Anda di halaman 1dari 18

KESEHATAN REPRODUKSI

KEHAMILAN
Kls XII
2017/2018

Ns. Sudix
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di
dunia. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapat
penatalaksanaan yang benar. Karena ini semua berpengaruh terhadap morbiditas
dan mortalitas. Ini terbukti dengan angka kematian yang tinggi di negara
Indonesia. Dengan keadaan tersebut memberi support dan memacu untuk
memberikan penatalaksanaan yang benar saat kehamilan.
Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh ibu
yang mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian
khusus, untuk mencegah dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada
persalinan, baik penyakit komplikasi dan lain-lain.
Gangguan kehamilan sering menyertai kehamilan seseorang, hampir semua
ibu hamil mengalaminya. Sayangnya tidak semua wanita hamil mengetahui apa
saja gangguan yang bisa terjadi pada ibu hamil. Minimnya pengetahuan ibu hamil
tentang gangguan-gangguan yang bisa terjadi saat kehamilan membuat ibu hamil
tidak menyadari jika kehamilannya mengalami gangguan. Tidak hanya itu saja,
yang memprihatinkan adalah saat gangguan itu datang ibu hamil tidak tahu apa
yang harus dilakukannya. Gangguan kehamilan banyak yang membahayakan bagi
kesehatan janin maupun bagi ibu hamil sendiri. Dalam masa kehamilan ibu hamil
akan mengalami banyak gangguan, mulai gangguan yang ringan sampai dengan
gangguan yang berat. Semua gangguan yang datang dan terjadi sebaiknya perlu
diwaspadai dan diketahui. Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk
memberikan edukasi maupun pelayanan sesuai dengan standar yang diterapkan.

Ns. Sudix
B. Masalah
a. Apa pengertian patologi kehamilan?
b. Apa saja macam-macam gangguan pada kehamilan?
c. Apa saja macam-macam pendarahan dalam kehamilan?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa pengertian patologi kehamilan
b. Untuk mengetahui apa saja macam-macam gangguan pada kehamilan
c. Untuk mengetahui apa saja macam-macam pendarahan dalam kehamilan

Ns. Sudix
TINJAUAN TEORI

A. Patologi Kehamilan
Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang
menyertai ibu saat hamil (Sujiyatini, 2009). Bidang patologi terdiri atas patologi
anatomi dan patologi klinik. Ahli patologi anatomi membuat kajian dengan
mengkaji organ sedangkan ahli patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi
yang nyata pada fisiologis tubuh.
Ada beberapa macam patologi yang harus di antisipasi oleh setiap tenaga
kesehatan yaitu : patologi kehamilan, patologi persalinan, patologi nifas, dll.
Patologi kehamilan terdiri atas : mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik,
solutio plasenta, pre-eklamsia, eklamsia, plasenta previa (Sujiatini, 2009).

B. Macam-macam Gangguan Pada Kehamilan


Hiperemesia
a. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual
dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada
kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama
10 minggu.
b. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun
diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini :
1. Faktor presdisposisi seperti primigravida, molahidatidosa, dan
kehamilan ganda.
2. Faktor organik seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi,
perubahan metabolik akibat kehamilan, dan resistensi ibu yang
menurun.
3. Faktor psikologis.

Ns. Sudix
c. Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat
dalam darah sehingga mempengarui sitem pencernaan, tetapi mual muntah
yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,
hiponatremia, hipokloromia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya
mengakibatkan hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan
dan menyebabkan tertimbunya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak
tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan
ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan
merusak hepar. Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (sindrom
Mallory-weiss), sehingga terjadi pendarahan gastrointestinal (Mitayani,
2009).
d. Manifestasi Klinis
Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi
tiga tingkatan :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum,
menimbulkan rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun,
dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100
kali/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit menurun, lidah
kering, dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, suhu tubuh terkadang naik,
serta mata sedikit iterik. Berat badan ibu turun, timbul hipotensi,
hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas bau aseton.
3. Tingkat III
Kesadaran ibu turun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti,
nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin
turun.

Ns. Sudix
e. Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran
udara yang baik. Kalori diberikan secara parenteral dengan glukosa
5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari.
2. Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
3. Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan minum
sedikit demi sedikit.
4. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
5. Pada keadaan lebih berat, diberikan antiemetic seperti metoklopramid,
disiklomin hidroklorida, atau klopromazin.
6. Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya
bisa disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan
dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis (Mitayani, 2009).

Pre-eklampsi-Eklampsi
a. Pengertian Pre-Eklampsi dan Eklampsi
Pre-Eklampsi dan Eklampsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari tanda trias yaitu : hipertensi,
proteinuria, dan odema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2002).
Pada tingkat tanpa kejang disebut pre-eklampsi dan pada tingkat dengan
kejang disebut eklampsi. Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui
bahwa pre-eklampsi dan eklampsi merupakan merupakan penyakit yang
dapat timbul pada saat kehamilan.
b. Etiologi
Faktor pencetusnya adalah : Jumlah usia ibu diatas 35 tahun. Distensi rahim
berlebihan pada primigravida, kehamilan kembar atau hamil mola. Penyakit
yang menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus, dan kegemukan.
Ns. Sudix
c. Gejala Klinis
Kenaikan tekanan darah, odema kaki, tangan sampai muka. Terjadi gejala
subjektif berupa kenaikan tekanan darah, penglihatan kabur, nyeri pada
epigastrium, sesak nafas, berkurangnya urin, penurunan kesadaran ibu hamil
sampai koma, dan terjadinya kejang.
d. Komplikasi
1) Komplikasi pada ibu : lidah tergigit, terjadi perlukaan dan fraktur,
gangguan pernafasan, perdarahan otak, solusio plasenta, merangsang
persalinan.
2) Komplikasi pada janin : kematian bayi dalam kandungan, lahir
prematur.

C. Macam-macam Perdarahan
KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)
a. Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar
cavum uterus. Implantasi dapat terjadi dituba falopi, ovarium, serviks, dan
abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba
falopi (Murria, 2002).
b. Etiologi
Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui, kemungkinan faktor yang
memegang peranan adalah sebagai berikut :
1. Faktor dalam lumen tuba : endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.
2. Faktor dinding lumen tuba : endometriosis tuba, diventrikel tuba
congenital.
3. Faktor di luar dinding lumen tuba : perlengketan pada tuba, tumor.
4. Faktor lain : migrasi ovarium, fertilisasi in vitro.

Ns. Sudix
c. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien dengan kehamilan ektopik adalah senagai
berikut :
1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada
umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan
mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak
seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus membesar dan
lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya
sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang
tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intensitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan
ibu pingsan dan masuk dalam syok.
4. Perdarahan per vagina merupakan salah satu tanda penting yang kedua
pada kehamilan ektopik terganggu (KET). Hal ini menunjukkan
kematian janin.
5. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenore bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi (Mitayani, 2009).
d. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan,
yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi ibu pada saat itu
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
3. Lokasi kehamilan ektopik
4. Kondisi anatomis organ pelvis
Ns. Sudix
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan
salpigektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang
belum pecah biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk
menghindari tindakan pembedahan (Mitayani, 2009).

Abortus
a. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang
dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002).
b. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelainan kromosom,
lingkungan nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
2. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan
HIV.
3. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversion uterus.
4. Kelainan plasenta.
c. Klasifikasi
Klasifikasi abortus adalah sebagai berikut :
1. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam
uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
2. Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang
meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Ns. Sudix
3. Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang
tertinggal dalam uterus.
4. Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah
dikeluarkan.
5. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus
dihalangi oleh ostium uterus ekternum yang tidak membuka, sehinga
semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar,
kurang lebih bundar dengan dinding.
6. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,
tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
7. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi
lebih dari 3 kali.
8. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
d. Manifestasi Klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat
juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan rasa nyeri pada perut bagian
bawah.
e. Penatalaksanaan
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan terjadi
selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan di anjurkan untuk relaksasi.
Tetapi intravena atau transfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan. Pada
kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus melalui
pembedahan. Begitu juga dengan kasus missed abortion jika janin tidak
keluar spontan. Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus
sebaiknya ditunda sampai dapat penyebab yang pasti untuk memulai terapi
antibiotik (Mitayani, 2009).

Ns. Sudix
Mola Hydatidaosa
a. Definisi
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut
juga hamil anggur atau mata ikan (Moctar, Rustam, dkk, 1998:238 dalam
Sujiatini, 2009).
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan
trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik
villi dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah
kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat
kegagalan pembentukan “bakal janin” sehingga terbentuk jaringan
permukaan membrane (villi) mirip gelombolan buah anggur (Sujiatini,
2009).
b. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropobalast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi.
4. Kekurangan protein.
5. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Moctar, Rustam,
1998: 238 dalam Sujiyatini, 2009).
c. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian
janin.

Ns. Sudix
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan pathogenesis dari
penyakit trofoblast : teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3-
5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari park. Sel-sel trofoblast adalah
abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsobsi
cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Studi dari
hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
dari akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya
embrio komlpit pada minggu ke tiga dan kelima. Adanya sirkulasi maternal
yang terus-menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast
berpoliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan (Silvia,
Wilson, 2000:467 dalam Sujiatini, 2009).
d. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang biasanya timbul pada klien dengan “mola
hidatidosa” adalah :
1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2. Perdarahan pervagina berulang. Darah cenderung berwarna coklat.
Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3. Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ
sekalipun uterus membesar setinggi pusat atau lebih.
5. Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001:266 dalam Sujiyatini, 2009).
e. Penatalaksanaan Medik
1. Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola hidatidosa adalah:
Diagnosis dini untuk menguntungkan prognosis.
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini akan
menguntungkan prognosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber
daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan focus
pada : a.Riwayat haid terakhir dan kehamilan, b.Perdarahan tidak
Ns. Sudix
teratur atau spotting, c.Perbesaran abnormal uterus, d.Perlunakan
servik dan korpus uteri. Kaji uji kehamilan dengan pengenceran urin,
pastikan tidak ada janin (Ballotement) atau DJJ sebelum upaya
diagnosis.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau pervorasi
uterus).
5. Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun (Sujiatini, 2009).

Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme
khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini
termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi
imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta
akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses
persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi
atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya
bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)
atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim.
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga
menutupi sebagian atau seluruhnya ostium uteri internumn (prae = didepan,
vias=jalan) (Djamhoer. 2005). Pada keadaan normal plasenta umumnya
terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri (Prawirohardjo, 2008).
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa plasenta previa
merupakan plasenta yang berimplantasi pada tempat yang tidak normal.
Ns. Sudix
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai
bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan
beratnya 500 gram.
b. Etiologi
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara
lain :
1. Umur
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Endometrium cacat, sectio caesaria, kuretase, dan manual plasenta
7. Kehamilan kembar
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).
Faktor pencetusnya adalah : Pada primigravida hamil diatas usia 35 tahun
(usia tua). Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang.
Adanya tumor seperti mioma uteri dan polip endometrium. Kadang-kadang
pada ibu yang malnutrisi.
c. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak
didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang
dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu
misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang lebih
besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis
yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa sewaktu “moment
opname” yaitu saat penderita diperiksa (Mochtar, 2002).

Ns. Sudix
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Plasenta previa totalis, apabila jaringan plasenta menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila jaringan plasenta menutupi
sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis, yaitu plasenta yang tepinya terletak pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah, apabila jaringan plasenta berada kira-kira
3-4 cm di atas ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak
teraba (Prawirohardjo, 2008).
d. Gejala Klinis
Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan terjadi secara berulang. Pada
perdarahan yang banyak ibu tampak anemis. Perdarahan pervaginam dari
encer sampai menggumpal.
e. Komplikasi
• Komplikasi pada ibu adalah : letak janin tidak normal, sehingga
menyebabkan partus akan menjadi patologik, perdarahan sampai syok,
infeksi karena perdarahan yang banyak, robekan-robek jalan lahir.
• Komplikasi yang dapat terjadi pada janin adalah : Bayi prematur atau
mati.

Solutio Plasenta
a. Pengertian
Solusio plasenta adalah pemisahan plasenta yang berimplantasi pada tempat
yang normal kebanyakan dan terjadi pada trimester ke III, juga bisa terjadi
pada setiap waktu setelah kehamilan 20 minggu (Danfourt. 2002).
Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruhnya plasenta dari
tempatnya berimplantasi sebelum anak lahir (Chalik. 1998).
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung
sejak kehamilan 28 minggu.
Ns. Sudix
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablation plasentae, abruption
plasentae, accidental hemorrhage dan premature separation of the normali
implated placent (Mochtar. 1998).
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa solusio plasenta
merupakan lepasnya plasenta dari tempatnya yang normal dan pelepasan
terjadi pada saat janin belum lahir.
b. Etiologi
Faktor pencetus predisposisi terjadinya adalah : hamil pada pada usia tua
diatas 35 tahun, mempunyai tekanan darah tinggi, bersamaan dengan
terjadinya pre-eklamsia dan eklamsia, dan trauma langsung lainya, tali pusat
yang pendek (Hanifa, 1999).
c. Gejala klinis
Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerakan janin
berkurang/tidak terasa lagi bergerak, pada palpasi gerakan janin sulit diraba,
auskultasi jantung janin (-) / tidak terdengar, dinding perut sakit, pada
pemeriksaan dalam, ketuban tegang dan menonjol, uterus terjadi ganguan
kontraksi dan atonia uteri (Manuaba, 1998).
d. Komplikasi
• Komplikasi pada ibu : perdarahan dapat menimbulkan variasi
turunnya tekanan darah sampai keadaan syok. Perdarahan tidak sesuai
dengan keadaan penderita yang anenis bahkan sampai syok. Keadaan
bervariasi dari baik sampai koma. Gangguan pembekuan darah dapat
menimbulkan : Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah yang
menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis.
Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat
mengganggu pembekuan darah. Oliguria terjadi sumbatan glomerulus
ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang,
perdarahan postpartum. Pada solusio plasenta sedang sampai berat
terjadi infiltrasi darah kedalam otot rahim, sehingga mengganggu
kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri. Kegagalan
pembekuan darah dapat menambah beratnya perdarahan.
Ns. Sudix
• Komplikasi pada janin yang dikandung adalah : Perdarahan yang
tertimbun dibelakang plasenta dapat mengganggu sirkulasi darah
janin, sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat, juga
dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan (Manuaba,
1998).

Ns. Sudix
PENUTUP

Kesimpulan
Gangguan kehamilan sering menyertai kehamilan seseorang, hampir semua
ibu hamil mengalaminya. Gangguan kehamilan banyak yang membahayakan bagi
kesehatan janin maupun bagi ibu hamil sendiri. Dalam masa kehamilan ibu hamil
akan mengalami banyak gangguan, mulai gangguan yang ringan sampai dengan
gangguan yang berat. Semua gangguan yang datang dan terjadi sebaiknya perlu
diwaspadai dan diketahui.
Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang
menyertai ibu saat hamil (Sujiyatini, 2009). Ada beberapa macam patologi yang
harus di antisipasi oleh setiap tenaga kesehatan yaitu : patologi kehamilan,
patologi persalinan, patologi nifas, dll. Patologi kehamilan terdiri atas : mola
hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik, solutio plasenta, pre-eklamsia, eklamsia,
plasenta previa (Sujiatini, 2009).

Ns. Sudix

Anda mungkin juga menyukai