Anda di halaman 1dari 4

1b epidemiologi tuberkulosis

Setiap hari ditemukan 23.000 kasus TB aktif dan TB menyebabkan hampir 5000 kematian. Total
insidens TB selama 10 tahun, dari tahun 1990- 1999 diperkirakan 88,2 juta dan 8 juta di antaranya
berhubungan dengan infeksi HIV. Pada tahun 2000 terdapat 1,8 juta kematian akibat TB 226.000 di
antaranya berhubungan dengan HIV.

World Health Organization (WHO). Guidance for national tuberculosis programme on the
management of tuberculosis in children. WHO/HTM/2006.371.

1g faktor resiko tuberkulosis


Faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan
TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan
sanitasi tidak baik), dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti perawatan
lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif. Sumber infeksi TB pada anak yang terpenting
adalah pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius, terutama dengan BTA positif. Berarti bayi dari
seorang ibu dengan BTA sputum positif memiliki risiko tinggi terinfeksi TB. Semakin erat bayi tersebut
dengan ibunya, semakin besar pula kemungkinan bayi tersebut terpajan percik renik (droplet nuclei)
yang infeksius.

Lienhardt C, Fielding K, Sillah J, Tunkara A, Donkor S, Manner K, Warndoff D, McAdam KP, Bennett S.
Risk factors for Tuberculosis infection in Sub-Sahara Africa. Am J Respir Crit Care Med 2003;168:448-
55.

1L edukasi tuberkulosis
Pertemuan Awal

Sebelum memberikan informasi kepada pasien tentang TB, ajukan terlebih dahulu pertanyaan untuk
menjajaki pengetahuan mereka saat ini tentang TB. Lalu gunakan alat bantu yang tersedia seperti
lembar balik untuk pasien dalam menyampaikan informasi tentang TB.

Pesan-pesan yang perlu dikomunikasikan:

a. Penyakit TB Ulangi pesan yang telah disampaikan pada saat pasien datang sebagai suspek untuk
memperkuat informasi tersebut.

b. TB dapat disembuhkan Sampaikan kepada pasien bahwa penyakit TB dapat disembuhkan secara
tuntas bila ia menjalankan pengobatan dengan teratur dan tidak putus berobat di tengah jalan.

c. Kesediaan pasien menjalankan pengobatan Sebelum memberikan obat kepada pasien, sampaikan
bahwa pengobatan tidak boleh terputus. Putus berobat akan menyebabkan kuman yang masih
tersisa dalam tubuh menjadi kebal terhadap obat yang saat ini tersedia di Indonesia dan pengobatan
tersebut mahal harganya. Obat yang saat ini diberikan sangat berkualitas dan disediakan oleh
pemerintah. Untuk itu sebaiknya diperlukan kesungguhan pasien dalam menjalankan pengobatan TB.

d. Bagaimana mencegah penularan TB

Pencegahan dapat dilakukan :

1. Menelan obat secara teratur dan tuntas.

2. Menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin.


3. Membuka jendela atau pintu agar cahaya matahari dan udara segar masuk kedalam rumah.

4. Tidak diperlukan diet khusus, tidak memisahkan alat makan, dan mensterilisasi alat makan
minum atau perabot rumah tangga.

e. Kontak serumah Semua anak yang berusia dibawah 5 tahun yang tinggal serumah dengan pasien
TB harus diperiksa, karena usia tersebut sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Anak-anak
mungkin membutuhkan pengobatan pencegahan atau rujukan ke dokter. Anggota keluarga lain yang
serumah yang mengalami gejala TB harus segera diperiksa.

f. Perlunya pengawasan minum obat Petugas kesehatan menjelaskan pentingnya pengawasaan


menelan obat bagi pasien. Jelaskan bahwa pasien menelan seluruh obat dengan diawasi oleh
seorang Pengawas Minum Obat (PMO), untuk memastikan bahwa pasien menelan seluruh obat
secara benar, teratur dan sesuai waktu yang ditentukan.

g. Menjelaskan paduan obat 28 Penjelasan tentang paduan obat meliputi :

1. Lama waktu pengobatan

2. Jenis obat dan cara pemberiannya

3. Kualitas obat

4. Frekuensi kunjungan mengambil obat

5. Kemana pergi untuk mengambil obat h. Pemeriksaan lanjutan pada akhir tahap awal Jelaskan
pada pasien untuk melihat kemajuan pengobatan dan memastikan pasien dapat melanjutkan
pengobatan ke tahap lanjutan maka dahak perlu diperiksa kembali.

i. Kemungkinan yang terjadi selama pengobatan Pasien perlu tahu secara jelas apa yang mungkin
terjadi selama pengobatan TB, dan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

j. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada pasien TB Perlu disampaikan bahwa pasien sebaiknya
menjaga kesehatan dengan hidup bersih dan sehat, misalnya :

1. Menjemur alat tidur

2. Membuka jendela dan pintu agar udara dan sinar matahari masuk. Aliran udara dalam ruangan
dapat mengurangi jumlah kuman di udara. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman.

3. Makan makanan bergizi

4. Tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol

5. Olahraga teratur bila memungkinkan.

Tahap lanjutan sepanjang pengobatan

Setelah pertemuan awal dengan pasien TB, lanjutkan memberikan informasi yang tepat tentang TB
pada setiap kunjungan. Selama masa pengobatan, informasi yang perlu dikomunikasikan adalah :

a. Efek samping obat.

b. Jenis, warna kemasan, jumlah dan frekuensi obat.

c. Pentingnya kepatuhan pasien. Komunikasikan kepada pasien :

1. Kepatuhan berobat sangat penting.


2. Pasien harus menelan seluruh obat yang dianjurkan pada waktu yang telah ditentukan agar bisa
sembuh.

3. Apabila pasien merasa lebih baik, harus tetap melanjutkan pengobatan sampai selesai.

4. Apabila pasien pindah atau berpergian harus menginformasikan kepada petugas kesehatan atau
PMO, sehingga kelangsungan pengobatan dapat diatur lagi.

d. Pentingnya pemeriksaan dahak, frekuensi dan arti hasil pemeriksaan

Notoatmodjo, S. Penanggulangan Penderita TB Agar Tidak Lalai Berobat. Jakarta: Majalah Penyuluh
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosa Indonesia (PPTI); 2007. hal. 11 – 15.

3b epidemiologi ca paru
Kanker paru merupakan kanker terbanyak secara insidensi dan mortalitas. Di seluruh dunia terdapat
1,1 juta kasus baru per tahun dan 0,95 juta kematian pada penderita laki – laki, dan 0,51 juta kasus
baru per tahun dan 0,43 juta kematian pada penderita wanita.8 Diperkirakan 226.160 kasus baru
kanker paru di tahun 2012, terhitung sekitar 14% dari diagnosa kanker. Tingkat kejadian telah
menurun pada pria selama dua terakhir dekade, dari tingginya 102 ( kasus per 100.000 orang ) pada
tahun 1984 dan 72 ( kasus per 100.000 orang ) pada tahun 2008. Pada wanita, terjadi penurunan
setelah dalam jangka panjang meningkat secara bertahap. Dari tahun 2004 hingga 2008, kejadian
kanker paru mengalami penurunan sebesar 1,9% per tahun pada pria dan 0,3% per tahun pada
perempuan.

Supartono, Suryanto A (2012). Faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup satu tahun penderita
kanker paru stadium lanjut di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Medica Hospitalia, 1 (1): 25-31.

3g faktor resiko ca paru


Faktor resiko yang dapat dimodifikasi anatra lain polusi udara, asap rokok lingkungan, makanan,
karsinogen di lingkungan pekerjaan dan beberapa jenis penyakit paru juga sangat berpengaruh
terhadap dengan meningkatnya risiko berkembangnya kanker paru. Faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain faktor genetika, jenis kelamin.

Supartono, Suryanto A (2012). Faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup satu tahun penderita
kanker paru stadium lanjut di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Medica Hospitalia, 1 (1): 25-31.

3k prognosis ca paru
Secara keseluruhan prognosis kanker paru buruk. Angka harapan hidup sampai 5 tahun pasien kanker
paru jenis karsinoma sel kecil dengan tahap batasan sekitar 20%, sedangkan yang tahap ekstensif
sangat buruk < 1%. Angka harapan hidup sampai 5 tahun pasien kanker paru jenis sel karsinoma
bukan sel kecil bervariasi berdasarkan stadium, 60%-70% pasien dengan stadium I, dan < 1% pada
pasien dengan stadium IV. Rata-rata pasien kanker paru jenis sel karsinoma bukan sel kecil yang telah
bermetastase jika tidak diterapi angka harapan hidupnya 6 bulan.

Saat ini harapan hidup pasien kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil stadium dini maupun lanjut
meningkat, dari yang didapat harapan hidup pasien dengan stadium dini apabila diberikan regimen
platinum-based setelah dilakukan reseksi. Terapi target juga meningkatkan harapan hidup pasien
dengan stadium IV. Namun pada penyakit yang telah bermetastase hasilnya masih mengecewakan.

Syamiatun, N., 2008, Evaluasi Penggunaan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Paru Rawat Inap di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2005-2006, Skripsi, FF UGM: Yogyakarta.
Supartono, Suryanto A (2012). Faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup satu tahun penderita
kanker paru stadium lanjut di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Medica Hospitalia, 1 (1): 25-31.

5d permasalahan tb di indonesia sekarang


Masalah yang dihadapi saat ini adalah meningkatnya kasus TB dengan pesat selain karena
peningkatan kasus penyakit HIV/AIDS juga meningkatnya kasus multidrug resistence-TB (MDR-TB),
hasil penelitian di Jakarta mendapatkan >4% dari kasus baru. Masalah lain adalah peran vaksinasi
BCG dalam pencegahan infeksi dan penyakit TB yang masih kontroversial.

Berbagai penelitian melaporkan proteksi dari vaksinasi BCG untuk pencegahan penyakit TB berkisar
antara 0%-80%, secara umum diperkirakan daya proteksi BCG hanya 50%, dan vaksinasi BCG hanya
mencegah terjadinya TB berat, seperti milier dan meningitis TB. Daya proteksi BCG terhadap
meningitis TB 64%, dan miler TB 78% pada anak yang mendapat vaksinasi

Nelson LJ, Wells CD. Global epidemiology of childhood tuberculosis. Int J Tuberc Lung Dis 2004;8:636-
47.

Anda mungkin juga menyukai