Anda di halaman 1dari 20

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi merupakan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, kemudian

berkembang biak dan menimbulkan penyakit (Pratiwi, 2008). Yang termasuk

mikroorganisme yaitu bakteri, jamur dan virus. Perkembangan infeksi di Indonesia

yang beriklim tropis disebabkan oleh udara yang lembab, sanitasi yang kurang,

lingkungan yang padat penduduk dan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Pengobatan

infeksi yang paling umum dilakukan adalah dengan terapi antibiotik. Penggunaan

antibiotik pada luka telah dikurangi karena kecenderungan menimbulkan

hipersensivitas secara lokal pada kulit atau membran mukosa (Tjay, 2002).

Salah satu cara yang efektif dan sudah digunakan manusia sejak berabad-abad

lalu untuk mencegah dan mengobati penyakit adalah menggunakan obat tradisional

(Bayu dan Novairi, 2013). Menurut undang-undang No. 36 tahun 2009, obat tradisional

adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,

sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun

telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang

berlaku di masyarakat.

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah

Daun nanas (Ananas comosus (L) Merr.). Nanas merupakan tanaman buah yang selalu

tersedia sepanjang tahun. Tinggi tanaman nanas bisa mencapai 50-150 cm (Tandi

Harbie, 2015). Daun nanas secara tradisional dapat menyembuhkan beberapa penyakit

seperti menyembuhkan luka , gatal, bisul dan menormalkan siklus haid, antiradang,

antelmintik, pencahar (Dalimarta, 2000). Bagian daun dari tanaman nanas terbukti
mengandung senyawa kimia flavonoid, saponin dan polifenol yang berrsifat sebagai

antibakteri (Syamsulhidayat dan Hutapea, 2001).

Mekanisme kerja flavonoid dengan denaturasi protein sel bakteri (Rakhmanda,

2008). Senyawa flavonoid mampu berperan secara langsung sebagai antibiotic dengan

mengganggu fungsi organisme seperti bakteri atau virus (Subroto dan Saputro, 2006).

Saponin mempunyai kegunaan sebagai racun dan antimikroba (Jamur, bakteri,

virus). Saponin ditandai dengan pembentukan larutan koloid dalam air yang berbuih

pada penggojokan atau bersifat menyerupai sabun. Saponin ada dua yaitu steroid dan

triterpenoid. Saponin mempunyai berat molekul tinggi, larut dalam air, alcohol dan

etanol. Pada konsentrasi rendah. Penyarian senyawa saponin akan memberikan hasil

yang lebih baik sebagai antibakteri jika menggunakan pelarut polar seperti etanol 70%

(Harborne, 1987).

Senyawa berkhasiat yang dikandung dalam Daun Nanas dapat ditarik dengan

proses ekstraksi. Terdapat dua jenis metode ekstraksi yaitu ekstraksi dingin dan

ekstraksi panas. Salah satu jenis ekstraksi dingin adalah maserasi. Keuntungan metode

maserasi yaitu sederhana dan murah serta prosesnya tidak menggunakan pemanasan

sehingga kerusakan atau degradasi sel metabolit sekunder dapat diminimalisasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

“Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Daun Nanas (Ananas comosus (L)

Merr.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus”.


B. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol 70 % daun Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) efektif

dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak etanol 70 % daun Nanas

(Ananas comosus (L) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk mendapatkan data ilmiah yang dapat membantu penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efek antibakteri

ekstrak etanol 70 % daun Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Buah Nanas

Gambar (1) Gambar (2)

Gambar 1. Tanaman Nanas. Gambar 2. Daun Nanas

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdiviso : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Bromeliales

Familia : Bromeliaceae

Subfamilia : Bromeliodeae

Genus : Ananas

Spesies : Ananas comosus (L) Merr.

(Natural Resources Conservation service, 2015)

2. Nama Latin

Ananas comosus (L) Merr (Septiatin, 2009).


3. Nama Lain

Ekahauku, anes (Aceh), nas (Gayo), honas, hanas (Batak), gona (Nias), kanas,

kanyas, nyanyas (Lampung), ganas (Sunda), nanas (Jawa), samblaka, malaka

(Kalimantan), manas (Bali), panda (Sumba), manilmap, miniap (Irian Jaya) (Nuraini,

2011).

4. Morfologi

Nanas merupakan tanaman herbal yang dapat hidup di berbagai musim.

Tanaman ini digolongkan ke dalam kelas monokotil bersifat tahunan yang mempunyai

rangkaian bunga dan buah terdapat di ujung batang (Murniati, 2010). Panjang buah

nanas 20-30 cm, dengan diameter bawah antara 2-3,5 cm, bagian tengah 5,5-6,5 cm dan

bagian atas lebih kecil. Batang pendek beruas-ruas dan dikelilingi daun yang tersusun

spiral. Panjang masing-masing ruas bervariasi 1-10 cm. Daun nanas memanjang dan

sempit. Ujung runcing, permukaan atas berwarna hijau tua, merah tua dan bergaris,

sedangkan permukaan bagian bawah berwarna keperakan. Panjang daun dapat

mencapai 90 cm, sedangkan lebarnya dapat mencapai 6 cm. bunga terletak pada tangkai

buah yang kelak menjadi buah, bentuk buah bulat panjang atau bulat telur (Sutedja,

2014).

5. Kandungan Kimia

Kulit buah nanas mengandung senyawa metabolit sekunder fenol, flavonoid,

saponin dan steroid/triterpenoid (Kalaiselvi, et al., 2012b). Buahnya mengandung

vitamin A, C, betakaroten, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium dan

enzim bromelin. Daun dari tanaman nanas terbukti mengandung flavonoid, saponin dan

polifenol (Syamsulhidayat dan Hutapea, 2001).


6. Khasiat dan Manfaat

Buah nanas berkhasiat menurunkan berat badan, membersihkan ketombe,

radang tenggorokan, cacingan, keseleo, peradangan di kulit dan sembelit. Daun nanas

berkhasiat menyembuhkan luka, bisul, gatal dan menormalkan siklus haid, antiradang,

antelmintik, pencahar (dalimarta, 2000).

B. Antibakteri

Antibakteri atau antimikroba adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh

mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau

menghambat perkembangan bakteri dan mikroorgnaisme lain. Mekanisme kerja

antimikroba dapat bersifat bakteriostatik dan bakterisid. Bakteriostatik yaitu bersifat

menghambat atau menghentikan pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisid bersifat

membunuh pertumbuhan bakteri (Brooks dkk, 2008).

C.Staphylococus aureus

Bakteri Staphylococcus aureus berasal dari kata Staphylo (buah anggur) dan

coccus (bulat). Bakteri sering ditemukan sebagai flora normal di kulit dan selaput lendir

pada manusia. Beberapa jenis bakteri ini dapat membuat enderotoksin yang

menyebabkan keracunan. Bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen,

penyebab penyakit radang di kulit dan menimbulkan bisul yang bernanah disebut abses

(Jawetz, 2012). Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit dan saluran

pernapasan bagian atas yang dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi pada folikel

rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis, pneumonia,
pielonefritis, osteomyelitis, endocarditis akut, septicemia, dan infeksi nasokomial

(Entjang, 2003 ; Cornelissen dkk, 2015).

Gambar 3. Staphylococcus aureus

1. Klasifikasi

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Famili : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus (Dwijoseputro, 2005)

2. Morfologi

Bentuk kokus, gram positif, formasi staphylae, mengeluarkan endotoksin,

tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif anaerob, sangat tahan

terhadap pengeringan, mati pada suhu 600 C setelah 60 menit. Pada pemeriksaan padat
koloninya berwarna kuning emas. Bakteri ini terdapat pada tanah, air, dan debu di

udara (Entjang, 2003).

C. Media

Media atau medium adalah suatu substansi yang digunakan untuk

menyediakan nutrient bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.

Media Nutrient Agar adalah media padat reversible yang merupakan campuran dari

bahan-bahan organik kompleks yang dipadatkan dengan agar (Pelczar dan Chan,

1986).

Komposisi Nutrient Agar adalah sebagai berikut :

1. Ekstrak daging sapi 3g

2. Pepton 3g

3. Agar 15 g

4. Air 1000 mL (Pelczar dan Chan, 1986).

D. Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah

dikeringkan (Depkes, 1979).

E. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia

nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari

langsung (Depkes, 1979). Ekstrak adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair

(Depkes, 2000). Tujuan utama ekstraksi ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak

mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan dari zat-zat yang tidak berfaedah,

agar lebih mudah dipergunakan, dan disimpan dibandingkan simplisia asal, dan tujuan

pengobatannya lebih terjamin (Syamsuni, 2007). Terdapat dua jenis metode ekstraksi

yaitu ekstraksi dingin dan ekstraksi panas. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan

perkolasi, sedangkan cara panas adalah refluks dan soxhletasi (Harbone, 1987).

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia yang paling sederhana, menggunakan

pelarut yang cocok dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (kamar)

(Depkes, 2000). Maserasi digunakan untuk menyari zat aktif yang mudah larut dalam

cairan penyari, tidak mengandung stirak, benzoin dan lain-lain (Depkes, 1986).

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia atau campuran

simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75

bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering

diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh

100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung

dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring (Depkes, 1979).
F. Kerangka Konsep

Daun Nanas (Ananas


comosus (L) Merr)

Kandungan antibakteri (Flavonoid,


saponin dan polifenol)

Ekstraksi dengan
pelarut etanol 70%

Ekstrak daun nanas (konsentrasi


1 %, 3% , 5% dan 10 %)

Uji efektivitas terhadap bakteri Staphylococcus


aureus

Ada Zona bening Tidak ada Zona bening

BAB III. METODE


Menghambat Tidak menghambat
pertumbuhan bakteri PENELITI pertumbuhan bakteri

BAB III. METODE PENELITI

BAB III. METODE


PENELITI

BAB III. METODE PENELITI

BAB III. METODE PENELITI


BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilaksanakan dalam

laboratorium dengan design post test only control group, sebagai berikut:

Kelompok 1 : Kn____________O

Kelompok 2 : K1____________O1

Kelompok 3 : K2____________O2

Kelompok 4 : K3____________O3

Kelompok 5 : K4____________O4

Keterangan

Kn : Kontrol negatif

K1 : Konsentrasi 1 % ekstrak etanol 70 % daun Nanas

K2 : Konsentrasi 3 % ekstrak etanol 70 % daun Nanas

K3 : Konsentrasi 5 % ekstrak etanol 70 % daun Nanas

K4 : Konsentrasi 10 % ekstrak etanol 70 % daun Nanas

O : Zona bening kontrol negatif

O1 : Zona bening konsentrasi 1 % ekstrak etanol 70 % daun Nanas

O2 : Zona bening konsentrasi 3 % ekstrak etanol 70 % daun Nanas

O3 : Zona bening konsentrasi 5 % ekstrak etanol 70 % daun Nanas

O4 : Zona bening konsentrasi 10 % ekstrak etanol 70 % daun Nanas


B. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi : Laboratorium Farmakognosi dan Mikrobiologi Jurusan

Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan

C. Variabel Penelitian

Variable bebas : Konsentrasi ekstrak etanol 70 % daun Nanas

Variable terikat : Diameter zona bening ekstrak etanol 70 % daun Nanas

D. Definisi Operasional

1. Ekstrak etanol 70 % adalah ekstrak kental daun Nanas yang diperoleh dari hasil

ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70 % yang diuapkan

menggunakan rotavapor dan dipekatkan diatas waterbath.

2. Uji efektivitas adalah uji daya hambat ekstrak etanol 70 % daun Nanas pada masing-

masing konsentrasi 1%, 3 % dan 5 % terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar cakram.

3. Zona bening adalah daerah bening di sekitar kertas cakram yang menunjukkan adanya

penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus setelah masa

inkubasi 1 x 24 jam pada suhu 37 0 C selama 3 hari yang diukur menggunakan jangka

sorong.

E. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah daun Nanas yang

diperoleh dari Keluahan Bailang Manado Sulawesi Utara.


F. Instrumen Penelitian

a. Alat

Tabung reaksi, cawan petri, cawan penguap, batang pengaduk, jarum ose, cotton

buds, Erlenmeyer, rotary evaporator, waterbath, autoklaf, incubator, lampu

spritus, pinset, neraca analitik, blender, hot plate, pipet, jangka sorong, gelas

bekker.

b. Bahan

Daun Nanas, biakan murni bakteri Escherichia coli, etanol 70 %, Aqua pro

Injectio, Nutrient Agar, Tween 80 0,5 %, aquadest, kertas cakram.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dari pengukuran diameter zona bening yang terbentuk pada

konsentrasi 1%, 3% , 5% dan 10 % kontrol negatif setelah masa inkubasi selama 1 x

24 jam, 2 x 24 jam dan 3 x 24 jam pada suhu 37°C.

H. Prosedur Kerja

1) Penyiapan Sampel

a) Diambil daun tanaman nanas yang masih segar 500 g

b) Dibersihkan dengan cara dicuci dengan air mengalir kemudian dipotong kecil-

kecil. Setelah itu daun nanas di keringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa

terkena cahaya matahari secara langsung. Kemudian daun nanas yang sudah

kering dihaluskan menggunakan grinder sampai didapatkan serbuk.


2) Sterilisasi Alat (Depkes, 1979)

Alat-alat yang digunakan dibersihkan dahulu, dikeringkan lalu dibungkus

dengan kertas, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15

menit.

3) Pembuatan ekstrak daun Nanas

a) Ditimbang sebanyak 50 g serbuk simplisia lalu dimasukkan kedalam toples kaca

ditambahkan 375 ml etanol 70 % sebagai pelarut.

b) Perendaman dilakukan selama 5 hari dalam toples kaca tertutup pada suhu

ruangan, terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk, maserat kemudian

disaring.

c) Masing-masing ampas kemudian dibilas menggunakan etanol 70 % ke dalam

toples sampai diperoleh maserat 500 ml. dipindahkan ke dalam wadah tertutup

dan dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari.

d) Maserat di saring kemudian diuapkan menggunakan rotavapor dan dipekatkan

di atas waterbath sampai di peroleh ekstrak kental.

4) Pembuatan media (Merck).

a) Ditimbang Nutrien Agar sebanyak 2,1 g, kemudian dilarutkan dalam 105 ml

Aqua Pro Injeksi.

b) Dipanaskan larutan sampai jernih, lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu

1210 C selama 15 menit.

c) Dituang larutan Nutrien Agar ke dalam 7 cawan petri secara aseptik. Masing-

masing petri berisi 15 ml larutan Nutrien Agar.

d) Didiamkan sampai menjadi padat.


5) Inokulasi bakteri dari Biakan Murni Staphylococcus aureus (Pelczar dan Chan,

1986).

a) Ose dipijarkan sampai berwarna merah, didinginkan sedikit sampai warna

merahnya hilang.

b) Biakan murni bakteri Staphylococcus aureus diambil dengan ose, kemudian

disuspensikan dengan 5 mL larutan air untuk injeksi dalam tabung reaksi.

c) Dicelupkan cotton buds ke dalam tabung reaksi yang berisi bakteri

Staphylococcus aureus, kemudian oleskan cotton buds di seluruh permukaan

media Nutriet Agar secar merata.

6) Pembuatan Larutan Uji

a) Larutan uji 1 % dibuat dengan menimbang 0,05 g ekstrak daun nanas kemudian

disuspensikan dengan tween 80 sebanyak 1 % dan air untuk injeksi samapi 5

mL.

b) Larutan uji 3 % dibuat dengan menimbang 0,15 g ekstrak daun nanas kemudian

disuspensikan dengan tween 80 sebanyak 1 % dan air untuk injeksi samapi 5

mL.

c) Larutan uji 5 % dibuat dengan menimbang 0,25 g ekstrak daun nanas kemudian

disuspensikan dengan tween 80 sebanyak 1 % dan air untuk injeksi samapi 5

mL.

d) Larutan uji 10 % dibuat dengan menimbang 0,5 g ekstrak daun nanas kemudian

disuspensikan dengan tween 80 sebanyak 1 % dan air untuk injeksi samapi 5

mL.

7) Pengujian

a) Kertas cakram direndam selama 5 menit pada ekstrak daun nanas pada

konsentrasi 1 %, 3 %, 5 % , 10 % dan kontrol negatif.


b) Kertas cakram diambil dengan pinset steril dan diletakkan pada media Nutrient

Agar yang telah diinokulasi Staphylococcus aureus, dilakukan secara aseptik.

c) Diinkubasi dalam incubator pada suhu 37°C selama 3 x 24 jam.

d) Zona bening yang terbentuk di sekitar cakram diamati dan diukur diameter

menggunakan jangka sorong setiap 1 x 24 jam, 2 x 24 jam dan 3 x 24 jam.

I. Analisis Data

hasil penelitian disajikan dalam tabel dan gambar kemudian dianalisis secara

deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA

Bayu, Aditya dan Anki Novairi. 2013. Pencegahan dan Pengobatan Herbal.

Jogjakarta : Nusa Creativa

Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., 2008, Jawetz, Melnick & Adelberg

Dalimartha Setiawan. 2000.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trobus

Agriwidya.

Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Direktorat

Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan R.I., Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (1986). Sediaan Galenik. Direktorat Jenderal Pengawasan

Obat dan Makanan, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan. Citra

Aditya Bakti. Bandung.

Harborne,J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan.Diterjemahkan oleh Padmawinata K. Penerbit ITB. Bandung.

Herbie, Tandi. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat-226 Tumbuhan Obat untuk

Penyembuhan Penyakit dan KebugaranTubuh.Yogyakarta: Octopus

Publishing House, p:359


Kalaiselvi, M., D. Gomathi and C. Uma. 2012. Occurrence of bioactive compounds

in Ananus comosus (L) : a standardization by HPTLC. AsianPacific Journal of

Tropical Biomedicine. S1341-S1346.

Murniati, E. 2010. Sang Nanas Bersisik Manis di Lidah. Penerbit SIC, Surabaya.

Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga, Jakarta : 150-171

Permenkes. 2009. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Pelczar, M., dan Chan. (1986). Dasar-Dasar Mikrobiologi. UC Press, Yogyakarta.

, H. (2007). Ilmu Resep. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Rakhmanda, A.P, 2008. Perbandingan efek antibakterijus nanas(Ananas comosus (L)

Merr.) Pada berbagai konsentrasi terhadap Streptococcus mutans.Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Septiatin, Entin. 2009. Apotek Hidup dari Sayuran dan Tanaman Pangan. CV. Yrama

Widya. Bandung.

Sutedja, R.T. (2014). Buku Pintar Tumbuhan Tanaman Buah dan Sayuran. Jakarta :

Green Apple Books Publisher.

Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaandan Efek

Sampingnya, Edisi V, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai