KONSEP PERANCANGAN
Konsep perancangan dari Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo di
ambil dari permasalahan - permasalahan desain dari rumusan latar belakang kasus,
analisis fungsi, analisa tapak, dan analisa lahan. Pendekatan segala permasalahan
dalam perancangan. Pendekatan perancangan merupakan sarana untuk
mengungkapkan ide termasuk dengan tema perancangan untuk pada akhirnya
membantu proses dalam transformasi perancangan Pusat Kesenian Reog di
Kabupaten Ponorogo.
5.1 Tema Rancangan
5.1.1 Pendekatan Tema
110
Lokasi tapak berada di kawasan permukiman yang berpotensi karena berada
di pinggir jalan utama.
Limpahnya material berbahan dasar alam yang mudah di temukan sebagai
dasar bahan bangunan.
Ponorogo memiliki arsitektur jawa joglo.
Desain pusat kesenian reog yang terus digali akan terus berkembang seiring
perkembangan jaman.
Setelah menemkan fakta yang ada selanjtnya menentukan Issue apa saja yang
terkait dengan fakta yang ada di lapangan, antara lain:
Bagaimana menghadirkan bangunan Pusat Kesenian reog yang menampung
seluruh kegiatan kesenian dan tidak lepas dari ciri khas budaya lokal tetapi
mengikuti perkembangan jaman.
Bagaimana merancang bangunan yang dapat menampung kegiatan kesenian
yang mengedukasi pengunjung.
Setelah mendapatkan fakta dan issue barulah dapat menentukan Goal/ tujuan
untuk perancangan Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo antara lain:
Menggali dan melestarikan nilai-nilai kesenian peran aktif dan apresiasi
masyarakat terhadap kesenian daerah.
Membuat bangunan yang berarsitektural sehingga bangunan menjadi
identitas Kabupaten Ponorogo.
Sebagai destinasi wisata untuk Kabupaten Ponorogo, yang berguna sebagai
pendapatan daerah.
111
yang dipertahankan adalah arsitektur jawa joglo, sedangkan tradisi barunya adalah
desain modern yang menyesuaikan dengan kebutuhan masa kini.
Dengan pendekatan perancangan tema Re-Inventing Tradition, pada
perancangan Pusat Kesenian reog ini berusaha untuk mengajak masyarakat agar
mengenal kembali tradisi adat – adat dan kebiasaan yang baik pada masyarakat
terdahulu.
112
enam atau tujuh dari ciri – ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedan arsitektur
post modern.
Charles Jenks seorang tokoh pencetus post modern menyebutkan tiga alasan yang
mendasari timbulnya era Post Modern yaitu :
1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa
batas, disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru
manusia.
2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk – produk yang bersifat pribadi.
3. Adanya kecendenguran untuk kembali kepada nilai – nilai tradisional atau
daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur Post Modern dan
aliran – alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional
dengan non-trdisional, modern dengan setengah non-modern , perpaduan yang
lama dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, bernakular berada pada
posisi arsitektur modern awak dan berkembang menjadi Neo-Vernakular pada masa
modern akhir setelah terjadi eklektisme.
Menurut Tjok Pradnya Putra dalam pengertian Arsitektur Neo-Vernakular
menyatakan bahwa Neo berasal dari Bahasa Yunani dan digunakan sebagai fonim
yang berarti baru. Jadi Neo-Vernakular berarti bahasa setempat yang diucapkan
dengan cara baru. Arsitektur Neo-Vernakular adalah suatu penerapan elemen
arsitektur yang telar ada, baik fisik (bentuk, kontruksi), maupun non fisik (konsep,
filosofi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur – unsur local yang telah
terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya
mengalai pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa
mengesampingkan nilai – nilai tradisi setempat.
Kriteria – kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo-Vernakular adalah
sebagai berikut.
a. Bentuk – bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim
setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen)
113
b. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen non-fisik yaitu budaya pola pikir., kepercayaan, tata letak
yang mengacu pada konsep makro kosmos dan lainnya menjadi konsep
dan kriteria perancangan.
c. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip – prinsip
bangunan vernacular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan
visualnya).
Latar belakang penerapan tema arsitektur Neo-Venakular pada Pusat Kesenian
Reog ini berkeinginan melestarikan unsur – unsur atau ciri arsitektur lokal dengan
mengikuti perkembangan zaman yang semakin berkembang.
METODE
RANCANGAN
Localism
Adaptasi
Sosial Budaya
114
Functional Refleksi Alam
PENERAPAN Bentuk
bangunan
115
Gambar 5.1 Bentuk Tapak.
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)
Dari bentuk tapak yang ada dan kesesuaian dengan tema yang digunakan
yaitu Re-Inventing Tradition adalah menggunakan bentukan persegi atau kotak.
Bentukan diambil berdasarkan metode lokalisme yang mengadaptasi bentukan pada
di rumah tradisional Ponorogo.
P
1
1
P
2
2
1 3 P
4
2 1
1
3 1 2
1 1 3
P
1 3 1
1 1
1
2
Gambar 1
3 5.2 Ukuran Eksisting Site.
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)
1
Ukuran luas site yang ada dengan peraturan KDB yang berlaku pada area
1
site yaitu KDB = 70% dengan luasan
1 site 12.648m2 maka diperoleh luas yang boleh
116
terbangun adalah 8.854 m2 dan luas area terbuka 3.794 m2. TLB pada area site
adalah maksimal 2 lantai dan peruntukan site eksisting adalah kawasan wisata dan
konservasi.
5.4.1.2 Konsep Tatanan Tapak / Zoning
Perancangan Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo ini
menggunakan metode lokalism. Pengelompokkan zona-zona kebutuhan ruang ini
terbagi menjadi 3 zona yaitu zona public, zona semiprivate, dan zona private.
117
Perancangan dimulai dari peletakan massa bangunan, konsep lokalism Ponorogo
memiliki aturan peletakan massa bangunan yang mengikuti aturan peletakan rumah
tradisional jawa.
118
rumah tradisional jawa. Konsep lokalism Ponorogo dihadirkan melalui pembedaan
material pada jalur sirkulasi pengunjung
dapat merasakan ke-lokal-an Ponorogo saat berjalan melintasi area
perancangan. Pada jalur berwarna merah menggunakan material paving blocks
sehingga jika dilihat dari jauh akan menghindarkan kesan visual yang monoton
pada jalur utama. Pada jalur berwarna hijau menggunakan material bata cetak
berwarna merah dengan tekstur yang lebih halus karena pola serta warna pada beta
dapat memberikan kesan visual berupa focal point pada suatu lokasi.
119
entrance tersebut dipilih karena hanya Jalan Trunojoyo merupakan satusatunya
akses utama pada sekitar site
ME OUT
120
1 . Perdu, sebagai 1
pembatas bangunan luar
2
3. Pohon beringin, sebagai
pohon yang suci dan
melindungi penduduk
3 setempat
2. palem, sebagai peneduh
jalan
Motor
Mobil
Bus
121
5.4.2 Konsep Ruang Dalam
5.4.2.1 Alur Kegiatan
Alur kegiatan pada Pusat Kesenian Reog sesuai dengan aktivitas dan fungsi
pengguna yang telah dikelompokan berdasarkan Alur kegiatannya. Pengelompokan
pengguna tersebut antara lain :
Pengelola
Pengunjung
Berikut merupakan alur kegiatan yang ada di Pusat Kesenian Reog di
Kabupaten ponorogo:
Restauran
Bangunan public seperti pusat kuliner memiliki volume ruang yang besar
yang menimbulkan efek monumental karena berfungsi sebagai tempat makan
dengan daya tampung 50 orang sehingga membutuhkan ruang gerak dan sirkulasi
yang cukup.
122
Gambar 5.12 Volume Ruang Restauran
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)
. Galeri
Bangunan galeri yang termasuk hiburan menggunakan skala manusia
untuk memberikan kesan intim dan nyaman pada aktivitas di dalamnya, karena
kegiatan di dalamnya tergolong hiburan.
123
Gambar 5.14 Hubungan Ruang workshop.
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)
5.4.2.4 Sirkulasi
124
Gambar 5.16 Sirkulasi Gareli dan Workshop.
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)
125
Gambar 5.18 Modul Ruang Workshop
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)
126
Penambahan atap
Bentuk geometri tradisional joglo
persegi
Dari bentukan
geometri dan
atap joglo
Tranformasi bentuk dari persegi
menjadi rumah joglo yang sudah di
modern
127
5.3.3.3 Kesesuaian Bentuk dengan Lingkungan
Bentuk tapak menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Sebelum
melakukan konsep bentuk bangunan, sudah dilakukan beberapa analisa yang
berkaitan dengan bangunan sekitar tapak. Bangunan pada sekitar tapak didominasi
oleh bentukan geometri persegi. Di area site terdapat pemandangan sawah menjadi
view keindahan pemandangan alam.
128
5.3.3.5 Bahan Bangunan
129
Gambar 5.23 Pondasi Kayu Ulin.
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)
130
5.4.4.3 Teknologi
Sambungan antar kayu menggunakan anchor dan hanger balok agar lebih
kuat dan tahan lama.
2. Baja
Untuk membentuk sambungan-sambungan struktur
131
5.4.5 Konsep Sistem Bangunan
5.4.5.1 Sistem Pengudaraan
Berdasarkan tema Re-Inventing Tradition maka sistem penghawaan yang
digunakan adalah sistem penghawaan alami dan buatan, dengan mayoritas sistem
penghawaan alami.
132
office. Pencahayaan aksen menggunakan track light, lampu canister atau lampu
dinding yang diletakkan pada area umum seperti lobby, galeri.
133
Menggunakan sistem down feed distribution, air dari sumur
disalurkanmenuju tanki yang berada diatas (roof tank) melewati water
treatment dengan menggunakan pompa, kemudian disalurkan menuju ruang
– ruang yang memerlukan distribusi air bersih dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi.
Menggunakan air bersih yang berasal dari PDAM yang ditampung
padatandon air dan didistribusikan melalui pipa – pipa saluran menuju ke
ruang– ruang yang membutuhkan distribusi air bersih.
Air kotor dan air bekas merupakan air flashing yang berasal dari area servis/
pusat kuliner dan dari toilet. Air kotor dari WC langsung dialirkan melalui saluran
pipa vertikal dan horizontal menuju sumur resapan dan septic tank lalu dialirkan ke
aluran pembuangan kota terdekat terhadap tapak.
134
c. Utilitas Pemadam Kebakaran
135