Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI PENGEMBANGAN INTEGRASI LIMBAH JAGUNG DAN FESES

SAPI BERBASIS ZERO WASTE DI KECAMATAN BONTOMOMPO,


KABUPATEN GOWA

THE STRATEGY OF THE ECOTOURISM DEVELOPMENT IN PANGO-


PANGO FOREST AREA

Faursyah Rosydin,1 Kahar Mustari,2 Lucia Muslimin,3


1
Jurusan Pengelolaan Lingkungan Hidup,Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin
(email: faursyahrosyidin@gmail.com)
2
Bagian ………………………………….., Fakultas Pertanian, Univeritas Hasanuddin
(email: amhutan@gmail.com)
3
Bagian............................................., Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Hasanuddin
(email: imadebenyamin@yahoo.com)

Alamat Korespondensi:

Faursyah Rosydin
Jln.Toa Daeng 1 No.7 Tello Baru,
Makassar, 90245
HP: 081355228841
Email: faursyahrosyidin@gmail.com
Abstrak

Permintaan pariwisata yang semakin meningkat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan di areal wisata,
oleh karena itu perlu diterapkan konsep ekowisata yang merupakan kolaborasi antara aspek lingkungan, ekonomi
dan sosial di areal wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung dan potensi di Areal Hutan
Pango-Pango, serta merumuskan strategi pengembangan ekowisata di Areal Hutan Pango-Pango. Penelitian ini
dilaksanakan di Areal Hutan Pango-Pango, Kabupaten Tana Toraja. Desain penelitian menggunakan gabungan
antara metode kualitatif dan kuantitatif. Data dianalisis dengan menggunakan analisis daya dukung fisik areal
wisata, kajian mengenai potensi wisata dianalisis secara deskriptif. Analisis SWOT digunakan untuk menyusun
strategi pengembangan ekowisata di Areal Hutan Pango-Pango. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya
dukung fisik Areal Wisata Alam Pango-Pango adalah sebesar 11.488 orang/hari. Potensi wisata di Areal Wisata
Alam Pango-Pango meliputi potensi biofisik (flora dan fauna), potensi budaya lokal, dan potensi daya tarik
wisata alam. Perumusan strategi pengembangan ekowisata di Areal Wisata Alam Pango-Pango menghasilkan 5
strategi, yaitu (1) pengembangan ekowisata sesuai dengan daya dukung dan potensi areal wisata alam; (2)
publikasi dan promosi; (3) pengembanan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat setempat; (4) pembinaan
dan pendidikan lingkungan untuk masyarakat; (5) pembangunan sarana dan prasarana pendukung.
Kata kunci : daya dukung, strategi pengembangan, ekowisata

Abstract
Increasing tourism demand result in environmental damage in the area of travel, therefore it is neccesary to
apply to concept of ecotourism which is colaboration between environmental, social and economic development
in the area of travel.This research aimed (1) to investigate the supporting power and potential in Pango-Pango
Forest Area; (2)to formulate the development strategy of the ecotourism in Pango-Pango Forest Area. The
research was conducted in Pango-Pango Natural Tourism Area Tana Toraja Regency. The research design was
the combination of the qualitative and quantitative methods. The data were analyzed using the analysis of
physical carrying capacity of the tourism area, the study about the tourism potentials was analyzed
descriptively. The SWOT analysis was use to plan the development strategy of the ecotourism in Pango-Pango
Forest Area. The research results indicated that the physical carrying capacity of Pango-Pango Natural
Tourism Area were 11 488 visitors / day. The tourism potentials of Pango-Pango Natural Tourism Area include
the biophysical potentials (flora and fauna), local cultural potentials, and the potentials of natural tourism
attractions. the formulation of the development strategy of Pango-Pango Forest Area using the SWOT analysis
had produced 5 strategies: (1) the development of ecotourism in according to the carrying capacity and the
potentials of the natural tourism; (2) the publication and promotion; (3) the collaboration between the
government and local community; (4) the environmental cultivation and education; (5) the building of
supporting facilities anf infrastructures.

Keywords: carrying capacity, development strategy, ecotourism


PENDAHULUAN
(Hardianto, 2008), menyatakan bahwa Sistem integrasi tanaman ternak adalah
intensifikasi sistem usahatani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara
terpadu dengan komponen ternak sebagai bagian kegiatan usaha. Tujuan pengembangan
sistem integrasi tanaman ternak adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan
masyarakat untuk mewujudkan suksesnya revitalisasi pembangunan pertanian.
Menurut Reijntjes (1999), ciri utama integrasi tanaman ternak adalah adanya
sinergisme atau keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani
memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tanamannya, kemudian
memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak. Pada model integrasi tanaman ternak,
petani mengatasi permasalahan ketersediaan pakan dengan memanfaatkan limbah tanaman
seperti jerami padi, jerami jagung, limbah kacang-kacang, dan limbah pertanian lainnya.
pada dasarnya limbah jagung berupa kulit jagung atau klobot jagung sampai saat ini
pemanfaatannya kurang maksimal, padahal jumlahnya sangat melimpah ruah yang jika
dibakar menimbulkan pencemaran udara, jika dibuang ke sungai menyebabkan banjir,
tumpukannya bisa menyebabkan sarang penyakit. (Umiyasih dan Wina, 2008). Limbah
jagung yang dihasilkan diantaranya adalah jerami, klobot, dan tongkol jagung yang biasanya
tidak dipergunakan lagi ataupun nilai ekonominya sangat rendah (Mariyono et al., 2004).
Pengolahan limbah jagung merupakan hal yang diperlukan agar kontinuitas pakan terus
terjamin. Walaupun sebagian besar limbah tersebut diberikan kepada ternak dengan cara
menggembalakan ternak langsung di areal penanaman setelah jagung dipanen, namun
sebagian limbah tersebut diproses atau disimpan dengan cara dibuat hay (menjadi jerami
jagung kering) atau diawetkan dalam bentuk silase sebagai pakan cadangan (McCutcheon dan
Samples, 2002).
Sedangkan untuk limbah ternak sapi ialah meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari
suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa
pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat
(kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah
semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari
pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam
fase gas. Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi lingkungan
sekitar. (Soehadji, 1992). Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak
sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk
organik. Penggunaan kotoron ternak sebagai pupuk sangat mendukung usaha pertanian
karena kotoran ternak sebagai pupuk organik, menggandung beberapa unsur hara yang sangat
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan, sekaligus dapat menghemat penggunaan pupuk
anorganik (De Lima, 2012).
Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi
pengelolaan limbah (sampah) skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk mengurangi
limbah sesedikit mungkin. Sistem zero waste sendiri adalah implikasi logis dari berjalannya
sistem integrasi limbah antara pertanian dan peternakan, limbah yang dihasilkan dari sektor
pertanian dan peternakan masuk kedalam siklus yang saling membutuhkan satu sama lain
sebagai masukannya. Sehingga sisa hasil produksi (limbah) yang dihasilkan terus menjadi
salah satu mata rantai dalam proses produksi, dimana limbah (sampah) tidak menjadi cemaran
yang berdampak buruk bagi lingkungan (zero waste) (Diwyanto dan Priyanti, 2013).
Menurut Rangkuti (2000), SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan
dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi.
Fokus Grup Diskusi (FGD) atau diskusi kelompok terfokus merupakan suatu metode
pengumpulan data yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif sosial. Keunggulan
penggunaan metode FGD adalah memberikan data yang lebih kaya dan memberikan nilai
tambah pada data yang tidak diperoleh ketika menggunakan metode pengumpulan data
lainnya, terutama dalam penelitian kuantitatif (Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006).
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik
berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga
menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai
persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok
dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan
yang telah dibuat (Saaty, 1991).
Sistem integrasi limbah adalah konsep yang menjadi salah satu terobosan dalam ranah
praksis yang mengefisiensikan sisa hasil produksi menjadi sesuatu yang bernilai dan
bermanfaat. Eliminasi cemaran limbah jagung dan sapi tentu menjadi hal yang positif bagi
lingkungan, baik dalam skala kecil hingga ke skala yang lebih besar. Hal ini akan menjadi
satu gerakan lain dalam upaya penyelamatan lingkungan saat ini, pertanian dan peternakan
konvensional yang terus diintensifikasi menjadi kerugian tersendiri bagi lingkungan akibat
ketidakmampuan alam memperbaharui dirinya ditengah cepatnya kerusakan yang ditimbulkan
akibat proses hulu hingga hilir proses produksi jagung dan sapi. Maka dari itu, perlu untuk
kemudian dirumuskan bagaimana strategi pengembangan sistem integrasi ini dapat dijalankan
sesuai dengan sumber daya yang ada di Kecamatan Bontonompo sebagai salah satu daerah
potensial limbah jagung dan sapi di Kabupaten Gowa. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menemukan formulasi strategi yang tepat untuk pengembangan sistem integrasi limbah
jagung dan feses sapi di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, dengan menggunakan
analisis SWOT, FGD dan AHP.

BAHAN DAN METODE


Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Propinsi
Sulawesi Selatan. Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan/melukiskan keadaan
obyek atau persoalan-persoalan dan tidak dimaksudkan untuk menarik atau mengambil
kesimpulan yang berlaku umum untuk mendapatkan strategi pengembangan. Penelitian ini
digunakan untuk menganalisa aspek-aspek yang berpengaruh atau yang membentuk
karakteristik suatu wilayah sehingga dapat diketahui potensi dan permasalahan pada wilayah
studi melalui uraian/penjelasan dan pengertian tehadap aspek-aspek tersebut (Umar, 2005).

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data primer dalam penelitian ini akan menggunakan teknik observasi
(observation), wawancara (interview) dan kuesioner (questionaire). Data sekunder diperoleh
dari studi literatur mengenai kondisi fisik dasar, profil masyarakat lokal, maupun data-data
penelitian terlebih dahulu yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder juga diperoleh
dari instansi (dinas atau lembaga) yang terkait melalui laporan-laporan yang berkaitan dengan
penelitian. Instansi (dinas dan lembaga) yang terkait diantaranya : Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikulura Kabupaten Gowa, Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Gowa,
Pemerintah Kecamatan Bontompo.

Analisis Data
Dari data observasi, wawancara dan kuisioner digunakan sebagai bahan penentuan
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pada SWOT agar dapat dijadikan sebagai acuan
diskusi para stakeholders dalam fokus grup diskusi (FGD), kemudian dari hasil fokus grup
diskusi tersebut melahirkan beberapa alternatif strategi yang akan diuji konsistensinya dengan
menggunakan metode AHP (Expert Choice 11) sehingga dapat diambil keputusan strategis.

HASIL
Daya dukung fisik Areal Wisata Alam Pango-Pango dihitung dengan rumus:
PCC = A x 1/B x Rf
A = 17,95 ha = 179.500 m2 (1 hektare= 10.000 m2)
B = 60 m2
1/B = 1/60 m2 = 0,016 orang/ m2
Rf = 4 jam
1
PCC = 179.500 x 60
x 4 = 11.488 orang/hari

Gambar 1 menunjukkan kondisi eksisting dan fasilitas penunjang serta potensi wisata
yang sudah ada di Areal Wisata Alam Pango-Pango. Dari atraksi wisata yang sudah ada di
Areal Wisata Alam Pango-Pango adalah arena outbound, camping ground dan picnic area.
Tabel 1 menunjukkan matriks analisis IFAS (Internal Factor Analysis Summary)
analisis SWOT. Total skor untuk faktor kekuatan (strengths) adalah 2,47 sedangkan total skor
untuk faktor kelemahan (weakness) adalah 0,42. Hasil dari penjumlahan faktor kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weakness) adalah sebesar 2,89.
Tabel 2 menunjukkan matriks analisis nilai EFAS (Eksternal Factor Analysis
Summary). Berdasarkan tabel tersebut diperoleh total skor untuk peluang (opportunities)
adalah 1,20 sedangkan total skor untuk faktor ancaman (threats) adalah 0,96. Hasil dari
penjumlahan faktor peluang (opportunities) dan faktor ancaman (threats) adalah sebesar 2,16.
Tabel 3 menunjukkan strategi yang harus diterapkan dalam pengembangan ekowisata
di Areal Wisata Alam Pango-Pango. Hasil tersebut diperoleh melalui hasil dari total skor
analisis IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis
Summary).
Gambar 2 menunjukkan hasil analisis IFAS dan EFAS yang dilakukan, menghasilkan
jumlah bobot pada masing-masing lingkungan eksternal dan lingkungan internal dalam
menentukan x dan y pada kuadran SWOT.
Total Internal (x) = Total bobot kekuatan – Total bobot kelemahan
= 2,47 - 0,42 = 2,05
Total Eksternal (y) = Total bobot peluang – Total bobot ancaman
= 1,20 - 0,96 = 0,24

PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan ekowisata di Areal
Wisata Alam Pango-Pango dengan melihat potensi wisata dan daya dukung dari areal wisaa.
Umar (2013), lebih memberi tekanan pada kehadiran wisatawan dari pada jumlah wisatawan
karena menurutnya level kehadiran lebih tepat dipakai sebagai pendekatan bagi sejumlah
faktor seperti lama tinggal (length of stay), karakteristik wisatawan, konsentrasi wisatawan
pada lokasi geografis tertentu dan derajat musiman kunjungan wisatawan
Hasil perhitungan PCC menunjukkan bahwa Areal Wisata Alam Pango-Pango secara
fisik mampu menampung sejumlah 11.488 orang setiap harinya. Jika dilihat dari hasil ini,
maka dapat disimpulkan daya dukung fisik di Areal Wisata Alam Pango-Pango tergolong
tinggi. Selain itu, kemampuan fisik areal wisata untuk menampung sejumlah pengunjung saat
ini belum terlampaui. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan ke Areal Wisata Alam
Pango-Pango yang belum mencapai 11.488 orang/hari.
Dari analisis potensi di Areal Wisata Alam Pango-Pango ditemukin beberapa potensi
wisata seperti potensi biofisik areal wisata (flora dan fauna), potensi daya tarik wisata alam
dan potensi budaya lokal masyarakat setempat. Di Areal Wisata Alam Pango-Pango dapat
ditemukan beberapa jenis burung yang berpotensi dikembangkan untuk kegiatan
birdwatching. Kegiatan menikmati burung (bird watching) merupakan kegiatan yang
membawa keasyikan tersendiri, seperti menikmati keindahan warna, keunikan tingkah laku
burung baik secara individu ataupun mengelompok, keunikan bentuk dan kekhasan suaranya.
Potensi flora dan fauna yang khas di areal wisata ini berpotensi dikembangkan untuk kegiatan
pendidikan, penelitian flora fauna, penelitian etnobotani dan penelitian jasa lingkungan.
Potensi budaya masyarakat setempat yang khas juga berpotensi untuk penelitian sosial
budaya, serta pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat sekitar areal wisata
alam Pango-Pango. Kegiatan penelitian akan menyediakan data dasar yang dapat
dipergunakan oleh pihak pengelola dalam pengembangan ekowisata di masa mendatang. Jalur
menuju Areal Wisata Alam Pango-Pango yang menantang berpotensi untuk dikembangkan
menjadi kegiatan tracking. Tracking dapat dilakukan oleh pengunjung dengan menyusuri
jalur di bagian kaki dan puncak Hutan Pango-Pango sambil menikmati kesejukan udara dan
keindahan alam. Keindahan alam di Areal Wisata Alam Pango-Pango yang masih alami,
sejuk dan asri juga berpotensi untuk dikembangkan menjadi kegiatan camping dan photo
hunting.
Menurut Marimin (2004), bahwa proses yang dilakukan dalam analisis SWOT agar
keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui beberapa tahapan, antara lain : tahapan
pengambilan data yaitu faktor eksternal dan faktor internal, tahapan analisis data yaitu
pembuatan matriks internal, eksternal dan matriks SWOT dan tahapan pengambilan
keputusan.
Mengacu pada hasil analisis lingkungan eksternal dan internal areal wisata, maka
strategi pengembangan di Areal Hutan Pango-Pango dengan menggunakan matriks SWOT,
diperoleh strategi kekuatan dan strategi peluang (S - O). Melalui strategi S-O, pengembangan
ekowisata di Areal Wisata Alam Pango-Pango dilaksanakan dengan memanfaatkan peluang
dengan mendayagunakan/mengoptimalkan kekuatan/kelebihan yang dimiliki.
Analisis IFAS dan EFAS yang dilakukan, menghasilkan jumlah bobot pada masing-
masing lingkungan eksternal dan lingkungan internal dalam menentukan x dan y pada
kuadran SWOT. Variabel x dan y yang telah didapat keduanya merupakan variabel positif
yang yang berada pada kuadran pertama yang memiliki karakteristik pertumbuhan, sehingga
strategi pengembangan ekowisata di Areal Hutan Pango-Pango dapat dilakukan secara
agresif.
Perumusan strategi pengembangan ekowisata di Areal Wisata Alam Pango-Pango
melalui analisis SWOT menghasilkan 5 strategi, yaitu (1) pengembangan ekowisata sesuai
dengan daya dukung dan potensi areal wisata alam; (2) publikasi dan promosi; (3)
mengembangkan kolaborasi dengan masyarakat setempat; (4) pendidikan lingkungan dan
penyuluhan; (5) monitoring dan evaluasi dampak kegiatan wisata.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kami menyimpulkan bahwa daya dukung wisata di Areal Wisata Alam Pango-Pango
adalah sebesar 11.488 orang/hari. Potensi wisata di Areal Wisata Alam Pango-Pango meliputi
potensi biofisik (flora dan fauna), potensi budaya lokal, dan potensi daya tarik wisata alam
yang layak dikembangkan dalam usaha untuk pengembangan kawasan ekowisata di Areal
Wisata Alam Pango-Pango. Perumusan strategi pengembangan ekowisata di Areal Wisata
Alam Pango-Pango menghasilkan 5 strategi, yaitu (1) pengembangan ekowisata sesuai
dengan daya dukung dan potensi areal wisata alam; (2) publikasi dan promosi; (3)
mengembangkan kolaborasi dengan masyarakat setempat; (4) pendidikan lingkungan dan
penyuluhan; (5) monitoring dan evaluasi dampak kegiatan wisata. Saran bagi pengelola Areal
Wisata Alam Pango-Pango adalah melakukan pembenahan, peningkatan dan menjaga kualitas
lingkungan serta melakukan pengembangan Areal Hutan Pango-Pango sesuai dengan potensi
dan daya dukung areal wisata. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas sumberdaya
manusia pengelola Areal Hutan Pango-Pango agar pengembangan areal wisata ini dapat
berjalan lebih optimal. Untuk masyarakat dan wisatawan, agar supaya dapat turut serta dalam
menjaga kelestarian lingkungan hidup di sekitar Areal Wisata Alam Pango-Pango. Agar
supaya areal wisata tersebut tetap memiliki daya tarik dan menjadi sumber PAD dan
bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Clivaz C., Hausser Y., & Michelet J. (2004). Tourism Monitoring System Based on The
Concept of Carrying Capacity-The Case of The Regional Natural Park Pfyn-Fingers
(Switzerland). Finish Forest Research Institute. 2:230-235.
Damanik J &Weber H F. (2006). Perencanaan Ekowisata : Teori dan Aplikasi. Penerbit
Pusat Studi Pariwisata (Puspar). UGM dan Andi, Yogyakarta.
Fandeli & Muhammad. (2009). Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
Livina. (2009). Sustainable Planning Instruments and Biodiversity Conservation. Vidzeme
University of Applied Science, Latvia.
Marimin. (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan. PT. Grasindo, Jakarta.
Rangkuti F. (2000). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung.
Suwena K. I. & Widyatmaja N. G. (2010). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Udayana
University Press, Bali.
Tuwo A. (2011). Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut, Pendekatan Ekologi, Sosial-
Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Brilliant Internasional, Surabaya.
Umar M. Z. (2013). Strategi Untuk Mengembangkan Pantai Sebanjar Sebagai Objek
Pariwisata Unggulan di Kabupaten Alor Propinsi NTT. Tugas Akhir. Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung.
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Lampiran
Tabel 1. Matriks hasil analisis IFAS (Internal Factor Analysis Summary)
Bobot Skor
Faktor Internal Rating (N)
(B) (BxN)
Kekuatan (strengths)
1. Potensi daya tarik wisata alam dengan
0,13 4 0,52
fenomena alam dan keanekaragaman hayati
2. Areal wisata alam yang masih alami, bebas
0.12 4 0,48
polusi, sejuk, nyaman, kondusif dan aman
3. Dukungan pemerintah dalam pengembangan
0.11 4 0,44
pariwisata
4. Pos anggaran pemerintah untuk pariwisata
0,10 4 0,40
yang besar
5. Pembangunan bandara baru 0,08 3 0,24
6. Daya dukung areal wisata yang belum
0,07 3 0,21
terlampaui
7. Publikasi dan informasi yang lebih cepat dan
0,06 3 0,18
modern
Jumlah Skor 2,47

Kelemahan (weakness)
1. Aksesibilitas yang rendah 0,13 1 0,13
2. Keterbatasan sarana dan prasarana 0,11 1 0,11
3. Keterbatasan SDM pengelola 0,09 2 0,18
Jumlah Skor 0,42
Total Skor IFAS (S+W) 1 2,89

Tabel 2. Matriks hasil analisis nilai EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary)
Bobot Skor
Faktor Eksternal Rating (N)
(B) (BxN)
Peluang (opportunities)
1. Dukungan masyarakat dalam pengembangan
0,15 4 0,60
ekowisata
2. Adat istiadat dan budaya masyarakat setempat 0,15 4 0,60
Jumlah Skor 1,20

Ancaman (threats)
1. Kualitas SDM Masyarakat yang rendah 0,15 1 0,15
2. Perambahan hutan untuk perkebunan dan
0,15 1 0,15
perburuan hewan oleh masyarakat
3. Kerusakan habitat dan ancaman punahnya
0,14 1 0,14
flora fauna endemik
4. Kompetisi antar kabupaten dalam
0,13 2 0,26
pengembangan kepariwisataan
5. Vandalisme dan sampah dari wisatawan 0,13 2 0,26
Jumlah Skor 0,96
Total Skor IFAS (S+W) 1 2,16

Tabel 3. Strategi pengembangan ekowisata di Areal Wisata Alam Pango-Pango

IFAS Stregths (S)/Kekuatan (Skor Weakness (W)/ Kelemahan


IFAS > 2) (Skor IFAS : <=2)
EFAS

Opportunities (O)/ Peluang


Strategi S – O Strategi W – O
(Skor EFAS : >2)

Treaths (T)/ Ancaman (Skor


Strategi S – T Strategi W – T
EFAS : <=2)

Keterangan : = Posisi pemanfaatan ekowisata


Pain Ball
Flying Fox

Pemandangan

Hutan Pinus Camping Ground

Picnic Area

Gambar 2. Kondisi eksisting fasilitas penunjang di Areal Wisata Alam Pango-Pango


Berbagai Peluang (O)

3. Mendukung 1. Mendukung
strategi turn-arround strategi agresif/
growth
2,05 ; 0,24

Kelemahan Internal Kekuatan Internal


(W) (S)

2. Mendukung
4. Mendukung
strategi diversifikasi
strategi defensive/
survival

Berbagai Ancaman (T)

Gambar 1. Kuadran Hasil Penilaian SWOT

Anda mungkin juga menyukai