Anda di halaman 1dari 26

BAB V

KONSEP PERANCANGAN
Konsep perancangan dari Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo di
ambil dari permasalahan - permasalahan desain dari rumusan latar belakang kasus,
analisis fungsi, analisa tapak, dan analisa lahan. Pendekatan segala permasalahan
dalam perancangan. Pendekatan perancangan merupakan sarana untuk
mengungkapkan ide termasuk dengan tema perancangan untuk pada akhirnya
membantu proses dalam transformasi perancangan Pusat Kesenian Reog di
Kabupaten Ponorogo.
5.1 Tema Rancangan
5.1.1 Pendekatan Tema

Perencanaan dan perancangan Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo


menggunakan tujuan pengenalan terhadap budaya dan seni reog seperti pada judul
perancangan. Menganalisis budaya dan seni sehingga menjadi sebuah tranformasi
bentuk yang akan menggambarkan kesenian Reog secara nyata dalam bentuk
sebuah bangunan.
Penentuan tema rancang ditentukan berdasarkan pemaparan fakta-fakta dari
perancangan yang sudah bersifat spesifik sehingga dapat dituangkan ke dalam
bentuk arsitektural, kemudian merumuskan fakta, issue dan goal pada perancangan
dan menggunakan tiga kajian tersebut dapat ditentukan tema rancangan.
Fakta saat ini untuk perancangan Pusat Kesenian Reog di Kabupaten
Ponorogo adalah :
 Belum banyak masyarakat yang Menggali dan melestarikan nilai-nilai
kesenian peran aktif dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian daerah
 Belum adanya wadah atau tempat berupa Pusat Kesenian Reog di kabupaten
Ponorogo yang memamerkan, mempromosikan, serta menjual atribut reog /
kerajian dari reog dalam satu tempat.
 Ponorogo memiliki kesenian budaya yang beragam.

110
 Lokasi tapak berada di kawasan permukiman yang berpotensi karena berada
di pinggir jalan utama.
 Limpahnya material berbahan dasar alam yang mudah di temukan sebagai
dasar bahan bangunan.
 Ponorogo memiliki arsitektur jawa joglo.
 Desain pusat kesenian reog yang terus digali akan terus berkembang seiring
perkembangan jaman.

Setelah menemkan fakta yang ada selanjtnya menentukan Issue apa saja yang
terkait dengan fakta yang ada di lapangan, antara lain:
 Bagaimana menghadirkan bangunan Pusat Kesenian reog yang menampung
seluruh kegiatan kesenian dan tidak lepas dari ciri khas budaya lokal tetapi
mengikuti perkembangan jaman.
 Bagaimana merancang bangunan yang dapat menampung kegiatan kesenian
yang mengedukasi pengunjung.

Setelah mendapatkan fakta dan issue barulah dapat menentukan Goal/ tujuan
untuk perancangan Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo antara lain:
 Menggali dan melestarikan nilai-nilai kesenian peran aktif dan apresiasi
masyarakat terhadap kesenian daerah.
 Membuat bangunan yang berarsitektural sehingga bangunan menjadi
identitas Kabupaten Ponorogo.
 Sebagai destinasi wisata untuk Kabupaten Ponorogo, yang berguna sebagai
pendapatan daerah.

5.1.2 Penentuan Tema Rancang


Tema yang digunakan dalam perancangan adalah Re-Inventing Tradition
dengan pendekatan tema Re-Inventing Tradition yang artinya menciptakan
kembali tradisi dengan membentuk atau memperbarui tradisi dengan cara
mengkombinasikan tradisi lokal yang ada dengan unsur – unsur dari tradisi lain
sehingga terbentuk tradisi baru yang berbeda, pada perancangan ini tradisi lama

111
yang dipertahankan adalah arsitektur jawa joglo, sedangkan tradisi barunya adalah
desain modern yang menyesuaikan dengan kebutuhan masa kini.
Dengan pendekatan perancangan tema Re-Inventing Tradition, pada
perancangan Pusat Kesenian reog ini berusaha untuk mengajak masyarakat agar
mengenal kembali tradisi adat – adat dan kebiasaan yang baik pada masyarakat
terdahulu.

5.2 Pendekatan Perancang


Pendekatan arsitektur yang akan digunakan adalah pendekatan Arsitektur
Neo-Vernakular. Yaitu salah satu paham aliran yang berkembang pada era Post
Modern yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an. Post Modern lahir
disebabkan pada era modern timbul protes dan kejenuhan terhadap pola – pola yang
berkesan monoton. Post Modern merupakan respon dan kritik atas modernisme
yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri.
Ada 6 aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A.Jenck
diantaranya, historiscim, straight revivalis, Neo-Vernakular, contextualism
methapor dan Post modern space. Dimana menurut Budi A Sukada (1988) dari
semua alisan yang berkembang pada Era Post Modern ini memiliki 10 ciri – ciri
arsitektur sebagai berikut :
1. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer
2. Membangkitkan kembali kenangan historik
3. Berkonteks urban
4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
5. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
7. Dihasilkan dari partisipasi
8. Mencerminkan aspirasi umum.
9. Bersifat plural.
10. Bersifat ekletik
Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus
memenuhi sepuluh dari ciri – ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki

112
enam atau tujuh dari ciri – ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedan arsitektur
post modern.
Charles Jenks seorang tokoh pencetus post modern menyebutkan tiga alasan yang
mendasari timbulnya era Post Modern yaitu :
1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa
batas, disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru
manusia.
2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk – produk yang bersifat pribadi.
3. Adanya kecendenguran untuk kembali kepada nilai – nilai tradisional atau
daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur Post Modern dan
aliran – alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional
dengan non-trdisional, modern dengan setengah non-modern , perpaduan yang
lama dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, bernakular berada pada
posisi arsitektur modern awak dan berkembang menjadi Neo-Vernakular pada masa
modern akhir setelah terjadi eklektisme.
Menurut Tjok Pradnya Putra dalam pengertian Arsitektur Neo-Vernakular
menyatakan bahwa Neo berasal dari Bahasa Yunani dan digunakan sebagai fonim
yang berarti baru. Jadi Neo-Vernakular berarti bahasa setempat yang diucapkan
dengan cara baru. Arsitektur Neo-Vernakular adalah suatu penerapan elemen
arsitektur yang telar ada, baik fisik (bentuk, kontruksi), maupun non fisik (konsep,
filosofi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur – unsur local yang telah
terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya
mengalai pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa
mengesampingkan nilai – nilai tradisi setempat.
Kriteria – kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo-Vernakular adalah
sebagai berikut.
a. Bentuk – bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim
setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen)

113
b. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen non-fisik yaitu budaya pola pikir., kepercayaan, tata letak
yang mengacu pada konsep makro kosmos dan lainnya menjadi konsep
dan kriteria perancangan.
c. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip – prinsip
bangunan vernacular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan
visualnya).
Latar belakang penerapan tema arsitektur Neo-Venakular pada Pusat Kesenian
Reog ini berkeinginan melestarikan unsur – unsur atau ciri arsitektur lokal dengan
mengikuti perkembangan zaman yang semakin berkembang.

5.3 Metode Rancangan


Dengan mempertimbangkan pendekatan dan penentuan tema, maka Metode
yang dipilih untuk perancangan Pusat Kesenian Reog adalah metode localism
merupakan pemikiran yang mengarah ke lingkungan tradisi / budaya, dan social.
Lokalism lahir dari pemikiran nature menurut Thomas Hope (1769-1831M)
adalah pemikiran yang mengarah ke lingkungan tradisi/budaya, dan sosial. Metode
– metode yang digunakan dalam pemikiran lokalism menurut Roth,599-633 yaitu :
- Refleksi dari alam & lingkungan
Memperhatikan faktor alam yang ada disekitarnya ke dalam proses
perancangan.
- Ornamentasi hanya sebagai aksesoris bangunan
Pemunculan ornamentasi tidak harus menunjukkan suatu peristiwa atau
sejarah/makna tertentu di dalam bangunan.
- Adaptasi sosial dan budaya
Mengadaptasi nilai – nilai sosial dan budaya untuk diterapkan dalam
perancangan.

METODE
RANCANGAN
Localism

Adaptasi
Sosial Budaya

114
Functional Refleksi Alam

Gerakan dan Pengaruh Material Langagam


Perletakan
kebutuhan ruang iklim rumah adat
massa
jawa
ASPEK
Dimensi / Orientasi Struktur & Tampilan
besaran ruang bentuk kontruksi

PENERAPAN Bentuk
bangunan

5.4 Konsep Perancangan


Agar terwujudnya sebuah rancangan yang telah rinci, didalam perencanaan
dan perancangan Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo maka diuraikan dan
dirumuskan bentuk konsep-konsep rancang yang dirangkum menjadi beberapa ide
yang akhirnya dijadikan suatu gagasan ide yang nantinya diterapkan dalam sebuah
rancangan sehingga ada batasan – batasan dalam rancangan untuk dijadikan asumsi
yang dapat dipetimbangkan dalam mendesain.

5.4.1 Konsep Tapak (Ruang Luar)


5.4.1.1 Bentuk Tapak
Tapak berlokasi di jalan Trunojoyo, kauman Ponorogo termasuk ke dalam
kawasan permukiman. Bentuk tapak adalah persegi dengan detail berikut :

115
Gambar 5.1 Bentuk Tapak.
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

Dari bentuk tapak yang ada dan kesesuaian dengan tema yang digunakan
yaitu Re-Inventing Tradition adalah menggunakan bentukan persegi atau kotak.
Bentukan diambil berdasarkan metode lokalisme yang mengadaptasi bentukan pada
di rumah tradisional Ponorogo.

5.4.1.2 Ukuran Tapak


Berdasarkan hasil analisa ukuran site sebelumnya, didapatkan luasan
12.658m2 dengan P1 = 111.46 m, P2 = 109,62 m, P3 = 119,48 m, P4 = 109,82m.
Gambar berikut merupakan detal ukuran eksisting site.

P
1
1
P
2
2
1 3 P
4
2 1
1
3 1 2
1 1 3
P
1 3 1
1 1
1
2
Gambar 1
3 5.2 Ukuran Eksisting Site.
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)
1
Ukuran luas site yang ada dengan peraturan KDB yang berlaku pada area
1
site yaitu KDB = 70% dengan luasan
1 site 12.648m2 maka diperoleh luas yang boleh

116
terbangun adalah 8.854 m2 dan luas area terbuka 3.794 m2. TLB pada area site
adalah maksimal 2 lantai dan peruntukan site eksisting adalah kawasan wisata dan
konservasi.
5.4.1.2 Konsep Tatanan Tapak / Zoning
Perancangan Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo ini
menggunakan metode lokalism. Pengelompokkan zona-zona kebutuhan ruang ini
terbagi menjadi 3 zona yaitu zona public, zona semiprivate, dan zona private.

Gambar 5.3 Konsep Tatanan Tapak.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

Zona public diletakkan pada area depan karena berhubungan secara


langsung dengan sarana public yang dapat diakses oleh pengunjung. Zona semi
private diletakkan pada area belakang, karena butuh ketenangan. Zona private
diletakkan di belakang karena merupakan area wisma keseniandan servis yang
membutuhkan tingkat privasi tinggi dan berdasarkan konsep lokalisme ponorogo,
zona public yang mudah diakses diletakkan pada bagian depan, kemudian area
wisma yang merupakan area private harus diletakkan pada bagian paling belakang.
5.4.1.3 Konsep Perletakan Massa
Konsep perletakan massa obyek rancang mengacu pada tema rancangan
yaitu Re-Inventing Tradition, menganalogikan bentuk tatanan massa pada rumah
adat Ponorogo. proses perletakkan diatur menggunakan konsep lokalism Ponorogo.

117
Perancangan dimulai dari peletakan massa bangunan, konsep lokalism Ponorogo
memiliki aturan peletakan massa bangunan yang mengikuti aturan peletakan rumah
tradisional jawa.

Gambar 5.4 Konsep Perletakan Rumah Tradisional Jawa


sumber : google image (2017)

Gambar 5.5 Konsep Perletakan Massa.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

5.4.1.4 Konsep Sirkulasi

Sirkulasi yang akan digunakan pada perancangan Pusat Kesenian Reog di


Kabupaten Ponorogo yaitu sirkulasi Terpusat. Untuk menerapkan tema Re-
Inventing Tradition, maka perancangan jalur sirkulasi mengikuti arah peletakan

118
rumah tradisional jawa. Konsep lokalism Ponorogo dihadirkan melalui pembedaan
material pada jalur sirkulasi pengunjung
dapat merasakan ke-lokal-an Ponorogo saat berjalan melintasi area
perancangan. Pada jalur berwarna merah menggunakan material paving blocks
sehingga jika dilihat dari jauh akan menghindarkan kesan visual yang monoton
pada jalur utama. Pada jalur berwarna hijau menggunakan material bata cetak
berwarna merah dengan tekstur yang lebih halus karena pola serta warna pada beta
dapat memberikan kesan visual berupa focal point pada suatu lokasi.

Gambar 5.6 Konsep sirkulasi


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

5.4.1.5 Konsep Pencapaian Tapak / Enterance

Dalam mengatur pencapaian menuju tapak, dipertimbangkan rancangan


yang harmonis dan dapat memenuhi fungsi maupun estetika. pemandangan pintu
masuknya harus terlihat dengan jelas, serta tidak boleh ada penghalang pandang
dari arah manapun di jalan raya.
Jalan Trunojoyo merupakan akses utama pada site, jalan tersebut
merupakan jalan 2 arah yang memiliki intensitas dengan jalan tingkat lalu lintas
tinggi. Jalan Trunojoyo nantinya akan dijadikan main entrence pada site, main

119
entrance tersebut dipilih karena hanya Jalan Trunojoyo merupakan satusatunya
akses utama pada sekitar site

ME OUT

Gambar 5.7 Konsep Pencapaian Tapak / Enterance.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

5.4.1.6 Konsep Vegetasi

Berdasarkan pemilihan jenis tanaman dalam suatu perencanaan adalah suatu


seni dan juga ilmu pengetahuan. Pemilihan jenis tanaman tergantung pada fungsi
dan peletakan tanaman. Fungsi tanaman tidak hanya mengandung nilai estetis, tapi
juga berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan.

120
1 . Perdu, sebagai 1
pembatas bangunan luar

2
3. Pohon beringin, sebagai
pohon yang suci dan
melindungi penduduk
3 setempat
2. palem, sebagai peneduh
jalan

Gambar 5.8 Konsep Vegetasi.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

5.4.1.7 Konsep Parkir

Untuk memenuhi program kebutuhan, parkir harus berhubungan dengan


jalan pencapaian ke bangunan, selain itu juga berada dalam jarak capai jalan kaki
ke bangunan yang dilayaninya.

Motor
Mobil
Bus

Gambar 5.10 Konsep Vegetasi.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

121
5.4.2 Konsep Ruang Dalam
5.4.2.1 Alur Kegiatan

Alur kegiatan pada Pusat Kesenian Reog sesuai dengan aktivitas dan fungsi
pengguna yang telah dikelompokan berdasarkan Alur kegiatannya. Pengelompokan
pengguna tersebut antara lain :
 Pengelola
 Pengunjung
Berikut merupakan alur kegiatan yang ada di Pusat Kesenian Reog di
Kabupaten ponorogo:

Gambar 5.11 Konsep Ruang dalam.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

5.4.2.2 Volume Ruang

Volume ruang ditentukan berdasarkan fungsi, aktivitas, dan respon iklim.


Berikut merupakan volume ruang yang dibuat :

 Restauran
Bangunan public seperti pusat kuliner memiliki volume ruang yang besar
yang menimbulkan efek monumental karena berfungsi sebagai tempat makan
dengan daya tampung 50 orang sehingga membutuhkan ruang gerak dan sirkulasi
yang cukup.

122
Gambar 5.12 Volume Ruang Restauran
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

 . Galeri
Bangunan galeri yang termasuk hiburan menggunakan skala manusia
untuk memberikan kesan intim dan nyaman pada aktivitas di dalamnya, karena
kegiatan di dalamnya tergolong hiburan.

Gambar 5.13 Volume Ruang galeri.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

Volume bangunan pada tapak menggunakan bentuk kotak karena mengambil


lokalism ponorogo berupa bentukan dari rumah tradisional ponorogo Selain itu
bentuk geometris berupa kotak juga mempermudah sistem penghawaan silang
didalam bangunan yang sesuai dengan kondisi iklim tropis.

5.4.2.3 Hubungan Antar Ruang

Hubungan antar ruang pada Pusat Kesenian Reog ini diletakkan


berdasarkan fungsi yang berhubungan satu sama lain misalnya di area edukasi
hubungan antar ruang ruangan secara langsung.

123
Gambar 5.14 Hubungan Ruang workshop.
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

Gambar 5.15 Hubungan Ruang Galeri.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

5.4.2.4 Sirkulasi

Sirkulasi ruang dalam pada bangunan perancangan menggunakan sirkulasi


linier pada galeri karena pembagian ruang dalam galeri cenderung sederhana.
Sirkulasi pada workshop adalah linier.

124
Gambar 5.16 Sirkulasi Gareli dan Workshop.
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

5.4.2.5 Modul Ruang / Struktur

Bangunan pada perancangan Pusat Kesenian Reog menggunakan material


struktur sederhana yaitu kayu ulin yang sesuai dengan lokalism ponorogo dan
material baja WF. Berikut adalah modul struktur Galeri dan workshop:

Gambar 5.17 Modul Ruang Galeri.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

Modul struktur galeri adalah modul 6 meter dan 5 meter karena


menggunakan berupa kayu ulin yang memiliki bentang maksimal 6 meter.

125
Gambar 5.18 Modul Ruang Workshop
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

Modul struktur Workshop adalah modul 5 meter dan 7 meter karena


menggunakan baja Wf.

5.4.3 Konsep Bentuk Dan Tampilan


5.4.3.1 Ide Bentuk

Ide bentuk massa bangunan menggunakan metode lokalism yang


mengadaptasi arsitektur disekitarnya. Bentuk massa pada pusat kesenian reog
adalah persegi, persegi panjang mengambil dari bentuk pada rumah tradisional jawa
ponorogo. Selain itu bentukan geometris juga menyesuaikan dengan bentuk
bangunan tropis pada area sekitar tapak. Bentuk persegi, persegi panjang yang tidak
massif merupakan bentuk dasar arsitektur tropis disekitar site sehingga menjawab
pendekatan rancang yang digunakan yaitu neo-vernakular.
Ide bentuk massa bangunan menggunakan konsep lokalism ponorogo. Pada
bentukan ini menggunakan refleksi dari alam dan lingkungan. Refleksi yang
dimaksud adalah refleksi bangunan tradisional berupa bangunan rumah tradisional.

126
Penambahan atap
Bentuk geometri tradisional joglo
persegi

Dari bentukan
geometri dan
atap joglo
Tranformasi bentuk dari persegi
menjadi rumah joglo yang sudah di
modern

Gambar 5.19 ide bentuk


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

5.3.3.2 Kesesuaian Bentuk dengan Kegiatan


Bentuk massa pada proyek Pusat kesenian reog di kabupaten ponorogo ini
adalah persegi dan persegi panjang. Dibandingkan dengan masa yang memiliki
bentuk sudut yang ekstrim, bentuk massa persegi dan persegi panjang sangat efektif
untuk ruangan yang memiliki banyak kegiatan didalamnya, seperti pada ruang
galeri, ruang workshop, ruang serbaguna, restauran.

Gambar 5.20 Bentuk dan kegiatan.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

127
5.3.3.3 Kesesuaian Bentuk dengan Lingkungan
Bentuk tapak menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Sebelum
melakukan konsep bentuk bangunan, sudah dilakukan beberapa analisa yang
berkaitan dengan bangunan sekitar tapak. Bangunan pada sekitar tapak didominasi
oleh bentukan geometri persegi. Di area site terdapat pemandangan sawah menjadi
view keindahan pemandangan alam.

Gambar 5.20 Bentuk lingkungan.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

5.4.3.4 Tampilan / Gaya / Style

Konsep tampilan menggunakan konsep neo-vernakular yaitu dengan


tampilan arsitektur tradisional jawa yang diselaraskan dengan modern. Dengan
tema Re-Inventing Tradition di perlukan keselarasan tampilan bangunan dengan
tradisional agar dapat merasakan pesona pedesaan Ponorogo.

Gambar 5.21 Tampilan.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

128
5.3.3.5 Bahan Bangunan

Seperti bangunan pada umumnya, material dinding yang digunakan adalah


dinding kayu dan dinding bata dengan finishing batu alam pada bagian tertentu.
Bagian badan bangunan menggunakan material batu bata dengan finishing plester
dan cat, namun pada bagian tertentu juga menggunakan finishing dengan secondary
skins,kayu, dan material batu alam.

Gambar 5.22 bahan bangunan.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)
5.4.3.6. Tekstur Warna
Warna-warna yang dipakai dalam perencanaan pusat kesenian reog ini
menggunakan warna dekat dengan alam karena tema dari perancangan ini
menunjukkan adanya kembali ke tradisi dengan lingkungan sekitar yaitu warna
alam coklat (kayu)

5.4.4 Konsep Struktur


5.4.4.1 Kekuatan

Struktur pondasi yang digunakan pada perancangan dibedakan menjadi 2


jenis menurut letak bangunannya. Pada beberapa massa yang terdiri dari bangunan
bentang lebar menggunakan sistem struktur baja mengingat bentang pada maasa
bangunan cukup lebar. Konstruksi baja dipilih karena baja sangat efisien untuk
struktur atap bentang lebar bangunan

129
Gambar 5.23 Pondasi Kayu Ulin.
sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

Pada area perairan menggunakan pondasi kayu ulin yang langsung


ditancapkan kedalam tanah dengan teknik kalang galam, dan pada area daratan
menggunakan pondasi batu kali.

Gambar 5.24 Pondasi Kayu Ulin.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

5.4.4.2 Kekakuan / Rigid

Pada bangunan desa wisata menggunakan struktur rangka kayu karena


fleksibel dan pembuatan yang mudah. Konstruksi kayu diterapkan pada bangunan
dengan bentang maksimum 6 meter.

Gambar 5.25 Struktur Rangka Kayu.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

130
5.4.4.3 Teknologi

Perancangan Pusat kesenian reog menerapkan teknologi struktur kayu yang


dipadukan dengan sedikit teknologi modern pada sistem sambungan untuk alasan
kekuatan dan daya tahan.

Gambar 5.26 Sambungan Pada Rangka Kayu.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

Sambungan antar kayu menggunakan anchor dan hanger balok agar lebih
kuat dan tahan lama.

5.4.4.4 Bahan Bangunan

Bahan bangunan menurut fungsinya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu material


kulit bangunan dan struktur bangunan.
1. Dinding beton Karena sifatnya kuat dan kaku untuk menahan beban

Gambar 5.27 Material beton


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

2. Baja
Untuk membentuk sambungan-sambungan struktur

131
5.4.5 Konsep Sistem Bangunan
5.4.5.1 Sistem Pengudaraan
Berdasarkan tema Re-Inventing Tradition maka sistem penghawaan yang
digunakan adalah sistem penghawaan alami dan buatan, dengan mayoritas sistem
penghawaan alami.

Gambar 5.28 Sistem Pengudaraan Pusat Restauran.


sumber : Hasil Analisa Penulis (2017)

Sistem penghawaan alami meliputi penggunaan banyak bukaan dan bukaan


lebar pada bangunan pusat kesenian. Selain itu juga menggunakan cross ventilation
(ventilasi silang) dan menata vegetasi sebagai pereduksi panas di sekitar ventilasi
untuk menghadirkan iklim mikro pada ruang dalam. Untuk penghawaan buatan
menggunakan kipas angina gantung yang diterapkan pada beberapa bangunan yang
tetap membutuhkan penghawaan buatan.

5.4.5.2 Sistem Pencahayaan


Sistem pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan alami dan buatan.
Pencahayaan alami digunakan pada siang hari dengan penggunaan bukaan lebar.
Sedangkan pencahayaan buatan yang digunakan adalah pencahayaan umum
(general lighting), pencahayaan kerja (task lighting), dan pencahayaan aksen
(accent lighting). Pencahayaan general berupa lampu gantung dan downlight yang
digunakan pada area service, gedung pengelola utama. Pencahayaan kerja (task
lighting) menggunakan lampu gantung atau lampu kerja yang diletakkan pada area

132
office. Pencahayaan aksen menggunakan track light, lampu canister atau lampu
dinding yang diletakkan pada area umum seperti lobby, galeri.

Gambar 529 Sistem Pencahayaan Alami.


sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2017)

5.3.5.3 Sistem Transportasi


Konsep transportasi vertical pada Pusat kesenian reog menggunakan tangga
manual, karena bangunan pada Pusat kesenian reog di kabupaten Ponorogo hanya
terdiri dari dua lantai. Selain itu, tangga manual juga dinilai lebih efisien dalam
biaya maupun pengerjaan proyek nantinya.

Gambar 5.30 Sistem transpotasi.


sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2017

5.4.5.4 Sistem Utilitas


a. Konsep Saluran Air Bersih
Terdapat 2 sumber air bersih yang akan diaplikasikan pada bangunan antar
lain:

133
 Menggunakan sistem down feed distribution, air dari sumur
disalurkanmenuju tanki yang berada diatas (roof tank) melewati water
treatment dengan menggunakan pompa, kemudian disalurkan menuju ruang
– ruang yang memerlukan distribusi air bersih dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi.
 Menggunakan air bersih yang berasal dari PDAM yang ditampung
padatandon air dan didistribusikan melalui pipa – pipa saluran menuju ke
ruang– ruang yang membutuhkan distribusi air bersih.

Gambar 5.31. Skema distribusi air bersih dari PDAM


Sumber : google image(2017)

b. Konsep Saluran Air Kotor

Air kotor dan air bekas merupakan air flashing yang berasal dari area servis/
pusat kuliner dan dari toilet. Air kotor dari WC langsung dialirkan melalui saluran
pipa vertikal dan horizontal menuju sumur resapan dan septic tank lalu dialirkan ke
aluran pembuangan kota terdekat terhadap tapak.

134
c. Utilitas Pemadam Kebakaran

Dalam perancangan sistem pemadam kebakaran pada bangunan Resort


atausistem firefighting disediakan di gedung sebagai preventif (pencegah)
terjadinya kebakaran. System ini terdiri dari system sprinkler, sistem hidran dan fire
extinguisher dan pada tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem fire gas. Tetapi
pada umumnya sistem yang digunakan terdiri dari : sistem sprinkler,hidran dan fire
extinguisher

Gambar 5.32. Fire Extinguisher


Sumber : Google Image

135

Anda mungkin juga menyukai