Anda di halaman 1dari 15

PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP

TERHADAP LIMBAH INDUSTRI SAGU


DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
(Studi Kasus Desa Sungai Tohor Kecamatan Tebing Tinggi Timur)

Al Mukarromi
Email : romieahmad24@yahoo.co.id

Pembimbing : Drs. H. Ishak. M.Si

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik


Universitas Riau

Program Studi S1 Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau


Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru
28293-Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRAK

Pencemaran limbah industri sagu yang masih terjadi sampai sekarang


disebabkan Penanggung Jawab Usaha tidak melakukan pengelolaan limbah sesuai
baku mutu lingkungan, industri-industri sagu yang ada belum memiliki Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga hasil limbah sisa produksi dibuang
langsung ke sungai dan laut, fenomena lain adalah masih banyak industri sagu
belum memiliki izin Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL). Berdasarkan fenomena yang terjadi maka rumusan
penelitian ini adalah Bagaimana Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan
Hidup terhadap limbah industri sagu dan faktor-faktor apa saja yang menghambat
pelaksanaan pengawasan tersebut.
Penelitian ini bertujuan unutk mengetahui Bagaimana pelaksanaan
pengawasan Badan Lingkungan Hidup terhadap limbah industri sagu dan
pengelolaanya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis
penelitian analisis deskripif. Tekinik pengumpulan datanya adalah wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Key informan penelitian ini adalah Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Kepuluan Meranti dalam pengawasan terhadap
limbah industri sagu dan penanggung jawab usaha.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa belum maksimalnya
pelaksanaan pengawasan serta belum menyentuh seluruh industri sagu yang ada.
Hal ini terlihat dari pelanggaran penanggung jawab usaha terhadap pengelolaan
limbah yang tidak sesuai baku mutu lingkungan, permasalahan izin lingkungan,
fenomena pencemaran limbah yang belum terselesaikan, ketataan penanggung
jawab usaha dalam melaporkan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup setiap
persemseternya. Dan kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada industri-
industri sagu yang melakukan pelanggaran. serta belum efektif pengawasan yang
dipengaruhi faktor-faktor penghambat seperti faktor sarana pendukung
pengawasan, jumlah personil yang berkompeten dan ahli, akses dan jarak yang
jauh, serta komitemen dari penanggung jawab usaha tersebut.
Kata Kunci : Pengawasan, Limbah Sagu, Baku Mutu Lingkungan

JOM FISIP Vol.4 No. 1 – Februari 2017 1


Pendahuluan industri sagu masyarakat yang semakin
banyak, pertumbuhan industri sagu
Disamping menghasilkan produk masyarakat mendatangkan dampak
yang bermanfaat bagi masyarakat, positif seperti penyerapan tenaga kerja,
industrilisasi juga menimbulkan ekses, peningkatan perekonomian masyarkat
antara lain dihasilkannya limbah yang dan PAD bagi Pemerintah Kabupaten
apabila dibuang kelingkungan akan dapat Kepulauan Meranti. Namun disisi lain,
mengancam lingkungan hidup itu sendiri, pertumbuhan industri sagu masayarakat
kelangsungan hidup manusia serta juga mendatangkan dampak negatif
mahluk hidup lain. Perusakan lingkungan terhadap lingkungan pencemaran yang
hidup adalah tindakan orang yang dihasilkan dari pembuangan limbah yang
menimbulkan perubahan langsung atau belum dikelola dengan baik.
tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia
dan/atau hayati lingkungan hidup Tabel 1.2
sehingga melampaui criteria baku mutu Daftar Industri Sagu yangmemiliki
kerusakan lingkungan hidup. dan tidak memiliki
Izin Usaha dan Usaha Kelola
Kabupaten Kepulauan Meranti Lingkungan-Usaha Pemantauan
sendiri diketahui sebagai daerah Lingkungan (UKL/UPL)
penghasil dan pengekspor sagu terbesar
di Indonesia. Dengan produksi sagu
Kepulauan Meranti mencapai 198.162 Izin Izin
No Nama Usaha Usaha (UKL-
Ton pertahun, selain untuk memenuhi UPL)
kebutuhan sagu nasional, Sagu asal
Kepulauan Meranti juga di ekspor 1 Pho Lim Sans
Ada Ada
kenegara lainnya di kawasan Asia Timur (Asman)
2 Wanandi Salim Ada Ada
dan Barat. Keberhasilan peningkatan 3 Julius Ada Ada
produksi sagu ini tidak terlepas dari 4 Karim Ada Ada
peran pemerintah yang didukung oleh 5 Tohor Jaya Ada Tidak Ada
pengusaha sagu baik skala makro 6 Ayu Mandiri Ada Tidak Ada
maupun mikro. 7 Setia Dua
Ada Tidak Ada
Sekawan
8 Berkat Usaha Ada Tidak Ada
Kabupaten Kepulauan Meranti 9 Sumber Usaha Ada Tidak Ada
yang dikenal dengan lahan gambut 10 Zamri Tohor Ada Tidak Ada
memungkinkan daerah ini sangat cocok 11 Berkah Rio Ada Tidak Ada
dengan karakter ditanami perkebunan 12 Family Ada Tidak Ada
sagu. Luas perkebun sagu di Kepulauan 13 Berbang Jaya Ada Tidak Ada
Meranti lebih dari 37.436 Hektar, dimana 14 UKM Karya
Ada Tidak Ada
Arifin Samad
Kecamatan Tebing Tinggi Timur 15 Makmur Ada Tidak Ada
merupakan kecamatan terluas 16 Maju Jaya Ada Tidak Ada
perkebunan sagu dibandingkan dengan 17 PU2K
Kecamatan lain. Perkebunan sagu yang (Kelompok Ada Tidak Ada
sebagian besar sudah ditanam secara Bersama)
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
turun temurun oleh masyarakat setempat. Kepulauan Meranti
Tercatat ada 67 pabrik pengolahan sagu
berskala kecil hingga sedang di Meranti
Dari data diatas tercatat masih
yang memenuhi pasar ekspor dan
kebutuhan lokal. Di harapkan dari banyaknya industri sagu yang ada di
kebutuhan produksi sagu inilah sehingga Desa Sungai Tohor Kecamatan
dapat meningkatkan perekonomi Tebing Tinggi Timur yang tidak
masyarakat. Semakin meningkatnya luas memiliki izin usaha dan Izin
areal tanaman sagu diringi dengan jumlah Pengendalian Aliran Limbah Industri

JOM FISIP Vol.4 No. 1 – Februari 2017 2


tercatat hanya empat industri yang yang ditetapkan dengan Keputusan
memiliki kelengkapan usaha Bupati.
sedangakan selebihnya tidak memiliki Pencemaran limbah akibat
sama sekali kelengkapan usaha. Oleh keberadaan industri sagu ini sudah
karena itu, setiap industri diharuskan terjadi sejak lama, adanya
mengurus dan membuat dokumen kecendrungan industri sagu
jenis usaha atau kegiatan yang wajib membuang limbah ke sungai
upaya pengelolaan lingkungan hidup berdampak pada perubahan parameter
dan upaya pemantauan lingkungan air baik dari sisi warna dan rasa
hidup dan surat pernyataan sehingga air keruh, kotor dan berbuih
kesanggupan pengelolan dan serta berbau busuk yang menyengat
pemantauan lingkungan hidup. sepanjang aliran yang kemudian
bermuara ke laut. Limbah industi dari
Selanjutnya pelaporan pengolahan sagu semacam ini di sebut
dokumen Usaha Pengelolan dengan repu sagu. Untuk itu sangat
Lingkungan dan Usaha Pemantauan diperlukan usaha untuk mengatasi
Lingkungan (UKL-UPL) wajib permasalahan tersebut salah satunya
dilaporkan setiap persemster (enam izin UKL dan UPL yang dikeluarkan
bulan sekali) oleh penanggung jawab oleh Badan Lingkungan Hidup
usaha atau pemilik industri sagu Kabupaten Kepuluan Meranti :
tersebut ke Pemerintah Daerah
melalui Badan Lingkungan Hidup Limbah repu sagu yang yang
Kabupaten Kepulauan Meranti. dibuang dalam waktu yang lama dan
Kemudian dokumen UKL-UPL di dibiarkan tertimbun maupun yang
periksa dan evaluasi guna menjadi teraliri ke sungai akan menyebabkan
acuan tahapan terhadap penilaian rusaknya unsur-unsur kimia dan zat
apakah memenuhi standar dan aturan renik tanah. Akibatnya tingkat
yang berlaku. Setiap pelanggaran kesuburan tanah menjadi rusak dan
yang didapatkan menjadi tahapan tanaman mati di usia muda,
bagi Badan Lingkungan Hidup selanjutnya pencemaran air juga
Kabupaten Kepuluan Meranti mengurangi kualitas air dan ekositem
melakukan sikap terhadap didalam air seperti ikan akan mati
penyimpangan yang dilakukan yang kemudian berdampak pada hasil
penanggung jawab usaha tersebut. tangkapan nelayan semakin
berkurang.Ini dasarkan sebagian besar
Badan Lingkungan Hidup Industri Sagu belum memiliki
wajib melakukan pengawasan Instalasi Pengelolaan Air Limbah
terhadap penataan penanggung jawab (IPAL).
atas ketentuan yang telah ditetapkan Industri sagu pada dasarnya
dalam Peraturan Perundang-undangan harus membuat Instalasi Pengelolaan
yang berlaku. Pengawasan wajib Air Limbah (IPAL), hal ini berguna
dilakukan secara periodik dan pada pengelolaan terhadap air limbah
sewaktu-waktu sesuai dengan guna mengurangi terjadinya
kebutuhan dalam rangka menentukan pencemaran terhadap air agar tidak
tingkat penataan. Pelaksanaan melebihi baku mutu limbah. salah
pengawasan dilakukan oleh pejabat satu cara untuk mengurangi tersebut
pengawas lingkungan hidup daerah adalah membuat bak
penampung/pengendapan yang

JOM FISIP Vol.4 No. 1 – Februari 2017 3


berfungsi untuk pengelolaan air limbah Sagu langsung ke sungai
cucian proses pengolahan sagu yang tanpa melalui pengelolaan dan
selanjutnya dilakukan perlakuan guna pemantaun sesuai baku mutu
menurunkan kosentrasi zat kimia lingkungan.
sebelum dibuang ke permukaan air.
Hal ini terjadi masih kurang
Tabel. 1.3 efektifnya penerapan peraturan
Nilai Rujukan Baku Mutu Limbah Cair
tentang ketertiban upaya pengelolan
N Parameter Satuan Nilai dan pemantauan lingkungan secara
o Rujukan umum pada industri sagu di
I Fisika Kabupaten Kepuluauan Meranti.
0
1 Suhu C 27.70
2 Residu Terlarut mg/L 1.219.00 Berdasarkan fenomena diatas
(TDS) menunjukan adanya permasalahan
3 Residu mg/L 400 menyangkut pengawasan oleh Badan
Tersuspensi (TSS)
II Kimia Anorganik
Lingkungan Hidup yang kurang
1 pH - 6-9 maksimal dan menyentuh seluruh
2 BOD5 mg/L 150 penanggung jawab usaha industri
3 COD mg/L 300 sagu tersebut.
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kepulauan Meranti
Berdasarkan uraian diatas,
Berdasarkan tabel diatas dapat maka sangat di perlukan pengawasan
diartikan apabila hasil limbah cair terhadap permasalah yang terjadi
sagu melibihi standar baku mutu terhadap pencemaran lingkungan
lingkungan hal ini diindikasikan tersebut, untuk itu peneliti tertarik
sebagai sebuah pencemaran tidak untuk melakukan penelitian yang
wajar. sehingga Hal semacam ini berjudul “Pengawasan Badan
dikarenakan kurangnya pengetahuan Lingkungan Hidup Terhadap
dan pemahaman bagi pemilik industri Limbah Industri Sagu Di
tentang penting pengelolaan limbah Kabupaten Kepulauan Meranti
secara baik, sehingga tidak (Studi kasus di Desa Sungai Tohor
mencemari lingkungan yang Kecamatan Tebing Tinggi Timur)”.
kemudian berdampak kepada
Rumusan Masalah
masayarakat. Menyikapi hal ini
seharusnya Badan Lingkungan Hidup
Berdasarkan uraian diatas, maka
Kabupaten Kepuluan Meranti
masalah yang hendak diteliti dalam
melakukan pengawasan yang intensif
penelitian ini dapat dirumuskan
terhadap pembuangan limbah olahan
sebagai berikut :
sagu. Berdasarkan uraian diatas, maka a. Bagaimana pelaksanaan
terdapat fenomena : pengawasan Badan Lingkungan
Hidup terhadap Limbah Industri
1. Masih adanya industri sagu yang Sagu di Kabupaten Kepulauan
belum memiliki izin usaha Meranti ?
pengelolaan lingkungan dan b. Faktor-faktor apa saja yang
usaha pemantauan lingkungan menghambat pelaksanaan
(UKL dan UPL) serta Instalasi Pengawasan Badan Lingkungan
Pengeloan Air Limbah (IPAL) Hidup terhadap Limbah Industri
2. Kecenderungan Penanggung Sagu di Kabupaten Kepulauan
Jawab usaha yang membuang Meranti ?

JOM FISIP Vol.4 No. 1 – Februari 2017 4


Kerangka Teori 2. Mengadakan penilaian
3. Mengadakan Tindakan
Pengawasan Perbaikan.
Pengawasan dapat Dari pengertian tersebut di
didefenisikan sebagai proses untuk peroleh informasi bahwa :
menjamin bahwa tujuan-tujuan a. Kegiatan pengawasan adalah
organisasi dan manajemen tercapai. tindakan yang perlu dilakukan
Ini berkenaan dengan cara-cara untuk menjamin agar apa yang
membuat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan atau hasil yang
sesuai dengan sasaran dan tujuan dicapai sesuai dengan rencana
yang direncanakan. Menurut yang telah ditetapkan
Handoko (2003:359) pengawasan sebelumnya.
merupakan bagian fungsi yang b. Bahwa terdapat hubungan yang
dilakukan setelah perencanaan, erat antara perencanaan dan
pengorganisasian dan pelaksanaan pengawasan. Pengawasan tidak
dalam manajemen. Dengan mungkin dilaksanakan tanpa
pengawasan dapat diketahui hasil adanya perencanaan karena tidak
yang telah dicapai. Hal ini sesuai ada pedoman untuk melakukan
dengan pendapat yang menyatakan pengawasan tersebut. Sebaliknya
bahwa pengawasan adalah fungsi rencana tanpa pengawasan akan
manajer untuk mengukur dan berarti timbulnya penyimpangan
mengoreksi prestasi kerja bawahan dan penyelewengan tanpa ada
guna memastikan, bahwa tujuan alat pencegahannya.
organisasi disemua tingkat dan
rencana yang didesain tercapai.
Metode Penelitian
Syafiie (1998:60) Sehingga
dengan demikian pengawasan dapat Untuk memperoleh data dan
diawasi sejauh mana penyimpangan, informasi maka penulis menggunakan
penyalahgunaan, kebocoran, metode yang mendukung penelitian
kekurangan, pemborosan, ini adalah metode kualitatif. Menurut
kemubaziran, penyelewengan dan Sugiyono metode kualitatif adalah
kendala lainnya, jadi keseluruhan metode yang digunakan untuk
pengawasan adalah akitivitas meneliti pada kondisi objek yang
membangdingkan apa yang sedang alamiah, dimana peneliti adalah
atau sudah dikerjakan dengan apa sebagai instrumen kunci, teknik
yang direncanakan sebelumnya. Oleh pengumpulan data secara triangulasi
karena itu diperlukannya Kriteria, (gabungan), dan hasil penelitian
norma, standar, dan ukuran. kualitatif lebih menekan makna pada
generalisasi. Peneliti menguraikan
Menurut Manullang (2012:184) penelitian ini dengan cara deskiptif,
proses pengawasan dimana pun juga yaitu prosedur atau cara memecahkan
atau pengawasan yang berobjekan masalah penelitian dengan
apapun terdiri dari langkah sebagai memaparkan keadaan objek yang
berikut : diselidiki (seseorang, lembaga,
masyarakat, perusahaan dan lain-lain)
1. menetapkan alat pengkurur sebagaimana adanya, yang
(standar)

JOM FISIP Vol.4 No. 1 – Februari 2017 5


berdasarkan fakta-fakta aktual pada mengakibatkan pencemaran terhadap
saat sekarang. lingkungan tempat pembuangan
Lokasi penelitian ini dilakukan limbah tersebut.
dikantor Badan Lingkungan Hidup
Kabupeten Kepulauan Meranti. Untuk melihat bagaimana
Adapun objek penelitian ini Di Desa pengawasan limbah industri sagu ini
Sungai Tohor Kecamatan Tebing oleh Badan Lingkungan Hidup
Tinggi Timur tepatnya di aliran Kabupaten Kepulauan Meranti maka
sungai yang merupakan tempat proses penulis menfokuskan permasalahan
produksi industri sagu tersebut. ke dalam 3 (tiga) indikator yang
menerangkan bagaimana pengawasan
Badan Lingkungan Hidup terhadap
Informan Penelitian ini teridir Limbah Industri Sagu, adapun
dari Kepala Bidang Pengawasan dan indikatornya meliputi sebagai berikut:
Pengendalian, Kepala Bidang
Pemulihan dan pemantauan, Staf 1. Menentukan Standar
Bidang Amdal, Pemilik Industri Sagu 2. Mengadakan Tindakan
dan Masyarakat. Dalam pengumpulan Penilaian
data informan teknik pengumpulan 3. Melakukan Tindakan Perbaikan
data berdasarkan wawancara,
Observasi, Dokumentasi dan studi Selanjutnya penulis akan
kepustakaan. Selanjutnya setelah data menjelaskan masing-masing indikator
yang diperoleh terkumpul lalu tersebut menurut jawaban dari
dianalisis, disunsun dan dklasifikan wawancara terhadap informan yang
berdasarkan tema dan fokus telah dilakukan sebelumnya dalam
penelitian. Penganalisaan data dalam penelitian ini, untuk mengetahui
penelitian ini secara deskripif. tanggapan informan terhadap
indikator-indikator tersebut diatas,
HASIL PENELITIAN DAN maka penulis menjabarkan sebagai
PEMBAHASAN berikut :

1. Menetapkan Standar
A. Pelaksanaan Pengawasan a. Standar Fisik
Badan Lingkungan Hidup
Terhadap Limbah Industri Dalam melaksanakan pengawasan
Sagu di Kabupaten Kepulauan terhadap limbah industri sagu oleh
Meranti
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Pelaksanaan Pengawasan oleh Kepulauan Meranti adalah standar
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten fisik yang menyangkut berbagai
Kepulauan Meranti merupakan fasilitas ataupun sarana dan prasarana
pengawasan terhadap Limbah padat, yang digunakan guna mendukung
limbah cair dan limbah B3 (Bahan lancarntya pelaksanaan pengawasan
Berbahaya dan Beracun) yang
tersebut.
merupakan hasil pembuangan yang
mengandung bahan-bahan hasil sisa Dari hasil wawancara diatas
produksi industri yang sudah tidak dapat diketahui standar fisik yang
digunakan lagi. Apabila pembuangan digunakan oleh Badan Lingkungan
limbah ini tidak diawasi dan Hidup Kabupaten Kepulauan Meranti
dikendalikan maka akan

JOM FISIP Vol.4 No. 1 – Februari 2017 6


adalah hal-hal yang menyangkut b. Standar perizinan
fasilitas, sarana dan prasarana dan
peralatan oprasional yang dibutuhkan merupakan bagian utama dari
dalam melaksanakan pengawasan komitemen atau tenggung jawab
limbah industri sagu tersebut. Untuk pelaku usaha untuk menaati aturan
lebih jelas penulis menjabarkan yang yang berlaku kepada pemerintah.
menjadi standar fisik yang menunjang Untuk berdirinya sebuah industri sagu
pelaksanaan pengawasan oleh Badan pada dasarnya penanggung jawab
Lingkungan Hidup Kabupaten usaha haruslah menyiapkan
Kepulauan Meranti. kelengkapan administrasi, untuk skala
industri sagu perizinan utama yang
1) Peralatan Laboratorium dipersiakan adalah :
Peralatan laboratorium merupakan
fasilitas mendasar yang wajib a) Perizinan UKL-UPL
dimiliki oleh Badan Lingkungan b) Perizianan Tanda Daftar
Hidup Kabupaten Kepulauan Industri
Meranti sebagai penunjang c) Izin Undang-Undang Ganguan
pelaksanaan pengawasan. (H.O)
d) Surat Izin Tempat Usaha
a) Laboratorium e) Surat Izin Usaha Perdagangan
Karena setiap sampel yang f) Surat Izin Daftar Perusahaan
didapatkan dari hasil
pengawasan dan pemantauan c. Standar Waktu
akan di uji lab guna mengetahui
baku mutu limbah tersebut. Standar waktu merupakan
suatu ukuran yang digunakan oleh
b) Perlengkapan Keselamatan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kerja Kepulauan Meranti sebagai batas
c) Alat sampling lain yang waktu seluruh rangkaian saat ketika
diperlukan proses pengawasan itu berlangsung.
2) Kendaraan Operasional Artinya standar pengawasan yang
Kendaraan operasional pada dilaksanakan oleh Badan Lingkungan
dasarnya merupakan bagian yang Hidup berdasarkan urutan waktu.
mendukung pelaksanaan
pengawasan tersebut, sehingga a) Reguler
kendaraan operasional menjadi Standar waktu reguler yaitu
standar fisik yang harus pelaksanaan pengawasan yang
diperhitungkan seperti : dilakukan minimal enam bulan sekali
a) Speeboot atau persemester dan didasarkan pada
b) Mobil aturan yang berlaku.
c) Sepeda Motor
3) Peralatan Dokumentasi b) Insidentil
a) Kamera Pengawasan bersifat insidentil
b) Handycam/Peralatan rekaman yaitu pelaksanaan pengawasan
b. Standar Perizinan yang dilakukan pada tahapan
sewaktu-waktu artinya tanpa
agenda terlebih dahulu yang
didasarkan pada pengaduan

JOM FISIP Vol.4 No. 1 – Februari 2017 7


masayarakat apabila terjadi (DPLH) oleh penanggung jawab
pencemaran lingkungan yang pemilik usaha industri sagu yang
dilakukan oleh industri sagu. sudah memiliki izin UKL-UPL
kepada Badan Lingkungan Hidup
2. Mengadakan Tindakan Penilian Kabupaten Kepulauan Meranti setiap
enam bulan sekali.
Penilaian ini berarti
membandingkan suatu pekerjaan atau b) Pengawasan Langsung
kegiatan dengan alat pengukur tadi. 1) Membentuk Pejabat Pengawas
Dalam fase inilah akan terlihat apakah Pengendalian Pencemaran
suatu pekerjaan atau kegiatan sesuai Lingkungan Hidup Daerah
dengan rencana dan kebijakan serta (PPLHD)
No Nama Jabatan
peraturan perundang-undangan. 1 Yonari, S.Sos Kepala
Dalam pelaksanaan pengawasan Pengawas
sangat dibutuhkan suatu penilaian 2 Syahrol, S.Si Sekretaris
terhadap pekerjaan yang dilakukan 3 Hendrian Safrika. ST Anggota
4 Tabrani, S.Kom Anggota
guna mengetahui kesalahan maupun 5 Azwind Anggota
penyimpangan-penyimpangan yang 6 Reni Desrita, S.Farm Anggota
terjadi prosedur yang telah ditentukan 7 Yanti Harahap, S.KM Anggota
sebelumnya.Dengan melakukan Sumber : Badan Lingkungan Hidup
penilaian kinerja yang dilakukan Kabupaten Kepulauan Meranti
maka dapat diketahui letak 2) Pengumpulan Data dan
kesalahannya. Dengan demikian Informasi
dapat dipertimbangkan lagi langkah Berikut penulis memuat data
apa yang akan di ambil untuk limbah cair industri sagu yang sudah
mencegah terjadinya penyimpangan memiliki surat dokumen UKL-UPL,
yang sama. pada tahapan pelaksanaan
pengawasan yang dilaksanakan Badan
Dalam melakukan pengawasan Lingkungan Hidup Kabupaten
limbah industri sagu yang dilakukan Kepulauan Meranti periode pertama
oleh Badan Lingkungan Hidup Bulan Februari Tahun 2015.
Kabupaten Kepulauan Meranti
dilakukan pemantauan langsung dan I. Baku Mutu Limbah Industri
pembinaan : Sagu Pho Lim Shan
N Parameter Satuan Hasil Nilai
a) Laporan Tertulis o Uji Rujuka
n
I Fisika
Laporan tertulis merupakan suatu 1 Suhu C0
38.00 27.70
pertanggungjawaban mengenai 2 Residu mg/L 2000 1.219.00
Terlarut
pekerjaan yang telah dilaksanakan, (TDS)
sesuai dengan tugas dan fungsi yang 3 Residu mg/L 200 732.00
telah diberikan. Dalam penilain Tersuspensi
(TSS)
terhadap pengawasan lingkungan
II Kimia
hidup pada usaha industri sagu ini Anorganik
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten 1 pH - 6-9 4.05
Kepulauan Meranti dengan cara 2 BOD5 mg/L 336,7 150
3 COD mg/L 1.170 300
memeriksa laporan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup Dari tabel diatas dapat dilihat
hasil limbah cair industri sagu Pho

JOM FISIP Vol.4 No. 1 – Februari 2017 8


Lim Shan tersebut relatif melebihi (TDS)
3 Residu mg/L 200 732.00
persyaratan baku mutu limbah. Tersuspensi
Dilihat data yang diperoleh pada (TSS)
II Kimia
Tahun 2015 hampir semua ukuran Anorganik
parameter fisika dan kimia baik itu 1 pH - 4.78 4.05
2 BOD5 mg/L 330 150
Suhu (38,00), TSS(2000), TDS (200), 3 COD mg/L 997 300
pH (6-9), BOD (1336,7) COD (1.170)
melebihi nilai rujukan dan standar Dari data diatas penulis
yang ditentukan. melihat pengawasan yang dilakukan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
II. Baku Mutu Limbah Industri Kepulauan Meranti kurang begitu
Sagu Wanandi Salim efektif dan menyentuh seluruh pelaku
N Parameter Satu Hasil Nilai usahaMientdoduestri sagu, hal ini
o an Uji Rujuka dibuktikan
n
dengan temuan yang jelas terjadi tetap
I Fisika masih belum terselesaikan solusi yang
APbHaAik-2.25S0- yang kurang juga
0
1 Suhu C 38.00 27.70
oBsialisasi
2 Residu mg/L 2000 1.219.00 APmHAen-2j5a4d0i-DS-Cpenyebab
Terlarut (TDS)
3 Residu
pencemaran
Tersuspensi
mg/L 200 732.00
l inAg-k25u4n0gan. Penulis juga
AP H
(TSS) menilai pengawasan langsung yang
II Kimia dilakukan
Anorganik
oleh Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kepulauan Meranti hanya
1 pH - 4.01 4.05 APbHeArs-4i5fa00t inventarisasi dan
-H untuk
2 BOD5 mg/L ≥150 150 APmHAon- tahunan pada usaha
3 COD mg/L 605 300 5i2itH
AP 1o0Ardu
-iB-ng
u tidak pada peningkatan
5 5 2n0 -D
s pengelolaan
t r i sag lingkungan hidup yang
III. Baku Mutu Limbah Industri lebih konkrit dan terpadu.
Sagu Julius
N Parameter Satuan Hasil Nilai uan yang didapatkan
o Uji Rujuka 3.MeTto
n d e
I Fisika ePada
m aat penulis melakukan
0
1 Suhu C 38.00 27.70 APpHesAn-e2l2i5t0ia-Bn dan pengamatan ke
industri mg/L 2000 1.219.00 APHA-2540-DS-C
2 Residu
Terlarut sagu yang ada di Desa Sungai Tohor,
(TDS) penulis melihat masih banyak industri
3 Residu mg/L 200 732.00 APHA-2540
Tersuspensi sagu yang tidak memilki tempat
(TSS) pembuangan limbah hasil produski
II Kimia
Anorganik sagu atau Instalasi Pengelolaan Air
1 pH - 5.71 4.05 AP H A
L i m-4b5a0h0- temuan lain yang
H
(IPAL),
2 BOD5 mg/L 265 150 APHA-5210-B
3 COD mg/L 8.18 300 APmHAen-5j5a2d0i-Dperhatian adalah limbah
cair
sagu hasil olah produksi langsung
IV. Baku Mutu Limbah Industri
sagu Karim
N Parameter Satuan Hasil
Nilai
o Uji
Rujuka
JOM FISIP Vol.4 No. 1 – Februari 2017n 9
I Fisika
0
1 Suhu C 38.00 27.70
2 Residu mg/L 2000 1.219.00
Terlarut
dibuang ke dasar sungai tanpa di proses
terlebih dahulu hal ini tidak sesuai
dengan baku mutu limbah sehingga
berdampak pada pencemaran air dan
eksoistem yang ada disungai.

JOM FISIP Vol.4 No. 1 – Februari 2017 10


4. Pelaporan lingkungan.Perbaikan penyimpangan
ini berupa :
Pelaporan merupakan tahap
akhir dari rangkain proses a) Sosilisai
pelaksanaan pengawasan yang telah
dilaksankan oleh pejabat pengawas Badan Lingkungan Hidup
Pengendalian Pencemaran Kabupaten Kepulauan Meranti
Lingkungan Hidup kepada atasan, memandang perlu melakukan
semua temuan yang didapatkan serta sosialisasi kepada pelaku usaha
data dan informasi yang ditemui industri sagu khususnya dan
dilapangan. Menyampaikan fakta masyarakat pada umumnya.
dilapangan yang mencangkup hal-hal Sosialisasi yang dilaksanakan pada
seperti hasil analisa sampel, foto-foto, hari Selasa, 14 April 2015 ini
salinan dokumen, pernyataan dari diharapkan dapat memberi
saksi dan pengamatan personal. pemahaman kepada pelaku usaha
Kemudian menulis laporkan industri sagu ini agar dapat bersama-
pengawasan dengan jelas, obejktif, sama peduli terhadap pentingnya
dan informatif guna menjadi bahan menjaga kelestarian lingkungan dan
evaluasi atau penilian bagi industri- mengelelo limbah dengan baik.
industri sagu yang sudah menyalahi
b) Sanksi Administratif
aturan berlaku terhadap pencemaran
limbah tersebut. Yang selanjutnya Berdasarkan Peraturan Daerah
Badan Lingkungan Hidup bisa Nomor 11 Tahun 2012 tentang
menentukan sikap terhadap setiap pengendalian pencemaran dan
kebijakan yang dibuat demi pengrusakan lingkungan hidup
menciptakan lingkungan hidup yang Kabupaten Kepuluan Meranti. Sanksi
sehat dan bersih. administratif terdiri atas teguran
tertulis, paksaan pemerintah,
3. Melakukan Tindakan Perbaikan pembekuan izin lingkungan, dan
Dari penelitan yang dilakukan pencabutan izin lingkungan.
penulis, penulis mememukan
1) Teguran Tertulis
beberapa tindakan perbaikan yang
dilakukan oleh Badan Lingkungan Teguran tertulis dilakukan
Hidup Kabupaten Kepulauan Meranti apabila penanggung jawab usaha
baik itu berbentuk kegiatan maupun industri sagu melakukan pelanggaran
tindakan sanksi yang diberikan terhadap persyaratan dan kewajiban
kepada pelaku indsutri sagu yang yang tercantum dalam surat izin
melakukan penyimpangan.Guna perlindungan dan pengelolaan
meningkatkan kesadaran pelaku usaha lingkungan hidup serta kesalahan
tentang kepedulian dan kesadaran yang menyangkut pelaksanaan dalam
untuk menjaga dan mengelola pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup pada usaha atau
kegiatan rumah sakit. Teguran tertulis limbah industri sagu di
merupakan jalan pertama yang Kabupaten Kepulauan Meranti
dilakukan oleh Badan Lingkungan
Berdasarkan penelitian dan
Hidup Kabupaten Kepulauan Meranti
analisis penulis, maka penulis
dalam menertibkan setiap
menemukan Faktor-faktor yang
pelanggaran yang dilakukan oleh
menghambat pelaksanaan
pelaku industri sagu.
pengawasan Badan Lingkungan
2) Paksaan Pemerintah Hidup Kabupaten Kepuluan Meranti
terhadap limbah industri sagu yang
Paksaan pemerintah merupakan ada di Desa Sungai Tohor Kecamatan
bagian dari sanksi administrasi yang Tebing Tinggi Timur. Berikut adalah
diharapakan dapat memberikan faktor-faktor penghambatnya :
tindakan perbaikan kedepannya guna
mengurangi pelanggaran yang terjadi 1. Fakotr Internal
terhadap pencemaran lingkungan. 1) Personil
Paksaan pemerintah dalam hal ini
terdiri dari : penghentian sementara Berdarakan penelitian dan anlisis
kegiatan produksi, pemindahan sarana penulis melihat faktor internal
produksi, penutupan saluran penghambat pelaksanaan pengawasan
pembuangan air limbah atau emisi, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
pembongkaran, penyitaan terhadap Kepulauan Meranti tersebut adalah
barang atau alat yang berpotensi orang-orang yang bekerja itu sendiri
menimbulkan pelanggaran, yakni personil, kurangnya jumlah
penghentian sementara seluruh personil dan yang memiliki keahlian
kegiatan, tindakan lain yang bertujuan dibidang tersebut.
untuk menghentikan pelanggaran dan
tindakan memulihkan fungsi Dari hasil wawancara dan
analisis penulis dapat disimpulkan
lingkungan hidup.
sedikitnya personil memang sangat
sulit untuk melakukan pengawasan
3) Pembekuan atau Pencabutan
secara terpadu, ditambahkan lagi
Izin
faktor tenaga ahli yang mumpuni
Pengenaan sanksi adminitrasi yang kurang ini jelas menjadi kendala
bagi Badan Lingkungan Hidup
berupa pembekuan atau pencabutan
menjalankan fungsi pengawasan.
izin lingkungan dilakukan apabila Seharusnya pemerintah melakukan
penanggungjawab usaha atau kegiatan pelatihan bagi personil tersebut untuk
industri sagu tidak melaksanakan meningkatkan kemampuan mereka
paksaan pemerintah dibidang masing-masing. Sehingga
permasalahan seperti ini bisa lagi
A. Faktor-faktor yang menghambat ditemukan dalam melakukan
pelaksanaan pengawasan Badan pengawasan.
Lingkungan Hidup terhadap
2) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan Berdarakan penelitian dan
komponen yang mendukung dalam analisis penulis, penulis menemukan
kelancaran proses pengawasan. faktor penghambat keberhasilan atau
Karena akan mempengaruhi kualitas
tidaknya pengawasan yang dilakukan
pengawasan.
oleh Badan Lingkungan Hidup
Dari hasi wawancara diatas Kabupaten Kepulauan Meranti.
dapat disimpulkan bahwa pengawasan Faktor tersebut adalah berasal dari
saat ini belum maksimal karena penanggung jawab usaha dari pemilik
keterbatasan biaya, transportasi dan industri sagu tersebut. Pemilik
waktu. Oleh karena itu, diharapkan
industri sagu tidak mengikuti setiap
kepada pemerintah agar lebih
memperhatikan dan mengupayakan peraturan yang telah ditetapkan.
saran dan prasarana untuk kelancaran Seperti pedoman Upaya Pengelolaan
pengawasan sehingga permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya
seperti ini tidak menjadi faktor Pemantauan Lingkungan Hidup
penghambat bagi petugas untuk (UKL-UPL) .
melakukan pengawasan.
PENUTUP
2. Faktor Eksternal
A. Kesimpulan
1) Akses / Jarak
Berdasarkan penelitian
Berdasarkan penelitan dan anilisis tentang pengawasan Badan
penulis, dalam pelaksanaan Lingkungan Hidup terhadap limbah
pengawasan yang dijalankan Badan industri sagu di Kabupaten Kepulauan
Lingkungan Hidup Kabupaten Meranti (Studi Kasus Di Desa Sungai
Kepulauan Meranti terhadap limbah Tohor Kecamtan Tebing Tinggi
Timur). Maka dapat diambil
indsutri sagu ini faktor akses ataupun
kesimpulan sebagai berikut :
jarak menjadi hal pokok dan utama
sehinga menghambat pelaksanaan 1. Pelaksanaan pengawasan yang
pengawasan tersebut. Bedasarkan dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten
geografis daerah ini merupakan
Kepulauan Meranti dinilai
daerah kepulauan dan perairan, untuk belum efektif dan maksimal.
mencapai lokasi industri memang pengawasan dilihat belum
dipengaruhi oleh faktor akses secara menyeluruh dan
transportasi terlebih lagi industri- menyentuh seluruh industri
industri sagu berada didalam sungai sagu yang ada. Hal ini
sehingga mempersulitkan untuk dibuktikan dengan pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi
sampai ke lokasi mengingat
terhadap pencemaran limbah
dipengaruhi oleh pasang surut air. indsutri sagu tersebut, dan
permasalahan perizinan
2) Komitmen Penanggung Jawab lingkungan, juga pengelolaan
Usaha dan pemantauan lingkungan
yang tidak dilakukan oleh
penanggung jawab usaha
industri sagu tersebut. Serta jawab usaha untuk
Badan Lingkungan Hidup memperhatikan peraturan yang
kurang tegas dalam berlaku, dan disertai dengan
memberikan sanksi terhadap sanksi-sanksi yang tegas dan
penanggung jawab usaha dapat memberikan efek jera
industri sagu yang melakukan terhadap penanggung jawab
pelanggaran tersebut. usaha yang melakukan
2. Faktor-faktor yang pelanggaran dan pengrusakan
mempengaruhi dalam lingkungan hidup.
melakukan pengawasan juga 2. Pengawasan terhadap limbah
dinilai sebagai penyebab industri sagu ini hendaknya
pengawasan dilakukan menjadi disertai dengan sosialisasi
kurang efektif. Seperti halnya dengan optimal kepada
akses yang sulit untuk penanggung jawab usaha, agar
dijangkau, sarana dan prasarana mereka merasa ikut serta
yang tidak tersedia dan menjaga lingkungan sehingga
anggaran yang kurang tidak hanya mencari
memadai, jumlah personil dan keuntungan. Dan pemerintah
memiliki skil berdasarkan ahli Daerah harus mengupayakan
dibidangnya yang kurang, serta kemudahan bagi industri-
komitmen dari penanggung industri kecil untuk
jawab usaha tersebut yang memperoleh izin lingkungan
kurang sadar akan aturan juga dan izin UKL-UPL sehingga
penyebab pengawasan yang tidak ada lagi penaggung jawab
dilakukan oleh Badan usaha merasa berat dalam
Lingkungan Hidup Kabupaten mengurus perizinan tersebut.
Kepulauan Meranti ini kurang 3. Terhadap faktor kendala dalam
efektif. melakukan pengawasan
A. Saran pemerintah daerah hendaknya
memperhatikan segala
Adapun yang menjadi saran kekurangan seperti sarana
penulis kepada Pemerintah Kabupaten transportasi, anggaran yang
Kepulauan Meranti khususnya Badan cukup, serta memperhatikan
Lingkungan Hidup selaku leading jumlah personil yang memiliki
sector terhadap permasalahan yang keahlian dibidangnya. Sehingga
dihadapi tentang peningkatan kualitas proses pengawasan bisa
lingkungan hidup dari pencemaran maksimal dan tidak terkesan
lingkungan yang terjadi. Maka sebagai agenda kegiatan
rutinitas yang bersifat
sekiranyan penulis memberikan saran
formalitas saja.
sebagai berikut :
4. Pemerintah Daerah sekiranya
1. Pemerintah Daerah dalam hal bisa membuat terobosan baru
ini memaluli Badan Lingkungan supaya limbah sagu tidak hanya
Hidup hendaknya lebih selektif dinilai sebagai dampak negatif
terhadap lingkungan hidup,
dalam mengeluarkan izin
melainkan bisa memanfaatkan
lingkungan bagi penanggung limbah ini bentuk sumber yang
jawab usaha industri sagu. bisa dimanfaatkan, baik itu
Harus bisa memberikan
penekanan bagi penangung
sebagai komuditi pakan ternak, Terry Geogre R, 1970, Terj Winardi,
pupuk ataupun sumber tenaga Azaz-Azaz Manajemen, Alumni,
listrik sebagai inovasi Bandung
terbarukan.
Westra Pariata, Manajemen
DAFTAR PUSTAKA Pembangunan Dearah, Ghalia Indo,
Jakarta
Darwis, dkk, 2009, Dasar-Dasar
Manajemen, Pusbangdik, Winardi, 1989, Perencanaan dan
Pekanbaru. Pengawasan Dalam Bidang
Manajemen, Mandar Maju,
Dharma S.Salam, 2004, Manajemen Bandung
Pemerintah Indonesia,
PT.Jamatan,Jakarta B. Peraturan Perundang-Undangan

Hamrat Hamid dan Bambang Undang-Undang Nomor 32 Tahun


Pramudyanto, 2007, 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengawasan Industri dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengendalian Pencermaran
Lingkungan, Granit, Jakarta Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan
Handoko T.Hani, 2003, Manajemen
Edisi Edisi 2, Bumi Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun
Aksara,Yogyakarta 2011 Tentang Pembentukan
Sunsunan Kedudukan dan
Rumandor Alex, 1998, Pengawasan Tugas Pokok Organisasi
Melekat, Karunia, Jakarta Inspektorat, Bapeda, dan
Lembaga Teknis Daerah
Siagian Sondang P, 2003, Filsafat Kabupaten Kepulauan Meranti
Administrasi Edisi Revisi, Bumi
Aksara, Jakarta Peratuan Dearah Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Pengendalian
Sugiyono, 2012, Memahami
Pencemaran dan Pengrusakan
Penelitian Kualitatif, Bandung,
Lingkungan Hidup
Alfabeta

Sukanto R, 2007, Dasar-Dasar C. Skripsi


Manajemen Edisi 5, BPFE,
Yogyakarta Dian Arival Aryadana, 2015,
Pelaksanaan Fungsi Badan
Sunindhia, 1987, Praktek Pengendalian Dampak
Penyelenggaraan Pemerintahan Lingkungan Daerah dalam
di Daerah, Bina Aksara, Jakarta Pengendalian Pencemaran
Terhadap Kegiatan Industri di
Syafiie, Inu Kencana, 1998, Kota Batam Tahun 2011-2014.
Manajaemen Pemerintahan, PT
Pertja, Jakarta. Martha Gunawan, 2015, Pengawasan
Limbah Cair Rumah Sakit Oleh
Badan Lingkungan Hidup Kota
Pekanbaru Tahun 2014-2015.

Anda mungkin juga menyukai