Anda di halaman 1dari 49

89

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah MTS Amin Darussalam merupakan yayasan yang berdiri sejak

tahun 1996, saat ini memiliki jenjang akreditas B yang beralamat di Jalan Terusan

Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera

Utara.

4.2 Karakteristik Umum Responden

Karakteristik umum responden disajikan pada tabel 1 mencakup jenis

kelamin, keinginan untuk merokok, status merokok dan status merokok dalam satu

bulan terakhir.

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik umum responden


Variabel n %
Jenis kelamin
Laki-laki 45 75,0
Perempuan 15 15,0
Keinginan untuk merokok
Ada 42 70,0
Tidak ada 18 30,0
Status merokok
Pernah merokok 23 38,3
Tidak pernah merokok 37 61,7
Status merokok dalam satu bulan terakhir
Tidak pernah merokok 37 61,7
Masih merokok 2 3,3
Mantan perokok 21 35,0
Total 60 100,0
90

Hasil tabel 1 menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik umum

responden, mayoritas responden adalah laki-laki sebesar 75,0% (45 orang), memiliki

keinginan untuk merokok sebesar 70,0% (42 orang) dan tidak pernah merokok

sebesar 61,7% (37 orang).

4.3 Riwayat Merokok Responden yang Pernah Merokok

Riwayat merokok responden yang pernah merokok disajikan pada tabel 2

mencakup usia pertama kali mencoba merokok, alasan pertama kali mencoba

merokok, frekuensi merokok, usia saat mulai rutin merokok, siapa/apa yang paling

mempengaruhi untuk merokok, tempat yang biasa digunakan untuk merokok, jumlah

rokok yang dihabiskan per hari merokok, mendapatkan rokok dari, keadaan yang

membuat responden ingin merokok, riwayat merokok/merasa ingin merokok

sebelum beraktivitas di pagi hari, rentang waktu merasa sangat ingin dan sulit untuk

mengabaikan perasaan ingin merokok lagi setelah merokok, merokok bersama

keluarga, tindakan keluarga mendapati responden merokok, merokok bersama teman,

tindakan teman-temannya mndapati responden merokok, keinginan untuk berhenti

merokok, berusaha berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir, dan mendapat

nasihat/bantuan untuk berhenti merokok.


91

Tabel 2. Distribusi frekuensi riwayat merokok responden yang pernah merokok


Variabel n %
Usia pertama kali mencoba merokok
Dibawah 7 tahun 0 0,0
7 tahun 0 0,0
8 tahun 1 4,3
9 tahun 2 8,7
10 tahun 8 34,8
11 tahun 6 26,1
12 tahun 6 26,1
Alasan pertama kali mencoba merokok
Penasaran/ingin coba-coba 15 65,2
Diajak/dipaksa teman 7 30,4
Menyontoh orang tua 0 0,0
Agar terlihat dewasa dan keren 1 4,3
Agar terlihat seperti tokoh idola 0 0,0
Lainnya 0 0,0
Frekuensi merokok
Setiap hari 0 0,0
Kadang – kadang 23 100,0
Usia saat mulai rutin merokok
< 7 tahun 0 0,0
7 tahun 0 0,0
8 tahun 0 0,0
9 tahun 3 13,0
10 tahun 6 26,1
11 tahun 6 26,1
12 tahun 6 26,1
13 tahun 2 8,7
Siapa/apa yang paling mempengaruhi untuk merokok
Diri sendiri 6 26,1
Orang tua - -
Saudara - -
Teman 17 73,9
Iklan rokok - -
lainnya - -
Tempat yang biasa digunakan untuk merokok
Rumah - -
Sekolah - -
Tempat nongkrong dengan teman 17 73,9
Lainnya 6 26,1
92

Jumlah rokok yang dihabiskan per hari merokok


1-4 batang rokok 23 100,0
5-14 batang rokok - -
≥15 batang rokok - -
Mendapatkan rokok dari
Teman 12 52,2
Orang lain, selain teman - -
Membeli sendiri 9 39,1
lainnya 2 8,7
Keadaan yang membuat responden ingin merokok
Saat merasa bosan 4 17,4
Saat merasa stres/kesal/marah 1 4,3
Saat merasa gugup/ ingin menghilangkan ketegangan - -
Saat mulut terasa tidak enak 2 8,7
Saat tidak ada kegiatan/ saat santai 3 13,0
Saat ngumpul bareng teman 13 56,5
Riwayat merokok/merasa ingin merokok sebelum
beraktivitas di pagi hari
Tidak pernah 23 100,0
Pernah - -
Selalu/ rutin - -
Rentang waktu merasa sangat ingin dan sulit untuk
mengabaikan perasaan ingin merokok lagi setelah merokok
Tidak pernah merasa ingin dan sulit untuk mengabaikan 13 56,5
perasaan ingin merokok lagi setelah merokok
Kurang dari 1 jam 4 17,4
1 jam sampai 2 jam 1 4,3
>2 jam sampai 4 jam - -
>4 jam sampai <1 hari - -
1 hari sampai 3 hari 4 17,4
4 hari atau lebih 1 4,3
Merokok bersama keluarga
Pernah - -
Tidak pernah 23 100,0
Tindakan keluarga mendapati responden merokok
Menegur 23 100,0
Dibiarkan - -
Merokok bersama teman
Pernah 16 69,6
Tidak pernah 7 30,4
93

Tindakan teman-temannya mndapati responden merokok


Menasehati 5 21,7
Menghindar - -
Dibiarkan/tidak peduli 8 34,8
Ikut-ikutan merokok 7 30,4
Meminta rokok 3 13,0
Keinginan untuk berhenti merokok
Ada 21 91,3
Tidak ada 2 8,7
Berusaha berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir
Ada 18 78,3
Tidak 5 21,7
Mendapat nasihat/bantuan untuk berhenti merokok
Tidak ada 3 13,0
Ada, dari guru 8 34,8
Ada, dari teman 6 26,1
Ada, dari keluarga - -
Ada, dari tenaga kesehatan (dokter, perawat,dll) 3 13,0
Total 23 100,0

Hasil tabel 2 menunjukkan distribusi frekuensi riwayat merokok responden

yang pernah merokok, mayoritas responden pertama kali mencoba merokok pada

usia 10 tahun sebesar 34,8% (8 orang) dengan alasan ‘karena penasaran’ sebesar

65,2% (15 orang), mayoritas responden mulai rutin merokok sejak usia 11 tahun dan

12 tahun sebesar 26,1% (6 orang), seluruh responden merokok kadang – kadang,

teman adalah orang yang paling mempengaruhi responden untuk merokok sebesar

73,9 (17 orang), mayoritas responden pernah merokok bersama teman 69,6% (19

orang), ketika responden merokok teman-temannya membiarkannya sebesar 34,8%

(8 orang) bahkan keadaan yang biasanya menyebabkan responden merokok ialah

ketika berkumpul dengan teman sesebesar 56,5% (13 orang) di tempat nongkrong

sebesar 73,9% (17 orang), seluruh responden biasa menghabiskan 1-4 batang rokok
94

per hari merokok yang biasanya didapat dari teman sebesar 52,2% (12 orang), tidak

ada responden yang merokok di pagi hari atau merasa ingin merokok terlebih dahulu

sebelum beraktivitas, sebagian besar responden tidak merasa ingin atau kesulitan

mengabaikan keinginan untuk merokok lagi setelah merokok 56,5% (13 orang), tidak

ada responden yang pernah merokok bersama anggota keluarganya dan seluruh

responden ditegur ketika kedapatan merokok, sebesar 91,3% (21 orang) responden

memiliki keinginan berhenti merokok, sebesar 78,3% (18 orang) berusaha untuk

berhenti merokok dan mayoritas responden mendapat bantuan dari guru untuk

berhenti merokok 34,8% (8 orang).

4.4 Riwayat Berhenti Merokok

Riwayat berhenti merokok disajikan pada tabel 3 mencakup lamanya berhenti

merokok dan alasan berhenti merokok.

Tabel 3. Distribusi frekuensi riwayat berhenti merokok

Variabel n %
Lamanya berhenti merokok
Kurang dari 1 tahun 15 71,4
1 tahun atau lebih 6 28,6
Alasan berhenti merokok
Sakit/alasan kesehatan 3 14,3
Dilarang orang tua 7 33,3
Kesadaran diri sendiri 11 52,4
Takut dihukum guru - -
Total 21 100,0
95

Hasil tabel 3 menunjukkan distribusi frekuensi riwayat berhenti merokok

responden, didapati mayoritas responden berhenti merokok kurang dari satu tahun

lalu sebesar 71,4% (15 orang) dengan kesadaran diri sendiri sebesar 52,4% (11

orang).

4.5 Keterpaparan Rokok Responden

Keterpaparan rokok responden disajikan pada tabel 4 mencakup pernah

melihat keluarga merokok di dalam rumah dalam 30 hari terakhir, pernah melihat

orang merokok di dalam gedung sekolah atau lingkungan sekitar sekolah dalam 30

hari terakhir, frekuensi melihat guru merokok di dalam gedung sekolah, frekuensi

melihat guru merokok di luar gedung di lingkungan sekolah, pernah melihat orang

merokok di tempat umum yang tertutup (selain di dalam gedung sekolah) dalam 30

hari terakhir, pernah melihat orang merokok di tempat umum yang terbuka (selain di

lingkungan sekolah) dalam 30 hari terakhir, diejek atau diasingkan karena menolak

ajakan teman untuk merokok, disuguhi rokok oleh teman, melihat orang merokok di

televisi, video atau bioskop dalam 30 hari terakhir, melihat iklan atau promosi rokok,

menggunakan barang yang memiliki gambar rokok, logo atau nama perusahaan

rokok, memiliki barang yang memiliki gambar rokok, logo atau nama perusahaan

rokok, dan disuguhi rokok oleh orang yang bekerja di perusahaan rokok.
96

Tabel 4. Distribusi frekuensi keterpaparan rokok responden

Variabel n %
Pernah melihat keluarga merokok di dalam rumah dalam 30
hari terakhir
Ya 35 58,3
Tidak 25 41,7
Pernah melihat orang merokok di dalam gedung sekolah
atau lingkungan sekitar sekolah dalam 30 hari terakhir
Ya 28 46,7
Tidak 32 53,3
Frekuensi melihat guru merokok di dalam gedung sekolah
Setiap hari 6 10,0
Terkadang 16 26,7
Tidak pernah 38 63,3
Frekuensi melihat guru merokok di luar gedung di
lingkungan sekolah
Setiap hari 17 28,3
Terkadang 33 55,0
Tidak pernah 10 16,7
Pernah melihat orang merokok di tempat umum yang
tertutup (selain di dalam gedung sekolah) dalam 30 hari
terakhir
Ya 36 60,0
Tidak 24 40,0
Pernah melihat orang merokok di tempat umum yang
terbuka (selain di lingkungan sekolah) dalam 30 hari
terakhir
Ya 39 65,0
Tidak 21 35,0
Diejek atau diasingkan karena menolak ajakan teman untuk
merokok
Pernah 20 33,3
Tidak pernah 40 66,7
Disuguhi rokok oleh teman
Pernah 27 45,0
Tidak pernah 33 55,0
Melihat orang merokok di televisi, video atau bioskop dalam
30 hari terakhir
Ya 45 75,0
Tidak 15 25,0
97

Melihat iklan atau promosi rokok


Ya 45 75,0
Tidak 15 25,0
Menggunakan barang yang memiliki gambar rokok, logo
atau nama perusahaan rokok
Pernah 4 6,7
Mungkin pernah 13 21,7
Tidak pernah 43 71,7
Memiliki barang yang memiliki gambar rokok, logo atau
nama perusahaan rokok
Ya 4 6,7
Tidak 56 93,3
Disuguhi rokok oleh orang yang bekerja di perusahaan
rokok
Pernah 7 11,7
Tidak pernah 53 88,3
Total

Hasil tabel 4 menunjukkan distribusi frekuensi keterpaparan rokok

responden, didapati mayoritas responden pernah melihat keluarga merokok di dalam

rumah dalam 30 hari terakhir sebesar 58,3% (35 orang), tidak pernah melihat guru

merokok di dalam gedung sekolah sebesar 63% (38 orang) tetapi terkadang melihat

guru merokok di luar gedung di lingkungan sekolah sebesar 55% (33 orang), pernah

melihat orang merokok di tempat umum yang tertutup (selain di dalam gedung

sekolah) dalam 30 hari terakhir sebesar 60% (36 orang), pernah melihat orang

merokok di tempat umum yang terbuka (selain di lingkungan sekolah) dalam 30 hari

terakhir sebesar 65% (39 orang), tidak pernah disuguhi rokok sebesar 55% (33

orang), tidak pernah diejek karena menolak ajakan untuk merokok sebesar 66,7% (40

orang), melihat orang merokok di televisi, video atau bioskop dalam 30 hari terakhir

sebesar 75% (45 orang), pernah melihat iklan dan promosi rokok sebesar 75% (45
98

orang), tidak pernah menggunakan barang yang memiliki gambar rokok, logo atau

nama perusahaan rokok sebesar 71,7% (43 orang), tidak pernah memiliki barang

yang memiliki gambar rokok, logo atau nama perusahaan rokok sebesar 93,3% (56

orang) dan tidak pernah disuguhi rokok oleh orang yang bekerja di perusahaan rokok

sebesar 88,3% (53 orang).

4.6 Keterpaparan Himbauan Anti Merokok

Keterpaparan Himbauan Anti Merokok disajikan pada tabel 5 mencakup

responden menegur orang yang merokok di tempat bertuliskan dilarang merokok,

melihat atau mendengar pesan media anti rokok /tembakau di televisi, radio, internet,

papan reklame, poster, koran, majalah atau film dalam 30 hari terakhir, melihat atau

mendengar pesan anti rokok/tembakau di acara olahraga, pameran, konser, acara

komunitas atau pertemuan sosial dalam 30 hari terakhir, melihat peringatan

kesehatan, bahaya merokok pada bungkus rokok dalam 30 hari terakhir, pedagang

yang menolak menjual rokok kepada responden karena alasan masih anak-anak,

diberikan pengetahuan tentang bahaya merokok di kelas, mendiskusikan dampak

buruk merokok dengan keluarga, membaca tentang bahaya merokok di buku sekolah

atau mading sekolah, dan mendiskusikan di kelas alasan remaja saat ini merokok.
99

Tabel 5. Distribusi frekuensi keterpaparan himbauan anti merokok

Variabel n %
Responden menegur orang yang merokok di tempat
bertuliskan dilarang merokok
Pernah 42 70,0
Tidak pernah 18 30,0
Melihat atau mendengar pesan media anti rokok /tembakau
di televisi, radio, internet, papan reklame, poster, koran,
majalah atau film dalam 30 hari terakhir
Ada 42 70,0
Tidak ada 18 30,0
Melihat atau mendengar pesan anti rokok/tembakau di acara
olahraga, pameran, konser, acara komunitas atau pertemuan
sosial dalam 30 hari terakhir
Ada 23 38,3
Tidak ada 37 61,7
Melihat peringatan kesehatan, bahaya merokok pada
bungkus rokok dalam 30 hari terakhir
Ada, tapi saya tidak terlalu memikirkannya 21 35,0
Ada, hal tersebut membuat saya takut merokok 26 43,3
Tidak ada 13 21,7
Pedagang yang menolak menjual rokok kepada responden
karena alasan masih anak-anak
Ada 12 52,2
Tidak ada 11 47,8
Diberikan pengetahuan tentang bahaya merokok di kelas
Ada 45 75,0
Tidak ada 10 16,7
Tidak ingat 5 8,3
Mendiskusikan dampak buruk merokok dengan keluarga
Ada 41 68,3
Tidak ada 19 31,7
Membaca tentang bahaya merokok di buku sekolah atau
mading sekolah
Ada 38 63,3
Tidak ada 21 35,0
Tidak ingat 1 1,7
100

Mendiskusikan di kelas, alasan remaja saat ini merokok


Ada 26 43,3
Tidak ada 24 40,0
Tidak ingat 10 16,7
Total 60 100,0

Hasil tabel 5 menunjukkan distribusi frekuensi keterpaparan himbauan anti

merokok, didapati mayoritas responden pernah menegur orang yang merokok di

tempat bertuliskan dilarang merokok sebesar 70% (42 orang), melihat atau

mendengar pesan media anti rokok / tembakau di televisi, radio, internet, papan

reklame, poster, koran, majalah atau film dalam 30 hari terakhir sebesar 70% (42

orang), tidak melihat atau mendengar pesan anti rokok/tembakau di acara olahraga,

pameran, konser, acara komunitas atau pertemuan sosial dalam 30 hari terakhir

sebesar 61,7% (37 orang), melihat peringatan kesehatan, bahaya merokok pada

bungkus rokok dalam 30 hari terakhir dan merasa takut setelah melihat peringatan

kesehatan tersebut sebesar 43,3% (26 orang), pernah ada pedagang yang menolak

menjual rokok kepada responden karena alasan masih anak-anak sebesar 52,2% (12

orang), ada diberikan pengetahuan tentang bahaya merokok di kelas sebesar 75% (45

orang), ada mendiskusikan dampak buruk merokok dengan keluarga sebesar 68,3%

(41 orang), ada membaca tentang bahaya merokok di buku sekolah atau mading

sekolah sebesar 63,3% (38 orang), ada mendiskusikan di kelas, alasan remaja saat ini

merokok sebesar 43,3% (26 orang).


101

4.7 Dukungan Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Umum

Responden mendukung kawasan tanpa rokok di tempat umum disajikan pada

tabel 6 mencakup mendukung larangan merokok di tempat-tempat umum yang

tertutup seperti rumah sakit, pusat kesehatan atau klinik, kantor, transportasi umum,

sekolah, pusat perbelanjaan dll, dan mendukung larangan merokok di tempat-tempat

umum terbuka seperti stasiun, halte, taman, trotoar, tempat bermain, dll.

Tabel 6. Distribusi frekuensi responden mendukung kawasan tanpa rokok di tempat


umum
Variabel n %
Mendukung larangan merokok di tempat-tempat umum
yang tertutup seperti rumah sakit, pusat kesehatan atau
klinik, kantor, transportasi umum, sekolah, pusat
perbelanjaan dll
Ya 37 61,7
Tidak 23 38,3
Mendukung larangan merokok di tempat-tempat umum
terbuka seperti stasiun, halte, taman, trotoar, tempat
bermain, dll
Ya 41 68,3
Tidak 19 31,7
Total 60 100,0
Hasil tabel 6 menunjukkan distribusi frekuensi responden mendukung

kawasan tanpa rokok di tempat umum, didapati mayoritas responden mendukung

larangan merokok di tempat-tempat umum yang tertutup seperti rumah sakit, pusat

kesehatan atau klinik, kantor, transportasi umum, sekolah, pusat perbelanjaan dll

sebesar 61,7% (37 orang) dan mendukung larangan merokok di tempat-tempat umum

terbuka seperti stasiun, halte, taman, trotoar, tempat bermain, dll sebesar 68,3% (41

orang).
102

4.8 Perilaku Mencegah Merokok (Pengetahuan, Sikap, Norma Subjektif, PBC,

dan Niat) Responden

4.8.1 Perilaku Mencegah Merokok (Pengetahuan, Sikap, Norma Subjektif,

PBC, dan Niat) Responden Sebelum Intervensi

Perilaku mencegah merokok diukur dari aspek pengetahuan, sikap, norma

subjektif, PBC, dan niat yang disajikan pada tabel 7 mencakup pengetahuan, sikap,

norma surjektif, PBC, dan niat untuk tidak merokok responden sebelum intervensi.

Tabel 7. Distribusi frekuensi pengetahuan, sikap, norma subjektif, PBC, dan niat
untuk mencegah merokok responden sebelum intervensi
Variabel STAD Jigsaw Kombinasi
n % n % n %
Pengetahuan
Kurang 7 35,0 4 20,0 3 15,0
Sedang 7 35,0 12 60,0 14 70,0
Baik 6 30,0 4 20,0 3 15,0
Sikap
Kurang 6 30,0 3 15,0 1 5,0
Sedang 7 35,0 8 40,0 8 40,0
Baik 7 35,0 9 45,0 11 55,0
Norma subjektif
Kurang 6 30,0 6 30,0 1 5,0
Sedang 14 70,0 13 65,0 19 95,0
Baik 0 0,0 1 5,0 0 0,0
PBC
Kurang 1 5,0 4 20,0 2 10,0
Sedang 7 35,0 4 20,0 3 15,0
Baik 12 60,0 12 60,0 15 75,0
Niat untuk tidak merokok
Kurang 13 65,0 16 80,0 11 55,0
Sedang 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Baik 7 35,0 4 20,0 9 45,0
Total 20 100,0 20 100,0 20 100,0
103

Hasil tabel 7 menunjukan distribusi frekuensi pengetahuan, sikap, norma

subjektif, PBC, dan niat untuk mencegah merokok responden sebelum intervensi,

didapati pada kelas STAD mayoritas responden berpengetahuan kurang dan sedang

sebesar 35% (7 orang), memiliki sikap sedang dan baik 35% (7 orang), norma

subjektif dalam kategori sedang sebesar 70% (14 orang), PBC dalam kategori baik

sebesar 60% (12 orang) dan niat dalam kategori kurang sebesar 65% (13 orang).

Kelas Jigsaw didapati mayoritas responden berpengetahuan sedang sebesar

60% (12 orang), memiliki sikap dalam kategori baik sebesar 45% (9 orang), norma

subjektif dalam kategori sedang sebesar 65% (13 orang), PBC dalam kategori baik

sebesar 60% (12 orang) dan niat dalam kategori kurang sebesar 80% (16 orang).

Kelas kombinasi didapati mayoritas responden berpengetahuan sedang

sebesar 70% (14 orang), memiliki sikap dalam kategori baik sebesar 55% (11 orang),

norma subjektif dalam kategori sedang sebesar 95% (19 orang), PBC dalam kategori

baik sebesar 75% (15 orang) dan niat dalam kategori kurang sebesar 55% (11 orang).

4.8.2 Perilaku Mencegah Merokok (Pengetahuan, Sikap, Norma Subjektif,

PBC, dan Niat) Responden Setelah Intervensi

Perilaku mencegah merokok diukur dari aspek pengetahuan, sikap, norma

subjektif, PBC, dan niat yang disajikan pada tabel 8 mencakup pengetahuan, sikap,

norma surjektif, PBC, dan niat untuk tidak merokok responden setelah intervensi
104

Tabel 8. Distribusi frekuensi pengetahuan, sikap, norma subjektif, PBC, dan niat

untuk mencegah merokok responden setelah intervensi

Variabel STAD Jigsaw Kombinasi


n % n % n %
Pengetahuan
Kurang 2 10,0 1 5,0 0 0,0
Sedang 8 40,0 6 30,0 4 20,0
Baik 10 50,0 13 65,0 16 80,0
Sikap
Kurang 0 0,0 2 10,0 0 0,0
Sedang 5 25,0 2 10,0 0 0,0
Baik 15 75,0 16 80,0 20 100,0
Norma subjektif
Kurang 0 0,0 2 10,0 0 0,0
Sedang 18 90,0 14 70,0 16 80,0
Baik 2 10,0 4 20,0 4 20,0
PBC
Kurang 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Sedang 4 20,0 1 5,0 0 0,0
Baik 16 80,0 19 95,0 20 100,0
Niat untuk tidak merokok
Kurang 9 45,0 12 60,0 4 20,0
Sedang 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Baik 11 55,0 8 40,0 16 80,0
Total 60 100,0 60 100,0 60 100,0

Hasil tabel 8 menunjukan distribusi frekuensi pengetahuan, sikap, norma

subjektif, PBC, dan niat untuk mencegah merokok responden setelah intervensi,

didapati pada kelas STAD mayoritas responden berpengetahuan baik dan sedang

sebesar 50% (10 orang), memiliki sikap sedang dan baik 75% (15 orang), norma

subjektif dalam kategori sedang sebesar 90% (18 orang), PBC dalam kategori baik

sebesar 80% (16 orang) dan niat dalam kategori kurang sebesar 55% (11 orang).
105

Kelas Jigsaw didapati mayoritas responden berpengetahuan sedang sebesar

65% (13 orang), memiliki sikap dalam kategori baik sebesar 80% (16 orang), norma

subjektif dalam kategori sedang sebesar 70% (14 orang), PBC dalam kategori baik

sebesar 95% (19 orang) dan niat dalam kategori kurang sebesar 60% (12 orang).

Kelas kombinasi didapati mayoritas responden berpengetahuan sedang

sebesar 80% (16 orang), memiliki sikap dalam kategori baik sebesar 100% (20

orang), norma subjektif dalam kategori sedang sebesar 80% (16 orang), PBC dalam

kategori baik sebesar 100% (20 orang) dan niat dalam kategori kurang sebesar 80%

(16 orang).

4.9 Perbedaan Perilaku Mencegah Merokok (Pengetahuan, Sikap, Norma

Subjektif, PBC, dan Niat) Responden Sebelum dan Setelah Intervensi

4.9.1 Perbedaan Perilaku Mencegah Merokok (Pengetahuan, Sikap, Norma

Subjektif, PBC, dan Niat) Responden pada Kelompok STAD Antara

Sebelum dan Sesudah Intervensi

4.9.1.1 Perbedaan Pengetahuan Bahaya Merokok Responden pada Kelompok

STAD Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan pengetahuan bahaya merokok responden pada kelompok STAD

antara sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 9.


106

Tabel 9. Perbedaan pengetahuan bahaya merokok responden pada kelompok STAD

antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total
Kurang Sedang Baik P value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 2 28,6 3 42,9 2 28,6 7 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 4 57,1 3 42,9 7 100,0 0,021
Baik 0 0,0 1 16,7 5 83,3 6 100,0
Total 2 10,0 8 40,0 10 50,0 20 100,0

Hasil tabel 9 menunjukkan pengetahuan responden antara sebelum dan

setelah diintervensi dengan STAD, terdapat sebelas responden yang mempunyai

pengetahuan yang sama antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat delapan

responden yang mempunyai pengetahuan yang lebih baik setelah diintervensi

sedangkan satu responden mempunyai pengetahuan yang menurun setelah

diintervensi. Hasil pengujian secara statistik pada tabel 9 menghasilkan nilai p =

0,021, dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari

alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan

pengetahuan antara sebelum dan setelah intervensi dengan STAD.

4.9.1.2 Perbedaan Sikap Mencegah Merokok Responden pada Kelompok

STAD Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan sikap mencegah merokok responden pada kelompok STAD antara

sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 10.


107

Tabel 10. Perbedaan sikap mencegah merokok responden pada kelompok STAD

antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total P
Kurang Sedang Baik
value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 0 0,0 4 66,7 2 33,3 6 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 1 14,3 6 85,7 7 100,0 0,001
Baik 0 0,0 0 0,0 7 100,0 7 100,0
Total 0 0,0 5 25,0 15 75,0 20 100,0

Hasil tabel 10 menunjukkan sikap responden antara sebelum dan setelah

diintervensi dengan STAD, terdapat delapan responden yang mempunyai sikap yang

sama antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat 12 responden yang mempunyai

sikap yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada responden yang mempunyai

sikap yang menurun setelah diintervensi. Hasil pengujian secara statistik pada tabel

10 menghasilkan nilai p = 0,001, dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05

maka, nilai p lebih kecil dari alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak,

artinya terdapat perbedaan sikap antara sebelum dan setelah intervensi dengan

STAD.

4.9.1.3 Perbedaan Norma Subjektif Mencegah Merokok Responden pada

Kelompok STAD Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden pada kelompok

STAD antara sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 11.
108

Tabel 11. Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden pada kelompok

STAD antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total
Kurang Sedang Baik P value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 0 0,0 6 100,0 0 0,00 6 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 12 85,7 2 14,3 14 100,0 0,005
Baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total 0 0,0 18 90,0 2 10,0 20 100,0

Hasil tabel 11 menunjukkan norma subjektif responden antara sebelum dan

setelah diintervensi dengan STAD, terdapat 12 responden yang mempunyai norma

subjektif yang sama antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat delapan

responden yang mempunyai norma subjektif yang lebih baik setelah diintervensi dan

tidak ada responden yang mempunyai norma subjektif yang menurun setelah

diintervensi. Hasil pengujian secara statistik pada tabel 11 menghasilkan nilai p =

0,005, dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari

alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan

norma subjektif antara sebelum dan setelah intervensi dengan STAD.

4.9.1.4 Perbedaan PBC Mencegah Merokok Responden pada Kelompok STAD

Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan PBC mencegah merokok responden pada kelompok STAD antara

sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 12.


109

Tabel 12. Perbedaan PBC mencegah merokok responden pada kelompok STAD

antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total
Kurang Sedang Baik P value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 0 0,0 0 0,0 1 100,0 1 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 4 57,1 3 42,9 7 100,0 0,059
Baik 0 0,0 0 0,0 12 100,0 12 100,0
Total 0 0,0 4 20,0 16 80,0 20 100,0

Hasil tabel 12 menunjukkan PBC responden antara sebelum dan setelah

diintervensi dengan STAD, terdapat 16 responden yang mempunyai PBC yang sama

antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat empat responden yang mempunyai

PBC yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada responden yang mempunyai

PBC yang menurun setelah diintervensi. Hasil pengujian secara statistik pada tabel

12 menghasilkan nilai p = 0,059, dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05

maka, nilai p lebih besar dari alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima,

artinya tidak terdapat perbedaan PBC antara sebelum dan setelah intervensi dengan

STAD.

4.9.1.5 Perbedaan Niat Untuk tidak Merokok Responden pada Kelompok

STAD Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan niat untuk tidak merokok responden pada kelompok STAD antara

sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 13.


110

Tabel 13. Perbedaan niat untuk tidak merokok responden pada kelompok STAD

antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total
Kurang Sedang Baik P value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 9 69,2 0 0,0 4 30,8 13 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0,046
Baik 0 0,0 0 0,0 7 100,0 7 100,0
Total 9 45,0 0 0,0 13 55,0 20 100,0

Hasil tabel 13 menunjukkan niat responden antara sebelum dan setelah

diintervensi dengan STAD, terdapat 16 responden yang mempunyai niat yang sama

antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat empat responden yang mempunyai

niat yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada responden yang mempunyai

niat yang menurun setelah diintervensi. Hasil pengujian secara statistik pada tabel 13

menghasilkan nilai p = 0,046, dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka,

nilai p lebih kecil dari alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya

terdapat perbedaan niat antara sebelum dan setelah intervensi dengan STAD.
111

4.9.2 Perbedaan Perilaku Mencegah Merokok (Pengetahuan, Sikap, Norma

Subjektif, PBC, dan Niat) Responden pada Kelompok Jigsaw Antara

Sebelum dan Sesudah Intervensi

4.9.2.1 Perbedaan Pengetahuan Bahaya Merokok Responden pada Kelompok

Jigsaw Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan pengetahuan mencegah merokok responden pada kelompok

Jigsaw antara sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 14.

Tabel 14. Perbedaan pengetahuan mencegah merokok responden pada kelompok

Jigsaw antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total
Kurang Sedang Baik P value
n % n % n %
Sebelum Kurang 0 0,0 2 50,0 2 50,0 4 100,0
intervensi Sedang 1 8,3 4 33,3 7 58,3 12 100,0 0,005
Baik 0 0,0 0 0,0 4 100,0 4 100,0
Total 1 5,0 6 30,0 13 65,0 20 100,0

Hasil tabel 14 menunjukkan pengetahuan responden antara sebelum dan

setelah diintervensi dengan Jigsaw, terdapat delapan responden yang mempunyai

pengetahuan yang sama antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat 11 responden

yang mempunyai pengetahuan yang lebih baik setelah diintervensi sedangkan satu

responden mempunyai pengetahuan yang menurun setelah diintervensi. Hasil


112

pengujian secara statistik pada tabel 14 menghasilkan nilai p = 0,005, dibandingkan

dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan pengetahuan antara

sebelum dan setelah intervensi dengan Jigsaw.

4.9.2.2 Perbedaan Sikap Mencegah Merokok Responden pada Kelompok

Jigsaw Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan sikap mencegah merokok responden pada kelompok Jigsaw antara

sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 15.

Tabel 15. Perbedaan sikap mencegah merokok responden pada kelompok Jigsaw

antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total P
Kurang Sedang Baik
value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 2 66,7 1 33,3 0 0,0 3 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 1 12,5 7 87,5 8 100,0 0,005
Baik 0 0,0 0 0,0 9 100,0 9 100,0
Total 2 10,0 2 10,0 16 80,0 20 100,0

Hasil tabel 15 menunjukkan sikap responden antara sebelum dan setelah

diintervensi dengan Jigsaw, terdapat 12 responden yang mempunyai sikap yang sama

antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat delapan responden yang mempunyai

sikap yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada responden yang responden
113

mempunyai sikap yang menurun setelah diintervensi. Hasil pengujian secara statistik

pada tabel 15 menghasilkan nilai p = 0,005, dibandingkan dengan nilai koefisien

alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak, artinya terdapat perbedaan sikap antara sebelum dan setelah intervensi

dengan Jigsaw.

4.9.2.3 Perbedaan Norma Surjektif Mencegah Merokok Responden pada

Kelompok Jigsaw Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden pada kelompok

Jigsaw antara sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 16.

Tabel 16. Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden pada kelompok

Jigsaw antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total
Kurang Sedang Baik P value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 2 33,3 4 66,7 0 0,0 6 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 10 76,9 3 23,1 13 100,0 0,008
Baik 0 0,0 0 0,0 1 100,0 1 100,0
Total 2 10,0 14 70,0 4 20,0 20 100,0

Hasil tabel 16 menunjukkan norma subjektif responden antara sebelum dan

setelah diintervensi dengan Jigsaw, terdapat 13 responden yang mempunyai norma

subjektif yang sama antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat tujuh responden
114

yang mempunyai norma subjektif yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada

responden yang responden mempunyai norma subjektif yang menurun setelah

diintervensi. Hasil pengujian secara statistik pada tabel 16 menghasilkan nilai p =

0,008, dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari

alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan

norma subjektif antara sebelum dan setelah intervensi dengan Jigsaw.

4.9.2.4 Perbedaan PBC Mencegah Merokok Responden pada Kelompok

Jigsaw Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan PBC mencegah merokok responden pada kelompok Jigsaw antara

sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 17.

Tabel 17. Perbedaan PBC mencegah merokok responden pada kelompok Jigsaw

antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total P
Kurang Sedang Baik
value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 0 0,0 0 0,0 4 100,0 4 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 1 25,0 3 75,0 4 100,0 0,015
Baik 0 0,0 0 0,0 12 100,0 12 100,0
Total 0 0,0 1 5,0 19 95,0 20 100,0

Hasil tabel 17 menunjukkan PBC responden antara sebelum dan setelah

diintervensi dengan Jigsaw, terdapat 13 responden yang mempunyai PBC yang sama

antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat tujuh responden yang mempunyai
115

PBC yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada responden yang responden

mempunyai PBC yang menurun setelah diintervensi. Hasil pengujian secara statistik

pada tabel 17 menghasilkan nilai p = 0,015, dibandingkan dengan nilai koefisien

alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak, artinya terdapat perbedaan PBC antara sebelum dan setelah intervensi

dengan Jigsaw.

4.9.2.5 Perbedaan Niat Untuk tidak Merokok Responden pada Kelompok

Jigsaw Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan niat mencegah merokok responden pada kelompok Jigsaw antara

sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 18.

Tabel 18. Perbedaan niat untuk tidak merokok responden pada kelompok Jigsaw

antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total
Kurang Sedang Baik P value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 12 75,0 0 0,0 4 25,0 16 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0,046
Baik 0 0,0 0 0,0 4 100,0 4 100,0
Total 12 60,0 0 0,0 8 40,0 20 100,0

Hasil tabel 18 menunjukkan niat responden antara sebelum dan setelah

diintervensi dengan Jigsaw, terdapat 16 responden yang mempunyai niat yang sama

antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat empat responden yang mempunyai
116

niat yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada responden yang mempunyai

niat yang menurun setelah diintervensi. Hasil pengujian secara statistik pada tabel 18

menghasilkan nilai p = 0,046, dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka,

nilai p lebih kecil dari alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya

terdapat perbedaan niat antara sebelum dan setelah intervensi dengan Jigsaw.

4.9.3 Perbedaan Perilaku Mencegah Merokok (Pengetahuan, Sikap, Norma

Subjektif, PBC, dan Niat) Responden pada Kelompok Kombinasi Antara

Sebelum dan Sesudah Intervensi

4.9.3.1 Perbedaan Pengetahuan Bahaya Merokok Responden pada Kelompok

Kombinasi Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan pengetahuan bahaya merokok responden pada kelompok

Kombinasi antara sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 19.

Tabel 19. Perbedaan pengetahuan bahaya merokok responden pada kelompok

Kombinasi antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total P
Kurang Sedang Baik
value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 0 0,0 1 33,3 2 66,7 3 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 3 21,4 11 78,6 14 100,0 0,000
Baik 0 0,0 0 0,0 3 100,0 3 100,0
Total 0 0,0 4 20,0 16 80,0 20 100,0
117

Hasil tabel 19 menunjukkan pengetahuan responden antara sebelum dan

setelah diintervensi dengan kombinasi, terdapat enam responden yang mempunyai

pengetahuan yang sama antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat 14 responden

yang mempunyai pengetahuan yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada

responden yang mempunyai pengetahuan yang menurun setelah diintervensi. Hasil

pengujian secara statistik pada tabel 19 menghasilkan nilai p = 0,000, dibandingkan

dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan pengetahuan antara

sebelum dan setelah intervensi dengan kombinasi.

4.9.3.2 Perbedaan Sikap Mencegah Merokok Responden pada Kelompok

Kombinasi Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan sikap mencegah merokok responden pada kelompok Kombinasi

antara sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 20.

Tabel 20. Perbedaan sikap mencegah merokok responden pada kelompok Kombinasi

antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total
Kurang Sedang Baik P value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 0 0,0 0 0,0 1 100,0 1 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 0 0,0 8 100,0 8 100,0 0,004
Baik 0 0,0 0 0,0 11 100,0 11 100,0
Total 0 0,0 0 0,0 20 100,0 20 100,0
118

Hasil tabel 20 menunjukkan sikap responden antara sebelum dan setelah

diintervensi dengan kombinasi, terdapat 11 responden yang mempunyai sikap yang

sama antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat sembilan responden yang

mempunyai sikap yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada responden yang

mempunyai sikap yang menurun setelah diintervensi. Hasil pengujian secara statistik

pada tabel 20 menghasilkan nilai p = 0,004, dibandingkan dengan nilai koefisien

alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak, artinya terdapat perbedaan sikap antara sebelum dan setelah intervensi

dengan kombinasi.

4.9.3.3 Perbedaan Norma Surjektif Mencegah Merokok Responden pada

Kelompok Kombinasi Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden pada kelompok

Kombinasi antara sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 21.

Tabel 21. Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden pada kelompok

Kombinasi antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total P
Kurang Sedang Baik
value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 15 78,9 4 21,1 19 100,0 0,025
Baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total 0 0,0 16 80,0 4 20,0 20 100,0
119

Hasil tabel 21 menunjukkan norma subjektif responden antara sebelum dan

setelah diintervensi dengan kombinasi, terdapat 15 responden yang mempunyai

norma subjektif yang sama antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat lima

responden yang mempunyai norma subjektif yang lebih baik setelah diintervensi dan

tidak ada responden yang mempunyai norma subjektifyang menurun setelah

diintervensi. Hasil pengujian secara statistik pada tabel 21 menghasilkan nilai p =

0,025, dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari

alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan

norma subjektif antara sebelum dan setelah intervensi dengan kombinasi.

4.9.3.4 Perbedaan PBC Mencegah Merokok Responden pada Kelompok

Kombinasi Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan PBC mencegah merokok responden pada kelompok Kombinasi

antara sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 22.

Tabel 22. Perbedaan PBC mencegah merokok responden pada kelompok Kombinasi

antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total
Kurang Sedang Baik P value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 0 0,0 0 0,0 2 100,0 2 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 0 0,0 3 100,0 3 100,0 0,038
Baik 0 0,0 0 0,0 15 100,0 15 100,0
Total 0 0,0 0 0,0 20 100,0 20 100,0
120

Hasil tabel 22 menunjukkan PBC responden antara sebelum dan setelah

diintervensi dengan kombinasi, terdapat 15 responden yang mempunyai PBC yang

sama antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat lima responden yang

mempunyai PBC yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada responden yang

mempunyai PBC yang menurun setelah diintervensi. Hasil pengujian secara statistik

pada tabel 22 menghasilkan nilai p = 0,038, dibandingkan dengan nilai koefisien

alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak, artinya terdapat perbedaan PBC antara sebelum dan setelah intervensi

dengan kombinasi.

4.9.3.5 Perbedaan Niat Untuk tidak Merokok Responden pada Kelompok

Kombinasi Antara Sebelum dan Sesudah Intervensi

Perbedaan niat untuk tidak merokok responden pada kelompok Kombinasi

antara sebelum dan sesudah intervensi disajikan pada tabel 23.

Tabel 23. Perbedaan niat untuk tidak merokok responden pada kelompok Kombinasi

antara sebelum dan sesudah intervensi

Sesudah intervensi
Total
Kurang Sedang Baik P value
n % n % n % n %
Sebelum Kurang 4 36,4 0 0,0 7 63,6 11 100,0
intervensi Sedang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0,008
Baik 0 0,0 0 0,0 9 100,0 9 100,0
Total 4 20,0 0 0,0 16 80,0 20 100,0
121

Hasil tabel 23 menunjukkan niat responden antara sebelum dan setelah

diintervensi dengan kombinasi, terdapat 13 responden yang mempunyai niat yang

sama antara sebelum dan setelah intervensi, terdapat tujuh responden yang

mempunyai niat yang lebih baik setelah diintervensi dan tidak ada responden yang

mempunyai niat yang menurun setelah diintervensi. Hasil pengujian secara statistik

pada tabel 23 menghasilkan nilai p = 0,008, dibandingkan dengan nilai koefisien

alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak, artinya terdapat perbedaan niat antara sebelum dan setelah intervensi dengan

kombinasi.

4.10 Perbedaan Perilaku Mencegah Merokok (Pengetahuan, Sikap, Norma

Subjektif, PBC, dan Niat) Responden antara Kelompok Kombinasi dan

STAD Setelah Pemberian Intervensi

4.10.1 Perbedaan Pengetahuan Bahaya Merokok Responden Antara Kelompok

Kombinasi dan STAD Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan pengetahuan bahaya merokok responden antara kelompok

kombinasi dan STAD setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 24.
122

Tabel 24. Perbedaan pengetahuan bahaya merokok responden antara kelompok

kombinasi dan STAD setelah pemberian intervensi

Pengetahuan setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Kombinasi Kombinasi 0 0,0 4 20,0 16 80,0 0,038
vs STAD STAD 2 10,0 8 40,0 10 50,0
Total 2 5,0 12 30,0 26 65,0
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat pengetahuan setelah kombinasi kombinasi 23,7; STAD
17,3

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 24 menghasilkan nilai p = 0,038,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rerata

pengetahuan setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat pengetahuan setelah intervensi antara kelompok

kombinasi dan STAD, didapati rerata peringkat kombinasi (23,7) lebih tinggi

dibandingkan dengan rerata peringkat STAD (17,3). Kode kurang 0, sedang 1 dan

baik 2 sehingga peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang

lebih baik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden kelas kombinasi mempunyai

kecenderungan pengetahuan setelah intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas

STAD.
123

4.10.2 Perbedaan Sikap Mencegah Merokok Responden Antara Kelompok

Kombinasi dan STAD Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan sikap mencegah merokok responden antara kelompok kombinasi

dan STAD setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 25.

Tabel 25. Perbedaan sikap mencegah merokok responden antara kelompok

kombinasi dan STAD setelah pemberian intervensi

Sikap setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Kombinasi Kombinasi 0 0,0 0 0,0 20 100,0 0,018
vs STAD STAD 0 0,0 5 25,0 15 75,0
Total 0 0,0 5 12,5 35 87,5
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat sikap setelah intervensi kombinasi 23,0; STAD 18,0

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 25 menghasilkan nilai p = 0,018,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rerata sikap

setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney membandingkan

peringkat sikap setelah intervensi antara kelompok kombinasi dan STAD, didapati

rerata peringkat kombinasi (23,0) lebih tinggi dibandingkan dengan rerata peringkat

STAD (18,0). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga peringkat yang lebih

tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa responden kelas kombinasi mempunyai kecenderungan sikap setelah

intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas STAD.


124

4.10.3 Perbedaan Norma Surjektif Mencegah Merokok Responden Antara

Kelompok Kombinasi dan STAD Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden antara kelompok

kombinasi dan STAD setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 26.

Tabel 26. Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden antara kelompok

kombinasi dan STAD setelah pemberian intervensi

Norma subjektif setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Kombinasi Kombinasi 0 0,0 16 80,0 4 20,0 0,382
vs STAD STAD 0 0,0 18 90,0 2 10,0
Total 0 0,0 34 85,0 6 15,0
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat norma subjektif setelah intervensi kombinasi 21,5;
STAD 19,5

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 26 menghasilkan nilai p = 0,382,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih besar dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rerata

norma subjektif setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat norma subjektif setelah intervensi antara kelompok

kombinasi dan STAD, didapati rerata peringkat kombinasi (21,5) lebih tinggi

dibandingkan dengan rerata peringkat STAD (19,5). Kode kurang 0, sedang 1 dan

baik 2 sehingga peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang

lebih baik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden kelas kombinasi mempunyai
125

kecenderungan norma subjektif setelah intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas

STAD.

4.10.4 Perbedaan PBC Mencegah Merokok Responden Antara Kelompok

Kombinasi dan STAD Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan PBC mencegah merokok responden antara kelompok kombinasi

dan STAD setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 27.

Tabel 27. Perbedaan PBC mencegah merokok responden antara kelompok kombinasi

dan STAD setelah pemberian intervensi

PBC setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Kombinasi Kombinasi 0 0,0 0 0,0 20 100,0 0,037
vs STAD STAD 0 0,0 4 20,0 16 80,0
Total 0 0,0 4 10,0 36 90,0
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat PBC setelah intervensi kombinasi 22,5; STAD 18,5

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 27 menghasilkan nilai p = 0,037,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rerata PBC

setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney membandingkan

peringkat PBC setelah intervensi antara kelompok kombinasi dan STAD, didapati

rerata peringkat kombinasi (22,5) lebih tinggi dibandingkan dengan rerata peringkat

STAD (18,5). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga peringkat yang lebih
126

tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa responden kelas kombinasi mempunyai kecenderungan PBC setelah

intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas STAD.

4.10.5 Perbedaan Niat Mencegah Merokok Responden Antara Kelompok

Kombinasi dan STAD Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan niat mencegah merokok responden antara kelompok kombinasi

dan STAD setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 28.

Tabel 28. Perbedaan niat mencegah merokok responden antara kelompok kombinasi

dan STAD setelah pemberian intervensi

Niat setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Kombinasi Kombinasi 4 20,0 0 0,0 16 80,0 0,177
vs STAD STAD 9 45,0 0 0,0 11 55,0
Total 13 32,5 0 0,0 27 67,5
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat niat setelah intervensi kombinasi 23,0; STAD 18,0

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 28 menghasilkan nilai p = 0,117,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih besar dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rerata

niat setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat niat setelah intervensi antara kelompok kombinasi dan

STAD, didapati rerata peringkat kombinasi (23,0) lebih tinggi dibandingkan dengan
127

rerata peringkat STAD (18,0). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga

peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa responden kelas kombinasi mempunyai kecenderungan

niat setelah intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas STAD.

4.11 Perbedaan Perilaku Mencegah Merokok (Pengetahuan, Sikap, Norma

Subjektif, PBC, dan Niat) Responden antara Kelompok Kombinasi dan

Jigsaw Setelah Pemberian Intervensi

4.11.1 Perbedaan Pengetahuan Bahaya Merokok Responden Antara Kelompok

Kombinasi dan Jigsaw Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan pengetahuan bahaya merokok responden antara kelompok

kombinasi dan Jigsaw setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 29.

Tabel 29. Perbedaan pengetahuan bahaya merokok responden antara kelompok

kombinasi dan Jigsaw setelah pemberian intervensi

Pengetahuan setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Kombinasi Kombinasi 0 0,0 4 20,0 16 80,0 0,265
vs Jigsaw Jigsaw 1 5,0 6 30,0 13 65,0
Total 1 2,5 10 25 29 72,5
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat pengetahuan setelah intervensi kombinasi 22,1; Jigsaw
18,9
128

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 29 menghasilkan nilai p = 0,265,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih besar dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rerata

pengetahuan setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat niat setelah intervensi antara kelompok kombinasi dan

Jigsaw, didapati rerata peringkat kombinasi (22,1) lebih tinggi dibandingkan dengan

rerata peringkat Jigsaw (18,9). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga

peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa responden kelas kombinasi mempunyai kecenderungan

pengetahuan setelah intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas Jigsaw.

4.11.2 Perbedaan Sikap Mencegah Merokok Responden Antara Kelompok

Kombinasi dan Jigsaw Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan sikap mencegah merokok responden antara kelompok kombinasi

dan Jigsaw setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 30.

Tabel 30. Perbedaan sikap mencegah merokok responden antara kelompok

kombinasi dan Jigsaw setelah pemberian intervensi

Sikap setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Kombinasi Kombinasi 0 0,0 0 0,0 20 100,0 0,038
vs Jigsaw Jigsaw 2 10,0 2 10,0 16 80,0
Total 2 5,0 2 5,0 36 90,0
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat sikap setelah intervensi kombinasi 22,5; Jigsaw 18,5
129

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 30 menghasilkan nilai p = 0,038,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rerata sikap

setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney membandingkan

peringkat sikap setelah intervensi antara kelompok kombinasi dan Jigsaw, didapati

rerata peringkat kombinasi (22,5) lebih tinggi dibandingkan dengan rerata peringkat

Jigsaw (18,5). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga peringkat yang lebih

tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa responden kelas kombinasi mempunyai kecenderungan sikap setelah

intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas Jigsaw.

4.11.3 Perbedaan Norma Surjektif Mencegah Merokok Responden Antara

Kelompok Kombinasi dan Jigsaw Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden antara kelompok

kombinasi dan Jigsaw setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 31.

Tabel 31. Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden antara kelompok
kombinasi dan Jigsaw setelah pemberian intervensi
Norma subjektif setelah intervensi
Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Kombinasi Kombinasi 0 0,0 16 80,0 4 20,0 0,567
vs Jigsaw Jigsaw 2 10,0 14 70,0 4 20,0
Total 2 5,0 30 75,0 8 20,0
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat norma subjektif setelah intervensi kombinasi 21,3;
Jigsaw 19,7
130

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 31 menghasilkan nilai p = 0,567,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih besar dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rerata

norma subjektif setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat norma subjektif setelah intervensi antara kelompok

kombinasi dan Jigsaw, didapati rerata peringkat kombinasi (21,3) lebih tinggi

dibandingkan dengan rerata peringkat Jigsaw (19,7). Kode kurang 0, sedang 1 dan

baik 2 sehingga peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang

lebih baik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden kelas kombinasi mempunyai

kecenderungan norma subjektif setelah intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas

Jigsaw.

4.11.4 Perbedaan PBC Mencegah Merokok Responden Antara Kelompok

Kombinasi dan Jigsaw Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan PBC responden tentang mencegah merokok antara kelompok

kombinasi dan Jigsaw setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 32.

Tabel 32. Perbedaan PBC responden tentang mencegah merokok antara kelompok
kombinasi dan Jigsaw setelah pemberian intervensi
PBC setelah intervensi
Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Kombinasi Kombinasi 0 0,0 0 0,0 20 100,0 0,317
vs Jigsaw Jigsaw 0 0,0 1 5,0 19 95,0
Total 0 0,0 1 2,5 39 97,5
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat PBC setelah intervensi kombinasi 21,0; Jigsaw 20,0
131

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 32 menghasilkan nilai p = 0,317,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih besar dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rerata

PBC setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat PBC setelah intervensi antara kelompok kombinasi dan

Jigsaw, didapati rerata peringkat kombinasi (21,0) lebih tinggi dibandingkan dengan

rerata peringkat Jigsaw (20,0). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga

peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa responden kelas kombinasi mempunyai kecenderungan

PBC setelah intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas Jigsaw.

4.11.5 Perbedaan Niat Untuk tidak Merokok Responden Antara Kelompok

Kombinasi dan Jigsaw Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan niat untuk tidak merokok responden antara kelompok kombinasi

dan Jigsaw setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 33.

Tabel 33. Perbedaan niat untuk tidak merokok responden antara kelompok kombinasi

dan Jigsaw setelah pemberian intervensi

Niat setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Kombinasi Kombinasi 4 20,0 0 0,0 16 80,0 0,024
vs Jigsaw Jigsaw 12 60,0 0 0,0 8 40,0
Total 16 40,0 0 0,0 24 60,0
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat niat setelah intervensi kombinasi 24,5; Jigsaw 16,5
132

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 33 menghasilkan nilai p = 0,024,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih kecil dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rerata niat

setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney membandingkan

peringkat niat setelah intervensi antara kelompok kombinasi dan Jigsaw, didapati

rerata peringkat kombinasi (24,5) lebih tinggi dibandingkan dengan rerata peringkat

Jigsaw (16,5). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga peringkat yang lebih

tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa responden kelas kombinasi mempunyai kecenderungan niat setelah intervensi

yang lebih baik dibandingkan kelas Jigsaw.

4.12 Perbedaan Perilaku Mencegah Merokok (Pengetahuan, Sikap, Norma

Subjektif, PBC, dan Niat) Responden antara Kelompok Jigsaw dan STAD

Setelah Pemberian Intervensi

4.12.1 Perbedaan Pengetahuan Bahaya Merokok Responden Antara Kelompok

Jigsaw dan STAD Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan pengetahuan bahaya merokok responden antara kelompok Jigsaw

dan STAD setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 34.


133

Tabel 34. Perbedaan pengetahuan bahaya merokok responden antara kelompok

Jigsaw dan STAD setelah pemberian intervensi

Pengetahuan setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Jigsaw vs Jigsaw 1 5,0 6 30,0 13 65,0 0,323
STAD STAD 2 10,0 8 40,0 10 50,0
Total 3 7,5 14 35,0 23 57,7
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat pengetahuan setelah intervensi Jigsaw 22,1; STAD 18,9

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 34 menghasilkan nilai p = 0,323,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih besar dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rerata

pengetahuan setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat pengetahuan setelah intervensi antara kelompok Jigsaw

dan STAD, didapati rerata peringkat Jigsaw (22,1) lebih tinggi dibandingkan dengan

rerata peringkat STAD (18,9). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga

peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa responden kelas Jigsaw mempunyai kecenderungan

pengetahuan setelah intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas STAD.

4.12.2 Perbedaan Sikap Mencegah Merokok Responden Antara Kelompok

Jigsaw dan STAD Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan sikap mencegah merokok responden antara kelompok Jigsaw dan

STAD setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 35.


134

Tabel 35. Perbedaan sikap mencegah merokok responden antara kelompok Jigsaw

dan STAD setelah pemberian intervensi

Sikap setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Jigsaw vs Jigsaw 2 10,0 2 10,0 16 80,0 0,853
STAD STAD 0 0,0 5 25,0 15 75,0
Total 2 5,0 7 17,5 31 77,5
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat sikap setelah intervensi Jigsaw 20,75; STAD 20,25

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 35 menghasilkan nilai p = 0,853,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih besar dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rerata

sikap setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat sikap setelah intervensi antara kelompok Jigsaw dan

STAD, didapati rerata peringkat Jigsaw (20,75) lebih tinggi dibandingkan dengan

rerata peringkat STAD (20,25). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga

peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini

dapat disimpulkan walaupun selisih rerata hanya 0,5, responden kelas Jigsaw

mempunyai kecenderungan pengetahuan setelah intervensi yang lebih baik

dibandingkan kelas STAD.


135

4.12.3 Perbedaan Norma Surjektif Mencegah Merokok Responden Antara

Kelompok Jigsaw dan STAD Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden antara kelompok

Jigsaw dan STAD setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 36.

Tabel 36. Perbedaan norma subjektif mencegah merokok responden antara kelompok
Jigsaw dan STAD setelah pemberian intervensi

Norma subjektif setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Jigsaw vs Jigsaw 2 10,0 14 70,0 4 20,0 0,535
STAD STAD 0 0,0 18 90,0 2 10,0
Total 2 5,0 32 80,0 6 15,0
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat norma subjektif setelah intervensi Jigsaw 18,4; STAD
16,9

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 36 menghasilkan nilai p = 0,535,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih besar dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rerata

norma subjektif setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat norma subjektif setelah intervensi antara kelompok Jigsaw

dan STAD, didapati rerata peringkat Jigsaw (18,4) lebih tinggi dibandingkan dengan

rerata peringkat STAD (16,9). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga

peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa responden kelas Jigsaw mempunyai kecenderungan norma

subjektif setelah intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas STAD.


136

4.12.4 Perbedaan PBC Mencegah Merokok Responden Antara Kelompok

Jigsaw dan STAD Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan PBC mencegah merokok responden antara kelompok Jigsaw dan

STAD setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 37.

Tabel 37. Perbedaan PBC mencegah merokok responden antara kelompok Jigsaw

dan STAD setelah pemberian intervensi

PBC setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Jigsaw vs Jigsaw 0 0,0 1 5,0 19 95,0 0,157
STAD STAD 0 0,0 4 20,0 16 80,0
Total 0 0,0 5 12,5 35 87,5
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat PBCsetelah intervensi Jigsaw 22,0; STAD 19,0

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 37 menghasilkan nilai p = 0,157,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih besar dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rerata

PBC setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat PBC setelah intervensi antara kelompok Jigsaw dan STAD,

didapati rerata peringkat Jigsaw (22,0) lebih tinggi dibandingkan dengan rerata

peringkat STAD (19,0). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga peringkat yang

lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa responden kelas Jigsaw mempunyai kecenderungan PBC setelah

intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas STAD.


137

4.12.5 Perbedaan Niat Untuk tidak Merokok Responden Antara Kelompok

Jigsaw dan STAD Setelah Pemberian Intervensi

Perbedaan niat untuk tidak merokok responden antara kelompok Jigsaw dan

STAD setelah pemberian intervensi disajikan pada tabel 38.

Tabel 38. Perbedaan niat untuk tidak merokok responden antara kelompok Jigsaw

dan STAD setelah pemberian intervensi

Niat setelah intervensi


Kurang Sedang Baik Pvalue
n % n % n %
Jigsaw vs Jigsaw 12 60,0 0 0,0 8 40,0 0,527
STAD STAD 9 45,0 0 0,0 11 55,0
Total 21 52,5 0 0,0 19 47,5
Uji Mann-Whitney; rerata peringkat niat setelah intervensi Jigsaw 19,0; STAD 22,0

Hasil pengujian secara statistik pada tabel 38 menghasilkan nilai p = 0,527,

dibandingkan dengan nilai koefisien alpha 0,05 maka, nilai p lebih besar dari alpha.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rerata

niat setelah intervensi antar dua kelompok tersebut. Uji Mann-Whitney

membandingkan peringkat niat setelah intervensi antara kelompok Jigsaw dan STAD,

didapati rerata peringkat Jigsaw (19,0) lebih rendah dibandingkan dengan rerata

peringkat STAD (22,0). Kode kurang 0, sedang 1 dan baik 2 sehingga peringkat yang

lebih tinggi menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa responden kelas STAD mempunyai kecenderungan niat setelah

intervensi yang lebih baik dibandingkan kelas Jigsaw.

Anda mungkin juga menyukai