Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL

PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI


DAN SIKAP SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU PACARAN
PADA PELAJAR SLTA DI KOTA SEMARANG

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

Guruh Prayoga
J 410 110 079

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ARTIKEL
PENELITIAN
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI


DAN SIKAP SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU PACARAN
PADA PELAJAR SLTA DI KOTA SEMARANG

Guruh Prayoga, Yuli Kusumawati, Anisa Catur Wijayanti

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,


Universitas Muhammadiyah Surakarta
prayoga_guruh@yahoo.com

ABSTRAK
Perilaku pacaran yang berisiko dikalangan remaja khususnya pelajar semakin meningkat. Selama
berpacaran pelajar tidak hanya berusaha mengenal lawan jenisnya, tetapi sudah sampai berciuman
bahkan saling berhubungan seksual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis
hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap seksualitas dengan perilaku pacaran
pada pelajar SLTA di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 12 Semarang, SMAN 14
Semarang, SMA Kesatrian 1 Semarang dan SMKN 9 Semarang. Populasi dalam penelitian ini
adalah pelajar kelas X dan kelas XI sebanyak 2209 siswa, dengan jumlah sampel sebanyak 172
siswa. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Analisis bivariat menggunakan
Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan kesehatan reproduksi responden tergolong
baik (83%), sikap seksualitas responden tergolong negatif (59%) dan perilaku pacaran responden
tergolong tidak berisiko (51%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan
kesehatan reproduksi (p=0,002) dan sikap sikap seksualitas (p=0,006) dengan perilaku pacaran pada
pelajar SLTA di Kota Semarang.

Kata Kunci : Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, Sikap Seksualitas, Perilaku Pacaran

ABSTRACK
Courtship behavior risk among adolescents, especially students is increasing. During the courtship,
students not only get to know each other but they already have kisses even sexual intercourse.This
study aims to determine and analyze the relationship between knowledge of reproductive health and
sexuality attitude with courtship behavior in high school students at the city of Semarang. This
study was an analytic survey with cross sectional approach. This research was conducted at SMAN
12 Semarang, SMAN 14 Semarang, Semarang SMA Kesatrian 1 and SMK 9 Semarang. Population
in this study is class X and XI the number of 2209 students, with the sample is 172 students.
Sampling tecnic used simple random sampling. Chi-Square is used as bivariate analysis. The
results showed reproductive health knowledge of respondents classified as good (83%), sexual
attitudes of respondents classified as negative (59%) and the courtship behavior of respondents
classified as not at risk (51%). Statistical analysis showed there is a relationship between
knowledge of reproductive health (p = 0.002) and sexuality attitude (p = 0.006) with courtship
behavior in high school students at the city of Semarang.

Keywords: Reproductive Health Knowledge, Sexuality attitude, Behaviour courtship

Fakultas Ilmu Kesehatan 1


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

PENDAHULUAN fantasi, bahkan eksploitasi seks.


Masa remaja merupakan masa Berpacaran bagi remaja yang tumbuh
transisi antara masa anak dan dewasa yang dalam dunia modern seperti sekarang ini
ditandai oleh adanya perubahan fisik, dianggap wajar-wajar saja. Pacaran dalam
emosi, dan psikis. Masa remaja antara usia artian mengenal lawan jenis mungkin
10-19 tahun merupakan suatu periode masih dapat ditoleransi.
masa pematangan organ reproduksi Menurut Survei Kesehatan
manusia yang disebut masa pubertas. Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)
Dalam perkembangannya remaja melewati yang dilakukan oleh BPS (2007), dalam
tahapan-tahapan yang dimungkinkan akan berpacaran remaja tidak hanya berusaha
mengalami kontak terhadap lingkungan mengenal lawan jenisnya, tetapi sudah
atau sekitarnya. Masa remaja dibedakan sampai berciuman dan saling meraba.
menjadi masa remaja awal 10-13 tahun, Lebih dari 50% remaja laki-laki sudah
masa remaja pertengahan 14-16 tahun, meraba-raba dalam berpacaran dan lebih
masa remaja akhir 17-19 tahun (Rohan dan dari 40% remaja pernah berciuman.
Siyoto, 2013). Bahkan 6% remaja laki-laki yang pernah
Menurut hasil sensus penduduk melakukan hubungan seksual sebelum
2010, jumlah penduduk Indonesia menikah dan 1% remaja perempuan
sebanyak 237,6 juta jiwa, 26,67% mangaku pernah melakukan hubungan
diantaranya remaja. Remaja yang berumur seksual sebelum menikah. Alasan remaja
15-24 tahun berjumlah 40,75 juta. yang pernah melakukan hubungan seksual
Sementara jumlah penduduk 10-14 tahun karena rasa ingin tahu. Namun bagi remaja
berjumlah 22,7 juta. Besarnya penduduk perempuan yang pernah melakukan
remaja akan berpengaruh pada hubungan seksual menganggap hubungan
pembangunan dari aspek sosial, ekonomi seksual terjadi begitu saja, tanpa ada
maupun demografi baik saat ini maupun di rencana. Hal ini mungkin terjadi karena
masa yang akan datang (BPS, 2010). ada kesempatan yang memungkinkan
Penduduk remaja (10-24 tahun) perlu remaja untuk melakukan hal tersebut.
mendapat perhatian serius karena remaja Disatu sisi remaja saat ini sudah jarang
termasuk dalam usia sekolah dan usia sekali yang tertarik terhadap nilai budaya
kerja, remaja sangat berisiko terhadap yang dianut masyarakat umum. Kalau
masalah-masalah kesehatan reproduksi dilihat tempat remaja melakukan
yaitu perilaku seksual pranikah, napza dan hubungan seksual, maka 41% remaja
HIV/AIDS (Wahyuni dan Rahma, 2011). melakukan hubungan seksual di rumah
Kesehatan anak pada usia remaja sendiri atau rumah pacar, disamping di
khususnya kesehatan reproduksi perlu tempat kost (boarding house) sebesar
mendapat perhatian khusus, karena pada 15%. Sebanyak 6% remaja melakukan
masa inilah remaja mempunyai keinginan hubungan seksual di tempat prostitusi.
yang besar dalam mencoba berbagai hal, Kondisi ini perlu mendapat perhatian
termasuk aktif dalam berpacaran (BPS, semua pihak, karena risiko penularan
2009). PMS dan HIV/AIDS dapat terjadi pada
Menurut Hanifa (2010), orientasi remaja (BPS, 2007).
berpacaran kaum remaja telah berubah. Menurut SDKI 2012, responden
Dulu tujuan dari pacaran untuk mencari wanita yang dilaporkan pernah melakukan
calon pasangan hidup (suami istri), namun hubungan seksual sebanyak 1% sedangkan
saat ini tujuan dari pacaran untuk gengsi, laki-laki sebanyak 8%. Terlihat sedikit
Fakultas Ilmu Kesehatan 2
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

perbedaan dalam pengalaman seksual Remaja tersebut memulai pacaran pada


diantara remaja menurut umur. Remaja umur 15-17 tahun. Sebanyak 95,1%
pria yang lebih tua cenderung lebih pernah pegangan tangan, sementara pada
memiliki pengalaman seksual dibanding perilaku ciuman bibir sebanyak 63,2%
pria lainnya (15% berbanding dengan 5%). terakhir pada kegiatan meraba atau
Remaja pria dengan tingkat pendidikan merangsang bagian tubuh ada 24,1%.
SLTA atau lebih tinggi cenderung pernah Hasil penelitian ini menggambarkan
melakukan hubungan seksual sebanyak 12,7% remaja laki-laki pernah
dibandingkan dengan pria yang tingkat melakukan hubungan seksual sementara
pendidikannya lebih rendah (BPS, untuk remaja putri sebanyak 6,5%.
BKKBN, Kemenkes dan ICF Perkembangan zaman saat ini,
International, 2013). ikut mempengaruhi perilaku seksual dalam
Menurut Kusmiran (2011), faktor berpacaran remaja. Hal ini dapat dilihat
yang mempengaruhi terjadinya perilaku bahwa hal-hal yang ditabukan oleh remaja
seksual pada remaja yakni perubahan beberapa tahun lalu, seperti berciuman dan
biologis yang terjadi pada masa pubertas bercumbu kini telah dibenarkan oleh
dan pengaktifan hormonal. Kurangnya remaja sekarang. Kondisi tersebut cukup
peran orangtua melalui komunikasi antara mengkhawatirkan mengingat perilaku
orangtua dengan remaja seputar masalah tersebut dapat menyebabkan kasus
seksual dapat memperkuat munculnya Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang
penyimpangan perilaku seksual. selanjutnya memicu praktek aborsi yang
Pengetahuan remaja yang rendah tidak aman, penularan Penyakit Menular
cenderung lebih sering memunculkan Seksual (PMS) dan HIV/AIDS, bahkan
aktivitas seksual dibandingkan dengan kematian. Data KTD tahun 2014 yang
remaja yang berpengetahuan baik. masuk ke PKBI Jawa Tengah sebanyak 67
Kemudian pengaruh teman sebaya kasus yang terjadi pada remaja usia 14-24
sehingga memunculkan penyimpangan tahun. Sebagian besar yaitu remaja yang
perilaku seksual. bersekolah di tingkat SLTA dan sebanyak
Menurut catatan PKBI, pada 69% dari mereka memilih untuk
tahun 2010 sebanyak 379 orang yang mengaborsi kandungannya dengan
berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi berbagai alasan. Lebih dari 200 remaja
di PILAR PKBI, yang melakukan menikah dan sudah mempunyai anak
hubungan seksual pranikah mencapai 98 dibawah usia 20 tahun. Kehamilan tidak
orang (26%), hamil pranikah mencapai 85 diinginkan (KTD) pada remaja dan
orang (22%). Sedangkan pada tahun 2011 pernikahan anak dibawah 18 tahun
sebanyak 821 orang yang berkonsultasi menjadi perhatian khusus PKBI Jateng
tentang kesehatan reproduksi di PILAR karena kasus-kasus diatas turut
PKBI, yang melakukan hubungan seksual menyumbang angka kematian ibu (AKI)
pranikah mencapai 193 orang (23%), yang tinggi sebanyak 33 kasus di Kota
hamil pranikah mencapai 79 orang (10%). Semarang yang menempati peringkat ke 7
Sebanyak 52% yang melakukan hubungan di Jawa Tengah (PILAR PKBI Jateng,
seksual pranikah berkisar usia 15-19 tahun 2015).
(PILAR PKBI Jateng, 2012). Menurut penelitian Lestary dan
Menurut penelitian Wijayanti Sugiharti (2011), diketahui bahwa faktor-
(2014), di Sulawesi utara, diketahui 167 faktor yang secara signifikan berhubungan
(81%) remaja pernah atau sedang dengan perilaku berisiko pada remaja di
mempunyai pacar dengan perincian laki- Indonesia diantaranya pengetahuan, sikap,
laki sebanyak 88 (52,7%) orang dan umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perempuan sebanyak 79 (47,3%) orang. ekonomi rumah tangga, akses terhadap
Fakultas Ilmu Kesehatan 3
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

media informasi, komunikasi dengan digunakan untuk menggambarkan


orangtua, dan keberadaan teman yang karakteristik responden serta
berperilaku berisiko. Variabel yang paling menggambarkan pengetahuan kesehatan
dominan berhubungan dengan perilaku reproduksi, sikap seksualitas dan perilaku
berisiko pada remaja yakni jenis kelamin. pacaran siswa. Analisis bivariat dilakukan
Remaja laki-laki berpeluang 30 kali lebih untuk menguji hubungan antara
besar untuk merokok, 10 kali lebih besar pengetahuan kesehatan reproduksi dan
untuk minum alkohol, 20 kali lebih besar sikap seksualitas dengan perilaku pacaran
untuk penyalahgunaan narkoba, dan 5 kali dengan menggunakan uji statistik Chi
lebih besar untuk hubungan seksual Square.
pranikah, jika dibandingkan dengan remaja
perempuan. HASIL
Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ningsih dan Jumiatun (2012), Tabel 1. Karakteristik Responden
diketahui bahwa sebagian besar Jenis Kelamin n %
pengetahuan tentang seks pranikah remaja Laki-laki 72 42
baik yaitu 88,52%. Sebagian besar remaja Perempuan 100 58
bersikap mendukung terhadap seks
Total 172 100
pranikah yaitu 80,33%. Serta
menyimpulkan ada hubungan pengetahuan Kelas

dan sikap dengan perilaku seks pranikah. X 101 59


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui XI 71 41
hubungan antara pengetahuan kesehatan Total 172 100
reproduksi dan sikap seksualitas dengan Sedang Berpacaran
perilaku pacaran pada pelajar SLTA di
Ya 53 31
Kota Semarang.
Tidak 119 69
Total 172 100
METODE PENELITIAN Pernah Pacaran
Jenis penelitian ini menggunakan Ya 144 84
survei analitik, dengan pendekatan cross
Tidak 28 16
sectional dimana data yang menyangkut
pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap Total 172 100
seksualitas dan perilaku pacaran, Usia Pertama Kali
Pacaran
dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi 10-13 (remaja awal) 67 47
penelitian ini adalah di SMAN 12 14-16 (remaja tengah) 74 51
Semarang, SMAN 14 Semarang, SMA 17-19 (remaja akhir) 3 2
Kesatrian 1 Semarang dan SMKN 9 Total 144 100
Semarang, dilaksanakan pada bulan
September-Oktober 2015. Dari 172 siswa, jenis kelamin laki-
Populasi dalam penelitian ini adalah laki sebanyak 72 orang (42%) dan jenis
Siswa kelas X dan kelas XI di SLTA Kota kelamin perempuan sebanyak 100 orang
Semarang sebanyak 2209 orang. Sampel (58%). Siswa yang kelas X sebanyak 101
pada penelitian ini sebanyak 172 siswa. orang (59%) dan kelas XI sebanyak 71
Teknik pengambilan sampel dalam orang (41%). Berdasarkan Status
penelitian ini adalah Random Sampling Berpacaran, siswa yang tidak berpacaran
dengan menggunakan metode Simple sebanyak 119 orang (69%) dan yang
Random Sampling. Analisis univariat sedang berpacaran sebanyak 53 orang
Fakultas Ilmu Kesehatan 4
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

(31%). Namun demikian siswa yang Proporsi siswa laki-laki yang


mengakui pernah berpacaran sebanyak 144 memiliki sikap seksualitas negatif
orang (84%) dan yang tidak pernah sebanyak 46 orang (63,9%), sedangkan
pacaran sebanyak 28 orang (16%). Dari proporsi siswa perempuan yang memiliki
144 siswa yang pernah berpacaran, sikap seksualitas negatif sebanyak 55
sebagian besar siswa pertama kali orang (55%).
melakukan pacaran pada usia 14-16 tahun
(remaja tengah) yaitu sebanyak 74 siswa Tabel 4. Gambaran Pengetahuan
(51%) dan hanya 3 siswa (2%) yang Kesehatan Reproduksi, Sikap
pertama kali melakukan pacaran pada usia Seksualitas dan Perilaku Pacaran
17-19 tahun (remaja akhir). Pengetahuan
Kesehatan n %
Reproduksi
Tabel 2. Karakteristik Responden
Baik 120 83
Berdasarkan Umur dan Pengalaman
Pacaran Siswa Buruk 24 17
Umur Total 144 100
n % Mean SD Min Max
(tahun)
15 55 32 Sikap Seksualitas

16 81 47 Positif 59 41
16 1 15 18
17 35 20 Negatif 85 59
18 1 1 Total 144 100
Total 172 100
Perilaku Pacaran
Pengalaman
Berpacaran Tidak Berisiko 74 51
≥ 3 kali 74 51 Berisiko 70 49
3 2 1 12
< 3 kali 70 49 Total 144 100
Total 144 100
Siswa yang mempunyai
Rata-rata umur siswa adalah 16 ± pengetahuan yang baik mengenai
SD 1 tahun, sebagian besar siswa berumur kesehatan reproduksi sebanyak 120 orang
16 tahun sebanyak 81 orang (47%), umur (83%). Untuk kategori sikap seksualitas,
termuda yaitu 15 tahun dan umur tertua siswa yang memiliki sikap seksualitas
yaitu 18 tahun. Siswa yang memiliki negatif sebanyak 85 orang (59%). Siswa
pengalaman dalam berpacaran ≥ 3 kali yang memiliki perilaku pacaran yang tidak
(banyak) yaitu sebanyak 74 siswa (51%) berisiko sebanyak 74 orang (51%) dan
dan yang memiliki pengalaman dalam siswa yang memiliki perilaku pacaran
berpacaran < 3 kali (sedikit) yaitu berisiko sebanyak 70 orang (49%).
sebanyak 70 siswa (49%), rata-rata siswa
pernah berpacaran sebanyak 3 ± 2 kali, Hubungan antara Pengetahuan
jumlah pacaran paling sedikit 1 kali dan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku
jumlah pacaran paling banyak 12 kali. Pacaran
Siswa yang mempunyai
Tabel 3. Karakteristik Responden pengetahuan kategori buruk cenderung
Berdasarkan Jenis Kelamin dengan berperilaku pacaran berisiko yaitu
Sikap Seksualitas Siswa sebanyak 19 orang (79,2%), sedangkan
Sikap Seksualitas siswa yang mempunyai pengetahuan
Jenis Negatif Positif Total
Kelamin n % n % N %
kesehatan reproduksi kategori baik
Laki-laki 46 63,9 26 36,1 72 100 cenderung berperilaku pacaran yang tidak
Perempuan 55 55 45 45 100 100 berisiko yaitu sebanyak 69 orang (57,5%).
Fakultas Ilmu Kesehatan 5
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,006 < 0,05, sehingga
didapatkan nilai p=0,002 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap seksualitas dengan perilaku
antara pengetahuan kesehatan reproduksi pacaran pelajar SLTA di Kota Semarang.
dengan perilaku pacaran pelajar SLTA di Nilai Contingency Coefficient sebesar
Kota Semarang. Nilai Contingency 0,238 yang menunjukkan bahwa keeratan
Coefficient sebesar 0,264 yang adanya hubungan antara sikap seksualitas
menunjukkan bahwa keeratan adanya dengan perilaku pacaran rendah (0,20-
hubungan antara pengetahuan kesehatan 0,399).
reproduksi dengan perilaku pacaran rendah Hasil analisis menunjukkan nilai
(0,20-0,399). Rasio Prevalen (RP) sebesar 2,79 yang
Hasil analisis menunjukkan nilai artinya siswa yang mempunyai sikap
Rasio Prevalen (RP) sebesar 5,14 yang seksualitas negatif memiliki risiko 2,79
artinya siswa yang mempunyai kali lebih besar untuk berperilaku pacaran
pengetahuan kesehatan reproduksi buruk berisiko bila dibandingkan dengan siswa
memiliki risiko 5,14 kali lebih besar untuk yang mempunyai sikap seksualitas positif,
berperilaku pacaran berisiko bila dengan (95% CI: 1,396-5,558).
dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai pengetahuan reproduksi baik,
dengan (95% CI: 1,800-14,684).

Hubungan antara Sikap Seksualitas


Dengan Perilaku Pacaran
Siswa yang mempunyai sikap
seksualitas positif cenderung berperilaku
pacaran yang tidak berisiko yaitu sebanyak
39 orang (66,1%), sedangkan siswa yang
mempunyai sikap seksualitas negatif
cenderung berperilaku pacaran berisiko
yaitu sebanyak 50 orang (58,8%).
Berdasarkan hasil uji Chi-Square

Tabel 5. Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


dan Sikap Seksualitas Dengan Perilaku Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang
Perilaku Pacaran 95% CI
Pengetahuan Total p Contingency
Kesehatan Tidak RP
Berisiko value Lower Upper Coefficient
Reproduksi Berisiko
n % n % n %
Buruk 19 79,2 5 20,8 24 100
0,002 5,14 1,800 14,684 0,264
Baik 51 42,5 69 57,5 120 100
Sikap
Seksualitas
Negatif 50 58,8 35 41,2 59 100
0,006 2,79 1,396 5,558 0,238
Positif 20 33,9 39 66,1 85 100

Fakultas Ilmu Kesehatan 6


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

PEMBAHASAN negatif sebanyak 55 orang (55%). Dari data


Rata-rata umur siswa adalah 16 tersebut dapat dilihat proporsi siswa laki-
tahun, dengan ± SD 1. Umur termuda yaitu laki yang cenderung memiliki sikap
15 tahun dan umur tertua yaitu 18 tahun. seksualitas negatif lebih tinggi
Hasil penelitian ini sejalan dengan dibandingkan dengan proporsi siswa
penelitian Pawestri dkk (2013), bahwa rata- perempuan yang cenderung memiliki sikap
rata umur siswa 16 tahun 8 bulan dan seksualitas negatif. Seperti dalam teori
mayoritas umur pada remaja pertengahan Sarwono (2011), remaja laki-laki lebih
sebesar 93,7%. Menurut Rohan dan Siyoto awal untuk melakukan berbagai perilaku
(2013), pada usia ini siswa masih berada seksual daripada remaja perempuan karena
pada masa remaja tengah sehingga tampak sikap laki-laki pada umumnya lebih
dan merasa ingin mencari identitas diri. permissif dari perempuan.
Rasa ingin tahu pada hal-hal yang bersifat Hasil penelitian terkait distribusi
abstrak mulai berkembang bahkan kelas diketahui responden dalam penelitian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ini adalah siswa kelas X dan XI. Siswa
seksual. yang kelas X sebanyak 101 siswa (59%)
Menurut Sarwono (2007), pada dan kelas XI sebanyak 71 siswa (41%).
tahap ini remaja sangat membutuhkan Pengambilan siswa berdasarkan kelas ini
kawan-kawan. Remaja senang kalau dipilih atas permintaan guru pembimbing
banyak teman yang menyukainya. Ada lapangan masing-masing sekolah, kelas
kecenderungan “narsistic”, yaitu mencintai yang diperbolehkan dijadikan penelitian,
diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yaitu kelas X dan kelas XI.
yang mempunyai sifat-sifat yang sama Data mengenai status berpacaran
dengan dirinya. Selain itu, remaja berada siswa sebanyak 119 (69%) siswa sedang
dalam kondisi kebingungan karena tidak tidak berpacaran dan sebanyak 53 (31%)
tahu harus memilih yang mana: peka atau sedang berpacaran. Sedangkan siswa yang
tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, mengaku pernah berpacaran sebanyak 144
optimis atau pesimis, idealis atau materialis (84%) siswa dan yang tidak pernah pacaran
dan sebagainya. sebanyak 28 (16%) siswa. Dari data
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dilihat proporsi siswa yang
univariat diketahui bahwa distribusi pernah pacaran lebih tinggi dibandingkan
karakteristik siswa berdasarkan jenis dengan yang tidak pernah pacaran. Hal ini
kelamin didapatkan jumlah terbanyak yaitu dapat dipahami mengingat rata-rata usia
perempuan sebanyak 100 siswi (58%) siswa yaitu 16 tahun. Menurut Dariyo
sedangkan laki-laki sebanyak 72 siswa (2004), pada periode ini remaja memang
(42%). Jumlah siswa yang berjenis kelamin berada dalam periode ingin tahu dan ingin
perempuan lebih banyak dibandingkan mencoba sesuatu hal yang baru, maka tak
dengan jumlah siswa yang berjenis kelamin heran mereka tertarik untuk melakukan
laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan perilaku pacaran.
penelitian Pawestri dkk (2013), dimana Menurut Iwan (2010), gaya
data sebagian besar berjenis kelamin pacaran remaja bersifat meningkat.
perempuan sebesar 64,6% dan laki-laki Biasanya aktifitas seksual ini dimulai dari
35,4%. Namun jika jenis kelamin siswa hal-hal kecil, tetapi lama-lama bisa
tersebut di hubungkan dengan sikap merembet ke hal-hal yang lebih berbahaya
seksualitas maka didapatkan siswa laki-laki secara seksual. Teori tersebut didukung
yang cenderung memiliki sikap seksualitas oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
negatif sebanyak 46 orang (63,9%), Setiawan dan Nurhidayah (2008), bahwa
sedangkan siswa perempuan yang remaja yang berpacaran mempunyai
cenderung memiliki sikap seksualitas peluang yang cukup tinggi terhadap
Fakultas Ilmu Kesehatan 7
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

aktifitas atau perilaku seksual pranikah. Data mengenai sikap seksualitas


Namun dalam penelitian ini perilaku pada pelajar SLTA di Kota Semarang
pacaran pelajar di Kota Semarang sebanyak 101 siswa (59%) memiliki sikap
menunjukkan sebagian besar berperilaku seksualitas negatif, sementara 71 (41%)
pacaran dalam kategori baik. Hal ini dapat siswa memiliki sikap seksualitas positif.
dipahami karena sebagian besar pelajar Proporsi siswa yang memiliki sikap
juga memiliki pengetahuan yang baik. seksualitas negatif lebih besar bila
Data mengenai usia pertama kali dibandingkan dengan yang memiliki sikap
pacaran siswa sebanyak 74 (51%) siswa seksualitas positif. Hasil penelitian ini
pertama kali melakukan pacaran pada usia sejalan dengan penelitian Pawestri dkk
14-16 tahun yang masuk dalam kategori (2013), dimana sebagian besar sikap siswa
remaja tengah. Sebanyak 67 (47%) siswa terhadap seks pranikah dalam kategori
pertama kali melakukan pacaran pada usia negatif yaitu sebanyak 54,4%. Sikap
10-13 tahun (remaja awal) dan hanya 3 negatif dapat diartikan bahwa siswa
(2%) siswa yang pertama kali melakukan mendukung perilaku seksual yang berisiko
pacaran pada usia 17-19 tahun (remaja seperti berciuman bibir, memegang organ
akhir). Dari data tersebut dapat disimpulkan reproduksi dan berhubungan seksual. Hal
bahwa proporsi usia pertama kali pacaran ini cukup memprihatinkan, mengingat
siswa terbesar pada usia 14-16 tahun apabila siswa memiliki sikap yang negatif
(remaja tengah). Menurut Rohan dan (mendukung) perilaku seksual yang
Siyoto (2013), pada usia ini rasa ingin tahu berisiko maka siswa memiliki peluang
siswa pada hal-hal yang bersifat abstrak untuk melakukan perilaku seksual yang
mulai berkembang bahkan mengenai hal- berisiko tersebut.
hal yang berkaitan dengan seksual. Maka Data mengenai perilaku pacaran
tidak heran kalau sebagian besar siswa pada pelajar SLTA di Kota Semarang
melakukan pertama kali pacaran pada usia menunjukkan bahwa siswa yang memiliki
14-16 tahun. perilaku pacaran tidak berisiko sebanyak
Sebanyak 146 (85%) siswa 94 (55%) siswa, sementara yang memiliki
memiliki tingkat pengetahuan kesehatan perilaku pacaran berisiko sebanyak 78
reproduksi yang baik, sementara 26 (15%) (45%) siswa. Dapat disimpulkan bahwa
siswa memiliki pengetahuan kesehatan proporsi siswa yang memiliki perilaku
reproduksi buruk. Proporsi siswa yang pacaran tidak berisiko lebih besar bila
memiliki pengetahuan kesehatan dibandingkan dengan yang memiliki
reproduksi yang baik lebih besar bila perilaku pacaran berisiko. Hasil penelitian
dibandingkan dengan yang memiliki ini sejalan dengan penelitian Pawestri dkk
pengetahuan kesehatan reproduksi yang (2013), dimana sebagian besar perilaku
buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan siswa tentang seks pranikah dalam kategori
penelitian Pawestri dkk (2013), bahwa baik sebanyak 51,9%. Perilaku pacaran
sebagian besar pengetahuan siswa tentang yang tidak berisiko dapat diartikan bahwa
seks pranikah dalam kategori baik yaitu siswa telah melakukan pacaran dalam
sebanyak 96,2%. Hal ini sudah seharusnya kategori sehat. Menurut teori Green (2000),
dikarenakan siswa adalah pelajar SLTA pengetahuan merupakan bentuk dari faktor
kelas X dan XI dimana mata pelajaran perdisposisi dari perilaku, artinya jika
biologi yang membahas tentang kesehatan seseorang memiliki pengetahuan yang baik
reproduksi sudah didapatkan sehingga maka akan ada kecenderungan perilaku
informasi substansi pengetahuan meliputi yang positif.
tanda-tanda seks primer dan dampak
perilaku seksual berisiko yang ditanyakan
sudah dipahami.
Fakultas Ilmu Kesehatan 8
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

Hubungan antara Pengetahuan mengarah kepada perilaku yang


Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku bertanggung jawab.
Pacaran
Siswa yang mempunyai Hubungan antara Sikap Seksualitas
pengetahuan kesehatan reproduksi kategori Dengan Perilaku Pacaran
buruk cenderung berperilaku pacaran Siswa yang mempunyai sikap
berisiko yaitu sebanyak 22 orang (84,6%). seksualitas positif cenderung berperilaku
Sedangkan siswa yang mempunyai pacaran tidak berisiko yaitu sebanyak 48
pengetahuan kesehatan reproduksi baik orang (67,6%). Sedangkan siswa yang
cenderung berperilaku pacaran tidak mempunyai sikap seksualitas negatif
berisiko yaitu sebanyak 90 orang (61,6%). cenderung berperilaku pacaran berisiko
Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi yaitu sebanyak 55 orang (54,5%). Dari data
siswa yang mempunyai pengetahuan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa
kesehatan reproduksi kategori buruk yang memiliki sikap seksualitas positif
cenderung berperilaku pacaran berisiko cenderung berperilaku pacaran tidak
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan
yang mempunyai pengetahuan kesehatan siswa yang memiliki sikap seksualitas
reproduksi baik cenderung berperilaku negatif cenderung berperilaku pacaran yang
pacaran tidak berisiko. berisiko.
Hasil penelitian menyimpulkan Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan ada hubungan antara sikap seksualitas
kesehatan reproduksi dengan perilaku dengan perilaku pacaran pelajar SLTA di
pacaran pelajar SLTA di Kota Semarang Kota Semarang (p=0,006). Hasil ini sejalan
(p=0,002). Hasil ini sejalan dengan dengan penelitian Hakim (2012), bahwa
penelitian Hakim (2012), bahwa ada ada hubungan antara sikap dengan kejadian
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seks berisiko pada remaja. Begitu
kejadian perilaku seks berisiko pada pula dengan hasil penelitian yang dilakukan
remaja. Begitu pula dengan penelitian yang oleh Dewi (2009), bahwa terdapat
dilakukan oleh Ningsih dan Jumiatun hubungan antara sikap terhadap seksualitas
(2012), bahwa pengetahuan mempunyai dengan perilaku seksual pranikah pada
hubungan yang bermakna dengan perilaku remaja. Remaja yang memiliki sikap
seks pranikah remaja. Menurut Amrillah pesimis terhadap seksualitas memiliki
(2006), semakin tinggi pengetahuan peluang 4,986 kali melakukan perilaku
kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja seksual pranikah dibandingkan dengan
maka semakin rendah perilaku seksual remaja yang memiliki sikap tidak pesimis.
pranikahnya, begitu juga sebaliknya. Menurut Notoatmodjo (2010), sikap
Menurut Notoatmodjo (2010), merupakan reaksi atau respon yang masih
pengetahuan merupakan domain yang tertutup dari seseorang terhadap stimulus
sangat penting dalam membentuk perilaku atau objek tertentu, yang sudah melibatkan
atau tindakan seseorang. Perilaku yang faktor pendapat dan emosi yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih bersangkutan seperti senang-tidak senang,
langeng daripada perilaku yang tidak setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
didasari oleh pengetahuan. Anggraeni dan sebagainya. Hasil penelitian ini sesuai
Julian (2007), menyatakan bahwa remaja dengan teori Green (2000), bahwa sikap
memiliki pengetahuan tentang kesehatan merupakan faktor predisposisi yang
reproduksi dan cara untuk melindungi diri mempengaruhi terbentuknya perilaku.
terhadap masalah seksual dan reproduksi,
maka sikap dan perilaku remaja akan

Fakultas Ilmu Kesehatan 9


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

SIMPULAN yang diakibatkan perilaku pacaran yang


1. Sebagian besar siswa memiliki berisiko.
pengetahuan kesehatan reproduksi 4. Bagi Peneliti Lain
kategori baik (83%). Bagi peneliti lain diharapkan
2. Lebih dari separuh siswa memiliki sikap untuk menambah variabel penelitian
seksualitas negatif (59%). seperti akses terhadap media informasi,
3. Lebih dari separuh siswa memiliki pengaruh teman sebaya, peran keluarga,
perilaku pacaran yang tidak berisiko religiusitas dan perilaku seksual teman
(51%). dekat sehingga faktor-faktor yang
4. Ada hubungan antara pengetahuan berhubungan dengan perilaku pacaran
kesehatan reproduksi dengan perilaku dapat diketahui lebih dalam lagi.
pacaran pada pelajar SLTA di Kota
Semarang (p=0,002; RP=5,14;
CI=1,800-14,684; Contingency DAFTAR PUSTAKA
Coefficient=0,264). Amrillah. 2006. Hubungan antara
5. Ada hubungan antara sikap seksualitas Pengetahuan Seksualitas dan
dengan perilaku pacaran pada pelajar Kualitas Kominikasi Anak-Orang
SLTA di Kota Semarang (p=0,006; Tua dengan Perilaku Seksual
RP=2,79; CI= 1,396-5,558; Contingency Pranikah. [Skripsi Ilmiah].
Coefficient=0,238). Surakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah
SARAN Surakarta.
1. Bagi Pelajar Anggraeni M dan Julian FS. 2007. Jumlah
Anak yang Diinginkan dan
Diharapkan untuk mencari Keinginan Ikut Ber KB di Masa
informasi yang baik dan akurat serta Mendatang (Analisis Lanjutan
dapat memilih teman yang baik agar SKRRI 2002/2003). Jurnal Ilmiah
mempunyai pengetahuan yang lebih Keluarga Berencana dan Kesehatan
baik atau kecenderungan untuk Reproduksi. No. 1. Tahun 2007.
menghindari perilaku pacaran sebelum Jakarta: Puslitbang KB dan KR
menikah sehingga dampak yang BKKBN.
diakibatkan oleh perilaku pacaran yang BPS, BKKBN, Kemenkes dan ICF
berisiko tidak terjadi. International. 2013. Survei
2. Bagi Puskesmas Baki Demografi dan Kesehatan
Diharapkan bagi PKBI untuk Indonesia 2012 Kesehatan
lebih intensif lagi dalam mengatasi Reproduksi Remaja. Jakarta: BPS.
permasalahan kesehatan reproduksi pada BKKBN, Kemenkes dan ICF
pelajar SLTA dengan cara meningkatkan International.
koordinasi dengan sekolah-sekolah BPS. 2007. Survei Kesehatan Reproduksi
untuk mencegah meningkatnya perilaku Remaja Indonesia 2007. Jakarta:
seksual yang berisiko. BPS.
3. Bagi Dinas Pendidikan BPS. 2009. Data Kependudukan Jawa
Diharapkan untuk menerapkan Tengah Tahun 2009. Surakarta:
kurikulum yang sesuai tentang BPS.
kesehatan reproduksi terutama bagi BPS. 2010. Hasil Sensus Penduduk tahun
pelajar yang mempunyai pengetahuan 2010. Jakarta: BPS.
kurang baik dan sikap yang negatif Dariyo A. 2004. Psikologi Perlembangan
sehingga remaja terhindar dari dampak Remaja. Bogor Selatan: Ghalia
Indonesia.

Fakultas Ilmu Kesehatan 10


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Seksualitas dengan Perilaku
ARTIKEL PENELITIAN Pacaran Pada Pelajar SLTA di Kota Semarang

Dewi INCT. 2009. Pengaruh Faktor


Personal dan Lingkungan Terhadap PILAR PKBI Jateng. 2012. Hasil Mini
Perilaku Seksual Pranikah pada Survei Siswa SMA/SMK Kota
Remaja di SMA Negeri 1 Semarang tahun 2011. Semarang:
Baturraden dan SMA Negeri 1 Divisi Layanan PILAR.
Purwokerto. [Tesis Ilmiah].
Semarang: Program Pascasarjana PILAR PKBI Jateng. 2015. Remaja Butuh
Universitas Diponegoro. Akses Layanan Kesehatan
Hakim DM. 2012. Faktor-faktor yang Reproduksi Yang Ramah.
Berhubungan dengan Kejadian Semarang: Divisi Layanan PILAR.
Perilaku Seks Berisiko pada Remaja Rohan HH dan Siyoto S. 2013. Buku Ajar
Tunarungu di Sekolah Menengah Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Atas Luar Biasa (SMALB) Kota Nuhamedika.
Padang Tahun 2012. [Skripsi Sarwono SW. 2007. Psikologi Remaja.
Ilmiah]. Padang: Fakultas Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kesehatan Masyarakat Universitas Sarwono SW. 2011. Psikologi Remaja.
Andalas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Iwan. 2010. Masturbasi. Yogyakarta: C.V Setiawan R dan Nurhidayah S. 2008.
Andi Ofset. Pengaruh Pacaran Terhadap
Kusmiran E. 2011. Kesehatan Reproduksi Perilaku Seks Pranikah. Jurnal Soul.
Remaja dan Wanita. Jakarta: Vol. 1. No. 2. September 2008.
Salemba Medika. Wahyuni D dan Rahma D. 2011. Kajian
Lestary H dan Sugiharti. 2011. Perilaku Profil Penduduk Remaja (10-24
Berisiko Remaja di Indonesia Tahun): Ada Apa Dengan Remaja?
Menurut Survei Kesehatan Policy Brief. Pusat Penelitian dan
Reproduksi Remaja Indonesia Pengembangan Kependudukan-
(SKRRI) Tahun 2007. Jurnal BKKBN Seri I No.6/Pusdu-BKKBN.
Kesehatan Reproduksi. Vol.1. No.3. Wijayanti UT. 2014. Analisis Perilaku
Agustus 2011: 136-144. Pacaran Remaja di Sulawesi Utara
Ningsih R dan Jumiatun. 2012. Hubungan Berdasarkan Hasil Survei RPJMN
Pengetahuan dan Sikap Dengan Tahun 2013. Manado: Perwakilan
Perilaku Seks Pranikah Remaja BKKBN Sulawesi Utara.
Pada Siswa Kelas XI SMK Bhakti
Persada Kendal. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Akbid Uniska Kendal.
Edisi Ke- 1 Tahun 2012.
Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo S. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pawestri, Wardani RS dan Sonna. 2013.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Remaja Tentang Seks Pranikah.
Jurnal Keperawatan Maternitas.
Vol. 1. No.1. Mei 2013: 46-54.
Fakultas Ilmu Kesehatan 11
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai