Anda di halaman 1dari 13

PERCOBAAN II

RESISTOR

Nama : Prataminingsih
No Pokok : 173112600120003
Jurusan : Fisika Medis
Hari/Shift : Rabu / Jam.17.00

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017
BAB I

1.1 Tujuan
a. Mempelajari karakteristik kerja resistor
b. Mempelajari kode warna pada resistor
c. Mempelajari cara menghitung resistor

1.2 Materi
Resistor merupakan perangkat elektronika yang paling banyak
digunakan dalam listrik dan elektronika. Resistor dibuat dengan
berbagai cara, antara lain ada yang dibuat dari gulungan kawat
tertentu yang digulunkan sedemikian rupa pada suatu kerangka.
Resistor ini banyak digunakan dalam pemakaian arus dan temperatur
yang tinggi. Selain resistor jenis kawat gulung, ada juga resistor yang
dibuat dari keramik atau dari karbon. Resistor ini kurang tahan
terhadap temperatur tinggi sehingga hanya digunakan untuk arus
kecil atau elektronika.

Resistor Resistor Keramik Resistor Warna


Gulungan

Gambar 1. Jenis Resistor Menurut Konstruksinya

Resistor juga dapat dibagi menurut tahanannya, ada resistor


yang dapat diatur harga tahannannya ada juga yang tidak. Resistor
yang bisa diatur tahanannya disebut variabel resistor atau sering
disebut potensiometer. Resistor yang tidak dapat diatur nilai
tahanannya disebut fixed resistor.

Fixed Resistor Variabel Resistor

Gambar 2. Simbol Resistor

a. Kode Warna
Harga tahanan dari resistor dapat dibaca langsung pada badannya.
Akan tetapi, yang paling lazim dipakai adalah pembacaan melalui
lukisan gelang-gelang berwarna (4 buah gelang) yang disebut kode
warna. Dibawah ini merupakan tabel kode warna beserta nilainya.
Keterangan :
 Gelang 1: Satuan
 Gelang 2 : Puluhan
 Gelang 3 : Faktor
Pengali
 Gelang 4 : Toleransi

Gambar 3. Kode Warna Resistor

Contoh :
Sebuah resistor memiliki empat buah gelang warna sebagai
berikut : Merah – kuning – hijau – emas. Berapakan nilai tahanan
dari resistor tersebut ?
Jawab :
Gelang 1 warna merah = 2
Gelang 2 warna kuning = 4
Gelang 3 warna hijau = 105
Gelang 4 warna emas = 5%
Nilai ideal resistor tersebut adalah 24 x 105 ± ( 5% x 24x105). Jadi
nilai resistor tersebut berkisar antara 2.280.000 s/d 2.520.000 Ω.

b. Resistor Khusus
Selain resistor yang disebutkan diatas, terdapat juga resistor yang
tidak linier. Resistor jenis ini memiliki nilai tahanan yang dapat
berubah-ubah dipengaruhi oleh besaran-besaran fisika, yaitu
cahaya, suhu/temperatur, tegangan dll.
1. NTC Thermistor (NTC = Negative Temperature Coefficient)
Resistor ini memiliki sifat peka terhadap perubahan suhu atau
temperatur. Pada suhu rendah/ normal, memiliki nilai tahanan
yang besar. Sebaliknya pada suhu yang tinggi (panas) nilai
tahanannya menjadi turun atau mengecil. Resistor ini banyak
digunakan untuk sistem yang berpengaruh pada perubahan
temperature. Misalnya refrigerator, pendingin ruangan dll.

Gambar 4. Simbol NTC

2. PTC Thermistor (PTC = Positive Temperature Coefficient)


PTC adalah kebaikan dari NTC. Resistor ini memiliki nilai
tahanan yang kecil pada suhu ruangan normal atau dingin.
Sebaliknya pada temperatur udara yang panas nilai
tahanannya menjadi naik dan besar. Resistor ini banyak
ditemukan pada peralatan yang peka terhadap panas dan
beban arus lebih. Misalnya; belitan motor listrik, generator
listrik, transformator dll.

Gambar 5. Simbol PTC

3. VDR (Voltage Dependent Resistor)


VDR adalah resistor yang nilai tahanannya dapat dipengaruhi
oleh perubahan tegangan. Semakin besar tegangan yang
melalui resistor ini, nilai tahanannya semakin kecil. VDR
banyak digunakan pada stabilisasi tegangan.
Gambar 6. Simbol VDR

4. LDR (Light Dependent Resistor)


LDR banyak digunakan pada peralatan sensor cahaya. Nilai
tahanan resistor ini akan turun jika cahaya mengenai
permukaannya.

Gambar 7. Simbol LDR


BAB II

2.1 Alat dan Bahan

o Papan percobaan (project board)


o Multitester
o Power supply
o Kabel jumper
o Capit buaya
o Resistor
BAB III

3.1 Data Percobaan

a. Percobaan P.1
Pada percobaan P.1 membuat rangkaian resistor dengan
hubungan seri.
Keterangan: R1 = Ω; R2 = Ω; R3 = Ω dan LED
Diberikan tegangan masukan (input) sebesar 5 volt.

Table percobaan P.1


Arus (I) DCVA
Resistor
(Ampere/A) (mA)
R1 mA
A
( Ω)
R2
A 25 V
( Ω)
R3
A V
( Ω)

Bila dilihat dari hasil table percobaan P.1, nilai arus setiap
masing-masing resistor adalah sama namun nilai tegangan
masing-masing resistor berbeda.

b. Percobaan P.2
Pada percobaan P.2 membuat rangkaian resistor dengan
hubungan parallel.
Keterangan: R1 = 4,7 kΩ; R2 = 470 Ω; R3 = 220 Ω dan LED
Diberikan tegangan masukan (input) sebesar 5 volt.

Table percobaan P.1


Arus Volt
Resistor
(I) (V)
R1 2,5 A
0,6 A
(4,7 Ω)
R2
0,15 A 2,5 A
(470 Ω)
R3
0,8 2,5 A
(220 Ω)

Bila dilihat dari hasil table percobaan P.2, nilai arus setiap
masing-masing resistor adalah berbeda namun nilai tegangan
masing-masing resistor sama.
Pada percobaan dilapangan lampu LED menyala karna kaki
pertama LED dipasang sejajar dengan kaki kedua R3 dan kaki
keduanya dpasang sejajar dengan kabel jumping (GND).

c. Percobaan P.3
Pada percobaan P.3 membuat rangkaian resistor dengan
hubungan campuran (hubungan seri dan hubungan parallel).
Keterangan:R1 = 1 Ω; R2 = 470 Ω; R3 = 4,7 kΩ; R4 = 220 Ω;
R5 = 1 Ω dan LED
Diberikan tegangan sebesar 5 volt.
Table percobaan P.1
Arus (I) DCVA
Resistor
(Ampere/A) (mA)
R1 25 mA
10 A
(1 Ω)
R2
0,8 A 2,5 mA
(470 Ω)
R3
7A 25 mA
(4,7 kΩ)
R4
(220 Ω) 12,5 A 2,5 mA

R5
10 A 25mA
(1 kΩ)

Bila dilihat dari hasil table percobaan P.3, R1 dan R5 membentuk


rangkaian seri dan R2,R3 dan R4 membentuk rangkaian parallel
sehingga hasil nilai arus R1 dan R5 adalah sama sedangkan
R2,R3 dan R4 adalah berbeda.
BAB IV

4.1 Kesimpulan
BAB V

5.1 Jawaban Tugas Tambahan


BAB VI

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai