PENDAHULUAN
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
Seseorang dikatakan menderita DM tipe 2 jika memiliki kadar gula darah puasa
>126 mg/dl dan gula darah acak >200 mg/dl disertai dengan keluhan klasik
berupa polyuria, polydipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak
merupakan salah satu penyakit kronis dengan angka kejadian yang tinggi dan
tahun ke tahun dan distribusi penyakitnya juga menyebar pada semua tingkatan
masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, ras dan daerah geografis
(Girsang, 2012). Tandra (2014) menyebutkan bahwa sekarang ada sekitar 230 juta
diabetesi (penderita diabetes) dengan angka kejadian naik 3 persen atau 7 juta
orang setiap tahun. Pada Tahun 2025 jumlah penderita DM diperkirakan akan
mencapai sekitar 350 juta orang di dunia (Fransisca, 2012). Diperkirakan lebih
dari setengah penderita DM berada di Asia, terutama di India, Cina, Pakistan, dan
Diabetes Melitus di dunia sekitar 200 juta jiwa dan diprediksikan akan meningkat
dua kali, 366 juta jiwa tahun 2030 (WHO, 2011). Berdasarkan problem data
pada tahun 2012 sebesar 8,4% dari populasi penduduk dunia dan mengalami
peningkatan 382 kasus pada tahun 2013. IDF memperkirakan pada tahun 2035
jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi 55% (592 juta) diantara
terdapat 12,3 juta jiwa pada tahun 2011 diperkirakan meningkat menjadi hingga
19,4 juta jiwa pada tahun 2020 (WHO, 2011). Indonesia menempati peringkat
di tahun 2000 dan di proyeksi meningkat 2,5 kali lipat sebanyak 21,257,000
proporsi penduduk Indonesia yang berusia > 15 tahun dengan DM adalah 6,9%.
2,6%, DKI Jakarta 2,5%, Sulawesi Utara 2,4% dan Kalimantan Timur 2,3%.
Prevelensi DM yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah 3,7%, Sulawesi Utara 3,6%, Sulawesi Selatan 3,4%
2013 sebesar 2,1% (Dinkes Jatim, 2016). Berdasarkan data yang di dapat dari
Diabetes Melitus pada tahun 2016 sebanyak 7.292 kunjungan dari total kunjungan
komplikasi akut maupun kronik. Komplikasi DM terjadi pada semua organ tubuh
dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan 30% akibat
menyebutkan bahwa sekitar 2,5 juta jiwa atau 1,30% dari penduduk Indonesia
meningkatkan risiko kematian dapat dikurangi jika penderita diabetes lebih peduli
untuk menjaga atau mengontrol kondisinya agar dapat hidup lebih panjang dan
glukosa yang berlebih. Selain itu diabetes mellitus juga dapat menyebabkan
iskemik, penyakit pembuluh darah, dan gangren (Tortota dan Derickson, 2006).
Oleh karena itu, pengendaalian glukosa pada penderita diabetes merupakan hal
komplikasi dalam jangka panjang (Alam dan Hadibroto, 2005). Adapun kriteria
minimal glukosaria, tidak terdapat ketonuria, tidak ada ketoasidosis, jarang sekali
dan keluarga. Biaya medis penderita diabetes yaitu dua-tiga kali lebih tinggi
komplikasi jangka panjang dan pendek menyebabkan masalah serius tidak hanya
dalam status kesehatan seseorang. lebih lanjut, keluarga dapat menjadi role model
terbesar bagi seseorang (Harris, 2006). Konsep perawatan berpusat pada keluarga
& Narrayank, 2012 dalam Rahamawati, 2015) dikatakan bahwa dengan melalui
mandiri, pembatasan merokok, latihan fisik yang tepat untuk penderita DM dan
perilaku yang mampu mengelola kabar glukosa mandiri, diet yang tepat, perilaku
merokok dan meningkatkan latihan kegiatan fisik yang akan menghasilkan tujuan
jangka pendek (tekanan darah dalam batas normal, tingkat kolesterol, kontrol
1. Bagi Peneliti
3. Responden
4. Masyarakat
Menambah wawasan masyarakat dan meningkatkan kesadaran
5. Puskesmas
Kabupaten Banyuwangi.