Anda di halaman 1dari 30

KEGIATAN BELAJAR 2.

FREKUENSI GELOMBANG RADIO PADA APLIKASI


SISTEM TELEKOMUNIKASI

A. Pendahuluan
Kegiatan belajar ini akan mengajak peserta untuk menganalisis frekuensi
gelombang radio pada aplikasi sistem telekomunikasi. Peserta diharapkan dapat
menguraikan karakteristik propagasi gelombang radio. Pemahaman tersebut
diharapkan menjadi bekal dalam mengklasifikasikan spektrum gelombang radio pada
aplikasi sistem telekomunikasi.

B. Capaian Pembelajaran
Menganalisis frekuensi gelombang radio pada aplikasi sistem telekomunikasi.
Sub capaian pembelajaran :
1. Menguraikan karakteristik propagasi gelombang radio
2. Mengklasifikasikan spektrum gelombang radio pada aplikasi sistem
telekomunikasi

C. Materi
1. Karakteristik Propagasi Gelombang Radio
a. Pengertian Propagasi Gelombang Radio
Propagasi gelombang adalah perambatan gelombang dari antena pemancar
ke antena penerima. Sedangkan gelombang radio adalah suatu gelombang
yang terdiri dari garis-garis gaya listrik (E) dan garis-garis gaya magnet (H)
yang merambat di ruang bebas (free space) dan mempunyai kecepatan sebesar
kecepatan cahaya (3 x 108 meter/detik). Jadi propagasi gelombang radio
adalah proses perambatan gelombang radio mulai dari dipancarkan oleh
pemancar sampai ke penerima.
Susunan dari garis-garis gaya listrik dan garis-garis gaya magnet yang
terdapat dalam gelombang radio disebut Transverse Electromagnetics (TEM),
Susunan garis gaya tersebut adalah :
1) Garis gaya listrik (E) tegak lurus garis gaya magnet (H)
2) Garis gaya listrik (E) tegak lurus arah rambatan
3) Kumpulan garis-garis gaya yang terbanyak merupakan harga kuat medan
maksimum.
Dari penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa gelombang radio selalu
mempunyai :
1) Kuat medan listrik (E) dan kuat medan magnet (H)
2) Arah rambatan
3) Frekuensi (f)

4) Panjang gelombang ( )
5) Polarisasi
Gambaran dari suatu gelombang elektromagnetik bidang XYZ dapat
dilihat sebagai berikut :

Gambar 1. Gelombang Elektromagnetik

Polarisasi gelombang radio adalah arah dari garis gaya listrik (E).

Dalam komunikasi dengan menggunakan gelombang radio, informasi


dikirimkan dari pemancar dan diterima oleh penerima dengan mengikuti
aturan sebagai berikut :
1) Pemancar membangkitkan sinyal frekuensi radio ke medium propagasi
2) Gelombang radio menjalar melalui mediumnya dan dipengaruhi oleh
mekanisme propagasi seperti difraksi, refleksi, dan scattering
3) Gelombang radio yang dikirim akan dideteksi oleh penerima.

Mekanisme propagasi gelombang radio :


1) Refleksi
Merupakan gejala pantulan gelombang yang disebabkan oleh berbagai
benda yang berdimensi permukaan benda lebih besar dari panjang
gelombang
2) Difraksi
Merupakan pergerakan gelombang yang dekat dengan permukaan bumi,
yang cenderung mengikuti pola kelengkungan permukaan bumi. Difraksi
merupakan gejala pembelokan gelombang yang disebabkan oleh berbagai
benda yang mempunyai bentuk sisi tidak teratur dan berdimensi jauh lebih
besar dari panjang gelombang
3) Scattering
Merupakan gejala hamburan gelombang ke segala arah yang disebabkan
oleh benda atau objek yang sama besar atau lebih kecil dari panjang
gelombang.

Makna dari propagasi suatu gelombang radio adalah penyebaran


gelombang elektromagnetik di udara bebas. Oleh karena itu, kualitas hasil
penerimaan sinyal sedikit banyaknya dipengaruhi oleh cuaca dan kejadian-
kejadian di luar angkasa.
Pengaruh mekanisme perambatan gelombang :
1) Fading
Gangguan yang disebabkan oleh adanya refleksi atau pantulan
gelombang, maka menyebabkan multipath sehingga sinyal dari
gelombang radio lebih dari satu lintasan sebelum sampai ke penerima.
Fading ini dirasakan sebagai timbul tenggelamnya suara yang terdengar
oleh penerima.
2) Delay spread
Merupakan gejala penerimaan sinyal gelombang radio dengan lintasan
yang berbeda-beda oleh penerima. Hal tersebut akan menyebabkan
waktu kedatangan sinyal tidak sama karena panjang lintasan antara satu
sama lain berbeda.

b. Lintasan Pada Propagasi Gelombang Radio


Berdasarkan perambatan gelombang, lintasan propagasi gelombang radio
dibedakan atas :
1) Gelombang tanah (surface wave / ground wave)
2) Gelombang angkasa (sky wave / Ionospheric wave)
3) Gelombang ruang (space wave)

Gambar 2. Lintasan propagasi gelombang radio

c. Gelombang tanah (surface wave / ground wave)


Gelombang tanah adalah gelombang radio yang perambatannya selalu
mengikuti bentuk permukaan bumi / tanah, yang bekerja pada frekuensi < 2
MHz. Oleh karena gelombang tanah merambat mengikuti bentuk permukaan
tanah / bumi, maka gelombang ini mengalami kehilangan energi yang
disebabkan oleh :
1) Adanya penyebaran di antena pemancar (Spreading Loss)
2) Adanya redaman tanah karena gelombang ini akan selalu menginduksi
tanah sepanjang perambatannya

Gambar 3. Propagasi Gelombang Tanah

Gelombang tanah disebut juga surface wave (gelombang permukaan),


karena merambat pada permukaan bumi, dan ini hanya mungkin terjadi bila
antena pemancar atau penerima dekat dengan bumi. Dengan demikian sifat
perambatannya sangat dipengaruhi oleh karakteristik permukaan bumi, faktor

   
yang perlu diperhatikan adalah konduktivitas dan dielektrik .
Gelombang akan mendapat redaman bumi sepanjang penjalarannya.
Tabel 1. Konduktivitas dan dielektrikum permukaan bumi
Tipe permukaan Konduktivitas Dielektrikum

   
s/m-1
Air laut 4 80
Air Murni (200C) 3 x 10-3 80
Tanah lembab 10-2 30
Tanah sedang 10-1 15
Tanah kering 10-4 4
Tanah sangat kering 10-5 4

Perubahan kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap gelombang


tanah. Redaman gelombang tanah berbanding lurus terhadap impedansi
permukaan tanah. Impedansi ini merupakan fungsi dari konduktivitas dan
frekuensi. Jika bumi mempunyai konduktivitas yang tinggi, maka redaman
(penyerapan energi gelombang) akan berkurang.
Dengan demikian, propagasi gelombang tanah di atas air, terutama air
garam (air laut) jauh lebih baik dari pada di tanah kering (berkonduktivitas
rendah), seperti padang pasir. Rugi-rugi (redaman) tanah akan meningkat
dengan cepat dengan semakin besarnya frekuensi. Karena alasan tersebut,
gelombang tanah sangat tidak efektif pada frekuensi di atas 2 MHz.
Namun demikian, gelombang tanah sangat handal bagi hubungan
komunikasi. Propagasi gelombang tanah merupakan satu-satunya cara untuk
berkomunikasi di dalam lautan. Untuk memperkecil redaman laut, maka
digunakan frekuensi yang sangat rendah, yaitu band Extremely Low Frequency
(ELF), yaitu antara 30 hingga 300 Hz.

d. Gelombang Angkasa
Gelombang angkasa adalah gelombang radio yang merambat langsung
keatas bumi, ke dalam atmosphere, dan dalam kondisi-kondisi tertentu dapat
dipantulkan kembali ke bumi oleh lapisan ionosphere, yang termasuk dalam
gelombang angkasa adalah gelombang radio yang mempunyai frekuensi
diantara 2 s/d 30 MHz.
Penggunaan gelombang angkasa adalah untuk sistem komunikasi jarak
jauh dan jangkauan yang dapat dicapai oleh sistem komunikasi ini tergantung
dari tinggi rendahnya lapisan Ionosphere sebagai lapisan pemantul.
Lapisan Ionosphere ini terletak di lapisan atmosphere bumi dan berada
pada ketinggian 50 – 400 km diatas permukaan bumi.
Gambar 4. Propagasi Gelombang Angkasa

Lapisan Ionosphere ini terletak di atas lapisan Stratosphere dan disebut


lapisan Ionosphere karena apabila lapisan ini terkena sinar matahari, maka
akan terjadi proses ionisasi. Proses ionisasi yaitu suatu proses terurainya
molekul-molekul udara menjadi ion-ion positif dan ion-ion negatif yang
berdiri dalam keadaan bebas. Ion-ion inilah yang akan membantu gelombang
angkasa untuk dipantulkan kembali ke permukaan bumi.
Proses ionisasi yang terjadi pada lapisan ionosphere dipengaruhi oleh
besar kecilnya intensitas sinar matahari, sehingga pada lapisan ionosphere ini
akan terjadi pengelompokan ion-ion tersebut. Hal ini dikarenakan matahari
bersinar tidak merata dan lapisan ionosphere terletak pada jarak yang
berbeda-beda terhadap matahari.
Gelombang ionosfir terpancar dari antena pemancar dengan suatu arah
yang menghasilkan sudut tertentu dengan acuhan permukaan bumi. Dalam
perjalanannya, bisa melalui beberapa kali pantulan lapisan ionosfir dan
permukaan bumi, sehingga jangkauannya bisa mencapai antar pulau, bahkan
antar benua. Aksi pembiasan pada lapisan ionosfir dan permukaan bumi
tersebut disebut dengan skipping.
Untuk memahami proses pembiasan lebih lanjut pada atmosfir bumi, maka
kita harus mengetahui proses kimiawi lapisan atmosfir dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Lapisan atmosfir bumi terdiri dari 3 (tiga) lapisan, yaitu :
1) lapisan troposfir (troposphere)
Troposfir terletak di permukaan bumi hingga mencapai ketinggian kira-
kira 6,5 mil. Di dalamnya berisi zat-zat yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Lapisan ini dapat dilalui gelombang yang
berfrekuensi tinggi menuju lapisan berikutnya. Karena itu, tidak akan
terjadi inversi temperatur atau juga tidak bisa menyebabkan pembiasan
yang berarti.
2) Lapisan stratosfir (stratosphere)
Berada mulai dari batas troposfir sampai ketinggian sekitar 25 mil.
Lapisan stratosfir dengan temperaturnya yang konstan tersebut disebut
juga daerah isothermal.
3) Lapisan ionosfir (ionosphere).
Dari batas stratosfir hingga ketinggian 250 mil adalah lapisan ionosfir.

Gambar 5. Sifat-Sifat Lapisan Ionosphere Terhadap Gelombang Angkasa

Berdasarkan sifat-sifat lapisan terhadap gelombang angkasa, maka lapisan


ionosphere dibagi menjadi :
1) Siang hari
Lapisan ionosphere pada siang hari dikelompokkan menjadi :
a) Lapisan D
i. Lapisan ini terdapat pada ketinggian 50 – 90 Km diatas permukaan
bumi.
ii. Lapisan ini terjadi pada waktu siang hari
iii. Lapisan ini akan memantulkan gelombang radio yang mempunyai
frekuensi LF dan VLF, dan melemahkan / meredam gelombang
radio yang berfrekuensi MF dan HF
b) Lapisan E
Lapisan E terdiri dari 2 bagian, yaitu :
i. Lapisan E teratur (regular)
1) Lapisan ini terdapat di ketinggian 110 Km di atas permukaan
bumi
2) Lapisan ini memantulkan gelombang radio MF dan HF
ii. Lapisan E tidak teratur (E sporadis)
1) Lapisan ini terdapat di ketinggian 90 – 130 Km di atas
permukaan laut
2) Berbentuk lapisan tipis-tipis yang menyebar
3) Mencegah frekuensi-frekuensi yang normalnya dapat menembus
lapisan E dan memungkinkan adanya transmisi jarak jauh pada
frekuensi sangat tinggi (VHF)
c) Lapisan F1
i. Lapisan ini terdapat di ketinggian 170 – 250 Km di atas permukaan
bumi
ii. Terjadi hanya di siang hari
iii. Lapisan ini akan meredam seluruh gelombang radio yang
melewatinya
d) Lapisan F2
i. Lapisan ini terdapat di ketinggian 250 – 400 Km di atas permukaan
bumi
ii. Terjadi hanya waktu siang hari saja
iii. Lapisan ini memantulkan gelombang radio yang mempunyai
frekuensi HF
2) Malam hari
Pada malam hari lapisan ini dikelompokkan menjadi :
a) Lapisan E
b) Lapisan F
i. Lapisan ini merupakan gabungan dari lapisan F1 dan F2 di malam
hari
ii. Lapisan ini terdapat di ketinggian 300 Km di atas permukaan bumi
iii. Lapisan ini akan memantulkan gelombang radio yang mempunyai
frekuensi HF

Gambar 6. Propagasi gelombang pada siang hari

Gambar 7. Propagsi gelombang pada malam hari

Jika frekuensi gelombang radio yang dipancarkan secara vertikal perlahan-


lahan dipertinggi, maka akan dicapai titik dimana gelombang tidak akan bisa
dibiaskan untuk kembali ke bumi. Gelombang ini tentu akan ke atas menuju
lapisan berikutnya, dimana proses pembiasan berlanjut. Bila frekuensinya
cukup tinggi, gelombang tersebut akan dapat menembus semua lapisan ionosfir
dan terus menuju ruang angkasa. Frekuensi tertinggi dimana gelombang masih
bisa dipantulkan ke bumi bila ditransmisikan secara vertikal pada kondisi
atmosfir yang ada disebut dengan frekuensi kritis.
Sebagai ilustrasi tentang frekuensi kritis gelombang untuk frekuensi 25
MHz. Gelombang ditembakkan secara vertikal oleh transmitter (pemancar dan
sekaligus penerima), dengan frekuensi yang bervariasi, mulai 24 MHz sampai
26 MHz. Untuk frekuensi kerja 25 MHz ke bawah, gelombang yang
dipancarkan ke atas, dapat diterima kembali di bumi. Tetapi untuk gelombang
yang dipancarkan dengan frekeunsi 26 MHz ke atas, gelombang tidak dapat
diterima oleh transmitter di bumi.

Gambar 8. Frekuensi Kritis

Secara umum, gelombang dengan frekuensi lebih rendah akan mudah


dibiaskan, sebaliknya gelombang dengan frekuensi lebih tinggi lebih sulit
dibiaskan oleh ionosfir.
Sudut kritis adalah sudut yang dibentuk oleh lintasan gelombang yang
menuju dan masuk ionosfir dengan garis yang ditarik dari garis vertikal titik
pemancar di bumi ke pusat bumi. Gambar 9 menunjukkan sudut kritis untuk
20 MHz. Semua gelombang yang mempunyai frekuensi di atas 20 MHz
(misalnya 21 MHz) tidak dibiaskan kembali ke bumi, tetapi terus menembus
ionosfir menuju ruang angkasa.
Gambar 9. Sudut kritis

Frekuensi tertinggi, dimana gelombang masih bisa dikembalikan ke bumi


dengan jarak tertentu disebut dengan Maximum Usable Frequency (MUF).
Parameter ini mempunyai nilai rata-rata bulanan tertentu. Frekuensi kerja
optimum adalah frekuensi yang memberikan kualitas komunikasi paling
konsisten dan oleh karenanya paling baik digunakan. Untuk propagasi yang
menggunakan lapisan F2, frekuensi kerja optimum adalah sekitar 85 % dari
MUF, sedangkan propagasi melalui lapisan E akan tetap konsisten/bekerja
dengan baik, bila frekuensi yang digunakan adalah sekitar MUF. Karena
redaman ionosfir terhadap gelombang radio adalah berbanding terbalik dengan
frekuensinya, maka menggunakan MUF berarti menghasilkan kuat medan yang
maksimum. Karena adanya variasi frekuensi kritis, maka dibuatlah data-data
dan tabel frekuensi yang berisi perkiraan-perkiraan MUF untuk tiap-tiap jam
dan hari dari tiap-tiap daerah. Informasi-informasi ini dibuat berdasarkan data
yang didapatkan secara eksperimental dari stasiun-stasiun yang tersebar di
penjuru dunia.
Jika kita menggunakan gelombang angkasa untuk komunikasi, ada
beberapa hal yang harus kita ketahui, yaitu :
1) Tinggi semu lapisan ionosphere (h’)
Yaitu ketinggian yang dapat di capai oleh suatu energi gelombang radio
dengan frekuensi HF, apabila kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya
2) Frekuensi kritis (fc)
Yaitu frekuensi terbesar yang masih dapt dipantulkan oleh lapisan
ionosphere dengan sudut luncur vertikal pada suatu tempat dan waktu
tertentu
3) Frekuensi kegunaan maksimum (MUF)
Yaitu frekuensi terbesar yang dapat digunakan untuk hubungan pada jarak
tertentu dan saat sudut luncur tertentu pula
4) Sudut kritis / Critical Angle (Ac)
Yaitu sudut datang terkecil pada lapisan pertama F2/F, dimana gelombang
angkasa yang mempunyai frekuensi MUF masih dapat dipantulkan kembali
ke bumi.
5) Jarak maksimum satu hop (d max)

Dalam sistem hubungan HF dimana gelombang yang dipancarkan


merupakan gelombang angkasa, maka daya yang dipancarkan dari antena
pemancar sampai dengan antena penerima akan mengalami redaman sebagai
berikut :
1) Redaman yang disebabkan oleh penyebaran di antena pemancar (spreading
loss)
2) Redaman pada perambatan dari antena pemancar sampai antena penerima
yang disebabkan oleh adanya pemindahan energi dari elektron yang
bermuatan ke elektron bebas sepanjang perambatan gelombang radio (Non
Deviative Absorbtion)
3) Redaman pada lapisan pemantul (lapisan ionosphere), yaitu pada saat
terjadinya pembiasan sampai dengan proses pemantulan dari gelombang
angkasa tersebut (Deviative Absorbtion)

e. Gelombang Ruang
Gelombang ruang adalah gelombang radio yang dalam perambatannya
dari antena pemancar ke antena penerima melalui ruang bebas. Gelombang
ruang merupakan gelombang radio yang mempunyai frekuensi yang lebih
besar dari 30 MHz (VHF keatas).
Jika kita menggunakan gelombang ruang dan menginginkan gelombang
tersebut bebas dari redaman tanah, maka harus dipenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1) Untuk gelombang ruang yang berpolarisasi vertikal, tinggi antena

2  h  2 
pemancar harus lebih besar dari

2) Untuk gelombang ruang yang berpolarisasi horizontal, tinggi antena

0,1  h  0,1 
pemancar harus lebih besar dari

Pada perambatan gelombang ruang dari antena pemancar ke antena


penerima, gelombang ini akan mengalami 2 macam kehilangan energi /
redaman yaitu :
1) Akibat penyebaran di antena pemancar (Spreading Loss)
2) Akibat redaman di lapisan atmosphere (ruang bebas)

Redaman pada penyebaran di antena pemancar relatif sangat kecil,


sehingga dalam perhitungan sering diabaikan, sedangkan redaman pada
perambatan di ruang bebas tersebut biasa disebut dengan redaman transmisi
dasar di ruang bebas (Basic transmission loss in free space) yang diberi notasi
Lbf. Jika dimisalkan kita menggunakan antena isotropik untuk antena
pemancar dan antena penerima, serta daya pancar di antena pemancar = Pt
(Kwatt), maka besarnya Lbf adalah :
Pt
Lbf 
Pr

Dimana :
Pt = Daya pancar di antena pemancar
Pr = Daya terima di antena penerima

Jika diketahui bahwa daya terima per satuan luas = Pr’, maka :
Pr = Pr’. Aiso
Pt 2
Pr'  AISO 
4d 2 4
dan
Sehingga :
Pr = Pr’. Aiso
Pt 2
.
4d 2 4
=
Pt2
 4d  2
=

Oleh karena itu besarnya Lbf adalah :

Lbf 
Pt

Pt

 4d  2

Pr Pt 2
2
 4d  2

kali
2
 4d 
Lbf  
  
kali

Jika dihitung dalam satuan decibel, maka diperoleh :


2
 4d 
Lbf  10 log 
  
kali

Untuk frekuensi dalam ordo MHz :


Lbf = 32,45 + 20 log D +20 log f (dB)
Untuk frekuensi dalam ordo GHz :
Lbf = 92,45 + 20 log D + 20 log f (dB)

Dimana :
Lbf = redaman transmisi dasar di ruang bebas (dB)
D = jarak antena Tx – Rx (Km)
f = frekuensi yang digunakan (GHz)

Contoh Soal :
Diketahui pemancar bekerja pada frekuensi 3 GHz dengan hubungan bebas
gangguan berjarak 40 Km. Hitunglah redaman ruang bebas untuk kasus
diatas!
Diket : f = 3 Ghz
D = 40 km
Ditanya : lbf =...?
Jawab :
Lbf = 92,45 + 20log f(GHz) + 20log D(Km)
= 92,45 + 20 log 3 + 20 log 40
= 134,04 dB
Gambar 10. Propagasi Gelombang Ruang

Sistem Komunikasi Line of Sight (LOS)


Sistem hubungan Line of Sight adalah suatu hubungan dimana antena
pemancar dan antena penerima terletak dalam satu garis pandang atau garis
lurus, dan perambatan gelombang radio terletak dalam daerah yang bebas
hambatan (antara kedua antena tersebut tidak boleh ada benda yang
menghambat / menghalangi lintasan gelombang radio)
Dari defenisi diatas, maka pada sistem komunikasi LOS radio relay
terestrial akan mempunyai persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi,
dikarenakan pada sistem komunikasi ini terdapat beberapa hal yang mungkin
akan menyebabkan antena pemancar dan antena penerima tidak bebas
hambatan, yaitu antara lain disebabkan oleh kelengkungan bumi, ketinggian
dari bangunan maupun tumbuh-tumbuhan. Sedangkan pada sistem
komunikasi satelit, hambatan yang terjadi dalam sistem LOS akan relatif
kecil.
Sistem komunikasi LOS Radio Relay Terestrial adalah sistem hubungan
LOS dimana antena pemancar dan antena penerima terletak di permukaan
bumi.
Oleh karena kedua antena dari sistem ini terletak di permukaan bumi,
maka pengaruh kelengkungan bumi dan benda-benda di sekelilingnya harus
kita perhitungkan.
Dalam propagasi, persyaratan dari sistem komunikasi ini adalah lintasan
gelombang radio harus mempunyai lintasan yang bebas hambatan pada daerah
Fresnell pertama.
Daerah fresnell adalah suatu daerah di lapisan atmosphere yang terbentuk
ellips dan berada diantara antena Tx – Rx, dimana apabila pada kulit
permukaan daerah tersebut terdapat benda pemantul gelombang radio maka
jarak yang ditempuh oleh gelombang radio tersebut secara langsung dan yang

n. 1 
2
melalui pantulan akan berselisih

Bila :

n. 1 
2
a+b-d=
Dimana :
n = bilangan bulat positif (0, 1, 2, 3, ...)
d = Jarak lintasan gelombang langsung
a = jarak yang ditempuh gelombang datang (incident wave)
b = jarak yang ditempuh oleh gelombang pantul (reflected wave)
Maka daerah ellips tersebut disebut dengan daerah Fresnell
Sedangkan daerah Fresnell pertama adalah daerah Fresnell dimana selisih

1 
2
jarak antara gelombang langsung dan gelombang pantul adalah sebesar
atau dengan kata lain daerah Fresnell yang n nya = 1
1 
2
Jadi daerah Fresnell pertama : a+b-d= n n=1
Alasan dipilihnya daerah Fresnell pertama sebagai persyaratan dari sistem
komunikasi LOS radio relay terrestrial bahwa gelombang langsung dan
gelombang pantul merupakan 2 gelombang yang sephasa di antena penerima.
Hal ini dapat kita buktikan sebagai berikut :
1) Perbedaan phasa dari gelombang langsung dan gelombang pantul karena

1 
2
selisih jarak yang ditempuh sebesar (1800)
2) Perbedaan phasa pada gelombang pantul di titik pantul adalah sebesar
(1800).
Jadi dari kedua hal diatas, maka perbedaan phasa antara gelombang
langsung dengan gelombang pantul adalah sebesar (180 0) + (1800) = 3600 atau
sephasa dan hal inilah yang menjadikan dasar dipilihnya daerah Fresnell
pertama sebagai persyaratan sistem komunikasi LOS radio relay terresterial.

Keterangan gambar :
h1 = tinggi antena pemancar sebenarnya
h1’= tinggi efektif antena pemancar (dalam perhitungan h1’ = h1)
h2 = tinggi antena penerima yang sebenarnya
h2’= tinggi efektif antena peberima (dalam perhitungan h2’ = h2)
hs = Height shielding, yaitu ketinggian obstacle yang dihitung dari
permukaan bumi
hc = Height clereance, yaitu jarak yang dihitung dari lintasan gelombang
langsung ke ujung obstacle
h1 d 2  h2 d1 dd
hc   hs  1 2
d 2K a

t = Kedalaman daerah Fresnell, yaitu jarak yang dihitung dari garis


lintasan gelombang langsung ke kulit daerah Fresnell I dan berada
diatas obstacle (t berimpit dengan hc)
.d 1 .d 2
t
d

d1 = Jarak antena pemancar dengan obstacle


d2 = Jarak antena penerima dengan obstacle
a = Jarak yang ditempuh oleh gelombang datang (jarak antena Tx dengan
ujung obstacle)
b = jarak yang ditempuh oleh gelombang pantul setelah dipantulkan oleh
obstacle (jarak antena Rx dengan ujung obstacle)

Perhitungan Daya Terima Pada Sistem Los Radio Relay Terrestrial


Dalam perhitungan ini diasumsikan besarnya daya yang diterima pada
input penerima adalah gelombang langsung (besarnya gelombang pantul
diabaikan). Untuk menghitung besarnya gelombang pantul diperlukan
perhitungan yang lebih kompleks. Gambar lintasan gelombang langsung 1 hop
pada sistem LOS radio relay terrestrial adalah sepert pada gambar berikut :
P(Rx) = P(Tx) – Lbr(Tx) – Lfee(Tx) + G(Tx) –Lbf + G(Rx) – Lfee(Rx) – Lbr(Rx)
Atau
P(Rx) = P(Tx) – L(total) + G(total)

Dimana :
P(Rx) = Daya terima di input penerima (dBm, dBW)
P(Tx) = Daya output pesawat pemancar (dBm, dBW)
Lbr(Tx) = Redaman pada branching circuit di pemancar (dB)
Lbr(Rx) = Redaman pada branching circuit di penerima (dB)
Lbf = Redaman transmisi dasar di ruang bebas (dB)
Lbr(total) = Lbr(Tx) + Lbr(Rx)
Lfee(Tx) = Redaman feeder antena di bagian pemancar (dB)
Lfee(Rx) = Redaman feeder antena di bagian penerima (dB)
Lfee(total) = Lfee(Tx) + Lfee(Rx)
G(Tx) = Gain antena pada arah pancaran (dB)
G(Rx) = Gain antena pada arah penerimaan (dB)

Contoh Soal :
Dua buah antena microwave identik beroperasi pada frekuensi 5 GHz,
dengan gain 22 dB, dipisahkan dengan jarak 112 km. Jika satu sebagai
pengirim dengan daya input 150 watt dan lainnya sebagai penerima.
Hitunglah :
a. daya terima
b. Jika antena penerima diganti dengan antenayang berpolarisasi
berbeda, namun gain tetap. Berapa daya terimanya (Asumsi Lpol = 5
dB)
Diket : f = 5 GHz
G(tx) = G(rx) = 22 dB
D = 112 km
P(tx) = 150 watt
Ditanya : a. P(rx) =?
b. Jika Lpol penerima =5 dB  P(rx) = ?
Jawab :
a. P(tx) = 150 watt = 22 dBw
Lbf = 92,45 + 20 log D + 20 log f
= 92,45 + 20log5 + 20log112
= 92,45 + 13,98 + 40,98
= 147,41 dB
Ltotal = Lbf = 147,41 dB
Gtotal = GTx + TRx = 22 + 22 = 44 dB
P(Rx) = P(Tx) – Ltotal + Gtotal
= 22 - 147,41 + 44
=-81, 41 dBw = 10(-81,41/10) = 7,22 nWatt
b. Lpol = 5 dB
Ltotal = Lbf + Lpol = 147,41 + 5 = 152,41 dB
P(Rx) = P(Tx) – Ltotal + Gtotal
= 22– 152,41 + 44
= -86,41 dBW = 10(-86,41/10) = 2,28 nWatt

2. Spektrum Gelombang Radio pada Aplikasi Sistem Telekomunikasi


a. Pengertian Spektrum Frekuensi Gelombang Radio
Spektrum frekuensi radio merupakan susunan pita frekuensi radio
yang mempunyai frekuensi lebih kecil dari 3000 GHz sebagai satuan getaran
gelombang elektromagnetik yang merambat dan terdapat dalam dirgantara
Penepatan spektrum frekuensi radio bertujuan untuk menghindari
terjadinya gangguan (interferensi) dan untuk menetapkan protokol demi
keserasian antara pemancar dan penerima.
Alokasi spektrum frekuensi radio di Indonesia mengacu pada tabel
alokasi spektrum frekuensi yang dikeluarkan secara resmi oleh International
Telecommunication Union (ITU) untuk wilayah 3 pada peraturan radio edisi
2008. Alokasi frekuensi ITU juga menjadi acuan bagi negara-negara lain di
dunia. Peraturan tentang alokasi frekuensi radio diatur oleh menteri
komunikasi dan informatika dalam peraturan meteri nomor 29 tahun 2009
yang dikeluarkan tanggal 30 Juli 2009.

b. Alokasi Spektrum frekuensi Gelombang Radio


Berikut ini adalah alokasi spektrum frekuensi radio international yang
ditetapkan berdasarkan penentuan penggunanya :
1) Tremendously Low Frequency (TLF)
Bekerja pada band frekuensi < 3 Hz. TLF digunakan untuk natural
electronic noise.
2) Extremely Low Frequency (ELF)
Bekerja pada band frekuensi antara 3 sampai 30 Hz. ELF digunakan oleh
Angkatan Laut Amerika Serikat untuk berkomunikasi dengan kapal selam
di bawah permukaan air. Karena konduktivitas listrik air garam, kapal
selam dilindungi dari sebagian besar komunikasi elektro-magnetik. Namun
sinyal pada ELF bisa menembus lebih dalam. Tingkat transmisi data yang
rendah setingkat beberapa karakter per menit, membatasi penggunaannya
sebagai saluran komunikasi. Umumnya sinyal ELF dipakai untuk
memerintahkan kapal selam agar pergi ke kedalaman periskop dan
mengawali beberapa bentuk kontak lainnya. Salah satu kesulitan yang
ditunjukkan saat penyiaran pada jarak frekuensi ELF ialah ukuran antena.
Ini menggunakan kawat listrik panjang sebagai antena, dalam banyak
untaian sepanjang dari 14 sampai 28 mil (22,5 sampai 45 kilometer).
Karena antena yang tidak efisien, dibutuhkan sejumlah besar tenaga listrik
untuk mengoperasikan sistem ELF.
3) Super Low Frequency (SLF)
Bekerja pada band frekuensi 30 Hz sampai 300 Hz. Jarak frekuensi ini
termasuk frekuensi jaringan daya arus searah (50 Hz dan 60 Hz). PC
dengan kartu suara terpadu banyak digunakan sebagai pengganti receiver
radio untuk kisaran frekuensi ini, karena ukurannya yang kecil dan biaya
yang rendah. Sinyal yang diterima kartu suara dengan kumparan atau
kabel antena dianalisis oleh perangkat lunak algoritma Fast Fourier
Transform dan diubah ke dalam suara yang dapat didengar.
4) Ultra Low Frequency (ULF)
Bekerja pada band frekuensi 300 Hz sampai 3000 Hz. Digunakan untuk
komunikasi kapal selam.
5) Very Low Frequency (VLF)
Bekerja pada band frekuensi 3 kHz sampai 30 kHz . Karena tidak banyak
bandwidth-nya maka hanya sinyal yang sangat sederhana yang dapat
digunakan seperti untuk navigasi radio. Gelombang VLF dapat menembus
air hingga kedalaman sekitar 10 sampai 40 meter, tergantung pada
frekuensi yang digunakan dan salinitas air. VLF digunakan untuk
berkomunikasi dengan kapal selam di dekat permukaan, untuk navigasi
radio beacon (alfa) dan sinyal waktu (beta).
6) Low Frequency (LF)
Bekerja pada band frekuensi 30 kHz sampai 300 kHz. Di Eropa dan
bagian dari Afrika Utara dan Asia, spektrum LF digunakan untuk
penyiaran gelombang siaran AM. Di belahan bumi barat, penggunaan
utamanya adalah untuk sinyal pesawat, navigasi, informasi, dan sistem
cuaca. Juga dikenal sebagai gelombang kilometer sebagai panjang
gelombang berkisar dari satu sampai sepuluh kilometer.
7) Middle Frequency (MF)
Bekerja pada band frekuensi 300 kHz sampai 3 MHz. Bagiannya adalah
gelombang menengah (MW) siaran AM. MF juga dikenal sebagai
gelombang hectometer sebagai kisaran panjang gelombang dari sepuluh ke
satu hectometers (1.000 sampai 100 m). Propagasi MF sering melalui
gelombng tanah. Propagasi gelombang pada frekuensi ini mengikuti
kelengkungan bumi atas permukaan konduktif seperti laut dan tanah yang
lembab. Di laut, MF komunikasi biasanya dapat didengar selama beberapa
ratus mil.
8) High Frequency (HF)
Bekerja pada band frekuensi 3 – 30 MHz, dan biasanya digunakan untuk
radio komunikasi jarak jauh karena sifat gelombangnya yang dapat
memantul sehingga tidak memliki efek hambatan pada objek. Dan
ditambah lagi dengan kemampuan frekuensi ini untuk memantul pada
lapisan ionosphere, sehingga jarak sejauh apapun dapat dijangkau oleh
frekuensi ini, dengan catatan dalam keadaan cuaca yang cukup bagus.
Noise yang terjadi pada sistem ini cukup besar karena media lintasannya
berupa lapisan ionosphere yang proses ionisasinya tergantungan pada sinar
matahari. Tidak dapat digunakan untuk hubungan 24 jam karena tinggi
lapisan ionosphere selalu berubah-ubah antara siang dan malam.
9) Very High Frequency (VLF)
Bekerja pada band frekuensi 30 MHz ke 300 MHz. Pada umumnya yang
menggunakan VHF adalah siaran radio FM, siaran televisi, pemancar
telepon genggam darat (darurat, bisnis, dan militer), komunikasi data jarak
jauh dengan modem radio, Radio Amatir, komunikasi laut, komunikasi
kendali lalu lintas udara dan sistem navigasi udara.
10) Ultra High Frequency (UHF)
Bekerja pada band frekuensi 300 MHz sampai dengan 3 GHz. Panjang
gelombang berkisar dari satu sampai 10 desimeter atau sekitar 10 cm
sampai 1 meter, sehingga UHF juga dikenal sebagai gelombang desimeter.
11) Super High Frequency (SHF)
Bekerja pada band frekuensi 3 GHz dan 30 GHz. Ini dikenal sebagai
gelombang sentimeter, yaitu rentang panjang gelombang 10 sampai 1 cm.
Frekuensi ini digunakan untuk microwave, WLAN, dan radar.
12) Extremely High Frequency (EHF)
Bekerja pada band frekuensi 30 sampai 300 GHz, di atasnya adalah
inframerah cahaya, juga disebut sebagai radiasi Terahertz . Band ini
memiliki panjang gelombang sepuluh sampai satu milimeter. Dibanding
dengan band yang lebih rendah, teresterial radio sinyal pada bnad ini
sangat rentan terhadap atmosfer redaman. EHF umumnya digunakan
dalam radio astronomy.
13) Tremendously High Frequency (THF)
Bekerja pada band frekuensi 300 sampai 3000 GHz. Digunakan untuk
dinamika molekuler, spektroskopi, komputasi dan penginderaan jauh.

Sehingga pembagian spektrum gelombang radio dapat di rangkum seperti


pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Spektrum gelombang radio
Frekuensi Panjang Nama Media transmisi Kegunaan
Gelombang
< 3 Hz >108 m Tremendously Natural
Low Frequency Electromagnetic
(TLF) Noise
7 8
3 – 30 Hz 10 – 10 m Extremely Low Kawat listrik Komunikasi kapal
Frequency panjang selam
(ELF)
6 7
30 – 300 10 – 10 m Super Low PC dengan kartu
Hz Frequency suara terpadu
(SLF) sebagai pengganti
receiver radio
5 6
300 – 10 – 10 m Ultra Low Komunikasi kapal
3000 Hz Frequency selam
(ULF)
4 5
3 – 30 10 - 10 m Very Low Kabel kawat ganda Navigasi jarak
KHz Frequency gelombang jauh audio,
(VLF) panjang telepon
30 – 300 103 -104 m Low Frequency Kabel kawat ganda Navigasi jarak
KHz (LF) gelombang jauh
panjang
300 KHz 100 – 1000 m Medium Kabel koaksial Pemancar AM,
– 3 MHz Frequency (MF) gelombang Radio amatir
panjang
3 – 30 10 -100 m High Frequency Kabel koaksial Radio amatir,
MHz (HF) gelombang pendek telepon mobil,
komunikasi
militer, radio CB
30 – 300 1 – 10 m Very High Pemandu TV, Radio FM,
MHz Frequency gelombang Radar, Radio
(VHF) (waveguide) jarak pendek,
peralatan militer
300 MHz 10 – 100 cm Ultra High Pemandu TV, Radar, satelit
– 3 GHz Frequency gelombang komuniaksi
(UHF) (waveguide) antariksa,
transmisi
gelombang mikro
3 -30 1 – 10 cm Super High Pemandu Transmisi
GHz Frequency gelombang gelombang mikro,
(SHF) (waveguide) radar, komunikasi
antariksa
30 – 300 1 – 10 mm Extremely High Pemandu Transmisi
GHz Frequency gelombang gelombang mikro,
(EHF) (waveguide), radar, radio
gelombang mikro astronomi,
komunikasi
antariksa
300 – 0,1 – 1 mm Tremendously Dinamika
3000 High Frequency molekuler,
GHz (THF) spektroskopi,
komputasi dan
penginderaan
jauh
1014 – 3.10-4 – 3.10-6 Ultra ungu, Serat optic, laser Transmisi data
1016 Hz cm cahaya nampak,
infra merah

Salah satu pertanyaan klasik yang sering muncul adalah mana yang jangkauannya
lebih jauh, frekuensi tinggi atau frekuensi rendah? Perlu diingat lagi bahwa semakin
tinggi frekuensi, pancaran maupun tangkapannya memang semakin mudah diarahkan,
namun rugi (loss) daya persatuan panjang jarak tempuh juga semakin tinggi. Oleh karena
itu, pemilihan frekuensi terkait dengan jenis pemakaiannya perlu mempertimbangkan
kelayakan implementasinya.

D. Rangkuman
1. Propagasi gelombang radio adalah proses perambatan gelombang radio mulai dari
dipancarkan oleh pemancar sampai ke penerima.
2. Berdasarkan perambatan gelombang, lintasan propagasi gelombang radio dibagi
atas :
a. Gelombang tanah (ground wave)
1) Gelombang radio yang perambatannya selalu mengikuti bentuk
permukaan bumi / tanah.
2) Bekerja pada frekuensi < 2 MHz
3) Sifat perambatannya sangat dipengaruhi oleh karakteristik permukaan
bumi (konduktivitas dan dielektrik)
4) Redaman gelombang tanah berbanding lurus terhadap impedansi
permukaan tanah.
b. Gelombang langit (sky wave)
1) Gelombang radio yang merambat langsung ke atas bumi, ke dalam
atmosphere, dan dalam kondisi-kondisi tertentu dapat dipantulkan
kembali ke bumi oleh lapisan ionosphere.
2) Bekerja pada frekuensi 2 – 30 MHz
3) Digunakan untuk sistem komunikasi jarak jauh
c. Gelombang ruang (space wave)
1) Gelombang radio yang perambatannya dari antena pemancar ke antena
penerima melalui ruang bebas
2) Bekerja pada frekuensi > 30 MHz
3) Dalam perambatannya, gelombang ruang mengalami 2 macam kehilangan
energi yaitu akibat penyebaran di antena pemancar dan redaman di
lapisan atmosfir
3. Spektrum frekuensi radio merupakan susunan pita frekuensi radio yang
mempunyai frekuensi lebih kecil dari 3000 GHz sebagai satuan getaran
gelombang elektromagnetik yang merambat dan terdapat dalam dirgantara.
4. Penepatan spektrum frekuensi radio bertujuan untuk menghindari terjadinya
gangguan (interferensi) dan untuk menetapkan protokol demi keserasian antara
pemancar dan penerima.
5. semakin tinggi frekuensi, pancaran maupun tangkapanya memang semakin
mudah diarahkan, namun rugi (loss) daya persatuan panjang jarak tempuh juga
semakin tinggi. Oleh karena itu, pemilihan frekuensi terkait dengan jenis
pemakaiannya perlu mempertimbangkan kelayakan implementasinya.

E. Daftar Pustaka
Divlat PT. Telkom, 1996, “Dasar-Dasar transmisi”, Bandung

Kementerian Telekomunikasi dan Informatika. "Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi


Radio Indonesia" (PDF). Diakses tanggal 07 April 2018.

Pramudi Utomo, dkk. 2008. Teknik Telekomunikasi Jilid 1 . Direktorat Jenderal


manajemen Pendidikan Dasar dan menengah Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai