyeri(tahu penyebab 3. Cek adanya riwayat alergi obat.
nyeri, mampu menggunakan teknik non 4. Tentukan pilihan obat analgesik.
farmakologi untuk mengurangi nyeri) 5. Berikan analgesik sesuai waktunya.
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 6. Ajarkan teknik non farmakologi seperti nafas dalam,
menggunakan manajamen nyeri relaksasi, distraksi, kompres hangat atau dingin
3. Mampu mengenali nyeri(skala, intensitas, 7. Beri posisi yang nyaman menurut klien
frekuensi dan tanda nyeri)
4. Tanda vital dalam rentang normal
5. Tidak mengalami gangguan tidur
6. Ekspresi nyeri wajah berkurang.
7. Resiko infeksi Setela h dilakukan asuhan keperawatan selama NIC:
berhubungan dengan ..... x 24 jam, diharapkan pasien mampu Infection Control
episiotomi, laserasi jalan memenuhi kriteria hasil: 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
lahir, bantuan NOC 2. Batasi pengunjung bila perlu
pertolongan persalinan Immune status 3. Instrusikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
Knowledge : Infection control berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Risk control 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Kriteria Hasil: keperawatan
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 5. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
2. Jumlah leukosit dalam batas normal 6. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
3. Menunjukan perilaku hidup sehat 7. Berikan terapi antibiotik
4. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah 8. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infksi
timbulnya infeksi kandung kencing
9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
10. Monitor granulosit, WBC
11. Inspeksi kulit dan membran mukosaterhadap
kemerahan, panas, drainase
12. Ajarkan cara menghindarai infeksi
C. DAFTAR PUSTKA
Carpenito. 2011. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan
dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC

Johnson, M., et all. 2010. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Nurarif, Aminhuda dan Hardhikusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 3.
Jogjakarta:Mediaction

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka
Denpasar, Maret 2017
Nama Pembimbing / CI Nama Mahasiswa

…………………………………….… …………………………………….…
NIP. NIM.

Nama Pembimbing / CT

…………………………………….…
NIP.

Anda mungkin juga menyukai