Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

Gaya hidup masyarakat saat ini mulai mengalami modernisasi seirng

dengan berkembangnya zaman. Gaya hidup kurang sesuai akan bermanifestasi

pada terjadinya penyakit degeneratif dan mortalitas. salah satu penyebab penyakit

degeneratif yaitu sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan konstelasi

faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya penyakit kardiovaskular dan

diabetes melitus (John, et all, 2008). Orang dengan sindrom metabolik akan

berisiko tiga kali lebih besar mengalami serangan jantung/stroke dan dua kali

lebih berisiko untuk meningga dibandingkan orang tanpa sindrom metabolik

(Isomaa, et all. 2001).

Kejadian sindrom metabolik dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yaitu

faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor

yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia dan jenis kelami sedangkan faktor yang

dapat dimodifikasi diantaranya kegemukan, kecukupan gizi, aktivits fisik, dan

durasi tidur (Bray, 2007). Studi cross sectional pada sebagian besar perkotaan di

Brazil menunjukkan prevalensi sindrom metabolik yang tinggi (25,4%), yang

meningkat pada masyarakat dengan usia lebih tua (khususnya wanita) dan status

sosial ekonomi rendah. Meskipun prevalensi sindrom metabolik hampir sama

pada kedua jenis kelamin, tetapi frekuensi komponen yang menentukan sindrom

metabolik sangat bervariasi di antara mereka. Secara spesifik, interaksi yang

signifikan antara jenis kelamin dan status sosial ekonomi telah ditemukan. Hal

1
2

tersebut menjelaskan tentang interaksi yang kompleks antara faktor risiko

kependudukan dan biologis (Marquezine, 2008).

Data epidemiologi menyebutkan prevalensi sindrom metabolik dunia

adalah 20-25%. Hasil penelitian Framingham Offspring Study menemukan bahwa

pada responden berusia 26-82 tahun terdapat 29,4% laki-laki dan 23,1%

perempuan menderita sindrom metabolik (Ford, 2004). Penelitian sindrom

metabolik pada orang dewasa pernah dilakukan di Surabaya dengan menggunakan

kriteria ATP III didapatkan prevalensi sebesar 32% (Tjokroprawiro, 2006).

Berdasarkan data pengunjung Puskesmas Arosbaya Bangkalan-Madura tentang

komponen sindrom metabolik pada tahun 2013 berturut-turut hipertensi, Diabetes

Mellitus (DM), gangguan metabolisme lipid sebanyak 1.660, 837, dan 241 orang.

Sedangkan tahun 2014 terjadi peningkatan hipertensi dan gangguan metabolisme

lipid menjadi 1.664 (Parlindungan, 2007).

Prevalensinya semakin meningkat dengan bertambahnya usia, dan

didapatkan bahwa komponen sindroma metabolik yang terbanyak adalah obesitas

sentral. Di Makassar dilaporkan pada sebuah studi yang dilakukan John Adam

M.F. pada Oktober 2002 hingga Januari 2003, dari 227 pria berumur 21-81 tahun,

55,4% memenuhi keriteria ATP III, kelompok usia 46-55 tahun yakni 35,9%, <35

tahun yang menderita sindrom metabolik ditemukan sama dengan yang ada pada

negara maju (Adriansyah, 2006)

Berdasarkan uraian diatas, sindrom metabolik masih menjadi salah satu

penyakit tersering yang menyerang pada usia dewasa dan lansia serta perlu

mendapat perhatian khusus dikarenakan dengan berbagai macam komplikasi yang


3

dapat ditimbulkan. dampak yang ditimbulkan tidak hanya berujung ke komplikasi

saja tetapi dapat mempengaruhi kelangsungan hidup pasien baik dari berbagai

aspek.

Anda mungkin juga menyukai