PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang beriklim tropis disebabkan oleh udara yang lembab, sanitasi yang kurang,
lingkungan yang padat penduduk dan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Pengobatan
infeksi yang paling umum dilakukan adalah dengan terapi antibiotik. Penggunaan
hipersensivitas secara lokal pada kulit atau membran mukosa (Tjay, 2002).
Salah satu cara yang efektif dan sudah digunakan manusia sejak berabad-abad
lalu untuk mencegah dan mengobati penyakit adalah menggunakan obat tradisional
(Bayu dan Novairi, 2013). Menurut undang-undang No. 36 tahun 2009, obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat.
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah
Daun nanas (Ananas comosus (L) Merr.). Nanas merupakan tanaman buah yang selalu
tersedia sepanjang tahun. Tinggi tanaman nanas bisa mencapai 50-150 cm (Tandi
Harbie, 2015). Daun nanas secara tradisional dapat menyembuhkan beberapa penyakit
seperti menyembuhkan luka , gatal, bisul dan menormalkan siklus haid, antiradang,
antelmintik, pencahar (Dalimarta, 2000). Bagian daun dari tanaman nanas terbukti
mengandung senyawa kimia flavonoid, saponin dan polifenol yang berrsifat sebagai
2008). Senyawa flavonoid mampu berperan secara langsung sebagai antibiotic dengan
mengganggu fungsi organisme seperti bakteri atau virus (Subroto dan Saputro, 2006).
virus). Saponin ditandai dengan pembentukan larutan koloid dalam air yang berbuih
pada penggojokan atau bersifat menyerupai sabun. Saponin ada dua yaitu steroid dan
triterpenoid. Saponin mempunyai berat molekul tinggi, larut dalam air, alcohol dan
etanol. Pada konsentrasi rendah. Penyarian senyawa saponin akan memberikan hasil
yang lebih baik sebagai antibakteri jika menggunakan pelarut polar seperti etanol 70%
(Harborne, 1987).
Senyawa berkhasiat yang dikandung dalam Daun Nanas dapat ditarik dengan
proses ekstraksi. Terdapat dua jenis metode ekstraksi yaitu ekstraksi dingin dan
ekstraksi panas. Salah satu jenis ekstraksi dingin adalah maserasi. Keuntungan metode
maserasi yaitu sederhana dan murah serta prosesnya tidak menggunakan pemanasan
“Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Daun Nanas (Ananas comosus (L)
Apakah ekstrak etanol 70 % daun Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) efektif
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
ekstrak etanol 70 % daun Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) dalam menghambat
A. Buah Nanas
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdiviso : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Bromeliales
Familia : Bromeliaceae
Subfamilia : Bromeliodeae
Genus : Ananas
2. Nama Latin
Ekahauku, anes (Aceh), nas (Gayo), honas, hanas (Batak), gona (Nias), kanas,
(Kalimantan), manas (Bali), panda (Sumba), manilmap, miniap (Irian Jaya) (Nuraini,
2011).
4. Morfologi
Tanaman ini digolongkan ke dalam kelas monokotil bersifat tahunan yang mempunyai
rangkaian bunga dan buah terdapat di ujung batang (Murniati, 2010). Panjang buah
nanas 20-30 cm, dengan diameter bawah antara 2-3,5 cm, bagian tengah 5,5-6,5 cm dan
bagian atas lebih kecil. Batang pendek beruas-ruas dan dikelilingi daun yang tersusun
spiral. Panjang masing-masing ruas bervariasi 1-10 cm. Daun nanas memanjang dan
sempit. Ujung runcing, permukaan atas berwarna hijau tua, merah tua dan bergaris,
mencapai 90 cm, sedangkan lebarnya dapat mencapai 6 cm. bunga terletak pada tangkai
buah yang kelak menjadi buah, bentuk buah bulat panjang atau bulat telur (Sutedja,
2014).
5. Kandungan Kimia
enzim bromelin. Daun dari tanaman nanas terbukti mengandung flavonoid, saponin dan
radang tenggorokan, cacingan, keseleo, peradangan di kulit dan sembelit. Daun nanas
berkhasiat menyembuhkan luka, bisul, gatal dan menormalkan siklus haid, antiradang,
B. Antibakteri
C.Staphylococus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus berasal dari kata Staphylo (buah anggur) dan
coccus (bulat). Bakteri sering ditemukan sebagai flora normal di kulit dan selaput lendir
pada manusia. Beberapa jenis bakteri ini dapat membuat enderotoksin yang
penyebab penyakit radang di kulit dan menimbulkan bisul yang bernanah disebut abses
(Jawetz, 2012). Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit dan saluran
pernapasan bagian atas yang dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi pada folikel
rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis, pneumonia,
pielonefritis, osteomyelitis, endocarditis akut, septicemia, dan infeksi nasokomial
1. Klasifikasi
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
2. Morfologi
tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif anaerob, sangat tahan
terhadap pengeringan, mati pada suhu 600 C setelah 60 menit. Pada pemeriksaan padat
koloninya berwarna kuning emas. Bakteri ini terdapat pada tanah, air, dan debu di
C. Media
Media Nutrient Agar adalah media padat reversible yang merupakan campuran dari
bahan-bahan organik kompleks yang dipadatkan dengan agar (Pelczar dan Chan,
1986).
2. Pepton 3g
3. Agar 15 g
D. Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
E. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari
langsung (Depkes, 1979). Ekstrak adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair
(Depkes, 2000). Tujuan utama ekstraksi ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak
mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan dari zat-zat yang tidak berfaedah,
agar lebih mudah dipergunakan, dan disimpan dibandingkan simplisia asal, dan tujuan
pengobatannya lebih terjamin (Syamsuni, 2007). Terdapat dua jenis metode ekstraksi
yaitu ekstraksi dingin dan ekstraksi panas. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan
perkolasi, sedangkan cara panas adalah refluks dan soxhletasi (Harbone, 1987).
pelarut yang cocok dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (kamar)
(Depkes, 2000). Maserasi digunakan untuk menyari zat aktif yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung stirak, benzoin dan lain-lain (Depkes, 1986).
simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75
bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering
diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh
100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung
dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring (Depkes, 1979).
F. Kerangka Konsep
Ekstraksi dengan
pelarut etanol 70%
A. Jenis Penelitian
laboratorium dengan design post test only control group, sebagai berikut:
Kelompok 1 : Kn____________O
Kelompok 2 : K1____________O1
Kelompok 3 : K2____________O2
Kelompok 4 : K3____________O3
Kelompok 5 : K4____________O4
Keterangan
Kn : Kontrol negatif
C. Variabel Penelitian
D. Definisi Operasional
1. Ekstrak etanol 70 % adalah ekstrak kental daun Nanas yang diperoleh dari hasil
2. Uji efektivitas adalah uji daya hambat ekstrak etanol 70 % daun Nanas pada masing-
3. Zona bening adalah daerah bening di sekitar kertas cakram yang menunjukkan adanya
inkubasi 1 x 24 jam pada suhu 37 0 C selama 3 hari yang diukur menggunakan jangka
sorong.
E. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah daun Nanas yang
a. Alat
Tabung reaksi, cawan petri, cawan penguap, batang pengaduk, jarum ose, cotton
spritus, pinset, neraca analitik, blender, hot plate, pipet, jangka sorong, gelas
bekker.
b. Bahan
Daun Nanas, biakan murni bakteri Escherichia coli, etanol 70 %, Aqua pro
Data diambil dari pengukuran diameter zona bening yang terbentuk pada
H. Prosedur Kerja
1) Penyiapan Sampel
b) Dibersihkan dengan cara dicuci dengan air mengalir kemudian dipotong kecil-
kecil. Setelah itu daun nanas di keringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa
terkena cahaya matahari secara langsung. Kemudian daun nanas yang sudah
dengan kertas, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15
menit.
b) Perendaman dilakukan selama 5 hari dalam toples kaca tertutup pada suhu
disaring.
toples sampai diperoleh maserat 500 ml. dipindahkan ke dalam wadah tertutup
b) Dipanaskan larutan sampai jernih, lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu
c) Dituang larutan Nutrien Agar ke dalam 7 cawan petri secara aseptik. Masing-
1986).
merahnya hilang.
a) Larutan uji 1 % dibuat dengan menimbang 0,05 g ekstrak daun nanas kemudian
mL.
b) Larutan uji 3 % dibuat dengan menimbang 0,15 g ekstrak daun nanas kemudian
mL.
c) Larutan uji 5 % dibuat dengan menimbang 0,25 g ekstrak daun nanas kemudian
mL.
d) Larutan uji 10 % dibuat dengan menimbang 0,5 g ekstrak daun nanas kemudian
mL.
7) Pengujian
a) Kertas cakram direndam selama 5 menit pada ekstrak daun nanas pada
d) Zona bening yang terbentuk di sekitar cakram diamati dan diukur diameter
I. Analisis Data
hasil penelitian disajikan dalam tabel dan gambar kemudian dianalisis secara
deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA
Bayu, Aditya dan Anki Novairi. 2013. Pencegahan dan Pengobatan Herbal.
Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., 2008, Jawetz, Melnick & Adelberg
Agriwidya.
Herbie, Tandi. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat-226 Tumbuhan Obat untuk
Murniati, E. 2010. Sang Nanas Bersisik Manis di Lidah. Penerbit SIC, Surabaya.
Septiatin, Entin. 2009. Apotek Hidup dari Sayuran dan Tanaman Pangan. CV. Yrama
Widya. Bandung.
Sutedja, R.T. (2014). Buku Pintar Tumbuhan Tanaman Buah dan Sayuran. Jakarta :
Jakarta.